Anda di halaman 1dari 3

1

Asal Mula Guntur


Dahulu kala peri dan manusia hidup berdampingan dengan rukun. Mekhala, si peri cantik dan
pandai, berguru pada Shie, seorang pertapa sakti. Selain Mekhala, Guru Shie juga
mempunyai murid laki-laki bernama Ramasaur. Murid laki-laki ini selalu iri pada Mekhala
karena kalah pandai. Namun Guru Shie tetap menyayangi kedua muridnya. Dan tidak pernah
membedakan mereka.
Suatu hari Guru Shie memanggil mereka dan berkata, Besok, berikan padaku secawan
penuh air embun. Siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan
kuubah menjadi permata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun. Mekhala dan
Ramasaur tertegun. Terbayang oleh Ramasaur ia akan meminta harta dan kemewahan.
Sehingga ia bisa menjadi orang terkaya di negerinya. Namun Mekhala malah berpikir keras.
Mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
Esoknya pagi-pagi sekali kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh
mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan. Air
embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan. Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati
menyerap embun dengan sehelai kain lunak. Perlahan diperasnya lalu dimasukan ke cawan.
Hasilnya sangat menggembirakan. Tak lama kemudian cawannya telah penuh. Mekhala
segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.
Guru Shie menerimanya dengan gembira. Mekhala memang murid yang cerdik. Seperti
janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari. Jika kau
menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu. Lalu ucapkan
keinginanmu, ujar Guru Shie. Mekhala mengerjakan apa yang diajarkan gurunya, lalu
menyebut keinginannya. Dalam sekejap Mekhala telah berada di langit biru. Melayang-
layang seperti Rajawali. Indah sekali.
Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapat secawan embun. Hasilnya
pun tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh Ramasaur menyerahkannya pada
Guru Shie. Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih
payahmu, kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti. Kapak itu terbuat dari
perak. Digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke
sasaran, gunung pun bisa hancur.
Ternyata Ramasaur menyalahgunakan hadiah itu. Ia iri melihat Mekhala yang bisa melayang-
layang di angkasa. Ramasaur segera melemparkan kapak itu ke arah Mekhala. Tahu ada
bahaya mengancam, Mekhala menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya terjadilah
benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan itu terus terjadi hingga saat
ini, berupa gelegar yang memekakkan telinga. Orang-orang menyebutnya guntur.

Ucapan Ajaib dari Sang Peri

Dahulu, ada seorang janda yang memiliki dua anak perempuan. Anak yang sulung angkuh
dan pemarah seperti ibunya, sedangkan yang bungsu manis dan lemah lembut.

Sang ibu sangat memanjakan anaksulung nya yang memiliki sifat yang mirip dengannya, dan
memperlakukan si bungsu dengan sangat buruk. Si bungsu disuruhnya melakukan hamper
2

semua pekerjaan di rumah. Salah satu dari tugas si bungsu yang malang adalah berjalan kaki
1 kilometer jauhnya ke sebuah mata air dan membawa pulang air dalam sebuah ember besar.

Pada suatu hari saat si bungsu sedang mengambil air di mata air, seorang wanita tua datang
dan meminta air untuk minum.

Tunggu sebentar, akan kuambilkan air yang bersih untuk Ibu, kata si bungsu kepada wanita
tua itu. Diambilnya air yang paling jernih dan bersih, lalu diberikannya kepada wanita tua itu
dengan menggunakan teko air agar dapat dengan mudah diminum.

Wanita tua yang sebenarnya adalah seorang peri itu berkata, Kamu sangat sopan dan suka
menolong, jadi akan kuberikan keajaiban untukmu. Setiap kata yang kamu ucapkan akan
mengeluarkan sekuntum bunga, batu permata, dan mutiara dari mulutmu.

Si bungsu tidak mengerti maksud wanita tua itu. Ia hanya tersenyum lalu berpamitan dan
berjalan pulang.

Sesampainya di rumah, ibunya memarahinya karena terlalu lama membawakan air. Si bungsu
meminta maaf kepada ibunya dan menceritakan kejadian yang dia alami, bahwa ia menolong
seorang wanita tua yang kemudian memberinya keajaiban. Selama si bungsu bercerita,
bunga-bunga, batu permata dan mutiara terus berjatuhan keluar dari mulutnya.

Kalau begitu, aku harus menyuruh kakakmu pergi kesana. Kata sang ibu. Lalu disuruhnya
si sulung untuk pergi ke mata air dan apabila bertemu dengan seorang wanita tua, disuruhnya
si sulung untuk bersikap baik dan menolongnya.

Si sulung yang malas tidak mau pergi berjalan kaki sejauh itu. Namun dengan tegas, ibunya
menyuruhnya pergi, Pergi kesana sekarang juga!!! sambil menyelipkan wadah air dari
perak ke dalam tas si sulung.

Sambil menggerutu si sulung berjalan menuju mata air. Saat tiba disana, ia berjumpa dengan
wanita tua itu. Tapi kali ini wanita tua itu berpakaian indah bagaikan seorang ratu. Lalu,
wanita tua itu meminta minum kepada si sulung.

Apa kamu kira aku datang sejauh ini hanya untuk memberimu minum? Dan jangan pikir
kamu bisa minum dari wadah air perakku. Kalau mau minum ambil saja sendiri di mata air
itu! kata si sulung kepada wanita tua itu.

Karena sikapnya yang kasar, wanita tua yang sebenarnya seorang peri itu mengutuknya.
Untuk setiap kata yang kamu ucapkan, seekor katak atau ular akan berjatuhan keluar dari
mulutmu!

Saat tiba di rumah, si sulung menceritakan apa yang dialaminya kepada ibunya. Saat
bercerita, beberapa ekor ular dan katak berjatuhan keluar dari mulutnya.

Astaga!, teriak ibunya jijik. Ini semua gara-gara adikmu. Di mana dia?

Sang ibu lalu pergi mencari si bungsu. Karena ketakutan, si bungsu lalu lari dan bersembunyi
di hutan.

3

Seorang Pangeran yang sedang berburu terkejut melihat seorang gadis yang sedang menangis
sendirian di hutan. Ketika Pangeran itu bertanya, dengan tersedu-sedu si bungsu
menceritakan apa yang terjadi. Saat bercerita, bunga-bunga, mutiara serta batu permata pun
berjatuhan dari mulutnya.

Pangeran jatuh hati kepada gadis yang baik itu. Dan Pangeran juga tahu ayahnya tidak akan
keberatan mendapatkan seorang menantu yang baik seperti itu, apalagi dengan mutiara serta
batu permata yang terus dihasilkannya. Maka Pangeran pun membawa si bungsu ke istana,
lalu mereka menikah dan hidup berbahagia.

Sementara itu di rumah, sikap si sulung menjadi semakin memuakkan, dan ia pun terus
menerus mengeluarkan katak serta ular dari mulutnya, sampai-sampai ibunya pun
mengusirnya dari rumah.

Karena ia tidak tahu harus kemana dan tidak ada seorangpun yang mau menampungnya
karena sifatnya yang buruk, ditambah dengan katak-katak dan ular-ular yang terus keluar dari
mulutnya, maka akhirnya ia pun tinggal sendirian di tengah hutan.

Anda mungkin juga menyukai