Anda di halaman 1dari 5

Submitted as Final Assessment

Member of Group Translating 12 :


Atika Khairun Nisa (20190810149)
Muhammad Akbar Zamzami (20200810060)
Mukti Adyatma (20200810039)
Hemas Novita Devi (20200810127)

Translation English-Indonesia

Si Gagak dan Si Burung Hantu

Pada suatu hari, semua Burung - Angsa, Bangau, Burung Beo, Burung Cucakrowo, Burung
Hantu, Burung Merak, Burung Merpati, dan yang lainnya - memutuskan untuk bertemu. Mereka
harus membahas suatu hal yang sangat penting. Sayangnya, belum ada satupun Burung Gagak
yang bergabung, tetapi mereka tidak bisa menunggu lebih lama.

Mereka berdebat, "Garuda, yang merupakan raja dari semua burung, selalu sibuk melayani
tuannya. Dia tidak punya waktu, dan tidak berminat untuk peduli pada kita! Tidak ada gunanya
memiliki seorang raja yang tidak bisa melindungi rakyatnya, raja yang seperti itu hanyalah
sebagai simbol belaka."

Dan Burung-Burung itu pun berdiskusi, "Ayo pilih seorang raja di antara kita!"

Mereka mulai saling memandang; tiba-tiba, Burung Hantu menarik perhatian semua orang. Dia
kuat, memiliki karakteristik yang mengesankan, dan yang paling penting, dia bisa melihat di
malam hari, saat mereka paling tidak aman. Mereka setuju bahwa burung hantu akan menjadi
raja yang tepat untuk mereka.

Mereka berteriak, "Burung Hantu harus menjadi raja kita! Mari kita siapkan untuk penobatan
dirinya segera!"
Sesuai keputusan, Burung-Burung mengumpulkan 108 akar suci, air dari sungai-sungai suci, dan
menyiapkan tahta yang mewah dan banyak hiasan. Mereka bahkan menyebarkan tanah di depan
takhta dengan kulit Harimau. Para Brahmana, yang mereka undang, mulai melantunkan mantra
dari kitab suci, sementara Burung-Burung memukul drum, dan para Gadis cantik meniup kerang
dan menyanyikan lagu-lagu kegembiraan. Dengan peta semua Benua dan Samudera yang telah
digambar, Burung Hantu sudah siap untuk dinobatkan.

Pada saat Burung Hantu sedang diantar ke takhta untuk dinobatkan, seekor Burung Gagak pun
tiba. Dia bertanya dengan rasa ingin tahu, "Tolong beritahu saya alasan dari pertemuan besar ini,
dan perayaan mewah ini!"

Gagak memang dikenal karena kecerdasannya, dan Burung-Burung memutuskan untuk


menjelaskan dan meminta pendapatnya.

Para Burung menjelaskan, "Wahai Gagak, Garuda tidak punya waktu untuk peduli pada kita.
Jadi, kita telah memutuskan untuk menolaknya sebagai raja kami dan telah memilih burung
hantu sebagai raja baru kami. Karena kamu baru bergabung, bagaimana pendapatmu tentang
ini?"

Gagak tersenyum dan menjawab, "Menurut pendapat saya, sebaiknya kita tidak menobatkan
burung hantu sebagai raja kita!"

Dia terus menjelaskan, "Burung hantu buta pada siang hari. Dan lihatlah dia. Mengapa memiliki
raja yang jelek, sedangkan burung dikenal karena kecantikannya. Kita punya merak, angsa,
burung bulbul, burung merpati, dan banyak lagi yang terlihat begitu indah. Dan lihatlah dia, dia
terlihat begitu kejam dengan hidungnya yang bengkok dan mata sipitnya. Bagaimana dia akan
terlihat jika dia marah? Saya tentu menyarankan untuk tidak menobatkannya menjadi raja."

Burung-burung lain mulai mempertimbangkan pendapatnya, dan gagak terus dengan


argumennya, "Dan apa yang kita dapatkan dengan memilihnya sebagai raja kita? Kita sudah
memiliki Garuda sebagai raja kita. Hanya menyebut namanya akan menjauhkan musuh kita!
Tidak perlu sama sekali bagi kita untuk memilih raja baru dan mengganti Garuda!"

Setelah mendengar argumen dari Gagak, burung-burung mulai merenung, "Perkataannya benar.
Seluruh tujuan pertemuan kita tidak berguna. Mari kita berpikir sejenak dan bertemu lain waktu."

Satu per satu, burung-burung mulai terbang pergi. Bahkan para Brahmana dan gadis-gadis cantik
mulai pergi. Gagak masih duduk di dahan pohon. Tidak dapat memahami keributan itu, burung
hantu dan istrinya masih menunggu untuk dinobatkan sebagai raja dan ratu.

Burung hantu bertanya kepada istrinya, "Apa yang terjadi? Mengapa upacara penobatan ini
belum dimulai? Mengapa semua burung pergi?"

Istrinya menjawab, "Sepertinya Gagak itu menggagalkan upacara penobatan. Dia membujuk
semua burung lain untuk terbang pergi. Hanya dia, dengan motifnya yang tersembunyi, yang
masih tetap tinggal. Kita juga sebaiknya pulang."

Mendengar ini, burung hantu sangat sedih. Dia berteriak kepada gagak, "Kamu burung yang
jahat. Aku tidak mengganggumu dengan cara apa pun, dan masih saja kamu menghalangi
upacara penobatanku. Mulai hari ini, aku akan mengakhiri semua hubungan persahabatan
denganmu. Mulai sekarang, kaum kami dan kaummu tidak akan menjadi apa-apa selain musuh."

Burung hantu pergi dengan istrinya, untuk kembali ke rumahnya. Gagak ditinggalkan sendirian.

Dengan semua orang pergi, dia memutuskan untuk pergi juga. Sambil terbang pergi, dia berpikir,
"Kenapa aku mengutarakan pikiranku? Saran ku kepada burung-burung itu tidak diperlukan.
Karena saran ku, Gagak akan selalu memiliki Burung Hantu yang kuat sebagai musuh."

Orang bijak pernah mengatakan:

Simpan saranmu dan dengan hindari masalah.


Translation Indonesia-English

Golden Cucumber

In a village, there lived an old widow named Mbok Sarni. Every day, she spent her time alone as
she did not have any children. She truly wished to have a child to help her with the work.

One afternoon, Mbok Sarni went to the forest to gather firewood. In the middle of the way, she
encountered a giant. "Hey, where are you going?" asked the giant. "I am just collecting firewood,
so please let me pass," replied Mbok Sarni. "Hahaha... you may pass, but only if you give me a
human child to eat," said the giant. Mbok Sarni responded, "But I don't have any children."

After Mbok Sarni explained that she had no child but desired one, the giant gave her a cucumber
seed. The giant said, "Oh, old woman, I give you this cucumber seed. Plant it in your backyard,
and you will have a child after two weeks. However, remember to give the child to me when it
turns six."

After two weeks, the cucumber plant bore abundant fruit, and one of the cucumbers was quite
large. Mbok Sarni picked it, and upon cutting it open, she found a beautiful baby inside. The
baby was then named Timun Mas.

As Timun Mas grew daily, Mbok Sarni became delighted because her house was no longer
empty. All her work could be done quickly with Timun Mas's help.

Finally, one day, the giant came to claim his promise. Mbok Sarni was terrified and did not want
to lose Timun Mas. She said, "Oh giant, come back in two years. The older the child, the better it
will taste." The giant agreed and left Mbok Sarni's house.

Two years passed quickly, so every day, Mbok Sarni tried to figure out how to prevent her child
from being taken by the giant. Mbok Sarni was very anxious, and she had a dream one night. In
the dream, she was told to take Timun Mas to a hermit on the mountain.

The following day, Mbok Sarni instructed Timun Mas to go and meet the hermit. After meeting
the hermit, Timun Mas explained the purpose of the visit. The hermit then gave her four small
packages containing cucumber seeds, a needle, salt, and shrimp paste. "Throw these packages
one by one if the giant chases you," instructed the hermit. Timun Mas then went home and kept
the packages from the hermit.

In the morning, the giant returned to demand his promise. "Oh, old woman, where is the child? I
can't wait to eat it," shouted the giant. Mbok Sarni replied, "Don't take my child, oh giant, for I
love her dearly. It's better if I am the one you eat." The giant refused Mbok Sarni's offer and
became furious. "Where is the child? Where is Timun Mas?" shouted the giant.

Unable to bear seeing Mbok Sarni crying, Timun Mas emerged from her hiding place. "I am
here, giant; catch me if you can!" shouted Timun Mas.

The giant chased her, and Timun Mas threw the bags containing cucumbers. It was truly
magical; the forest turned into a lush cucumber field, hindering the giant as the cucumber vines
entwined around him. However, the giant eventually freed himself and continued chasing Timun
Mas. Then Timun Mas scattered the second bag containing needles, and tall and sharp bamboo
trees grew instantly. With bleeding legs from being pierced by the bamboo, the giant continued
the pursuit.

Next, Timun Mas opened the third bag containing salt. In an instant, the forest turned into a vast
sea. However, the giant quickly crossed the sea. Finally, Timun Mas scattered the shrimp paste,
and a boiling mud ocean immediately formed, causing the giant to plunge into it. In the end, the
giant died.

Timun Mas thanked the Almighty for being saved from the cruel giant. Finally, Timun Mas and
Mbok Sarni lived happily and peacefully.

Anda mungkin juga menyukai