Anda di halaman 1dari 7

NARASI

1.Pagi tiba, matahari muncul menutup bulan. Fajar bersinar dan membangunkan
setiap orang. Kicauan burung menyambut tiap insan yang beraktivitas. Bagai bernyanyi,
mereka berkicau dengan indah. Suasana pagi yang cerah, tiap mahluk hidup keluar dari
sarangnya dan menyapa sinar fajar, tak terkecuali gadis itu. Alarm bernyanyi, sang gadis
terbangun dari tidurnya. Ia meregangkan tubuhnya lalu bersapa salam pada sang surya.
Membuka jendela dan menemukan burung burung yang bernyanyi dengan merdu. Ia
membersihkan tempat dia menjelajahi alam mimpi.

Gadis itu bersiap, ia keluar dari rumahnya. Ia berjalan jalan sambil menikmati angin
pagi. Bersapa ramah pada tiap orang yang dijumpainya. Menuju taman, ia menyempatkan
diri untuk membeli cemilan. Ia menelusuri taman lebih dalam, sesekali ia ikut bermain
bersama anak anak disana. Mereka terlihat bahagia, bermain main dan tertawa bersama.
Gadis itu melanjutkan penelusurannya, ia mendudukkan diri pada kursi taman yang tak
jauh dari kolam. Berhistirahat sejenak, ia berdiri kembali dan memberi makan bebek bebek
yang ada di kolam itu. Setelah kegiatannya selesai, gadis itu pergi, kembali ke rumahnya.

2.Dia terbangun, manik matanya menatap lurus jarum jam yang terus berputar. Sang
rembulan masih menyapanya, dan hari masih gelap gulita. Mengandalkan cahaya
kamarnya yang remang remang, ia berjalan menuju saklar untuk menghidupkan lampu. Ia
lalu berjalan pelan ke meja tempat ia menaruh tumpukan kertasnya, lalu mulai mencari
ide untuk menulis. Waktu terus berputar, namun ia tak kunjung menemukan idenya.
Beranjak dari duduknya, ia mulai membuat secangkir cokelat panas untuk menghilangkan
rasa bosannya. Ia kembali mendudukkan diri untuk mulai menulis lagi. Dilihatnya ke arah
jendela, rembulan belum tertidur tetapi cahaya pagi mulai menunjukkan diri. Menyerah
karena tak mendapat ide, gadis itu kemudian berjalan keluar membawa secangkir cokelat
panas menuju balkon rumahnya.
Menikmati hembusan angin yang bertiup, gadis itu mulai bernyanyi sambil sesekali
menyesap cokelat panasnya. Merasa kurang puas dengan nyanyiannya, ia kembali ke
kamarnya dan mengambil sebuah gitar tuk ia mainkan. Petikan gitar itu mulai terdengar
disertai sebuah nyanyian yang merdu. Seolah mendukung, angin bertiup pelan
membentuk suatu irama yang membuat ia terhanyut dalam suasana. Angin bertiup pelan
menerbangkan helaian rambut hitamnya yang terurai. Denting demi denting berbunyi,
cahaya pagi mulai mengedar ke seluruh penjuru kota, namun sang gadis belum
menghentikan nyanyiannya. Ia menikmati alunan musik yang ia buat dari petikan gitar
yang ia mainkan, hingga tak sadar hari sudah pagi. Lonceng kota berdenting menandakan
bahwa rembulan telah tertidur dan fajar bersiap menyapa tiap orang. Gadis itu beranjak
dari duduknya, ia telah menyelesaikan permainannya. Ia termenung sebentar dan
memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk memulai hari. Mendapatkan ide, ia bergegas
bersiap dan mulai pergi ke tempat tujuannya.

3.Ia sudah siap, saatnya berangkat. Ia mengambil tasnya, lalu berjalan keluar rumah
menuju halte bus. Bus yang ditunggu sudah tiba, ia segera masuk dan mendudukkan diri
pada kursi paling nyaman yang ia suka. Meluruskan kakinya, ia beristirahat sejenak
melepas rasa lelah. Ia menyumbat telinganya dengan alunan musik yang merdu.
Kepalanya disandarkan pada kaca bus, ia menonton tiap kendaraan yang sedang berpacu di
atas aspal jalan yang tebal. Sesekali ia bersenandung untuk menghilangkan rasa bosan.
Perjalanan masih lama dan sekarang ia diserang rasa kantuk. Bagai menyerah pada musuh,
kepalanya terasa berat dan perlahan lahan matanya mulai terpejam. Gadis itu terbangun,
dia kemudian melihat jam tangannya. Ia sudah tertidur cukup lama, dan sesuai perkiraan
waktu, bus akan sampai pada tempat tujuan sebentar lagi.

Bus sampai pada tujuan. Ia berjalan keluar dari bus dan mulai memasuki pantai,
tempat yang ia tuju. Deburan ombak yang berlomba lomba mencapai pasir memanjakan
mata tiap orang. Menambah kesan sejuk, angin sepoi berhembus menggelitiki leher gadis
itu. Menikmati deburan ombak, ia mulai menjelajahi pantai itu dengan riang. Ia terhanyut
dalam suasana hingga tidak sadar mentari sudah turun. Kepalanya tengadah, maniknya
menatap ke arah langit. Cahaya jingga menghiasi langit sore hari ini. Ia mendudukkan diri
di atas pasir pantai yang basah, menikmati langit yang dibalut dengan cahaya jingga yang
memesona. Cahaya jingga itu senantiasa menemaninya, sampai cahaya itu menghilang
dibalik laut biru yang tenang.

Rembulan menampakkan diri, gelap menerpa tiap sisi pantai. Hampir seluruh
pengunjung pantai sudah pulang. Tak lama, lampu pantai menerangi jalan para
pengunjung yang tersisa untuk menuju penginapan. Gadis itu mengikuti arah cahaya itu,
ia memasuki penginapan dan mulai menaiki tangga untuk berjalan memasuki kamar yang
sudah ia pesan. Setelah memasuki kamar ia melepaskan sepatunya dan membersihkan diri.
Ia mendudukkan diri di karpet balkon kamarnya, menikmati pertujukan rembulan yang
menyapanya malam ini. Sebagai kenangan malam itu, ia mengambil gambar penampakan
pantai yang diterpa sinar bulan. Gadis itu menghabiskan malamnya dengan ditemani sinar
bulan dan malam yang dingin.

4.Ia kembali melirik jam dinding. Jam seolah berputar dengan cepat, sejak tadi ia
hanya bertengkar dengan tugasnya. Menit demi menit berlalu, waktu terus berputar,
namun tugas itu belum juga enggan berdamai dengannya. Lelah akan tugas, gadis itu
merasakan kantuk menyerang dan kepalanya terasa berat. Gadis itu tertidur di atas
tumpukan buku buku dan kertas yang berserakan di atas mejanya. Mentari turun dari atas,
cahaya jingga nan cantik memenuhi langit kota seperti biasanya. Nyanyian burung
burung yang berkicau di sarang mereka, seperti alunan musik, nyanyian burung itu
menguar di udara.

Ketukan pada pintu rumahnya membangunkan gadis itu, ia berjalan pelan untuk
membuka pintu rumahnya. Saat dibuka, dijumpainya seorang anak laki laki yang sedang
menatap kearahnya dan tersenyum lebar sambil bertanya apakah gadis itu mau
membantunya dan temannya yang lain. Ia tak mau menolak, karena sedari tadi ia terus
belajar, pikirannya butuh istirahat. Anak laki laki itu membawa dia ke sebuah taman yang
cukup jauh, anak laki laki itu mengatakan padanya agar dia membantu mereka menanam
bunga, dan mencabuti rumput liar yang tumbuh di taman itu. Gadis itu dengan senang
hati mau membantu, ia sudah lama tidak melakukan hal seperti ini. Ditemani cahaya senja
yang memenuhi langit kota, mereka mulai bekerja sama. Terkadang, gadis itu tersenyum
lembut mengaksikan interaksi anak anak yang bekerja sama mencabuti rumput liar.

Lonceng berbunyi, menandakan hari sudah semakin sore. Cahaya jingga yang
memenuhi langit menghilang digantikan sinar rembulan yang menerpa tiap penjuru kota.
Mulai malam, semua anak disana berpamitan utuk segera pulang kembali kerumah
mereka. Tidak terkecuali gadis itu, ia berjalan keluar dari taman itu dan menghampiri
sebuah supermarket untuk membeli kebutuhannya. Keluar dari sana, ia berjalan jalan
sambil menikmati angin malam yang berhembus pelan menerpa kulitnya.

Rembulan bersinar terang, menarik perhatian tiap orang untuk sekedar meliriknya. Ia
memeluk kedua lengannya guna mengusir dingin, melangkahkan kaki jenjangnya agar
segera menuju rumah. Hujan turun tanpa arahan, ia melangkahkan pasang kakinya lebih
cepat dan sesekali berlari cepat agar terhindar dari butiran hujan yang menghantam tanah.
Sampai di rumahnya, ia masuk dan cepat cepat membersihkan diri lalu pergi menuju
tempat tidurnya, untuk mulai menjelajahi alam mimpi.

5.Dia terlihat bingung, manik matanya menatap lurus pada kertas kosong itu.
Penanya menari nari di di udara, berusaha memikirkan sesuatu yang tak kunjung berhasil.
Menyerah pada pikirannya, ia berjalan pergi menuju balkon rumahnya, bertemankan
secangkir cokelat panas, ia mulai memetik gitarnya dan bersenandung dengan merdu.
Rambut cokelatnya yang dibiarkan terurai diterpa angin sepoi sepoi. Lagu demi lagu mulai
dinyanyikan, suara merdunya terbawa oleh angin. Bagai terhipnotis, burung burung yang
hinggap di dahan mulai mengepakkan sayapnya menuju balkon sang gadis, berkicau ria
mengikuti alunan musik merdu. Saat itu jalanan kota penuh dengan kicauan dan alunan
musik dari burung dan gadis itu. Terlalu hanyut dalam petikan gitar dan kicauan burung,
gadis itu tidak menyadari bahwa senja sudah menghilang dibalik gedung gedung pencakar
langit.

Rembulan muncul dibalik awan, pertanda hari sudah malam. Burung burung itu sudah
pergi, saat ini balkon itu hanya dipenuhi oleh kesunyian dan angin yang berhembus. Gadis
itu beranjak dari duduknya, kaki jenjangnya ia bawa menuju pagar balkon. Menikmati
semilir angin malam yang menyejukkan hati, sambil sesekali menyesap cokelat panasnya
yang hampir habis. Menatap lampu lampu kota yang menerangi malam, dan sesekali
menyapa bulan yang menerpa tiap penjuru kota dengan cahayanya.

Merasa cukup dengan angin malam, ia kembali masuk ke dalam rumahnya, kembali
bertemu dengan tugasnya. Menit demi menit berlalu dan malam semakin larut, rasa
kantuk yang dihindari datang menyerbu. Gadis itu menyerah, membawa dirinya menuju
kasur yang menemani dia setiap hari. Perlahan lahan, matanya mulai terpejam, dan tak
lama ia terlelap dan mulai menjelajahi alam mimpi. Setiap orang mulai berlalu lalang,
menuju tempat perlindungannya untuk mengistirahatkan tubuh, dan untuk menutup hari
di malam yang dingin ini.

6.Jam berdenting, dan jarum jarum nya terus berputar. Malam sudah tiba, langit
malam tampak indah dihiaskan cahaya dari rembulan yang sedang tidur. Perlahan rintik
hujan turun membasahi tanah, membentuk sebuah irama menenangkan yang mampu
menaklukkan tiap insan. Gadis itu terbangun, kelopak matanya berkedip kedip, berusaha
membuka. Dengan lunglai, ia bangkit dari tempat tidurnya. Pendengarannya menangkqp
suara jatuhnya hujan menggema di seluruh penjuru kota. Gadis itu menajamkan
pendengarannya agar da;pat mendengar suara hujan yang menenangkan. Ia mulai
membuka jendela kamarnya yang dilapisi dengan kaca tembus pandang agar ia dapat
menikmati pemandangan hujan yang turun itu.

Pemandangan hujan datang ditemani dengan cahaya fajar. Gemuruh suara hujan terus
menggema di penjuru kota. Di pagi hari ini, awan mendung menghiasi langit kota, rintik
hujan jatuh bertemu dengan tanah. Payung payung terlihat menopang hujan, menghalau
pemakainya agar tidak terkena deraian hujan. Gadis itu keluar dari huniannya, membawa
sebuah payung di genggamannya dan sebuah tas di pundaknya. Gadis itu berjalan
menerobos hujan dan membelah jalanan kota yang dipenuhi orang berlalu lalang.

Gadis itu berjalan menuju halte, menunggu bus datang untuk membawanya menuju
tempat tujuannya. Dengan perlahan ia menutup payungnya saat sudah tiba di halte. Tak
lama bus datang, ia segera menaikinya dan duduk di tempat ternyaman. Bus tersebut
kemudian berjalan, gadis itu memejamkan matanya, menikmati guyuran air hujan yang
membasahi tanah. Bus tersebut terus berjalan, melintas di atas aspal yang tebal. Hingga
beberapa waktu kemudian, bus itu tiba di halte pemberhentian. Si gadis keluar dari bus,
dengan sebuah payung di genggamannya yang kemudian mengembang untuk menghalau
deraian hujan. Jejak jejak kaki gadis itu tercetak sempurna di tanah yang basah. Ia berhenti,
memandangi gedung itu cukup lama, kemudian senyuman terbit di wajahnya. Dia
memasuki gedung itu, beramah tamah pada orang yang dijumpa, kaki kaki jenjangnya
terus bergerak hingga berhenti di suatu ruangan yang cukup luas.

Gadis itu masuk dan menjumpai banyak alat musik yang terpajang indah di beberapa
bagian ruangan. Matanya berbinar, menatap sebuah piano di sudut ruangan yang terbalut
rapi dengan kain putih. Sang gadis mendekati piano, mendudukkan diri di atas kursi yang
menemani piano itu, disibaknya kain putih yang membalut piano. Lalu tangannya mulai
mengangkat di udara kemudian berhenti di atas piano, tangannya dengan lincah mulai
bergerak menciptakan alunan nada indah yang menggema di setiap sudut ruangan. Piano
itu terus berdenting, menciptakan alunan nada nada yang indah. Dengan semangat yang
membara gadis itu terus bermain, tangan lentiknya senantiasa bergerak dengan lincah di
atas piano. Piano itu berhenti berdenting, tanda tangan sang gadis berhenti bermain.
Manik gadis itu kembali menutup, menyimpan suatu kenangan yang tercipta agar
membekas di ingatan.

New Beginning
1. Pagi tiba, matahari menampakkan diri ke permukaan. Seorang gadis dengan balutan
gaun biru sedang duduk dengan pandangan fokus. Tangan lentiknya bergerak anggun
diatas kanvas putih, seluruh jari jarinya terkena coretan berbagai warna. Gadis itu
menghela napas panjang, menyelipkan untaian rambut yang bergerak keluar dari
barisannya. Di atas rumput hijau, kaki nya bergerak dengan tenang tanpa balutan apapun.

Bulu matanya yang lentik bertambah cantik disaat wajahnya sedang penuh dengan
ekspresi semangat. Guratan guratan warna tersamar lembut di atas kanvas putihnya. Anak
anak berlarian, saling mengejar di bawah teriknya sinar matahari. Kupu kupu beterbangan
dengan indah dari satu bunga ke bunga lain. Semilir angin sepoi sepoi bertiup
menerbangkan aroma wangi dari toko roti di seberang taman. Pasangan muda mudi
berlalu lalang membawa sebuah kenangan. Gadis itu masih berfokus, menumpahkan
seluruh perhatian pada kanvas yang tergeletak di hadapannya. Suara suara mengalun bising
mengganggu fokus sang gadis. Alis cokelatnya mengkerut samar, kepalanya menggeleng
pelan. Ia menelengkan kepalanya, mencari titik tepat pada kanvas menggunakan kuas.
Wajah itu tersenyum manis, membiarkan tangan dan pikirannya bekerja sama.

Derap langkah mengarah padanya, menghalang terik sinar matahari dengan bayangan.
Seorang pria berperawakn tinggi, ikut duduk dan menginterupsi fokus sang gadis.
Genggamannya membawa sebotol minuman, dan sekantong roti. Tanpa aba-aba ia
mendorong roti itu menuju si gadis. Ia menerimanya dengan tangan yang berbalut sarung
tangan putih. Mereka menikmati haluan ranting pohon yang bergerak terbawa angin.
Melupakan segala rasa sejenak. Rindangnya pohon, menyejukkan tubuh mereka perlahan-
lahan. Kilau cahaya yang memantul

Anda mungkin juga menyukai