Anda di halaman 1dari 1

BANDA NEIRA

Mira terjaga kala langit begaris ungu. Suasana perkemahan tidak sepanas tadi malam pun dengan
suasana hatinya yang sedikit demi sedikit mulai mendingin. Masih sangat jelas terekam dalam
tempurung kepala Mira bagaimana magis dan epiknya atmosfir yang tercipta tadi malam diantara
manusia-manusia yang sudah sangat lelah dengan kehidupannya itu. Tidak, tidak ada yang
berteriak diatas tenggorokan berlomba menceritakan seberapa banyak sakit yang
disembunyikannya,tidak ada yang berlomba mengabsen seberapa banyak masalah yang datang
menghampirinya,dan seberapa banyak tangis disetiap detaknya. Bukan seperti itu, suara nyaring
tubuh,hati,pikiran yang sakit yang saling bersahutan berlomba dengan nyaringnya dersik Banda
Neira yang berkata. Terimakasih untuk malam panas yang hangat.

Usai bersihkan diri, dia bergegas mengemasi barang bawaan dan tenda. Sudah genap tuhuh hari
dirinya rehat dari kehidupan kota, kabur menyelamatkan diri dari drama keluarga. Dan hari ini
saatnya pulang kemudian berdamai. Mengecek sekali lagi takut ada barang yang terlupakan.
Tersenyum. Mira melangkahkan kakinya menuju bibir pantai…

Melihat ke sekelilingnya dalam hati Mira berbisik “terimakasih untuk tujuh hari yang
berharganya, tujuh hari belajarnya,tujuh hari sakitnya,tujuh hari bimbangnya,tujuh hari
bingungnya,dan tujuh hari sembuhnya. Kutinggalkan segala resah juga gundah, dan berjanjin
akan kembali membawa cerita baru yang isinya bahagia.

Berjalan menyusuri bibir pantai-“terimakasih Banda Neira”lirihnya- menuju pelabuan kecil


tempat perahu menunggu diisi penumpang yang ingin pulang. Dari Banda Neira Mira belajar
pelan dalam semua kesembuhan.

~desmainsdelala

Anda mungkin juga menyukai