Anda di halaman 1dari 3

coba

Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.
Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.
Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.
Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah

coba 1
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.
Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.
Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.

Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.

Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum

coba 2
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.

Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.

Sejak gerbang sekolah ku dibuka, matahari yang seharusnya hari itu masih bersinar
sudah menenggelamkan wujudnya dibalik awan. Langit terlihat gelap, padahal belum
waktunya malam. Hari ini hujan kembali membasahi jalanan beserta aku, yang menuju
pulang. Cuacanya dingin, dingin sekali. pikiranku kembali membeku, berhenti, seolah
mengerti akan perasaan hati, yang turut mendung mengikuti suasana alam yang saat
ini murung. Menutup mataku sejenak membuatku sedikit mengingat bagaimana hari itu
berbagi banyak cerita di malam yang sunyi, penuh ketenangan. Suasananya memang
riuh, gemuruh, namun malam itu, aku kembali merasakan betapa nyamannya berbagi
banyak cerita mengenai hari itu yang penuh tawa, dengan ia, sang pembuat tawa.

coba 3

Anda mungkin juga menyukai