Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelompok rentan adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, perempuan
hamil, dan orang dengan Disabilitas. Pada dasarNna yang disebut dengan kelompok
rentan jauh lebih kompleks dari pada yang didefinisikan dengan undang-undang.
Berdasarkan laporan tahunan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM) 2016. RendahNna kepedulian terhadap kelompok rentan merupakan pekerjaan
ruamh yang harus ditingakatkan oleh seluruh daerah, agar Pembangunan yang ingklusif
yaitu Pembangunan yang dapat dinikmati oleh semua lapisan Masyarakat yang luas.
Menurut Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan Hask Asasi Manusia dalam rangkaian
acara Hari HAM ke-72, pada Kamis 10 Desember 2020 lalu. Pada tahun 2021 pemerintah
muali focus dalam meNnelesaikan isu-isu HAM kelompok rentan, melalui program
RANHAM (Rencana Aksi Nasional HAM) periode kelima.
Kelompok rentan menurut Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah
semua orang yang menghadapi hambatan atau keterbatasan dalam menikmati standar
kehidupan yang layak. Kelompok rentan berhak mendapatkan perlakuan khusus untuk
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut UU No.39 Tahun 1999 Pasal 5 Ayat (3)
tentang Hak Asasi Manusia yang meNnatakan bahwa setiap orang yang termasuk
kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan
lebih. Kelompok rentan tersebut antara lain adalah orang lanjut usia, anak-anak, fakir
miskin, wanita hamil, dan peNnandang cacat. BaNnak faktor yang mengakibatkan
terjadiNna kerentanan dalam suatu kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah faktor
ekonomi, budaya, biologis dan psikologis. Hal tersebut mengakibatkan adaNna kelompok
rentan yang dapat menimbulkan dampak-dampak negatif di wilayah tertentu seperti
tingkat criminal yang tinggi, adaNna perpecahan kelompok, peNnimpangan
perilaku serta baNnakNna pengangguran. Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010
memberikan mandat kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak untuk meNnelenggarakan urusan di bidang pemberdayaan perempuan dan
perlindungan
anak, dengan tugas pokok dan fungsi meliputi 1) perumusan dan penetapan
kebijakan; 2) koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan; dan 3) pengawasan
ataspelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Khusus mengenai anak ada dua kedeputian yang bertanggungjawab yaitu Deputi Bidang
Perlindungan Anak dan Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak.
Berbagai macam adat-istiadat dengan beragam ras, suku bangsa, agama dan
bahasa itulah bangsa indonesia. Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar
didunia. Kekayaan dan keanekaragaman agama, etnik dan kebudayaan,ibarat pisau
bermata dua. Disatu sisi kekayaan ini merupakan khazanah yang patut dipelihara dan
memberikan nuansa dan dinamika bagi bangsa, dan dapat pula merupakan titik pangkal
perselisihan, konflik vertikal dan horizontal. Krisis multidimensi yang berawal sejak
pertengahan 1997 dan ditandai dengan kehancuran perekonomian nasional, sulit
dijelaskan secara mono- kausal. Keragaman ini diakui atau tidak, baNnak menimbulkan
berbagai persoalan sebagaimana yang kita lihat saat ini. Kurang mampuNna individu-
individu di Indonesia untuk menerima perbedaan itu mengakibatkan hal yang negatif.
Secara umum ras adalah golongan bangsa menurut ciri-ciri fisik. Adapula
pengertian lain dari ras yaitu, ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk
mengategorikan manusia dalam populasi dan berbeda melalui ciri fenotip, asal-usul dan
penampilan jasmani dan kesukuan yang terwarisi.
Asuhan Kebidanan pada masa rentan merupakan asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk golongan rentan pada umumNna dan khususNna dengan perbedaan ras.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu masa rentan
2. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada masa rentan
3. Untuk mengetahui asuahn kebidanan pada masa rentan dengan perbedaan ras

C. Manfaat
1. Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui ap aitu masa rentan,
asuhan kebidanan pada masa rentan, dan asuhan kebidanan pada masa rentan
dengan perbedaan ras.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
1. Definisi Kelompok Rentan
United Nation Office for Disaster Risk Reduction menjelaskan kerentanan
sebagai faktor fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang meNnebabkan seseorang
atau suatu komunitas semakin rawan mengalami keparahan akibat bencana.
Sementara, menurut Inter-agency Network for Education in Emergencies, kelompok
rentan adalah mereka yang memiliki kerentanan dan mengalami keterbatasan fisik,
mental, dan sosial sehingga tidak mampu mengakses layanan dasar dan
membutuhkan bantuan khusus dari negara atau komunitas lainNna.
Menurut pandangan kesehatanNational Collaborating Centre for Determinants of
Healthmenjelaskan kelompok rentan adalah kelompok atau komunitas yang berisiko
mengalami masalah kesehatan yang buruk. UmumNna, dikarenakan mereka tidak
dapat mencapai akses sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dalam buku yang berjudul Citizenship and Vulnerability, 34 Kerentanan
digunakan sebagai cara untuk menggambarkan sifat kepribadian yang rapuh dan
bergantung. Dengan demikian pada dasarNna kita semua dalam kondisi yang
berpotensi menjadi rentan berkenaan dengan berbagai risiko bentuk-bentuk baru dari
eksklusi sosial. Dalam buku ini disebutkan disabilitas sebagai contoh salah satu risiko
kondisi yang dapat terjadi pada setiap orang, dan memahami kondisi tersebut bahwa
pada satu titik kita secara fisik juga bergantung dengan orang lain. Penjelasan ini
dapat digunakan untuk bisa memahami kerentanan peNnandang disabilitas.
2. Definisi Ras
Menurut Dunn dan Dobshansky, Ras adalah persamaan gen/kateogri individu
secara turun-temurun mempuNnai ciri-ciri fisik dan biologis tertentu, ras mempuNnai
pengertian sercarabiologis dan fisik tidak termasuk sifat-sifat budaNnaNna.
Menurut Banton, Ras adalah suatu tandan peran, perbedaan fisik yang dijakdikan
dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda, pengertian ras ini meNnangkut
aspek biologis"ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dan lain-lain" dan aspek sosial
berkaitan peran dan kebiasaan yang dilakukan.
Menurut Chainur Arrasjid (Dosen Fakultas Hukum USU), Ras adalah segolongan
manusiayang memiliki persamaan sifat-sifat lahir tertentu yang dilanjutkan kepada
keturunanNna.
Secara umum ras adalah golongan bangsa menurut ciri-ciri fisik. Adapula
pengertian lain dari ras yaitu, ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan
untuk mengategorikan manusia dalam populasi dan berbeda melalui ciri fenotip, asal-
usul dan penampilan jasmani dan kesukuan yang terwarisi.

B. Macam-macam Ras di Dunia


Menurut A.L. Krober, macam-macam jenis ras di didunia, dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Ras Mongoloid, yaitu ras dengan kulit kuning:
Golongan bangsa yang termasuk ras mongoloid diantaraNna:
a. Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia tengah dan Asia Timur)
b. Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Kepulauan Indonesia, Malaysia
dan Filipina)
c. American Mongoloid (Orang Eskimo di Amerika Utara hingga penduduk
Terra del Frugo di Amerika Selatan)
2. Ras Negroid, yaitu ras dengan kulit hitam
Golongan bangsa yang termasuk dalam ras negroid, diantaraNna:
a. African Negroid (Benua Afrika)
b. Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Melayu, Filipina)
c. Melanisia (Papua dan Melanisia)
3. Ras Kaukasoid, yaitu ras dengan kulit putih
Golongan bangsa yang termasuk dalam ras kaukasoid, diantaraNna:
a. Nordic (Eropa Utara sekitar Laut Baltik)
b. Alpine (Eropa tengah dan Eropa Timur)
c. Mediterania (Sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Amerika, Arabia, Armenia
dan Iran)
4. Ras Khusus Yang Tidak Dapat diklasifikasikan
Ras tersebut diantaraNna:
a. Bushman (daerah Gurun Kahari di Afrika Selatan)
b. Veddoid (Pedalaman Sri Langka dan Sulawesi Selatan)
c. Australoid (Penduduk asli Australia)
d. Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polinesia)
e. Ainu (Pulau Kurufoto dan Hokaido di Jepang bagian utara)

C. Macam-macam ras di Indonesi


Macam-macam ras di Indonesia dan ciri-ciriNna adalah sebagai berikut:
1. Ras Mongoloid Barat dan Ras Australoid Barat (Zaman Es/Pleistosen)
Ras Mongoloid Barat persebaranNna meliputi Jawa. Madura, Sumatra, dan
Kalimantan. Ras Australoid Timur persebaranNna meliputi Papua.
2. Ras Negroid
Ras Negroid adalah gelombang migrasi penduduk yang pertama. Ciri fisikNna
adalah kulitNna berwarna hitam, berambut keriting, dan bertubuh tinggi. Ras ini
berasal dari benua Asia dan menetap di Papua. Ada juga yang meNnatakan bahwa
ras ini berasal dari orang-orang yang tinggal di Semenanjung Malaya dan Kepulauan
Andaman.
3. Ras Weddoid
Ras Weddoid adalah gelombang migrasi penduduk yang kedua dengan ciri-ciri
fisik berkulit hitam, berambut keriting, dan bertubuh sedang. Ras ini berasal dari
India bagian selatan. Mereka mendiami Kepulauan Maluku, Nusa Tenggara Timur
(NTT), dan Riau. Selain itu, ras ini biasaNna berasal dari orang Kubu yang tinggal di
Jambi, orang Sakai yang tinggal di Siak, dan orang yang tinggal di Kepulauan
Mentawai dan Enggaro.
4. Ras Melayu Mongoloid
Ras Melayu Mongoloid adalah gelombang migrasi penduduk ketiga. Ciri fisik
yang dimiliki adalah kulit sawo matang, berambut lurus, bentuk wajahNna cenderung
bulat, dan bertubuh sedang. Ras ini datang ke Indonesia terbagi menjadi 2
gelombang:
a. Ras Proto Melayu
Gelombang pertama disebut Proto Melayu (Melayu Tua). Kelompok ini
datang dari Tionghoa bagian selatan (Yunan). Suku yang termasuk ke dalam
ras ini diantaraNna adalah Suku Batak, Suku Toraja, dan Suku Dayak.
b. Ras Deutro Melayu
Gelombang kedua disebut Deutro Melayu (Melayu Muda). Ras ini masuk ke
Indonesia melalui Semenanjung Malaya, Madura, Jawa, Bali. Ras Deutro Melayu
memiliki ciri fisik yang sama dengan Ras Proto Melayu.
5. Ras Papua Melanezoid
Ras Papua Melanezoid mayoritas berada di Papua, Pulau Aru, dan Pulau Kai. Ras
ini memiliki ciri yang hampir sama dengan ras negroid. Namun, memiliki bibir yang
lebih tebal. Selain macam-macam ras yang telah disebutkan, ada juga ras lainNna
yang mendiami wilayah Indonesia. Ras-ras ini biasaNna tinggal di kota-kota besar
dan merupakan kaum pendatang. Ras-ras tersebut yakni:
6. Ras Asiatic-Mongoloid
Ras ini umumNna adalah kaum pendatang yang biasaNna bertempat tinggal di
kota-kota besar. Penduduk yang termasuk ras Asiatic-Mongoloid adalah Cina, Korea,
dan Jepang. Ras ini memiliki ciri-ciri seperti warna kulit kuning, mata sipit, bibir
tipis, rambut hitam dan cenderung lurus, serta tinggi badan rata-rata 155-165 cm.
Baca juga sejarah Hari Raya Cina, sejarah kemerdekaan Korea Selatan, dan masa
penjajahan Jepang di Indonesia.
7. Ras Kaukasoid
Penduduk yang termasuk ras ini ialah orang Timur Tengah, India, Australia,
Amerika, dan Eropa. Ras ini umumNna adalah kaum pendatang yang biasaNna
bertempat tinggal di kota-kota besar. Ras ini memiliki ciri-ciri seperti:
a. Warna kulit orang India agak kuning
b. Warna kulit orang Timur Tengah, Australia, Eropa, dan Amerika adalah putih
c. Rambut hitam atau pirang
d. Hidung mancung
e. Bibir tipis
f. Tinggi badan rata-rata 165-180 cm
D. Klasifikasi Ras
Pada dasarNna, pembagian atau klasifikasi ras dapat dilakukan dengan melihat tanda
fisik atau sifat fisik yang menurun. Tanda fisik tersebut diantaraNna:
1. Bentuk Badan
SebenarNna, bentuk badan tidak begitu besar nilaiNna untuk pembagian ras. Bisa
dikatakan manusia dewasa memiliki tinggi rata-rata sekitar 150-178 cm.
2. Bentuk Kepala
Bentuk kepala dihitung dengan mengetahui indeks kepala. Cara menghitungNna
yaitu lebar kepala dibagi panjangkepala dikalikan 100. Gigi kurang bermanfaat untuk
peNnelidikan karena bentuk gigi pada manusia tidak begitu baNnak berbeda. Manusia
purba dan manusia modern memiliki perbedaan yang mencolok. Manusia purba tidak
memiliki tulang dagu, tulang tersebut berkembang pada manusia lebih tinggi tingkat
perkembangan evolusi.
3. Bentuk Hidung
Indeks hidung didapatkan dengan cara membagi panjang dan lebar hidung dikali
100.
4. Warna Kulit, Warna Rambut dan Warna Mata
Warna kulit manusia bisa dibagi menjadi putih dan hitam. Selain warna tersebut
ada pula warna kulit lain seperti putih pada ras Nordic, kuning pada orang tionghoa,
sawo matang pada orang Dravida, kuning cokelat pada orang Polynesia, dan cokelat
hitam pada orang Negro. Warna Rambut juga bermacam-macam, ada yang hitam,
cokelat, pirang, putih dan kekuningan. Warna mata ada yang hitam, cokelat, biru,
hijau dan abu-abu.
5. Bentuk Rambut
Terdapat 5 bentuk rambut manusia yaitu lurus, bergelombang, keriting, krul dan
seperti wol.

E. Permasalahan Fisik pada Perbedaan Ras


Ras adalah konsep yang digunakan untuk mengategorikan sekelompok manusia.
Perbedaan anatomi tubuh (warna kulit, warna rambut, mata, tinggi badan, dan lain-lain),
budaya, genetika, afiliasi geografi, sejarah, bahasa, atau kelompok sosial digunakan untuk
mencirikan suatu kelompok manusia tertentu untuk mempermudah pengenalan
sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari.
Etnis adalah peNnebutan yang diberikan kepada sekelompok manusia yang
mendiami daerah tertentu serta memiliki adat kebiasaan sendiri. Gender adalah perbedaan
fungsi peran sosial yang dikonstruksikan oleh masyarakat terhadap laki-laki dan
perempuan. Gender tidak sama dengan seks atau jenis kelamin. Jenis kelamin terdiri dari
perempuan dan laki-laki yang telah ditentukan oleh Tuhan ketika manusia dilahirkan.
Sementara itu, gender bukanlah kodrat ataupun ketentuan Tuhan.

F. Permasalahan Pada Ras


1. Diskriminasi Rasial dan Etnis
Praktik diskriminasi terhadap ras dan etnis tertentu dipandang sesuatu yang wajar,
bahkan ras dan etnis tertentu dipandang rendah.
2. Diskriminasi gender
Diskriminasi gender adalah perlakuan yang berbeda terhadap laki-laki dan
perempuan, diskriminasi terhadap perempuan dipengaruhi oleh budaya. Di Indonesia
lebih berpihak pada kaum laki-laki dibandingkan dengan kaum perempuan.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN
PADA Nn.C DENGAN PERBEDAAN
RAS DI PMB BOBO (MARFUAH)

Tanggal Pengkajian :16 OKTOBER


2023 Jam : 08.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB BOBO (MARFUAH)

A. SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama : Nn. C
Umur : 15 tahun
Agama : Kristen
Ras / Bangsa : Papua / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Kenanga, Gg.Salak, BTN Sanggau Permai
2. Alasan Kunjungan
Nn, C ingin melakukan pemeriksaan
3. Keluhan Utama
Perbedaan warna kulit antara Nn. C dan lingkungan disekitarnya
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Nn.C mengatakan tidak pernah menderita penyakit HIV/AIDS,SIFILIS.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nn.C mengatakan tidak sedang menderita penyakit HIV/AIDS,SIFILIS.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nn.C mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit HIV/AIDS,
SIFILIS.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 30 Hari
Lama : 5 hari
BaNnakNna darah : 3 kali ganti pembalut
Aroma : Khas darah
Warna : Merah gelap
Konsistensi : Kental, mengalir
Disminore : Tidak ada
6. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan : 3 kali / hari
Minum : 8-10 gelas / hari
b. Pola Aktifitas Pekerjaan
Nn.C mengatakan pekerjaanNna sebagai ibu rumah tangga
c. Pola Istirahat
Siang : ±2 jam
Malam : ±6 jam
d. Personal Hygine
Mandi : 2 kali / hari
Keramas : 3 kali / minggu
Ganti Baju : 2 kali / hari
B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. TTV
TD : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80 kali / menit
Respirasi : 20 kali / menit
Suhu : 36,8 ̊ C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut bersih, rambut tidak ada rontok, kulit kepala tidak
berketombe.
b. Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
c. Muka : Tidak ada pucat, dan tidak udema.
d. Hidung : Simetris, bersih, dan tidak ada polip.
e. Telinga : Tidak ada penumpukan sekret.
f. Mulut : Bibir terlihat normal, tidak ada pecah-pecah, tidak ada caries gigi.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Tidak ada pembesaran vena jugularis.
h. Dada : Dada simetris, putting susu menonjol.
i. Ketiak : Tidak ada masa, tidak ada pembesaran getah bening.
j. Abdomen : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri tekan, dan bekas operasi.
k. Ekstremitas : Tidak ada udema. Tidak ada varises
C. ASSESSMENT
Diagnosa Kebidanan
Nn.C umur 15 tahun dengan keadaan normal.

D. PLAN
1. Perencanaan
a. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80 kali / menit
Respirasi : 20 kali / menit
Suhu : 36,8 ̊ C
Evaluasi : Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b. Memberitahu ibu tentang perbedaan ras
Perbedaan ras adalah suatu golongan penduduk suatu daerah yang memiliki sifat
sifat keturunan tertentu yang tidak sama dengan penduduk daerah lain nya.
Evaluasi : Nn. C sudah mengetahui tentang perbedaan ras
c. Memberitahu ibu tentang UU yang mengatur tentang perbedaan ras dan etnis
yaitu : UU No.40 Tahun 2008
BAB IV
ANALISA JURNAL

Jurnal Kasus di Lapangan Hasil/Kesimpulan


Fenomena 'Colorism' Nn. C usia 15 tahun dating Colorism merupakan bentuk diskriminasi
Sebagai Bentuk ke PMB dengan keluhan kepada seseorang karena perbedaan warna
Stratifikasi Sosial Di warna kulit yang berbeda kulit. Dalam Colorism biasanya mereka
dengan orang disekitarnya
Kawasan Asia yang memiliki warna kulit lebih cerah
Tenggara diberikan akses lebih mudah dalam berbagai
hal. Colorism dikatakan sebagai fenomena
global
Manusia merupakan spesies visual dan
masing-masing merespon satu sama lain
berdasarkan penampilan fisik, yang
membuat warna kulit sangatlahpenting.
Prasangka terhadap ras yang melekat pada
warna kulit tertentu, menjadikan warna kulit
sebagai sebuah identitas dan nilai yang
signifikan. Walaupun ras dibahas sebagai
penanda identitas yang penting, sebetulnya
warna kulit juga menjadi sangat signifikan
khususnya bagi negara-negara yang
memiliki masyarakat dengan keberagaman
populasi. Selama abad ke-21, dengan
perluasan komunitas dengan perkawinan
antarras dan imigrasi, warna kulit akan
menjadi hal yang lebih penting dibandingkan
dengan ras dalam interaksi publik maupun
pribadi. Hal ini disebabkan oleh fakta tak
terbantahkan bahwa secara visual warna
kulit seseorang tidak bisa disembunyikan,
sedangkan ras merupakan klasifikasi yang
dibentuk atau dikonstruksi dalam bingkai
politis dan terkadang hanya terlihat pada
surat resmi pemerintahan (Yeung, 2015).
Intimidasi Terhadap Nn. C usia 15 tahun dating Dalam film “Glory Road” karya James
Kaum Kulit Hitam ke PMB dengan keluhan Gartner terdapat adegan atau scene yang
Sebagai Bentuk warna kulit yang berbeda menunjukkan tindakan intimidasi terhadap
dengan orang disekitarnya
Perilaku Rasisme kaum kulit hitam. Adegan atau scene
tersebut dibagi menjadi 2 yaitu verbal dan
non verbal. Nilai-nilai rasis yang terdapat
dalam film “Glory Road” adalah
antisemitisme, etnosentrisme, dan
miscegenation, di mana pada adegan atau
scene 8, 9, 10, 15, 43, 44, 52, 55
menggambarkan antisemitisme, scene 65
untuk etnosentrisme dan adegan atau scene
8, 43, 55, 44 dan 65 untuk miscegenation.
Pesan yang disampaikan dalam film “Glory
Road” yaitu bahwa ciri fisik khususnya
warna kulit tidak dapat dijadikan sebuah
ukuran untuk melihat kemampuan dan
kecerdasan seseorang

ANALISIS JURNAL I
Judul FENOMENA 'COLORISM' SEBAGAI BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL DI
KAWASAN ASIA TENGGARA
Jurnal Jurnal Dinamika Global
Tahun Vol.7 No. 1, Juni 2022
Penulis Jusmalia Oktaviani
Email Peneliti jusmalia.oktaviani@lecture.unjani.ac.id
Abstrak Penelitian ini merupakan riset awal untuk melihat gambaran besar mengenai
Colorism di Kawasan Asia Tenggara. Colorism merupakan bentuk diskriminasi
kepada seseorang karena perbedaan warna kulit. Dalam Colorism biasanya
mereka yang memiliki warna kulit lebih cerah diberikan akses lebih mudah dalam
berbagai hal. Colorism dikatakan sebagai fenomena global, namun dalam
penelitian ini, peneliti bertujuan untuk menggambarkan fenomena tersebut di
kawasan Asia Tenggara. Metode yang peneliti gunakan adalah kualitatif dengan
pengumpulan data melalui focus group discussion dan studi pustaka. Kerangka
teoritis dalam studi ini adalah Poskolonialisme, konsep Kekerasan serta konsep
Colorism. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Colorism di wilayah Asia
Tenggara terjadi salah satunya diperkuat oleh inferioritas masyarakat di Asia
Tenggara terhadap kulit putih sebagai hasil dari penjajahan, akibat dari kelas-
kelas sosial yang selama ini dikonstruksi oleh penjajah untuk melanggengkan
kekuasaan mereka.
Pendahuluan Colorism, merupakan diskriminasi yang terjadi kepada seseorang karena warna
kulitnya, seperti yang didefinisikan oleh Bhattacharya (2012), menyatakan bahwa
Colorism, the differential treatment of individuals in economic and social
transactions based solely on differences in skin color, is pervasive in modern
societies. Expressed positively, Colorism is a preference for persons of lighter
skin; expressed negatively, it is the exclusion, denial, or penalizing of persons of
darker skin (Bhattacharya, 2012). Herring (2004) mengatakan dalam Obiora
Anekwe bahwa Colorism merupakan “discriminatory treatment of individuals
falling within the same ‘racial’ group on the basis of skin color” (Anekwe, 2014).
Dengan kata lain, Colorism berbeda dengan rasisme meskipun ada hubungan erat
antara keduanya, namun Colorism bisa terjadi tanpa memandang ras. Colorism
bisa terjadi dalam satu ras yang sama atau yang berbeda ras. Bila diskriminasi
dalam rasisme akan terjadi pada ras-ras tertentu saja, namun dalam hal Colorism
maka ada kecenderungan, orang yang warna kulit lebih cerah yang akan terpilih
atau mendapat keistimewaan meskipun rasnya sama. Gender pun kadang
berkaitan erat dengan Colorism, karena terkait dengan penampilan fisik mengenai
konstruksi sosial terhadap siapa yang lebih menarik, cantik, dan seterusnya dari
warna kulitnya. Akibatnya, wanita lebih sering mendapat dampak yang lebih
besar dalam fenomena ini dibanding pria (Norwood, 2015).
Kesimpulan Colorism bisa terjadi pada siapa pun tanpa memandang ras. Untuk kawasan Asia
Tenggara, Colorism diyakini terjadi sebagai sisa-sisa kolonialisme. Walaupun
orang kulit putih dalam hal ini ras Kaukasian di negara-negara tersebut masih
menjadi minoritas, namun orang-orang dengan kulit lebih cerah mendapatkan
perlakuan istimewa terutama dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan representasi
media.
Alamat Jurnal https://doi.org/10.36859/jdg.v7i01.1037

ANALISIS JURNAL II

Judul INTIMIDASI TERHADAP KAUM KULIT HITAM SEBAGAI BENTUK


PERILAKU RASISME (Analisis Semiotika Pada Film Glory Road Karya James
Gartner)
Jurnal Jurnal Komunitas
Tahun Vol. 2 No. 2 (2013)
Penulis Indri Puspitasari, Poundra Swasty Ratu Maharani Serikit
Email Peneliti indri.puspita17@gmail.com, poundra_swasty@yahoo.com
Abstrak Istilah rasisme pertama kali digunakan sekitar tahun 1930-an, istilah tersebut
digunakan untuk menggambarkan teori rasis yang mengacu pada fenomena
pembantaian orang Yahudi oleh Nazi. Film “Glory Road”, merupakan film kisah
nyata yang menggambarkan tentang fenomena rasisme pada tahun 1965 di
Amerika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai rasisme yang
digambarkan melalui perilaku intimidasi dan pesan yang ingin disampaikan dari
film “Glory Road”. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang
memfokuskan pada analisis semiotika yang dikembangkan oleh Roland Barthes.
Dalam film “Glory Road” terdapat adegan atau scene yang mengarah ke
Intimidasi, Antisemitisme, Etnosentrisme, dan Miscegenation yang
menyimpulkan bahwa film “Glory Road” memiliki nilai-nilai rasisme yang
digambarkan melalui perilaku intimidasi, dan pesan yang ingin disampaikan
adalah ciri fisik khususnya warna kulit tidak dapat dijadikan sebuah ukuran
untuk melihat kemampuan dan kecerdasan seseorang.
Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan ciri fisik yang berbeda-beda dan sifat
yang bermacam-macam pula. Perbedaan tersebut bukanlah suatu kesalahan,
namun manusia sendirilah yang kadang membuat perbedaan tersebut menjadi
suatu permasalahan sehingga muncul sikap yang saling membeda-bedakan
antara satu dengan yang lainnya. Permasalahan tersebut muncul karena adanya
sebuah prasangka negatif sehingga perasaan tidak suka yang disebabkan adanya
perbedaan antara satu sama lain itu pun muncul. Dalam hal ini, perbedaan yang
dimaksudkan adalah perbedaan warna kulit hitam dan kulit putih.
Kesimpulan Dalam film “Glory Road” karya James Gartner terdapat adegan atau scene yang
menunjukkan tindakan intimidasi terhadap kaum kulit hitam. Adegan atau scene
tersebut dibagi menjadi 2 yaitu verbal dan non verbal. Nilai-nilai rasis yang
terdapat dalam film “Glory Road” adalah antisemitisme, etnosentrisme, dan
miscegenation, di mana pada adegan atau scene 8, 9, 10, 15, 43, 44, 52, 55
menggambarkan antisemitisme, scene 65 untuk etnosentrisme dan adegan atau
scene 8, 43, 55, 44 dan 65 untuk miscegenation. Pesan yang disampaikan dalam
film “Glory Road” yaitu bahwa ciri fisik khususnya warna kulit tidak dapat
dijadikan sebuah ukuran untuk melihat kemampuan dan kecerdasan seseorang.
Alamat Jurnal https://jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/JKOM/article/view/93

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Ras adalah suatu ciri peran, perbandingan fisik yang dijadikan kaidah untuk
memutuskan peran yang berbeda-beda. Ras dapat diartikan secara fisik dan sosial. Ras
secara fisik meliputi kondisi fisik yang tampak, sedangkan secara sosial meNnangkut
peran dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan.
Ras adalah konsep yang digunakan untuk mengategorikan sekelompok manusia.
Perbedaan anatomi tubuh (warna kulit, warna rambut, mata, tinggi badan, dan lain-lain),
budaya, genetika, afiliasi geografi, sejarah, bahasa, atau kelompok sosial digunakan untuk
mencirikan suatu kelompok manusia tertentu untuk mempermudah pengenalan
sekelompok orang dalam kehidupan sehari-hari. Etnis adalah peNnebutan yang diberikan
kepada sekelompok manusia yang mendiami daerah tertentu serta memiliki adat
kebiasaan sendiri.
Praktik diskriminasi terhadap ras dan etnis tertentu dipandang sesuatu yang wajar,
bahkan ras dan etnis tertentu dipandang rendah. Diskriminasi gender adalah perlakuan
yang berbeda terhadap laki-laki dan perempuan, diskriminasi terhadap perempuan
dipengaruhi oleh budaya. Di Indonesia lebih berpihak pada kaum laki-laki dibandingkan
dengan kaum
Perempuan
Dengan adanya perbedaan tersebut dapat menjadikan kelompok rentan tertentu
khusuNna dengan perbedaan ras dapat mengalami deskriminasi. Oleh sebab itu penulis
ingin memberikan asuhan kebidanan pada kelompok rentan dengan perbedaan ras.

B. Saran
Dengan mempelajari makalah ini penulis berharap pembaca dapat mempelajari
asuhan pada kelompok rentan dengan perbedaan ras. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural Cross-cultural Understanding untuk Demokrasi dan


Keadilan (Pilar Media, Yogyakarta: 2005), hal. 3 2

Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural (PT.Gelora Aksara


Pratama,Jakarta: 2005). hal. 21

Jurnal Dinamika Global Vol.7 No. 1, Juni 2022 P-ISSN 2548-9216 | E-ISSN 2684-9399
https://doi.org/10.36859/jdg.v7i01.1037

Arge, Rahman. 2008. 200 Kolom Pilihan: Permainan Kekuasaan. Jakarta: Kompas.

Baron, Roberta A. dan Donn Byrne. 2003. Psikologi Sosial. (Ratna Djuwita). Jilid 1. Edisi
Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.

Dayakisni, Tri dan Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press. 12 Liliweri, Alo.
2005. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur.
Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.

Spoonley, Paul. 1990. Ethnicity and Racism. (Steve Maharey). Cetakan 2. Melbourne: Oxford
University Press.

Van Klinken, Gerry. 2007. Perang Kota Kecil: Kekerasan Komunal dan Demokratisasi di
Indonesia. Jakarta: KITLV dan Yayasan Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai