Anda di halaman 1dari 39

KLINIK PRATAMA

“AL HIKMAH”
Jl. Raya Srono-Rogojampi ds Gladag
Kec.Rogojampikab.BanyuwangiTlpn 081216958194
Email :alhikmahklinik8@gmail.com
KodePos 68462

KEPUTUSAN
PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA AL HIKMAH
Nomor : 62.0/SK/AHK/III/2023

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN

KLINIK ALHIKMAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGUNG JAWAB KLINIK PRATAMA AL HIKMAH

Menimbang : a. Bahwa farmasi merupakan unsur penunjang utama


dalam pelayanan pasien di klinik;
b. bahwa pelayanan kefarmasian merupakan pekerjaan
yang membutuhkan tanggungjawab profesi secara
baik dan benar untuk menjamin mutu dan
keselamatan pasien, maka perlu ditunjuk
Penanggung jawab Pelayanan Kefarmasian di Klinik
Al Hikmah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun


2009, tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
2014, tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

1 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Nomor 31 tahun 2016 Perubahan Permenkes nomor
889-2011 Registrasi, Izin Praktik dan Izin Tenaga
Kerja Kefamasian;
5. Peraturan Menteri KesehatanRepublik Indonesia
Nomor 9 tahun 2014, tentang Klinik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 34tahun
2021, tentang Standar pelayanan Kefarmasian di
Klinik.

MEMUTUSKAN

Menetapkan

KESATU : KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB AL HIKMAH


TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN di
KLINIK AL HIKMAH.

KEDUA : Nama Penanggungjawab Pelayanan Kefarmasian berikut


Surat Perjanjian Kerjasama sebagaimana tercantum dalam
lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Surat Keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan

apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan


diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Gladag
Pada tanggal : 3 Maret 2023
PENANGGUNG JAWAB KLINIK AL HIKMAH

dr. Nastiti Putri Ariani

2 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


LAMPIRAN 1 : SURAT KEPUTUSAN PENANGGUNG JAWAB
KLINIK AL HIKMAH

NOMOR : 62.0/SK/AHK/III/2023

TANGGAL : 3 Maret 2023

TENTANG : PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN


KEFARMASIAN di KLINIK AL HIKMAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fasilitas kesehatan merupakan suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
kuratif, preventif maupun rehabilitatif yang dilakukan pemerintah
pusat, daerah, dan aatu masyarakat. Klinik berperan dalam
meningkatkan akses masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang
komprehensif, bermutu dan merata bagi semua lapisan masyarakat.
Berdasarkan permenkes nomor 9 tahun 2014, tentang klinik
berdasarkan jenis layanan yang diberikan klinik dikategorikan
menjadi klinik pratama dan klinik utama. Klinik Al Hikmah
merupakan klinik pratama yang memberikan pelayanan rawat inap
dimana diwajibkan melakukan pelayanan kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian di klinik sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 34 tahun 2021,
apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian sehingga
pelayanan yang diberikan bermutu dan optimal, mampu melindungi
pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien serta menjamin kepastian hukum
bagi tenaga kefarmasian.

3 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


B. TUJUAN
Pedoman pelayanan Kefarmasian ini bertujuan sebagai acuan dalam
melaksanakan proses pelayanan kefarmasian di Klinik Al Hikmah.
C. SASARAN
Sasaran dari dibuatnya pedoman pelayanan kefarmasian ini adalah
Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian dan tenaga lain yang
membantu dalam terlaksananya pelayanan kefarmasian di Klinik Al
Hikmah.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan kefarmasian di Klinik AL Hikmah meliputi 2
(dua) kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa
penggelolaan sediaan farmasi dan BMHP dan kegiatan pelayanan
farmasi klinis.
E. BATASAN OPERASIONAL
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

4 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di klinik Al Hikmah
dilaksanakan oleh 2 (dua) orang Apoteker.
B. Distribusi Ketenagaan
Table 2.1
Disttribusi Ketenagaan di pelayanan Kefarmasian di Klinik Al Hikmah
Jenis Tenaga Jumlah
Apoteker 2 Ruang Farmasi

C. Jadwal Kegiatan
Table 2.2 Jadwal Kegiatan
Jenis Bulan
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Perencanaan √ √ √ √ √ √ √ √
Pengadaan √ √ √ √ √ √ √ √
Penerimaan √ √ √ √ √ √ √ √
Penyimpanan √ √ √ √ √ √ √ √
Pencatatan √ √ √ √ √ √ √ √
Pelaporan √ √ √ √ √ √ √ √
Pelayanan √ √ √ √ √ √ √ √
Resep
Pelayanan √ √ √ √ √ √ √ √
Informasi
Obat
Konseling √ √ √ √ √ √ √ √
Visite Pasien √ √ √ √ √ √
Rekonsiliasi √ √ √ √ √ √

5 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Pemantauan √ √ √ √ √ √ √ √
Terapi Obat
Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √
Penggunaan
Obat
Pelayanan √ √ √ √ √ √ √ √
Kefarmasian
di rumah
Monitoring √ √ √ √ √ √
efek
samping obat
Evaluasi √ √ √ √ √ √ √ √
Catatan :
Pencatatan dilakukan setiap ada penerimaan dan pengeluaran
sediaan farmasi dan BMHP
Penerimaan untuk obat program (TB, KB) bisa sewaktu waktu
Bila ada kekosongan stok sediaan farmasi maka unit farmasi
melakukan pembelian di sarana resmi lain

6 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB III

A. Denah Ruangan

3 meter

Bawah Lemari Rak obat dan Lemari


ES sediaan farmasi arsip
Tangga

Meja
Racik
Rak obat
2 meter

Meja Penerimaan dan


penyerahan R/

Jendela Lebar

Gambar 3.1 Denah Ruang Pelayanan Farmasi

B. Standar Fasillitas
Standar fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di klinik meliputi sarana yang memiliki fungsi
1. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep 1
(satu) set meja dan kursi. Ruang penerimaan resep
ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh
pasien.
2. Ruang pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara
terbatas)
Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan
secara ter batas meliputi rak sediaan farmasi sesuai kebutuhan
dan meja racikan. Di ruang peracikan disediakan peralatan
peracikan, air mineral layak minum untuk pengencer, sendok
sediaan farmasi, bahan pengemas sediaan farmasi, blanko
Salinan resep, etiket dan label sediaan farmasi, buku catatan
pelayanan resep, buku buku referensi/standard sesuai

7 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


kebutuhan, serta alat tulis secukupnya. Ruang diatur agar
mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup
3. Ruang penyerahan sediaan farmasi
Ruang penyerahan sediaan farmasi meliputi konter penyerahan
sediaan farmasi, buku pencatatan penyerahan dan pengeluaran
sediaan farmasi. Ruang penyerahan sediaan farmasi
digabungkan dengan ruang penerimaan resep.
4. Ruang penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperature, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas. Selain itu juga
memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak atau
lemari sediaan farmasi, pallet, pendingin ruangan (AC) , lemari
pendingin, lemari penyimpanan sediaan farmasi khusus,
pengukur suhu dan buku pencatatan suhu
5. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP dan
pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu
6. Ruang apoteker dan konseling
Ruang apoteker merangkap ruang konseling dilengkapi dengan
satu set meja dan kursi dilengkapi dengan satu set computer.
Istilah ‘ruang’ disini tidak harus diartikan sebagai bentuk
ruangan secara fisik namun lebih kepada fungsi yang
dilakukan. Bila memungkinkan, setiap fungsi tersebut
disediakan ruangan tersendiri. Jika tidak, maka dapat
digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi namun harus terdapat
pemisahan yang jelas antar fungsi.

8 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pelayanan kefarmasian di Klinik AL Hikmah meliputi 2
(dua) kegiatan yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa
penggelolaan sediaan farmasi dan BMHP dan kegiatan pelayanan
farmasi klinis.

B. Metode
Metode pelayanan kefarmasian di klinik menggunakan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Klinik yang diterbitkan oleh kementrian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2019. Standar pelayanan
kefarmasian di klinik mengatur serangkaian proses pelayanan
kefarmasian di klinik secara manajerial maupun klinis sehingga
tenaga kefarmasian di klinik dapat menjamin mutu dan stabilitas
sediaan farmasi, memastikan pasien mendapatkan obat yang tepat
dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam terapi pengobatan.
Dengan dilaksanakan pelayanan kefarmasain sesuai standard
pelayanan kefarmasian di klinik tersebut diharapkan keberhasilan
terapi pasien dapat tercapai dan masalah masalah yang terjadi yang
diakibatkan oleh obat dapat dihindari dan diatasi.

C. Langkah Kegiatan
1. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
Pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP salah satu kegiatan
pelayanan kefarmasian yang dimulai dari perencanaan,
permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian serta administrasi.
Tujuannya adalah untuk menjamin kelangsungan ketersediaan
dan keterjangkauan sediaan farmasi dan BMHP yang efisien,

9 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


efektif, dan rasional, meningkatkan kompetensi/kemampuan
tenaga kefarmasian, mewujudkan system informasi manajemen
dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP melliputi
a. Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai perencaan merupakan proses kegiatan tahap awal
seleksi sediaan farmasi dan bahan Medis Habis Pakai untuk
menentukan jumlah dan jenis sediaan farmasi dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klinik.
Tujuan perencanaan adalah
1) mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah sediaan farmasi
dan bahan medis habis pakai yang mendekati kebutuhan
2) Meningkatkan penggunaan sediaan farmasi seara rasional
3) Menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
BMHP
4) meningkatkan efisiensi penggunaan sediaan farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai
b. pengadaan sediaan farmasi dan BMHP
Pengadaan merupakan kegiatan merealisakan kebutuhan yang
telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian untuk
menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan
harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan perundang
undangan.
Pengadaan harus memperhatikan hal berikut ini :
1) Sediaan farmasi harus diperoleh dari pedagang besar
farmasi PBF yang memiliki izin.
2) Alat kesehatan dan BMHP dari penyalur alat kesehatan
yang memiliki izin.
3) Terjamin keaslian, legalitas dan kualitas setiap sediaan
farmasi, alat kesehatan dan BHMP yang dibeli.
4) Datang tepat waktu dan lengkap sesuai dengan perencanaa
5) Dokumen terkait mudah ditelusuri.

10 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


c. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Penerimaan dan
pemeriksaan merupakan kegiatan pengadaan bertujuan obat
yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya
berdasarkan Faktur Pembelian dan/atau Surat Pengiriman
Barang yang sah.

Penerimaan sediaan farmasi di klinik harus dilakukan oleh


Apoteker. Bila Apoteker berhalangan hadir, penerimaan
sediaan farmasi dapat didelegasikan kepada Tenaga
Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker. Pendelegasian
dilengkapi dengan Surat Pendelegasian Penerimaan sediaan
farmasi.

Semua petugas yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan


bertanggungjawab atas ketertiban penyimpanan, pemindahan,
pemeliharaan dan penggunaan obat dan BMHP berikut
kelengkapan catatan yang menyertainya.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan
memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian
serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu sediaan
farmasi, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan bertujuan untuk memelihara dan
mempertahankan mutu sediaan farmasi sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, menghindari penggunaan yang
tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan serta
memudahkan pencarian dan pengawasan.
Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dengan
mempertimbangkan hal hal berikut :

11 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


1) Bentuk dan jenis sediaan
2) Stabilitas (suhu, kelembaban, cahaya)
3) Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
4) Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus

e. Pendistribusian
Pendistribusian sediaan farmasi dan BMHP merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan
BMHP secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan
unit. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sediaan
farmasi dan BMHP unit pelayanan dengan jenis, mutu, jumlah
dan waktu yang tepat. Unit pelayanan pelayanan kesehatan di
dalam lingkungan klinik meliputi unit rawat inap, ruang
farmasi, UGD, ruang bersalin, diberikan berdasarkan resep
yang diterima atau sesaui kebutuhan.
f. Pemusnahan dan penarikan
Penarikan sediaan farmasi dilakukan oleh tenaga kefarmasian
di unit pelayanan untuk obat obat :
1) Tidak memenuhi persyaratan mutu
2) Telah kadaluarsa
3) Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam
pelayanan kesehatan atau ilmi pengetahuan
4) Dicabut izin edarnya
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi
standar/ketentuan peraturan perundang undangan
dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada kepala BPOM.
Pemusnahan sediaan farmasi dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian yang memiliki ijin
praktek dan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.

12 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima)
tahun dapat dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan
oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas
lain di klinik dengan cara dibakar atau cara pemusnahan
lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
g. Pengendalian sediaan farmasi dan BMHP
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan
jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui
pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan
dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kedaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan.
Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu
stok baik dengan cara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang-kurangnya memuat nama sediaan farmasi,
tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah
pengeluaran dan sisa persediaan.

Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk


memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga
tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
sediaan farmasi di klinik.
h. Administrasi Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap
seluruh kegiatan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
yang diterima, disimpan, didistribusikan, dan digunakan unit
pelayanan.
Tujuan pencatatan dan pelaporan :
1) Bukti bahwa pengelolan sediaan farmasi dan BMHP telah
dilakukan

13 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


2) Sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian
3) Sumber data untuk pelaporan

i. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan sediaan farmasi dan


BMHP dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk
1) Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan
dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP sehingga
dapat menjaga kualitas maupun pemerataan pelayanan
2) Memperbaiki secara terus menerus pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP
3) Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan

2. Kegiatan pengelolaan pelayanan farmasi klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung dan
bertanggung jawab yang diberikan Apoteker kepada pasien terkait
sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai untuk meminimalisir
resiko terjadinya efek samping karena obat bertujuan meningkatkan
keselamatan pasien (pasient safety). Pelayanan farmasi klinik
yang dilakukan bertujuan untuk

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan


kefarmasian
b. Memberikan pelayanan kefarmasian yang dapat menjamin
efektifitas, keamanan dan efisiensi sediaan farmasi dan BMHP
c. Meningkatkan kerjasama dengan porfesi kesehatan lain dan
kepatuhan pasien yang terkait pelayanan kefarmasian
d. Melaksanakan kebijakan sediaan farmasi di klinik dalam rangka
meningkatkan penggunan sediaan farmasi secara rasional.
Pelayanan farmasi klinik meliputi
a. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan klins
baik untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap

14 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Persyaratan administrasi meliputi:
1) Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien
2) Nama dan paraf dokter
3) Tanggal resep
4) Ruang/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi
1) Bentuk dan kekuatan sediaan
2) Dosis dan jumlah sediaan
3) Stabilitas dan kesediaan
4) Aturan dan cara penggunaan
5) Inkompatibilitas (ketidak campuran sediaan)
Persyaratan klinis meliputi
1) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan sediaan
2) Duplikasi pengsediaan farmasi (poli farmasi)
3) Alergi, interaksi dan efek samping sediaan
4) Kontra indikasi
5) Efek aditif
Kegiatan penyerahan (dispensing) dan pemberian informasi
sediaan farmasi merupakan kegiatan pelayanan farmasi yang
dimulai dari tahap menyiapkan/meracik sediaan farmasi,
memberikan label/etiket, menyerahkan sedian farmasi dengan
informasi yang memadai disertai pendokumentasian.
Tujuan :
1) pasien memperoleh sediaan farmasi seuai dengan kebutuhan
klinis/pengsediaan farmasi
2) pasien memahami tujuan pengsediaan farmasian dan
mematuhi intruksi pengsediaan farmasi
b. Pelayanan Informasi Sediaan Farmasi (PIO)
PIO merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas, dan
terkini kepada dokter, apoteker, perawat, bidan, profesi kesehatan
lainnya dan pasien.

15 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Tujuan :
1) Menyediakan informasi mengenai sediaan farmasi kepada
tenaga kesehatan lain di lingkungan klinik.
2) menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang
berhubungan dengan sediaan farmasi (contoh: kebijakan
permintaan sediaan farmasi oleh unit dengan
mempertimbangkan stabilitas, harus memiliki alat
penyimpanan yang memadai)
3) menunjang penggunaan sediaan farmasi yang rasional
Kegiatan :
1) memberikan dan meyebarkan informasi kepada konsumen dan
pasien secara pro aktif dan pasif
2) menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan
melalui telepon, whatapp maupun tatap muka
3) membuat buletin, leaflet, label sediaan farmasi, poster, dan
lainnya
4) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan
maupun pasien rawat inap serta masyarakat
5) melakukan pendidikan dan atau pelatihan bagi tenaga
kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya terkait sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai
6) mengkoordinasikan penelitian terkait sediaan farmasi dan
kegiatan pelayanan kefarmasian
Faktor faktor yang perlu diperhatikan:
1) sumber informasi sediaan farmasi
2) tempat
3) tenaga
4) perlengkapan

c. Konseling
Konseling Obat merupakan proses interaktif antara Apoteker
dengan pasien dan atau keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran serta kepatuhan sehingga

16 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan.
Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime
questions, meliputi
1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat Anda?
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
Anda?
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang
diharapkan setelah Anda menerima terapi obat tersebut?.
Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Health Belief Model yaitu mencoba
menjelaskan dengan berfokus pada sikap dan keyakinan individu.
Apoteker bila perlu memperagakan dan menjelaskan mengenai
cara penggunaan sediaan farmasi. Apoteker harus melakukan
verifikasi akhir bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami obat yang digunakan.
Faktor yang perlu diperhatikan :
1) kriteria pasien
a. pasien rujukan dokter
b. pasien dengan rujukan dokter
c. pasien dengan sediaan farmasi yang berinteraksi terapetik
sempit dan poli farmasi
d. pasien geriatri
e. pasien pediatri
f. pasien pulang dengan kriteria di atas
2) sarana dan prasarana
a. ruangan khusus
b. kartu pasien/catatan konseling
setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan
mendapat resiko terkait sediaan farmasi misalnya komorbiditas,
lanjut usia, lingkungan sosial, karakteristik sediaan farmasi,
kompleksitas sedian farmasi, kompleksitas penggunaan sediaan

17 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


farmasi kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan tentang bagaimana menggunakan sediaan farmasi
atau dan alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefamasian di
rumah (home pharmacy care) yang bertujuan tercapainya
keberhasilan terapi sediaan farmasi.
d. ronde/visite pasien
merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan
lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi dan lainnya.
Tujuan :
1) Memeriksa sediaan farmasi pasien
2) Memberiikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan
sediaan farmasi dengan mempertimbangkan diagnosis dan
kondisi klinis pasien
3) Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan
penggunaan sediaan farmasi
4) Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi
kesehatan dalam terapi pasien
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan,
pembuatan dokumenatsi dan rekomendasi
Kegiatan visite mandiri :
1) Untuk pasien baru
a. apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan
dari kunjungan
b. memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi
dan jadwal pemberian sediaan farmasi
c. menanyakan sediaan farmasi yang sedang digunakan atau
dibawa dari rumah, mencatat jenisnya dan melihat
instruksi dokter pada catatan pengsediaan farmasian
pasien.
d. Mengkaji terapi sediaan farmasi lama dan baru untuk
memperkirakan masalah terkait sediaan farmasi yang
mungkin terjadi

18 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


2) untuk pasien lama dengan instruksi baru
a. menjelaskan indikasi dan cara penggunaan sediaan
farmasi baru
b. mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah
pemberian sediaan farmasi
3) untuk semua pasien
a. Memberikan keterangan pada catatan pengsediaan
farmasian pasien
b. Membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam satu buku yang akan
digunakan dalam setiap kunjungan
4) Kegiatan visite bersama tim
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti memeriksa
catatan pengsediaan farmasian pasien dan menyiapkan
pustaka penunjang
b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan pasien dan
atau keluarga pasien terutama tentang sediaan farmasi
c. Menjawab pertanyaan dokter tentang sediaan farmasi
d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi
pengsediaan farmasian seperti sediaan farmasi yang dihentikan
sediaan farmasi baru perubahan dosis dan lain lain
Hal hal yanng perlu diperhatikan :
a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif
b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien
dan tim
c. Memahami teknik edukasi
d. Mencatat perkembangan pasien
Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada
kemungkinan terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya
kepatuhan pengguna sediaan farmasi. Untuk itu perlu adanya
pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care) agar
terwujud komitmen keterlibatan dan kemandirian pasien dalam
penggunan sediaan farmasi sehingga tercapai keberhasilan

19 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


terapi sediaan farmasi

e. Monitoring efek samping obat (MESO)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis
diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi biologis.
Tujuan :
1) Menemukan efek samping sediaan farmasi sedini mungkin
terutama yang berat tidak dikenal dan frekuensinya jarang
2) Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping sediaan
farmasi yang sudah sangat dikenal atau yang baru saja
ditemukan
Kegiatan :
1) Menganalisis laporan efek samping sediaan farmasi
2) Mengidentifikasi sediaan farmasi dan pasien yang mempunyai
resiko tinggi mengalami efek samping sediaanfarmasi
3) Mengisi formulir monitoring efek samping sediaan farmasi
(MESO)
4) Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat sediaan
farmasi nasional
Faktor yang perlu diperhatikan
1) Kerjsama dengan tim kesehatan lain
2) Ketersedian formulir monitoring efek samping sediaan farmasi
3) Pemantaun terapi sediaan farmasi
4) Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi sediaan farmasi yang efektif, terjangkau
dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek
samping.
Tujuan :
1) Mendeteksi masalah yang tekait dengan sediaan famasi
2) Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait
dengan sedian farmasi

20 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Kriteria pasien :
1) Anak anak dan lanjut usia ibu hamil dan menysuuai
2) Menerima sediaan farmasi lebih ari lima jenis
3) Adanya multi diagnosa
4) Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati
5) Menerima sediaan farmasi dengan indeks terapi dempit
6) Menerima sediaan farmasi yang sering diketahui menyebabkan
reaksi sediaan farmasi yang merugikan
Kegiatan:
1) Memilih pasien yang memenuhi kriteria
2) Membuat catatan awal
3) Memperkenalkan diri kepada pasien
4) Memberikan penjelasan kepada pasien
5) Mengambil data yang dibutuhkan
6) Melakukan evaluasi
7) Memberikan rekomendasi
f. Evaluasi penggunaan sediaan farmasi
Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan sediaan
farmasi secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin
sediaan farmasi yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan
terjangkau (rasional)
Tujuan :
1) Mendapatkan gambaran pola penggunaan sediaan farmasi
pada kasus tertentu
2) Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan sediaan
farmasi tertentu

21 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB V
LOGISTIK

Logistik pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari


pelayanan kefarmasian klinik yaitu perbekalan farmasi yang
digunakan di klinik. Pengelolaan perbekalan farmasi atau logistik
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribuasian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Tujuan dari pengelolaan perbekalan farmasi adalah mengelola
perbekalan farmasi yang efektif dan efisien menerapkan
farmakoekonomi dalam pelayanan meningkatkan kompetensi tenaga
farmasi, mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan
tepat guna, serta melaksanakan pengendalain mutu pelayanan,
Adapun logistik yang diperlukan utnuk melakukan pelayanan
kefarmasian adalah
1) Plastik klip sediaan farmasi
2) Kertas perkamen/kertas puyer, kertas sealing
3) Tas kresek sediaan farmasi
4) ATK

22 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Pelayanan kefarmasian saat ini telah berubah paradigmanya


dari orientasi sediaan farmasi kepada pasien yang mengacu kepada
asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Apoteker dan atau tenaga
teknis kefarmasian sebagai tenaga farmasi dituntut untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku agar dapat
berinteraksi langsung dengan pasien. Agar mutu pelayanan
kefarmasian meningkat dan melindumgi pasien dan masyarakat dari
penggunaan sediaan farmasi yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety). Tenaga farmasi di klinik harus
memiliki kompetensi mampu menyediakan dan memberikan
pelayanan kefarmasian yang bermutu, mampu mengambil keputusan
secara profesional, mampu berkomunikasi yang baik dengan pasien
maupun profesi kesehatan lainnya dengan menggunakan bahasa
verbal nonverbal maupun bahasa lokal dan selalu belajar sepanjang
berkarier pada jalur formal maupun non formal. Sehingga ilmu dan
ketrampilan yang dimiliki selalu baru (up to date).
Pada saat memberikan pelayanan informasi sedian farmasi
harus jelas dan benar mudah dimengerti akurat, tidak bias, etis
bijaksana dan terkini, sangat diperlukan dalam upaya penggunaan
sediaan farmasi yang rasional oleh pasien. Sumber informasi sediaan
farmasi adalah buku farmakope indonesia, informasi spesialte
sediaan farmasi indonesia, informasi sediaan farmasi nasional
indonesia, IONI, farmakologi dan terapi serta buku buku lainnya.
Informasi sediaan farmasi juga dapat dari kemasan atau brosur
sediaan farmasi yang berisi nama dagang sediaan farmasi jadi,
komposisi, bobot, isi atau jumlah tiap wadah, dosis pemakaian, cara
pemakaian, khasiat atau kegunaan, kontra indikasi (jika ada) tanggal
kadaluarsa, nomor ijin edar, nomor registarsi, nomor kode produksi,
dan nama, alamat industri.

23 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Informasi sediaan farmasi yangn diperlukan pasien adalah
1) Waktu penggunaan sediaan farmasi, misalnya berapa kali
sediaan farmasi digunakan dalam sehari, apakah diwaktu pagi,
siang, sore, malam, dalam hal ini termasuk apakah sediaan
farmasi diminum sebelum atau sesudah makan
2) Lama penggunaan sediaan farmasi paakh selama keluhan
masiha da atua harus dihabiskna meskipun sudah terasa
sembuh. Seiaan farmasi antibiotika harus dihabiskan untuk
mncegah timbulnya resistensi
3) Cara penggunaan sediaan farmasi yang benar akan menentukan
keberhasilan pengsediaan famasian. Oleh karena itu pasien
harus mendapatkan penjelasan mengenai cara penggunaan
sediaan farmasi yang benar terutama untuk sediaan farmasi
tertentu seepri sediaan farmasi oal sediaan farmasi teets amta
sediaan farmasi tetes telinga, sediaan farmasi tetes hidung,
supositoria, ovula, krim/salep rektal.
Selain pelayanan informasi sediaan farmasi petugas berkewajiban
membaca dan meneliti resep yang diterima dengan berpedoman pada
5W 1B yaitu benar sediaan famasi, benar pasien, benar dosis, benar
cara pemberian, benar waktu pemberian, dan waspada
inkompatibilitas sediaan farmasi, penataan sediaan farmasi di rak
ruang farmasi secara alfabetis dengan sistem FIFO dan FEFO.
Penataan sediaan farmasi high alert yang perlu diwaspadai dan LASA
(Look Alike, Look Asound) di rak sediaan farmasi diberi tanda HIGH
ALERT/LASA dan penempatannya tidak bersebelahan langsung
dengan sediaan farmasi yang termasuk LASA/NORUM (nama sediaan
farmasi rupa dan ucapan mirip)
Beberapa resiko yang berpotensi terjadi dalam melaksanakan
pelayanan farmsi klinik adalah
1) Faktor resiko yang terkait katarekteristik kondisi klinik pasien
Faktor resiko yang terkait katarekteristik kondisi klinik pasien
akan berakibat terhadap kemungkinan kesalahan dalam terapi
faktor resiko tersebut adalah umur, gender, etnik ras, status

24 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


kehamilan, status nutrisi, status sistem imun, fungsi ginjal dan
fungsi hati
2) Faktor resiko yang terkait penyakit pasien
Faktor resiko yang terkait penyakit pasien terdiri dari 3 faktor
yaitu tingkat keparahan, persepsi pasien terhadap tingkat
keparahaan, tingkat cedera yang ditimbulkan oleh keparahan
penyakit.
3) Faktor resiko yang terkait farmakoterapi pasien
Faktor resiko yng berkaitan dengan farmakoterapi pasien meliputi
toksisitas, profil reaksi sediaan farmasi tidak dikehendaki, rute
dan teknik pemberian, persepsi pasien terhadap toksisitas, rute
dan teknik pemberian dan ketepatan terapi.

25 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari


perlindungan bagi tenaga kerja dan bertujuan untuk mencegah serta
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan di
dalamnya termasuk :
1. menjamin para pekerja dan orang lain yang ada di sekitar tempat
kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat
2. menjaga agar sumber sumber produksi digunakan secara aman
dan efisien
3. menjamin kelancaran proses produksi yang merupakan faktor
penting dalam meningkatkan produktifitas.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan
lingkungannya serta cara cara melakukan pekerjaan.
Tujuan dari keselamatan kerja :
1. memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien, dan
pengunjung
2. mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya,
kebakaran dan pencemaran lingkungan.
3. mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan hasil produksi
4. menciptakan cara kerja yang baik dan benar
Upaya yang dilakukan dalam pelaksanaan keselamatan kerja di
klinik adalah
1. pemeriksaan kesehatan awal dan pemeriksaan kesehatan berkala
2. Pemeriksaan kesehatan ini berlaku bagi semua pekerja klinik
dilakukan setidak tidaknya dilakukan setahun sekali bahkan di
beberapa bagian seyogyanya dilakukan setiap 6 bulan
3. pemberian paket penanggulangan anemia
Pada penelitian terdahulu diketahui banyak tenaga kerja
perempuan yang menderita anemia sedangkan pekerja diklinik

26 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


pada umumnya lebih banyak tenaga kerja perempuan.
4. pemberian paket pertolongan gizi
Paket ini merupakan makanan tambahan yang diberikan di luar
makanan utama
5. upaya upaya yang dilakukan sehubungan dengan kapasitas dan
beban kerja :
• Pengaturan kerja bergilir (shift work)
• Penempatan petugas pada jabatannya (fit to job)
• Pendidikan dan pelatihan petugas pelayanan kefarmasian
tentang kesehatan dan keselamatan kerja
6. pelaksanaan upaya penanggulangan bahaya potensial
memberikan penyuluhan kesehatan sehingga meningkatkan
kepedulian petugas kesehatan dan meningkatkan kepedulian
petugas kesehatan dan meningkatkan penggunaan alat pelindung
dan lain lain. Alat pelindung tubuh antara lain :
a. pelindung mata : kaca mata
b. pelindung pernafasan : masker
c. pelindung pendengaran : tutup tellinga
d. pakaian kerja khusus : jas lab
e. sarung tangan
f. pelindung kepala (safety helmets)
g. pelindung kaki : sepatu boot/karet
7. pelaksanaan
Cara pelaksanaan kerja yang baik (CPKB) diharapkan setiap
bagian sudah mempunyai prosedur tetap (protap) atau standart
operating prosedure (SOP) yang tergantung di dinding sehingga
setiap petugas dapat membaca dan mentaatinya.

27 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Pengelolaan perbekalan farmasi dan bahan berbahaya
Prosedur penerimaan bahan berbahaya
1. memeriksa wadah dan pengemas
Kemasan yang diterima harus dalam bentuk asli dan dalam
keadaan utuh serta mencantumkan :
a. Nama sediaan
b. Komposisi isinya dalam nama kimia
c. Nomor registrasi
d. Petunjuk cara penggunaan
e. Petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya
f. Tanda peringatan lainnya
g. Nama dan alamat pabrik yangn memproduksi
h. Cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya
2. memperhatikan label berupa simbol, gambar dan atau lukisan
berupa kalimat peringatan bahaya misalnya ‘’bahan peledak’’,
‘’bahan beracun’’, ‘’bahan korosif’’, ‘’bahan berbahaya’’, ‘’bahan
iritasi’’, ‘’bahan mudah terbakar’’, dan lain-lain.
Prosedur penyimpanan bahan berbahaya
Menyimpan bahan berbahaya sesuai dengan keterangan pada
pengemas
1. Harus terpisah dari bahan makanan, bahan pakaian dan
bahan lainnya
2. Tidak menimbulkan interaksi antar bahan berbahaya satu
dengan yang lainnya
3. Bahan yang mudah menguap harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat
4. Bahan yang mudah menyerap uap air harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat yang berisi zat penyerap lembab
5. Bahan yang mudah menyerap CO2 harus disimpan dengan
pertolongan kapur tohor
6. Bahan yang harus terlindung dari cahaya disimpan dalam
wadah yang buram atau kaca dari kaca hitam, merah, hijau
atau coklat tua.

28 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


7. Bahan yang mudah mengoksidasi harus disimpan di tempat
yang sejuk dan mendapat pertukaran udara yang baik
8. Bahan yang mudah terbakar harus disimpan di tempat
terpisah dari tempat penyimpanan perbekalan farmasi lain
mudah dilokalisir bila terjadi kebakaran tahan gempa dan
dilengkapi dengan pemadam api
9. Bahan beracun harus disimpan di tempat yang sejuk mendapat
pertukaran udara yang baik, tidak kena sinar matahari
langsung dan jauh dari sumber panas
10. Bahan korosif harus disimpan ditempat yang dilengkapi
dengan sumber air untuk mandi dan mencuci
11. Bahan yang mudah meledak dijauhkan dari bangunan
yang menyimpan oli, gemuk, api menyala.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kefarmasian yang
didasarkan atas tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu
pelayanan kefarmasian maka harus mengadakan perubahan
pelayanan dari paradigma lama (drug oriented) ke paradigma baru
(patient oriented) dengan filosofi pharmaceutical care (pelayanan
kefarmasian). Hal ini tentunya sangat menguntungkan pasien dan
masyarakat, namun dari segi negatifnya petugas farmasi juga akan
rentan tertular penyakit pasien karena petugas farmasi akan
berhubungan langsung dengan pasien atau masyarakat terutama
pada saat memberikan konseling kepada pasien maupun pada saat
visite ke ruangan. Oleh karena itu agar petugas farmasi tidak mudah
tertular penyakit perlu memperhatikan upaya pencegahan infeksi
terutama di klinik.
Upaya pencegahan infeksi di klinik terdiri dari penerapan 2 tingkat
kewaspadaan yaitu kewaspadaan khusus dan kewaspadaan
universal.
1. Kewaspadan universal :
Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan
kesehatan adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene
sanitasi ruangan, dan sterilisasi peralatan, ketiga prinsip tersebut

29 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


dijabarkan menjadi lima kegiatan pokok yaitu
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung
tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius lain
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum suntik dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan
2. Kewaspadaan khusus terdiri dari tiga jenis kewaspadaan yaitu
a. kewaspadaan terhadap penularan melalui udara (airbone)
Yaitu digunakan untuk menurunkan penularan penyakit
melalui udara baik yang berupa bintik atau partikel kecil yang
berisi agen infeksi pada pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan melalui percikan
halus di udara
Penyakit yang dapat ditularkan melalui udara antara lain
campak, varisela, dan tuberkulosis.
b. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan (droplet)
Kewaspadaan ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit dari pasien yang diketahui atau diduga
menderita penyakit serius dengan penularan percikan partikel
besar (diameter >5µm ) dari orang yang terinfeksi mengenai
lapisan mukosa hidung mulut atau konjungtiva mata orang
yang rentan.
Percikan dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara batuk
bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan napas seperti
intubasi atau bronchokopi. Transmisi melalui percikan besar
berbeda dengan transmisi penularan melalui udara karena
pada transmisi percikan memerlukan kontak yang dekat antara
sumber dengan peenrima karena percikan besar tidak dapat
bertahan lama di udara dan hanya dapat berpindah dari dan ke
tempat yang dekat.

30 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


Beberapa penyakit yang ditularkan melalui droplet antara lain :
a. haemophyllus influenza invasive type B, termasuk
meningitis, pneumonie dan sepsis
b. neisseria meningitis invasive termasuk meningitis pneumonie
dan sepsis
c. staphyllococcuc pneumonie invasive multidrug resistence
termasuk meningitis pneumonie sinusitis dan otitis media
d. bakteri infeksi saluran napas lain dengan transmisi droplet
e. diphteria (faringeal)
f. mycoplasma pneumonia
g. pertusis
h. pneumonie plague
i. streptococal pharingitis fever pada bayi dan anak pneumonia
atau scarlet
3. infeksi virus serius dengan trasnsmisi percikan termasuk
a. Adenovirus
b. Influenza
c. Mumps
d. Parvovirus B
e. Rubella
4. Kewaspadaan terhadap penularan terhadap kontak
Digunakan untuk mencegah penularan penyakit dari pasien
yang diketahui atau diduga menderita penyakit yang ditularkan
melalui kontak langsung (misalnya kontak tangan atau kulit ke
kulit) yang terjadi selama perawatan rutin atau kontak tak
langsung (persinggungan) dengan benda di lingkungan pasien.
Contoh penyakit yang ditularkan melaui kontak adalah :
a. infeksi gastointestinal respirasi kulit luka atau kolonisaasi
bakteri yang multidrug resisten sesuai pedoman program
pemberantasan
b. infeksi interik dengan dosis infeksi rendah atau
berkepanjangan termasuk clostridium difficile,
enterohemorhagie E.Coli, Shigella, hepatitis A atau rotavirus

31 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


pada pasien inkontenensia
c. RSV, virus pada influenza atau infeksi enteroviral pada bayi
dan anak anak
d. Infeksi kulit yang sangat menular atau yang biasa timbul
pada kulit kering termasuk
1) Difteri (kulit)
2) Herpes simpleks ( neonatus atau mukoneonatus)
3) impetigo
4) Abses besar selulitis atau dekubitus
5) Pedikulosis
6) Skabies
7) Stapilococcus furunculosis pada bayi dan anak anak
8) Stapilococcus scalded skin syndrome
9) Zoster ( diseminata atau immunocompromised host)
e. Viral hemorrhage conjunctivitis
f. Viral hemorhagic fever (demam lessa atau virus marburg)
Faktor fisika merupakan salah satu beban tambahan bagi pekerja di
klinik yang apabbila tidak dilakukan upaya upaya penanggulannya
dapat meyebabkan penyakit akibat kerja
Faktor fisika di klinik terdiri dari bising, llistrik, panas, getaran
radiasi dan cahaya.
1. Bising dapat diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang
pendengaran) maupun kualitatif ( penyempitan spektrum
pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi durasi
dan pola waktu
Sumber bising dapat berasal dari ruang cuci piring, mesin cuci
pakaian, mesin pompa air dan kendaraan.
2. Pemanfaatan aliran listrik digunakan untuk penerangan dan
penggerak peralatan. Namun jika penggunaannya tanpa didukung
pengetahuan listrik yang memadai dapat menimbulkan kecelakaan
terhadap listrik
Ada dua tingkatan listrik yang berbahaya yaitu makroshok dan

32 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


mikroshok
Timbulnya aliran listrik akibat perbedaan potensial antara dua kutub
yang bermuatan lisrik. Aliran listrik ini dapat berupa arus listrik
searah (DC) atau arus bolak balik (AC).
3. Secara umum panas dirasakan bila suhu udara diaatas suhu
nyaman, suhu nyaman di indomesia berkisar antara 26°C-28°C
dengan relative Humidity (kelembaban) antara 60%-70%. Lingkungan
suhu nyaman antara adalah kombinasi dari suhu udara,
kelembaban, kecepatan aliran udara, dan suhu radiasi. Bekerja pada
tempat yang panas akan menyebabkan ketidak nyamanan, bahkan
dapat mengganggu kesehatan. Di tempat kerja yang panas, pekerja
akan mengeluh :
1) Rasa tidak enak, serba salah
2) Mudah marah
3) Suhu kulit panas/basah karena berkeringat, atau kering
karena keringat terus menguap.
4) Lelah, mual, sakit kepala, urine berkurang
4. Pencahayaan di klinik berkaitan langsung dengan keselamatan
pasien dan petugas farmasi peningkatan pencermatan kesehatan
yang lebih baik dan suasana yang nyaman. Pemilihan sistem
penerangan/pencahayaan yang baik ditentukan oleh beberapa
penerangan umum dalam ruangan, biaya instalasi biaya pemakaian
energi dan biaya pergantian termasuk pergantian lampu lampu.
Getaran/vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subyek
dengan gerakan osilasi. Mesin, peralatan, atau perkakas kerja yang
bergetar dapat memajani pekerja melalui transmisi/penjalaran, baik
getaran yang mengenai seluruh tubuh misalnya waktu duduk dalam
kendaraan berjalan atau getaran mesin diesel maupun getaran
setempat yang merambat melalui tangan atau lengan operator alat
bergetar.

33 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan


kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah terkait sediaan farmasi
atau mencegah terjadinya kesalahan pengsediaan farmasian atau
kesalahan pengsediaan kefarmasian/mediaksi (medication error) yang
bertujuan untuk keselamatan pasien (patient safety). Unsur unsur
yang mempengaruhi mutu pelayanan :
1. Unsur masukan/input yaitu sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, ketersediaan dana, dan standar operation prosedur.
2. Unsur proses, yaitu tindakan yang dilakukan, komunikasi, dan
kerjasama
3. Unsur lingkungan, yaitu kebijakan, organisasi, manajemen,
budaya, respon, dan tingkat pendidikan masyarakat
Pengendalain mutu pelayanan kefarmasian terintegrasi dengan
program pengendalian mutu pelayanan kesehatan klinik yang
dilalksanakan secara berkesinambungan. Kegiatan pengendalian
mutu pelayanan kefaramsian meliputi ;
1. Perencanaan yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring
dan evaluasi untuk peningktana mutu sesuai standar
2. Pelaksanaan yaitu
a. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja
(membandingkan antara capaian dengan renacana kerja )
b. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian
3. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi yaitu
a. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar
b. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah
memuaskan
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan selama proses
berlangsung untuk memastikan bahwa aktivitas berlangsung sesuai
dengan yang direncanakan. Monitoring dapat dilakukan oleh tenaga

34 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


kefarmasian yang melakukan proses. Aktivitas monitoring perlu
direncanakan untuk mengoptimalkan hasil pemantauan. Contoh :
monitoring pelayanan resep, monitoring penggunaan sediaan farmasi,
monitoring kinerja tenaga kefarmasian.
Untuk menilai hasil atau capain pelaksanaan pelayanan
kefarmasian, dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan terhadap data
yang dikumpulkan yang diperoleh melalui metode berdasarkan
waktu, cara dan teknik pengambilan data. Berdasarkan waktu
pengambilan data, terdiri atas :
1. Retrospektif
Pengambilan data dilakukan setelah pelayanan dilaksanakan
Contoh : survei kepuasan pelanggan, laporan mutasi barang
2. Prospektif
Pengambilan data dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan
pelayanan
Contoh : waktu pelayanan kefarmasian disesuaikan dengan waktu
pelayanan kesehatan di klinik, sesuai dengan kebutuhan
Berdasarkan cara pengambilan data, terdiri atas :
1. langsung (data primer)
Data diperoleh secara langsung dari sumber informasi oleh pengambil
data
Contoh : survei kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan
kefarmasian
2. Tidak langsung (data sekunder)
Data diperoleh dari sumber inormasi yang tidak langsung contoh
catatan penggunaan sediaan famasi, rekapitulasi data pengeluaran
sediaan farmasi
Berdasarkan teknik pengumpulan data evaluasi dapat dibagi menjadi
1. Survei
Survei yaitu pengumpuland ata dengan menggunakan kuesioner,
Contoh survei kepuasan pelanggan
2. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung aktivitas atau proses dengan

35 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


menggunakan cek list atau perekaan. Contoh pengamatan konseling
pasien
Pelaksanaan evaluasi terdiri atas
1. Audit
Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan
dengan pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan
menentukan kinerja yang berkaitan dengan standar yang
dikehendaki dan dengan menyempurnakan kinerja tersebut. Oleh
karena itu, audit merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi,
menyempurnakan pelayanan kefaramsian secara sistematis
Terdapat 2 macam audit :
a. Audit klinis
Audit klinis yaitu analisis kritis sistematis terhadap pelayanan
kefarmasian meliputi prosedur yang digunakan untuk pelayanan
penggunaan sumber daya hasil yang didapat dan kualitas hidup
pasien. Audit klinis dikaitkan dengan pengsediaan farmasi berbasis
bukti
b. Audit profesional
Audit profesional yaitu analisis kritis pelayanan kefarmasian oleh
seluruh tenaga kefarmasisn terkait pencapaian sasaran yang
disepakati, penggunaan sumber daya dan hasil yang diperoleh.
contoh audit pelaksanaan sistem manajemen mutu
2. Review atau pengkajian
Review/pengkajian yaitu tinjauan atau kajian terhadap pelaksanaan
pelayanan kefaramsian tanpa dibandingkan dengan standar contoh
kajian penggunaan antibiotika
Indikator mutu yanng digunakan di pelayanan kefarmasian
klinik al hikmah dalam memberikan pelayanan kefamasian adalah
1. waktu tunggu ressep non racikan ≤ 20 menit
Waktu tunggu ressep racikan non OAT ≤ 20 menit
Waktu tunggu resep racikan OAT ≤ 30 menit
Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai pasien
menyerahkan resep sampai pasien menerima sediaan farmasi nya

36 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


2. Kepuasan pelanggan ≥ 80%
Kepuasan adalah penyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
pelayanan yang diberikan
3. Jam buka pelayanan
Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan di poli jam
buka 07.00 s.d 14.00 dan 16.00 s.d 21.00 setiap hari

37 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelayanan kefarmasian di klinik ditetapkan sebagai acuan


pelaksanaan pelayanan kefarmasian di klinik. Untuk keberhasilan
pelaksanaan pelaksanaan pedoman pelayanankefarmasi di kinik
diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan
terkait. Hal tersebut akan menjadikan pelayanan kefarmasian di
klinik semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien
dan masyarakat yang pada akirnya dapat meningkatkan citra klinik
dan kepuasan pasien dan masyarakat.

38 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, tentang Kesehatan


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2014,


tentang Klinik

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 2019

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun


2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik

39 │PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK AL HIKMAH

Anda mungkin juga menyukai