LABORATORIUM
TAHUN 2023
PERATURAN PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PRATAMA RAWAT INAP
PEDUNGAN MEDIKA
NOMOR ..... TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN KLINIS LABORATORIUM
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Ketentuan Lebih lanjut mengenai Panduan Mutu Klinik Pratama Rawat
Inap Pedungan Medika tercantum dalam lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Penanggung Jawab Klinik ini.
Pasal 4
Peraturan Penanggung Jawab Klinik ini berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Denpasar
Pada Tanggal 2 Agustus 2022
PENANGGUNG JAWAB KLINIK
PRATAMA RAWAT INAP
PEDUNGAN MEDIKA
.................................................................
LAMPIRAN I
PERATURAN
PENANGGUNG JAWAB
KLINIK PRATAMA RAWAT
INAP PEDUNGAN MEDIKA
NOMOR 12 TAHUN 2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
KLINIS LABORATORIUM
KLINIK PRATAMA RAWAT
INAP PEDUNGAN MEDIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Klinik Pratama menjadi salah satu ujung tombak terdepan dalam
pembangunan kesehatan dan mempunyai peran besar dalam upaya mencapai
tujuan pembangunan kesehatan tersebut di atas. Laboratorium Klinik
merupakan salah satu pelayanan yang ada di klinik pratama dan mempunyai
peran yang sangat penting sebagai penunjang layanan klinis.
Laboratorium Klinik melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian
terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit,
kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan
perorangan dan masyarakat.
Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium diperlukan adanya suatu
panduan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan pemeriksaan laboratorium
di Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika.
Dasar Hukum
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya Pedoman Pelayanan Laboratorium Sederhana
Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika adalah sebagai pedoman
(memberikan arah) untuk seluruh karyawan Klinik Pratama Rawat Inap
Pedungan Medika yang akan menggunakan jasa pelayanan laboratorium
Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika atau standar bagi petugas yang
bekerja di Laboratorium dalam memberikan pelayanan pada pasien
khususnya pelayanan laboratorium.
C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman pelayanan laboratorium sederhana Klinik Pratama
Rawat Inap Pedungan Medika adalah masyarakat/warga yaitu perorangan
atau kelompok, unit pelayanan dalam gedung Klinik Pratama Rawat Inap
Pedungan Medika, lintas program Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan
Medika yang akan menggunakan jasa pelayanan laboratorium sederhana
Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika.
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Laboratorium Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika merupakan
laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan laboratorium
sederhana dengan menggunakan metode manual dan semi automatic, Ruang
lingkup pelayanan pasien Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika
meliputi :
1. Pasien Rawat Jalan
Yaitu pasien dari pelayanan Poli KIA, Poli Umum, Instalasi Gawat
Darurat (IGD yang memerlukan pemeriksaan laboratorium sederhana.
2. Pasien Rawat Inap
Yaitu pasien yang dirawat di ruang rawat inap Klinik Pratama Rawat
Inap Pedungan Medika yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
sederhana.
3. pasien dengan pemeriksaan laboratorium rujukan
Yaitu pasien yang datang langsung ke klinik, pasien rawat jalan
maupun pasien rawat inap yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
lebih lengkap yang belum bisa dilayani di klinik
E. Batasan Operasional
Waktu pelayanan Laboratorium Klinik Pratama Rawat inap Pedungan
Medika yaitu 24 jam. Wilayah kerja juga terbatas pada pasien – pasien rawat
jalan, rawat inap dan melaksanakan program penunjang.
Laboratorium Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika merupakan
laboratorium yang melaksanakan kegiatan pelayanan pemeriksaan
laboratorium sederhana..
Adapun Batasan operasional untuk jenis pemeriksaan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Spesimen/Sampel Darah
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hematologi adalah : pemeriksaan yang mencakup
pemeriksaan Golongan Darah.
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan Kimia Klinik adalah : pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan antara lain : Glukosa Darah, Kolesterol Total,
Asam Urat (menggunakan alat semi automatic), Metode POCT dengan
menggunakan stik (gula, kolesterol, asam urat).
3. Pemeriksaan Imunologi dan Serologi
Pemeriksaan Imunologi dan Serologi adalah : pemeriksaan yang
memerlukan serum sebagai bahan pemeriksaan, adapun
pemeriksaannya Widal, dan golongan darah menggunakan whole
blood.
b. Spesimen/Sampel Urin
Pemeriksaan urin diantaranya Urin Lengkap dan Urin tes kehamilan
(Rapid test)
c. Spesimen/Sampel Feses/Tinja
Faeces rutin yaitu untuk mengetahui tingkat risiko infeksi pada pasien
diare atau bukan diare mengetahui adanya parasit atau bukan
F. Landasan Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaga
Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5063);
b. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3637);
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 298/Menkes/SK/III/2008 tentang
Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang
Pengiriman dan Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan
Informasinya;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009 tentang
Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-
Emerging;
f. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 835/Menkes/SK/IX/2009 tentang
Pedoman Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Mikrobiologik dan
Biomedik;
g. Kepmenkes RI No. 364/Menkes/SK/III/ 2003 tentang Laboratorium
Kesehatan
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Denah Ruangan
Denah Ruangan Laboratorium Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan
Medika
A. Lingkup Kegiatan
Alur kegiatan pemeriksaan
Keterangan gambar :
Pasien datang, mendaftarkan diri ke loket pendaftaran kemudian
pasien menuju ruang pemeriksaan untuk diperiksa, dan bila memerlukan
pemeriksaan lab akan diberikan form permintaan pemeriksaan. Setelah itu,
pasien menyerahkan form permintaan kepada petugas lab. Setelah
menyerahkan form permintaan, pasien diambil spesimennya. Spesimen
yang telah diambil kemudian diperiksa oleh petugas laboratorium. Hasil
pemeriksaan divalidasi oleh petugas kemudian hasil pemeriksaan
diberikan kepada pasien atau diberikan langsung oleh petugas kepada
dokter yang merujuk. Hasil pemeriksaan lab diserahkan oleh dokter
pemeriksa kepada pasien.
B. Langkah Kegiatan
Kegiatan pelayanan laboratorium di Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan
Medika yaitu meliputi :
1. Tahap Pra analitik
Kegiatan pra analitik ini meliputi mempersiapkan alat dan bahan,
menggunakan alat pelindung diri, mempersiapkan pasien, pemberian
identitas pasien, pengambilan sampel pasien, pengolahan spesimen,
penyimpanan spesimen, hingga pengiriman spesimen ke laboratorium.
adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
● Pengambilan sampel sebaiknya dilakukan pada keadaan basal yaitu
puasa selama 8-12 jam sebelum pengambilan darah (contoh untuk
pemeriksaan gula darah dan asam urat ) dan pengambilan sampel
sebaiknya dilakukan pagi hari antara pukul 07.00-09.00
● Menghindari obat-obatan sebelum sampel diambil
● Menghindari aktifitas fisik olahraga sebelum sampel diambil
● Memperhatikan posisi tubuh, dianjurkan posisi duduk dengan
tenang selama 15 menit sebelum sampel diambil
● Memperhatikan variasi diurnal ( perubahan kadar analit sepanjang
hari )
● Beberapa faktor dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium, antara lain : diet makanan, Obat – obatan, merokok,
Alkohol, Olahraga, Demam, Posisi Ketinggian daratan terhadap
permukaan laut,Trauma, Variasi circadian rythme ( perbedaan
kadar zat – zat tertentu dalam tubuh dari waktu ke waktu, umur, ras
jenis kelamin, dan kehamilan
● Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan sampel,
mengenai prosedur yang akan dilakukan , dan meminta persetujuan
pasien (informed consent )
● Pemberian identitas sampel pada wadah dan formulir permohonan
harus jelas untuk menghindari tertukarnya sampel : tanggal
permintaan, tanggal dan jam pengambilan, nama, umur, jenis
kelamin, alamat, identitas pengirim, nomor laborat, jenis
pemeriksaan yang diminta, nama pengambil sampel, sedangkan
pada wadah harus memuat : tanggal pengambilan, nama dan nomor
pasien.
2. Tahap Analitik
Tahap analitik merupakan tahapan yang meliputi persiapan reagen
atau media, pipetasi reagen dan sampel, pemeriksaan, hingga
pembacaan hasil.
I. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pengambilan Sampel
Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :
● Peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu
bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia atau deterjen,
terbuat dari kaca atau gelas, mudah dicuci.
● Wadah harus memenuhi syarat : berbahan gelas atau plastik,
tidak bocor, bisa ditutup rapat, ukuran wadah sesuai volume
sampel, bersih, kering, stabil (tidak mempengaruhi sifat zat
dalam sampel), bila zat mudah terurai maka digunakan wadah
gelas warna coklat
● Antikoagulan digunakan untuk mencegah sampel darah beku,
digunakan sesuai dengan kebutuhan sampel
● Waktu, umumnya pengambilan sampel dilakukan pada pagi
hari terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi
dan imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan pada
keadaan basal
● Lokasi, sebelum dilakukan sampling harus ditetapkan dulu
lokasi pengambilan, misal pengambilan Darah Lengkap
dilakukan di vena mediana cubiti
● Volume sampel yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili
objek yang diperiksa
● Teknik, pengambilan sampel harus dilaksanakan dengan cara
yang benar agar sampel tersebut mewakili keadaan yang
sebenarnya :
- Darah vena : posisi pasien duduk dengan posisi lengan
lurus menghadap ke atas dan mengepal, pasang
tourniquet 10 cm di atas siku, pilih vena cubiti,
desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan alkohol 70
% dan biarkan kering, tusukkan jarum dengan sudut 15
derajat dari kulit, tarik plunger pada spuit hingga
mendapatkan volume darah sesuai kebutuhan, bila darah
tampak keluar maka lepaskan tourniquet dan kepala, jika
sudah selesai tarik jarum dan letakkan kapas alkohol 70
% pada bekas tusukan dan plester.
- Darah kapiler : bersihkan daerah yang akan ditusuk
dengan kapas alkohol 70 % dan keringkan, tusuklah
dengan cepat memakai lanset steril tegak lurus dengan
posisi garis sidik jari, buanglah tetesan pertama pada
kapas kering dan gunakan darah yang keluar berikutnya.
- Urin, sebelumnya pasien harus mencuci tangan lebih
dulu, buanglah urin yang pertama keluar lalu tampunglah
urin yang keluar berikutnya, setelah itu tutup rapat.
b. Pengolahan sampel
● Whole Blood
Darah ditampung dalam wadah yang berisikan antikoagulan
yang sesuai lalu dihomogenisasi perlahan
● Serum
Didapat dari darah dalam wadah yang dibiarkan membeku
lalu di sentrifus 3000 rpm selama 5-15 menit
● Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak ada perlakuan khusus dan
harus diperiksa sebelum 1 jam setelah pengambilan
monitor.
Pemeriksaan Sedimen
a. Masukkan tabung centrifuge dan tabung blank ke dalam mesin
centrifuge dengan posisi sejajar
b. Putar alat centrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama 5 menit
c. Buang bagian supernatan (cairan atas) dengan cepat
d. Homogenkan tabung yang berisi precipitate (sedimen) hingga
tercampur rata
e. Pipet precipitate sebanyak 20 ul, letakkan pada objek glass,
kemudian tutup dengan cover glass
f. Lakukan pengamatan unsur-unsur sedimen urine di bawah
mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x
G. Spesimen/Sampel Feses/Tinja
Feses rutin yaitu untuk mengetahui tingkat risiko infeksi pada pasien
diare atau bukan diare mengetahui adanya parasit atau bukan. Pemeriksaan
spesimen Feses meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis.
Adapun langkah – langkah pemeriksaan feses lengkap yaitu sebagai
berikut :
a. Petugas laboratorium mengamati makroskopis sampel feses yaitu
warna, konsistensi, lendir, dan darah.
b. Meneteskan reagen eosin/lugol 1 tetes pada object glass kemudian
ambil sedikit sampel feses lalu homogenkan pada tetesan eosin/lugol
kemudian tutup dengan menggunakan cover glass.
c. Melakukan pengamatan pada perbesaran objektif 10x dan 40x
D. Waktu Pemeriksaan
Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari jenis
dan jumlah pemeriksaan yang dilakukan dan permintaan pemeriksaan
seperti permintaan cito dan permintaan biasa. Adapun kriteria
pemeriksaan laboratorium berdasarkan permintaan, jenis pemeriksaan, dan
waktu tunggu hasil laboratorium sebagai berikut :
3 Pemeriksaan Kolesterol
45 menit 30 menit
(alat)
6 Pemeriksaan Kolesterol
15 menit 5 menit
(POCT)
10 Pemeriksaan Widal
30 menit 15 menit
E. Pengolahan Spesimen
F. Nilai Rujukan
Nilai rujukan adalah nilai yang digunakan sebagai acuan nilai
normal dari pemeriksaan. Rentang nilai yang menjadi rujukan hasil
pemeriksaan laboratorium yang ada di Klinik Pratama Rawat Inap
Pedungan Medika, antara lain:
7 Gran% 50 - 70%
Widal :
Salmonella Typhi O Negatif
Salmonella Paratyphi A-O Negatif
Salmonella Paratyphi B-O Negatif
26 Salmonella Paratyphi C-O Negatif
Salmonella Typhi H Negatif
Salmonella Paratyphi A-H Negatif
Salmonella Paratyphi B-H Negatif
Salmonella Paratyphi C-H Negatif
27 Urinalisa
Warna Kuning, Kuning Muda, Kuning Tua
Kejernihan Jernih
Berat Jenis 1,003 – 1,030
pH 6,0 – 8,0
Leukosit Negatif
Nitrit Negatif
Protein Negatif
Glukosa Negatif
Keton Negatif
Urobilinogen 0,2 mg/dL
Bilirubin Negatif
Darah Negatif
Sedimen :
Eritrosit 0 – 1 /LPB
Leukosit 0 – 3 /LPB
Silinder Negatif
Kristal Negatif
Epitel Negatif
Bakteri Negatif
Parasit Negatif
Feses Lengkap
Warna Coklat
Konsistensi Agak lembek dan berbentuk
Darah Negatif
Lendir Negatif
Lemak Negatif
Karbohidrat Negatif
28
Serat Negatif
Leukosit Negatif
Eritrosit Negatif
Parasit Negatif
Telur Cacing Negatif
Jamur Negatif
Bakteri Negatif
G. Nilai Kritis
Nilai Kritis adalah nilai yang mencerminkan keadaan patologis
yang dapat membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan
1. Penanganan Nilai Kritis ( Critical Value )
Penetapan dan penanganan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium.
2. Prosedur Penyampaian Hasil Kritis
a. Pengertian : Hasil kritis ( Critical Value ) adalah hasil pemeriksaan
laboratorium pada beberapa parameter dengan hasil diluar rentang
normal yang ditetapkan (terlalu tinggi atau terlalu rendah) yang
harus segera dilaporkan kepada dokter jaga agar dapat segera
diambil tindakan guna mengatasi keadaan/penyakit pasien.
b. Tujuan : Agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pasien yang
mengalami kegawatan atau dalam keadaan kritis.
c. Kebijakan : Setiap hasil kritis yang ditemukan pada pemeriksaan
laboratorium Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan Medika, harus
segera dilaporkan kepada Dokter jaga atau perawat penanggung
jawab sebelum hasil dicetak di kertas.
d. Prosedur :
a) Petugas Laboratorium memeriksa ulang sampel yang sama
(duplo).
b) Menyampaikan segera hasil kritis dari pemeriksaan
laboratorium kepada dokter jaga dan perawat.
c) Melaporkan hasil kritis menggunakan prosedur komunikasi
lisan atau via telepon.
d) Pada lembar hasil pemeriksaan, hasil yang kritis diberi tanda
stabilo.
e) Melaporkan hasil kritis kepada Dokter Jaga.
A. Peralatan
Adapun peralatan laboratorium di Klinik Pratama Rawat Inap Pedungan
Medika antara lain :
- Mikroskop Optima
- Centrifuge
B. Reagen
Adapun beberapa reagen yang diperlukan di Laboratorium Klinik Pratama
Rawat Inap Pedungan Medika Yaitu Sebagai berikut :
- Reagen Glukosa
- Standar reagen glukosa
- Reagen Cholesterol
- Standar reagen cholesterol
- Reagen Asam Urat
- Standar reagen asam urat
- Anti-A
- Anti-B
- Anti-Rh
- Salmonella typhi O
- Salmonella paratyphi AO
- Salmonella paratyphi BO
- Salmonella paratyphi CO
- Salmonella typhi H
- Salmonella paratyphi AH
- Salmonella parathypi BH
- Salmonella paratyphi CH
- Eosin
- Lugol
- Strip Kimia urine
- Stick Glukosa Easytouch
- Stick Cholesterol Easytouch
- Stik Asam Urat Easytouch
C. PENGADAAN
Pengadaan bahan laboratorium harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Tingkat persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan
jumlah persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah
safety stock. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang
diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal sampai
pengadaan berikutnya dari pembekal atau penyimpanan umum. Safety
stock adalah jumlah persediaan yang harus ada untuk bahan-bahan
yang dibutuhkan di luar rutin atau yang sering terlambat diterima dari
pemasok.
2. Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah
pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 6 – 12 bulan yang
lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6 – 12 bulan
tahun yang akan datang,untuk itu jumlah rata – rata pemakaian bahan
untuk satu bulan harus dicatat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan (delivery time )
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan
diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan
yang sulit didapatkan.
D. Penyimpanan Reagen
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat
dengan mempertimbangkan :
1. Pemutaran pemakaian dengan menggunakan kaidah pertama
masuk – pertama keluar ( FIFO : First In – First Out ) yaitu
barang- barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk menjamin
barang tidak rusak akibat penyimpanan terlalu lama.
2. Tempat penyimpanan
Tempat penyimpanan reagen harus bersih, kering, serta
jauh dari sumber panas atau tidak terkena sinar matahari. Tempat
penyimpanan reagen berdasarkan dari reagen itu sendiri.
Kebanyakan reagen disimpan pada lemari pendingin dan ada juga
beberapa reagen yang disimpan di suhu ruang.
3. Suhu / kelembaban
Suhu penyimpanan reagen berbeda – beda. Hal ini sesuai
dengan reagen itu sendiri. Ada beberapa reagen yang harus
disimpan pada suhu dingin yaitu pada suhu 2 – 8 oC dan juga ada
yang bisa disimpan pada suhu ruang. Penyimpanan reagen pada
suhu yang sesuai dengan reagen itu sendiri bertujuan untuk
mempertahankan kestabilan dari reagen tersebut agar hasil
pemeriksaan laboratorium bisa maksimal. Reagen yang harus
disimpan pada suhu 2 – 8oC disimpan di lemari es.
4. Lama/waktu penyimpanan dengan melihat tanggal kadaluarsa
Waktu penyimpanan reagen harus dilihat dari tanggal
kadaluarsa reagen tersebut. Pada kemasan reagen harus
dicantumkan tanggal pertama kali reagen tersebut dibuka untuk
memastikan kestabilan reagen tersebut. Seperti reagen kontrol alat
hematology analyser yang hanya stabil 14 hari setelah reagen
tersebut dibuka untuk pertama kalinya. Untuk lebih mudah
memantau tanggal kadaluarsa reagen, petugas laboratorium
memberi label pada reagen. Tanggal kadaluarsa < 3 bulan dari
tanggal kadaluarsa yang tertera pada reagen akan diberi label
berwarna merah, tanggal kadaluarsa 3 – 6 bulan dari tanggal
kadaluarsa yang tertera pada reagen akan diberi label berwarna
kuning, dan tanggal kadaluarsa > 6 bulan dari tanggal kadaluarsa
yang tertera pada reagen akan diberi label berwarna hijau.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Keselamatan Pasien
Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti
bagian – bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan
bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan
ini.
Keselamatan pasien klinik adalah suatu sistem dimana klinik membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan. Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari 7 standar
yaitu :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien beserta keluarga pasien
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi
dan program peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
tindakan yang seharusnya diambil