1Artikel
merupakan hasil penelitian kolektif yang beranggotakan Eva Nikmatul
Rabiyanti dan Eko Ariwidodo
Sumihatul Ummah
Pendahuluan
Bahasa Inggris telah berkembang menjadi medium komunikasi
internasional yang penting dan medium pencitraan diri secara intelektual
maupun sosial.2 Pentingnya peranan bahasa Inggris tidak saja terletak pada
jumlah pemakaiannya sebagai bahasa ibu serta luas penyebaran pemakaiannya
secara geografis, tetapi juga akibat pengaruh politik dan ekonomi dari negara
yang memakai bahasa Inggris itu sebagai bahasa ibu.3 Lebih menarik daripada
fakta tersebut, Quirk et.al (1972:2) melihat pentingnya bahasa Inggris dewasa ini
terletak pada beban wahana (vehicular load) yang dimilikinya, yakni sampai di
mana bahasa Inggris itu berfungsi sebagai media bagi ilmu pengetahuan,
4Quirk et.al, Media Pembelajaran Bahasa Inggris, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1972),
hlm. 2.
5FY(dosen pengampu matakuliah Listening Comprehension) dalam Meeting semi formal
dosen TBI tgl 13 Oktober 2011.
Pada sisi lain, ciri khas penelitian kualitatif adalah peneliti secara langsung terjun
dalam melakukan penelitian, bahkan peneliti adalah sebagai key instrument.7
Pada pendekatan penelitian kualitatif ini memiliki konsekuensi bahwa
peneliti harus secara aktif dan terlibat langsung dalam penelitian. Peneliti tidak
dapat menggunakan tenaga lain sebagai pembantu dalam proses pengumpulan
data agar supaya tidak mengalami kendala atau kesulitan besar. Oleh karena itu,
Pendekatan kualitatif juga di sebut penelitian yang interpretif karena memiliki
ciri ciri: Pertama, peneliti mengadakan penelitian secara langsung dan intensif di
lapangan. Kedua, peneliti membuat catatan secara teliti kejadian-kejadian di
lapangan dan mengumpulkan dokumen. Ketiga, peneliti membuat refleksi secara
terperinci sebagai tambahan dari dokumen yang ada di lapangan. Keempat,
peneliti membuat laporan dalam bentuk deskripsi secara jelas dan terperinci
yang berisi ucapan dan kutipan langsung pembicaraan dari wawancara.8
Kedua, jika dilihat dari tujuannya jenis penelitian ini dapat di kategorikan
sebagai jenis penelitian deskriptif karena penelitian deskriptif berusaha untuk
mendeskripsikan, menggambarkan, atau melukiskan secara sistematis dan
objektif mengenai fakta, sifat, ciri-ciri dan hubungan diantara unsur-unsur yang
ada atau suatu fenomena tertentu menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan.9 Dalam penelitian ini peneliti ingin mendiskripsikan secara
eksploratif, sistematis, dan objektif terhadap strategi belajar Listening
Comprehension, problematika dalam belajar Listening Comprehension, faktor-faktor
yang mempengaruhinya, dan langkah-langkah yang dilakukan oleh mahasiswa
semester III TBI STAIN Pamekasan dalam mengatasi masalah tersebut
berdasarkan pada prosedur yang telah ditentukan pada metode penelitian ini.
Kehadiran Peneliti peneliti dalam penelitian kualitatif ini mutlak
diperlukan sebagai suatu upaya untuk memperoleh seperangkat data atau
informasi yang diperlukan oleh peneliti sesuai dengan kebutuhannya. Dalam
penelitian ini, peneliti merupakan instrument kunci dalam pengumpulan data
sehingga peneliti dapat menyesuaikan diri dengan realitas yang tidak dapat
dilakukan oleh instrument non human, yaitu mampu menangkap makna dan
interaksinya.10 Sehingga peneliti mutlak dituntut kehadirannya dilokasi penelitian
dalam dalam rangka mengumpulkan informasi yang valid terkait problematika
7Ibid.
8Ibid.
9Suharsimi,Manajement Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 130.
10Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kulitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996),
hlm. 108.
dalam belajar Listening Comprehension yang dihadapi oleh mahasiswa semester III
TBI STAIN Pamekasan.
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri Pamekasan tepatnya berada di jalan Raya Panglegur Km 4, Pamekasan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah dosen pengampu matakuliah Listening
Comprehension dan mahasiswa semester III tahun 2011 program studi TBI
STAIN Pamekasan. Dalam hal ini, mahasiswa semester III TBI STAIN
Pamekasan terbagi dalam lima kelas dengan jumlah keseluruhannya adalah 170
mahasiswa. Namun, karena tidak semua mahasiswa semester III TBI STAIN
Pamekasan memiliki problem dalam belajar Listening Comprehension sehingga
peneliti mempunyai indicator khusus dalam menentukan datannya yaitu dengan
berpedoman pada nilai yang telah diperoleh oleh mahasiswa semester III pada
Ujian Tengah Semester yang telah digelar pada pertengahan bulan November
2011. Peneliti memilih dan memilah mahasiswa yang mendapatkan nilai dibawah
rata-rata dari nilai standart (nilai < 60) pada ujian tengah semester matakuliah
Listening Comprehension tersebut. Kemudian, peneliti menetapkan 72 mahasiswa
semester III TBI STAIN Pamekasan yang memperoleh nilai dibawah rata-rata
pada matakuliah Listening Comprehension sebagai sumber data dalam penelitian ini.
Tekhnik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh
peneliti untuk memperoleh data penelitian berdasarkan instrumen penelitian.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara wawancara,
penyebaran angket, dan dokumentasi. Sedangkan ddalam menaganalisa datanya,
peneliti menggunakan cara yang dikemukakan oleh S. Nasution, yang terdidri
dari tiga langkah antara lain (1) reduksi data, yaitu menyederhanakan data ke
dalam konsep klasifikasi dan cirri-ciri yang melekat pada dirinya, (2) sajian data,
yaitu proses uraian data dalam dalam bentuk penjelasan verbal, dan (3)
pengambilan kesimpulan, yaitu penyimpulan temuan hasil penelitian di
lapangan.
Metode pembahasan hasil penelitian sangat penting dalam finalisasi
kegiatan penelitian. Dalam hal ini ada tiga macam metode pembahasan hasil
penelitian yaitu: metode induktif, metode deduktif, dan metode komparatif.
Namun, peneliti menggunakan metode penelitian induktif dalam membahasa
hasil penelitiannya karena data yang disajikannya berdasarkan fakta-fakta dan
peristiwa-peristiwa kongkrit yang ditemukan peneliti selama di lapangan.
Untuk validasi data temuan dalam penelitian ini, peneliti mengecek
temuan dengan menggunakan tekhnik pengecekan data yaitu tekhnik triangulasi.
Triangulasi merupakan tekhnik memperoleh keabsahan data dengan
14Ibid.
15Ibid.
4. Pada akhir dari kegiatan ini, biasanya dosen meminta kepada mahasiswa
untuk menjawab pertanyaan berdasarkan apa yang mereka dengar dari tape
secara bergantian.16
Kedua, Tekhnik Mengajar Secara Responsive. Tekhnik mengajar kedua
yang sering digunakan oleh dosen pengampu matakuliah Listening Comprehension pada
semester III TBI STAIN Pamekasan adalah tekhnik mengajar secara Responsive. Dalam
hal ini, dosen meminta kepada semua mahasiswa untuk mendengarkan beberapa ujaran
atau kalimat yang diucapkan oleh Native Speaker dengan menggunakan tape. Kemudian,
dosen meminta kepada salah satu mahasiswa untuk merespon segera berdasarkan
materi yang ada pada modul. Mahasiswa harus mampu menyimak kemudian merespon
secara benar, dan bagi mahasiswa yang menjawab dengan benar akan diberi point plus
atau nilai oleh dosen.17 Contohnya:
Native : Hi, good morning? How are you today?
Students : …………
Native : where are you…?
Students : ….. I am going to ….
Native : I’m sorry, what ….. is it?
Students : …. Ten o’clock.
Native : thank you.
Students : …..18
Ketiga, Tekhnik Mengajar Secara Selektif. Dalam proses pembelajaran
Listening Comprehension, kadang materi yang didiskusikan pada pertemuan saat itu sebuah
material menyimak yang lebih panjang. Dosen meminta pada semua mahasiswa untuk
mendengarkan atau menyimak materi yang diucapkan Native Speaker dari tape. Pada
kegiatan ini, peran mahasiswa bukan hanya memberikan respon langsung sebagai tanda
mereka memahami materi menyimak tersebut, tetapi mereka harus mampu menscan
materi tersebut secara selektif untuk memperoleh beberapa informasi yang mereka
dapatkan.19 Proses menyimak tersebut bukan hanya ingin mengetahui informasi secara
umum tapi untuk menemukan informasi-informasi khusus yang ada dalam materi
menyimak tersebut. Materi ini biasanya panjang dari wacananya, contoh:
1. Materi pidato
2. Materi iklan media
3. Materi cerita atau anekdot
4. Materi percakapan
16Ibid.
17Ibid.
18Ibid.
19Ibid.
20Ibid.
21Ibid.
22Ibid.
“am far mah”. Perbedaan bunyi dalam bahasa pertama terhadap bahasa kedua membikin
saya sulit dalam belajar listening”23
Kedua, Masalah dengan keterbatasan arti dari “new English vocabulary”.
Sebagian besar mahasiswa juga dihadapi masalah dengan keterbatasan arti dari
“new English vocabulary” dalam belajar Listening Comprehension. Dalam hal ini,
sepertinya mahasiswa harus mengerti setiap arti kata yang diucapkan oleh Native
Speaker. Mahasiswa beranggapan bahwa segala sesuatu yang dikatakan oleh
native speaker tersebut berisi informasi penting. Padahal upaya untuk
memahami segala sesuatu sering menghasilkan pemahaman yang tidak efektif,
kebingungan, dan kegagalan. Peneliti memberikan salah satu contoh jawaban
angket salah satu mahasiswa yang bermasalah dengan keterbatasan arti dari “new
English vocabulary” dibawah ini:
“Biasanya yang menjadi masalah utama bagi saya dalam belajar listening adalah
tidak tau arti vocab bahasa inggris yang diucapkan oleh orang asing/orang barat sehingga
saya bingung untuk memahami ungkapan yang diucapkannya. Seandainya saya banyak
tau arti vocab bahasa inggris, pasti saya akan faham dan mengerti apa yang orang barat
katakan serta nilai listening saya menjadi paling bagus dikelas”24
Ketiga, Masalah pembicaraan “native speaker” terlalu cepat. Problematika
lainnya yang biasanya menjadi hambatan bagi mahasiswa dalam belajar Listening
Comprehension adalah pembicaraan Native Speaker yang dianggap terlalu cepat bagi
mereka. Tingkat pemahaman mahasiswa sangatlah bervariasi satu dengan yang
lainnya. Sehingga bagi mahasiswa yang tingkat pemahaman menyimaknya
rendah, mereka sangat sulit bahkan bingung untuk memahami ungkapan kalimat
yang diucapkan oleh Native Speaker. Hal ini merupakan masalah besar bagi
mereka dalam belajar Listening Comprehension. Namun, jika mahasiswa memiliki
tingkat pemahaman tinggi dalam menyimak maka mereka akan mudah dalam
memahami ungkapan yang diucapkan oleh Native Speaker. Peneliti memberikan
salah satu contoh petikan jawaban angket dari salah satu mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar Listening Comprehension dibawah ini.
“Problem saya dalam belajar listening sangatlah banyak, tapi yang paling
membingungkan bagi saya adalah menyimak percakapan dari orang asing yang begitu cepat
ngomongnya. Sehingga saya tidak paham apa yang orang asing tersebut katakan.
23Jawaban angket dari AH yaitu mahasiswa semester III-E TBI STAIN Pamekasan
Seandainya, percakapan orang asing itu bisa diperlambat kata demi kata pada tape yang
diputar oleh dosen, insyaallah saya paham”25
Keempat, Masalah dengan konsentrasi belajar mahasiswa. Banyak sekali
mahasiswa merasa tidak konsentrasi ketika menyimak kata atau kalimat yang
diucapkan oleh Native Speaker. Dari seluruh responden dalam penelitian ini, rata-
rata mereka menyebutkan bahwa konsentrasi dalam belajar Listening
Comprehension sangatlah penting karena matakuliah Listening ini materinya
semuanya berhubungan dengan alat pendengar manusia. Jika dari awal
mahasiswa sudah tidak konsentrasi dengan materi yang akan disimaknya, maka
mahasiswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang
dibahasnya. Berikut ini adalah contoh petikan jawaban angket mahasiswa.
“Menurut saya konsentrasi dalam menyimak itu menjadi masalah yang nomer satu
diantara masalah yang lainnya. Kalau kita tidak konsentrasi ketika mendengarkan materi
yang diputar di kaset atau LCD monitor oleh dosen, maka jangan harap kita bisa mengerti
percakapan orang barat itu. Mulailah belajar dengan konsentrasi agar segala sesuatunya
mudah bagi kita”26
Kelima, Masalah kelelahan, malas, dan tidak interest untuk belajar.
Kelelahan, malas, dan tidak interest untuk belajar Listening Comprehension juga
merupakan kendala bagi sebagian kecil mahasiswa semester III TBI STAIN
Pamekasan. Belajar dikatakan sukses jika berangkat dari diri kita sendiri. Oleh
karena itu, jika seseorang sudah tidak interest lagi terhadap materi yang akan
dipelajarinya, maka hasil belajarnya tidak akan maksimal atau dengan kata lain
tidak sukses. Begitu pula yang terjadi pada mahasiswa semester III TBI STAIN
Pamekasan dalam belajar Listening Comprehension. Mereka menganggap materi
Listening Comprehension ini kurang menarik dan monoton dalam proses
pembelajarannya. Seperti yang ada pada jawaban angket dari salah satu
mahasiswa berikut ini.
“Problematika saya dalam belajar listening adalah ketidak tertarikan saya
terhadap matakuliah listening karena dari awal sampai akhir saya tetap tidak mengerti
apa yang saya dengar, sehingga nilai listening saya selalu jelek. Selain itu saya juga
termasuk orang yang malas belajar, mungkin karena capek berusaha untuk paham materi
25Jawaban angket dari IR yaitu mahasiswa semester III-B TBI STAIN Pamekasan pada
listening tapi hasilnya tetap gak paham. Tapi insyallah semester depan saya berusaha lebih
baik lagi”27
Kegagalan dalam belajar Listening Comprehension bagi mahasiswa tentunya
dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan dari hasil penelitian yang
ditemukan dilapangan oleh peneliti, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
kesulitan dalam belajar Listening Comprehension dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari masing-masing faktor tersebut
dijabarkan lebih jelas lagi oleh peneliti sebagai berikut:
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
mahasiswa sendiri dalam belajar Listening Comprehension. Berdasrakan dari hasil
jawaban angket yang diperoleh selama penelitian ini berlangsung, maka faktor
internal dalam belajar Listening Comprehension adalah sebagai berikut:
a. Adanya gangguan dari alat pendengar mahasiswa sehingga ketika menyimak
materi yang dibahas menjadi kurang jelas dan sulit untuk difahami.28
b. Low intellegency atau learning disability, yaitu terbatasnya daya ingat atau
intelegensi mahasiswa dalam memahami materi yang disimaknya.29
c. Low motivation and spirit, yaitu tidak adanya motivasi dan semangat dalam
belajar matakuliah Listening Comprehension.30
d. Tidak konsentrasi (Learning Disorder) ketika menyimak materi pelajaran.31
e. Sikap kebiasaan yang salah yang sering dilakukan oleh mahasiswa dalam
mempelajari materi pelajaran. Misalnya: menyontek atau menunggu jawaban
dari teman.32
f. Adanya sikap ketergantungan kepada orang lain ketika menemukan suatu hal
yang sulit untuk dimengerti atau difamahi selama menyimak.33
g. Malu untuk bertanya jika ada materi yang kurang jelas.34
27Jawaban angket dari AS yaitu mahasiswa semester III-E TBI STAIN Pamekasan
pada tanggal 24 November 2011.
28Jawaban angket dari NB yaitu mahasiswa semester III-E TBI STAIN Pamekasan
“Kebiasaan yang tidak bisa dihilangkan oleh mahasiswa semester III TBI
STAIN Pamekasan dalam proses pembelajaran Listening Comprehension adalah malu
untuk bertanya jika ada materi yang kurang jelas. Biasanya mereka hanya mengandalkan
teman yang ada disampingnya. Ketergantungan kepada orang lain dalam menyimak materi
yang diputar melalui tape inilah yang banyak dilakukan oleh mereka. Sehingga ketika
ujian berlangsung, mereka tidak dapat menjawab sendiri, bahkan kebiasaan menunggu
jawaban dari teman lain itu yang mereka nanti. Sepertinya bu mereka itu lebih percaya
jawaban orang lain daripada jawabannya sendiri. Padahal kan jawaban temannya itu
belum tentu benar”35
h. Adanya sifat unself-confidence, yaitu rasa tidak percaya diri terhadap apa
yang mahasiwa lakukan.36
i. Adanya gangguan yang bersifat emosional dan kurang wajar, seperti
pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
belajar Listening Comprehension.37
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri
mahasiswa dalam belajar Listening Comprehension. Berdasrakan dari hasil jawaban
angket yang diperoleh selama penelitian ini berlangsung, maka faktor eksternal
dalam belajar Listening Comprehension yang telah ditemukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
a. Metode dan tekhnik mengajar Listening Comprehension yang kurang menarik
bagi sebagian mahasiwa.38
b. Media atau alat yang digunakan saat menyimak terkadang ada yang trouble
sehingga akses suara yang diterimanya tidak jelas.39
c. Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.40
34Ibid
35Wawancara dengan FY selaku dosen pengampu matakuliah Listening
Comprehension pada semester III TBI STAIN Pamekasan pada tanggal 22 November 2011 jam
08.30.
36Jawaban angket dari MN yaitu mahasiswa semester III-B TBI STAIN Pamekasan
41Jawaban angket dari AB yaitu mahasiswa semester III-D TBI STAIN Pamekasan
e. Belajar lebih mendalam lagi tentang English Pronunciation dan gaya bahasa
dalam bahasa inggris (English Styles).51
f. Menebak atau memperkirakan kata atau kalimat yang tidak jelas didengar
secara kontekstual.52
g. Sharing ke teman yang ada didekat kita tentang kata atau kalimat yang
terlewati atau tidak jelas.53
h. Mengecek kata yang kurang jelas didengar pada kamus bahasa inggris
Oxford.54
i. Selalu membiasakan mendengar percakapan bahasa inggris dari native
speaker, misalkan mendengarkan lagu-lagu mancanegara, siaran radio BBC
London, siran TV yang berbahasa inggris, English movie, dsb.55
j. Jika diperbolehkan, pinjam kaset atau CD kepada dosen pengampu
matakuliah listening yang telah diputar dikelas untuk diputar kembali di lain
kesempatan.56
Penutup
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh oleh peneliti
maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran Listening Comprehension pada
mahasiswa, dosen menggunakan tekhnik mengajar yang berfariasi pada setiap
pertemuannya. Ada tiga tekhnik yang digunakan dosen dalam mengajar
matakuliah Listening Comprehension, yaitu tekhnik mengajar secara intensif,
responsif, dan selektif.
Dosen pengampu matakuliah Listening Comprehension ini menggunakan
tekhnik mengajarnya disesuai dengan materi yang akan dibahasnya. Namun agar
tekhnik mengajar tersebut dapat berjalan dengan lancar penerapannya, maka
dosen pengampu matakuliah Listening Comprehension juga memperhatikan
langkah-langkah dalam mengajarnya. Dalam penelitian ini, ada tiga langkah yang
51Jawaban angket dari A yaitu mahasiswa semester III-E TBI STAIN Pamekasan pada
biasa digunakan oleh dosen saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu pre-
listening, while-listening, post-listening.
Sedangkan problematika yang menjadi kendala bagi mahasiswa, antara
lain masalah dengan suara (English Sound), masalah dengan keterbatasan arti dari
“New English Vocabulary”, masalah pembicaraan “Native Speaker” terlalu cepat,
masalah dengan konsentrasi belajar mahasiswa, dan masalah kelelahan, malas,
dan tidak interest untuk belajar. Problematika tersebut dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang menghambat
mahasiswa dalam belajar Listening Comprehension, maka akan mempermudah bagi
dosen pengampu matakuliah listening dalam mencapai kesuksesan proses
pembelajarannya.
Berdasarkan pengalaman peneliti selama proses pelaksanaan penelitian
ini berlangsung, ada beberapa hal yang baik untuk diperhatikan oleh dosen
pengampu matakuliah Listening Comprehension dan mahasiswa, yaitu:
a. Dosen Listening Comprehension
1. Dosen Listening Comprehension harus lebih kreatif dalam penyampaian materi
yang akan dibahasnya.
2. Penerapan tekhnik yang lebih berfariatif akan menunjang dalam proses
pembelajaran Listening Comprehension di kelas.
3. Proses pembelajaran Listening Comprehension tidak selamanya menggunakan
laboratorium, adakalanya menciptakan susana baru diluar ruangan atau Lab
agar supaya mahasiswa tidak merasa jenuh dalam menerima materi kuliah.
4. Sebelum proses pembelajaran dimulai, alangkah baiknya jika dosen
menegecek dulu segala perlengkapan atau media yang akan digunakan.
5. Reward dan reinforcement sangatlah penting untuk memotivasi mahasiswa
dalam belajarnya.
b. Mahasiswa Semester III TBI STAIN Pamekasan
1. Belajar Listening Comprehension tidak selalu dilakukan dikampus tetapi dapat
juga dilakukan diluar kampus, seperti membiasakan diri menyimak informasi
yang menggunakan bahasa inggris.
2. Budaya malu dalam bertanya ketika proses pembelajaran Listening
Comprehension berlangsung harus dapat diminimalisirkan.
3. Belajar Listening Comprehension membutuhkan konsentrasi khusus untuk dapat
memahami ungkapan yang diucapkan oleh native speaker.
4. Ketergantungan kepada orang lain sangat merugikan pebelajar.
5. Mahasiswa tidak perlu mengartikan kata demi kata dalam percakapan yang
diucapkan native speaker tapi lebih memahami secara kontekstual.
Daftar Pustaka