Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Teoritik


2.1.1 Efektivitas

Gambar 1 Efektivitas

Menurut Hendyat Soetopo (2012), Keefektifan adalah ketetapan


sasaran dari suatu proses yang berlangsung untuk tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.. Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu
effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil
dengan baik. Secara etimologis, kata efektif serig diartikan sebagai
mancapai sasaran yang diinginkan (producing desired result),
berdampak menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat aktual,
nyata (actual dan real) (Khairul Umam, 2010).
Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan
penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektifitas yakni
perbandingan produktivitas dengan target, rencana ataupun suatu tolak
ukur (Fatih Suahedi, 2010).
Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara
rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah
diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang
dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau
sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif (Iga
Rosalina 2012).

2.1.2 Pembelajaran
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal
dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan
akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan,
cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar
(Ahdar Djamaluddin & Wardana, 2019).
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 bahwa
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Konteks interaksi
dalam proses pembelajaran adalah interaksi sosial, yaitu hubungan
antara individu dengan kelompok, dalam hal ini guru selaku individu
berinteraksi dengan sekelompok peserta didik (Chalil & Latuconsinna,
2008).
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru
mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga
dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotor) seseorang peserta didik (Ahdar Djamaluddin &
Wardana, 2019).
Ahdar Djamaluddin & Wardana (2019) juga menjelaskan bahwa
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan
peserta didik. Hingga saat ini kita sudah merasakan dua macam proses
pembelajaran yaitu:
A. Pembelajaran Tatap Muka

Gambar 2 Pembelajaran Tatap Muka

Pembelajaran yang biasa kita lakukan adalah pembelajaran


tatap muka di sekolah. Pembelajaran tatap muka adalah
pembelajaran yang dilakukan dengan langsung antar peserta didik
dengan guru melakukan proses pembelajaran secara berhadapan
guna terwujudnya interaksi antar peserta didik dengan guru, maupun
siswa dengan siswa yang lainnya (Sari, 2022).
Kegiatan pembelajaran tatap muka berupa proses interaksi
antara peserta didik, materi pembelajaran, guru, dan lingkungan
yang dapat diukur melalui media, metode, strategi dan pendekatan
(Rusman, 2018).
Jadi, pembelajaran tatap muka yaitu pembelajaran yang
dilakukan secara langsung melalui interaksi langsung antara peserta
didik, guru, media pembelajaran, dan lingkungan.

B. Pembelajaran Daring

Gambar 3 Pembelajaran Daring


Sejak diumumkannya Maret 2020, dimana Indonesia termasuk
negara yang berdampak Covid 19, maka mulai diberlakukannya
pembelajaran secara daring baik pada jenjang SD, SMP, SMA
hingga jenjang Pendidikan Tinggi (Maharani & Exacta, 2020).
Pembelajaran daring dikenal juga dengan istilah pembelajaran
online (online learning) atau pembelajaran jarak jauh (learning
distance) yang berlangsung di dalam jaringan dimana pengajar dan
siswa tidak perlu bertatap muka secara langsung. Pembelajaran
secara online atau daring (dalam jaringan) biasa dilakukan
melalui berbagai aplikasi (Suhada, 2020).
Jadi, pembelajaran daring adalah pembelajaran yang
berlangsung di dalam jaringan dimana pengjar dan siswa tidak perlu
bertatap muka secara langsung sehingga biasanya pembelajaran
dilakukan melalui berbagai aplikasi.

2.1.3 Matematika

Gambar 4 Matematika

Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan atau


menelaah bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan
hubungan-hubungan di antara hal-hal itu. Untuk dapat memahami
struktur-struktur serta hubunganhubungan, tentu saja diperlukan
pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika
itu (Herman Hudoyono, 2003).
Matematika telah menjadi ratu sekaligus pelayan bagi ilmu yang
lain. Matematika disebut ratu karena dalam perkembangannya
matematika tidak pernah bergantung kepada ilmu yang lain. Namun,
matematika selalu memberikan pelayanan kepada berbagai cabang ilmu
pengetahauan untuk mengembangkan diri, baik dalam bentuk teori,
terlebih dalam aplikasinya (Kamarullah, 2017).
Di Indonesia, matematika merupakan salah satu mata pelajaran
utama di jenjang pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan
menengah atas. Hal ini bertujuan untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan/keahlian berpikir tingkat tinggi, higher order thinking skill
(HOTS). Matematika hadir untuk menata nalar para siswa agar
memeliki kemampuan untuk mengembangkan diri dalam matematika
khususnya, maupun dalam berbagai disiplin ilmu lainnya. Dengan
memiliki kemampuan penalaran matematika yang memadai, diharapkan
para peserta didik akan mampu mendalami berbagai disiplin ilmu yang
menjadi keahliannya, terutama ilmu yang terkait dengan teknologi.
Pada akhirnya, dengan menguasai matematika, anak bangsa akan
sanggup menghadapi perubahan zaman, dan mampu bersanding serta
bersaing dengan bangsa lain dalam pengembangan sains dan teknologi
(Kamarullah, 2017).
Namun, matematika hingga saat ini masih banyak yang
menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit karena
karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan
penuh dengan lambang serta rumus yang membingungkan (Aulia,
2016). Hal ini mungkin dikarenakan permasalahan matematika sangat
rumit untuk diselesaikan.
Permasalahan dalam matematika adalah suatu persoalan yang ia
sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau
algoritma yang rutin (Ruseffendi, 1998). Sukirman (2005) menyatakan
bahwa permasalahan matematika dapat diklarifikasikan dalam dua
jenis, yaitu:
1) Masalah mencari (problem to find), yaitu mencari, menentukan,
atau mendapat nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui
dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai
dengan soal.
2) Masalah membuktikan (problem to prove), yaitu untuk
menentukan apakah suatu pertanyaan benar atau tidak benar.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian relevan dibutuhkan karena berfungsi untuk menganalisa dan
memperkaya pembahasan penelitian, serta membedakannya dengan penelitian
yang sedang dilakukan. Dalam penelitian ini disertakan tiga penelitian yang
relevan yaitu:

1. Penelitian yang berjudul ― Efektivitas Pembelajaran Online dan Tatap


Muka oleh Nurlatifah et al pada tahun 2021, menyimpulkan bahwa
ditemukan banyak aspek keefektifan pembelajaran yang diteliti yaitu
pembelajaran online sama efektifnya atau lebih efektif daripada
pembelajaran tatap muka (face to face). Keefektifan pembelajaran yang
dilaksanakan secara online dibandingkan pembelajaran tatap muka
(face to face) berdasarkan model pembelajaran yang dirancang.
Penelitian tersebut menunjukkan hasil/efek kedua pembelajaran baik
secara online maupun tatap muka memiliki efektivitas yang sama.
Namun, pada penelitian ini akan difokuskan pada pembelajaran
matematika.

2. Penelitian yang berjudul ― Efektivitas Pembelajaran Daring


Menggunakan Media Online Selama Pandemi Covid-19 Pada Mata
Pelajaran Matematika oleh Mustakim pada tahun 2020, menyimpulkan
bahwa sebagian besar peserta didik menilai pembelajaran matematika
menggunakan media online sangat efektif (23,3%), sebagian besar
mereka menilai efektif (46,7%), menilai biasa saja (20%), dan
menganggap pembelajaran daring tidak efektif (10%). Penelitian
tersebut menunjukkan tingkat keefekktifan pembelajaran daring dengan
mengumpulkan dan mengelomokkan data dari tidak efektif sampai
efektif. Namun, pada penelitian ini akan mengukur efektivitas
pembelajaran daring dan tatap muka kemudian dilakukan perbandingan
tingkat keefektifannya.

3. Penelitian yang berjudul ― Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa


Pandemi Covid 19 bagi Mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta oleh
Jagad Aditya Dewantara dan T. Heru Nurgiansah pada tahun 2021,
menyimpulkan bahwa pembelajaran daring bagi Universitas PGRI
Yogyakarta sangat tidak efektif. hal itu disebabkan oleh rasa bosan
secara berulang sehingga mencapai titik jenuh, materi yang mampu
diserap mahasiswa kurang dari setengahnya, serta kemampuan dosen
dan mahasiswa dalam menggunakan internet masih rendah. Penelitian
tersebut menunjukkan tingkat keefekktifan pembelajaran daring bagi
mahasiswa Universitas PGRI Yogyakarta. Namun, pada penelitian ini
akan mangambil objek penelitian di lingkup SMA pada pembelajaran
matematika saat daring maupun tatap muka.
2.3 Kerangka Teoritis

Gambar 5 Kerangka Teoritis

Berdasarkan kerangka teoritis di atas menjelaskan alur konsep dari


penelitian ini. Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan
suatu proses untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, setiap proses baik
pembelajaran, organisasi, bahkan pekerjaan selalu berkaitan dengan
efektivitas. Setiap proses pembelajaran perlu keefektifan dalam
pelaksanaannya agar proses pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan
atau hasil yang maksimal seperti dalam proses pembelajaran matematika.
Proses pembelajaran saat ini terdiri dari dua proses pembelajaran yaitu
pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka. Kedua proses
pembelajaran tersebut sudah dialami oleh setiap pelajar salah satunya pada
SMA Negeri 1 Pancur Batu. Oleh karena itu, disangat penting untuk
menganalisis perbandingan efektivitas pembelajaran saat daring dan
pembelajaran tatap muka. Perbandingan tersebut dilakukan pada
pembelajaran matematika saat daring dan tatap muka di SMA Negeri 1
Pancur Batu.

2.4 Hipotesis Penelitian


Adapun hipotesis dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
H0 : Kedua proses pembelajaran memiliki efektivitas yang berbeda terhadap
pembelajaran matematika.
H1 : Kedua proses pembelajaran memiliki efektivitas yang sama terhadap
pembelajaran matematika.

Anda mungkin juga menyukai