Diskriminasi harga derajat ketiga merupakan penetapan harga yang berbeda pada segmentasi
pasar yang berbeda untuk barang yang sama. Intinya adalah penentuan harga yang berbeda
untuk pasar dengan kurva permintaan yang berbeda. Perbedaan harga tidak disebabkan oleh
perbedaan biaya produksi. Penetapan perbedaan harga yang dilakukan produsen berdasarkan
tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda. Tujuan produsen melakukan diskriminasi harga
derajat ketiga adalah untuk memaksimumkan keuntungan di masing-masing pasar.
Contoh:
Perusahaan buku mengidentifikasi kurva permintaan kelompok konsumennya pada pasar yang berbeda.
Konsumen yang tinggal di negara yang sedang berkembang (less developing countires (LDCs))
mempunyai kurva permintaan terhadap textbook yang relatif rendah. Sebaliknya, konsumen yang
tinggal di negara yang sudah maju (developed countires (DCs)) mempunyai kurva permintaan terhadap
textbook yang relatif tinggi. Penerbit yang menjual texbook dengan harga yang sama untuk pasar LDCs
dan DCs tidak akan mendapatkan keuntungan maksimal. Penerbit dapat meningkatkan keuntungannya
dengan menjual textbooknya ke pasar LDCs dengan harga rendah dan ke pasar DCs dengan harga tinggi.
Penerbit biasanya menjual buku ke pasar LDCs dengan label edisi internasional. Tentu saja buku yang
dijual di LDCs tidak boleh dijual di DCs. Diskriminasi harga berdasarkan WTP segmen
pasar disebutdiskriminasi harga derajat tiga (the third degree price discriminaion).Tentu saja
diskriminasi harga ini bisa dilakukan apabila ongkos produksi buku relatif kecil. Ongkos produksi buku
hard cover tidak mencapai $5.
Jadiii… Pada prinsipnya, diskriminasi harga derajat tiga produsen memberikan harga sebuah produk
sesuai dengan tingkat permintaan segmen pasar. Pasar bersegmentasi biasanya berdasarkan tempat
(geografis), umur atau faktor lainnya. Hotel, rumah makan, dan bioskop serta jasa angkutan sering
memberikan “student discount” dan “senior citizen discount”. Nampaknya, perusahaan melakukan
diskriminasi harga untuk memberikan keuntungan kepada pelajar dan warga senior, namun motif
awalnya tentu saja keuntungan perusahaan. Namun, hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa motif
keuntungan perusahaan bisa membuat kelompok konsumen tertentu menjadi lebih senang (sejahtera).
Harga jasa telepon pada malam hari lebih murah dibanding dengan jasa telepon pada siang hari. Dalam
hal ini, perusahaan jasa telepon memberikan harga yang lebih murah kepada kelompok rumah tangga
dibanding kelompok bisnis.
Siapa yang bisa menangkap regulator? Tentu saja pihak yang menangkap regulator adalah
pihak (kelompok) yang bisa menaikkan utility regulator. Secara individual biasanya produsen
atau konsumen tidak bisa mempengaruhi regulator. Namun, secara bersama (organisasi)
mereka mampu mempengaruhi regulator. Jadi, mereka yang mampu meng- organisasikan
kelompoknya, mereka yang mampu mempengaruhi regulator.
Mansur Olson berargumen bahwa kelompok dengan anggota banyak dan dengan pendapatan
tidak besar mempunyai ongkos organisasi yang tinggi. Kelompok tersebut mempunyai
kekuatan untuk mempengaruhi regulator relatif kecil. Kelompok yang mempunyai anggota
sedikit dengan pendapatan besar mempunyai ongkos organisasi yang rendah. Kelompok
dengan ongkos organisasi rendah ini mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk
“menangkap” regulator. Argumen ini disebut interest group theory (collective action theory).
Teori ini menjelaskan capture theory.
Di negara agraris yang sedang berkembang, jumlah petaninya banyak, namun pendapatan
mereka tidak besar. Sebaliknya, di negara maju jumlah petaninya sedikit, namun pendapatan
mereka besar. Interest group theory dan capture theory ini menunjukkan bahwa intervensi
(regulasi) sering kali tidak mendasarkan pada alasan efisiensi ekonomi, namun lebih pada
alasan kekuatan politik.
Produsen terdiri dari dua komponen, pihak yang mempunyai kapital (pengusaha) dan pihak
yang mempunyai jasa tenaga kerja (pekerja). Organisasi para pekerja disebut serikat pekerja
(labor union). Kekuatan serikat pekerja ini sering membuat regulator mengeluarkan kebijakan
(regulasi) yang memihak pada pekerja, misalnya tingkat gaji minimum yang tinggi.
Dalam negara yang otoriter organisasi pekerja atau konsumen bisa dilarang. Dalam hal ini,
regulator lebih bebas dalam membuat regulasi. Biasanya, regulator akan membuat regulasi
yang menguntungkan regulator sendiri.
Oleh karena regulator bukan pengusaha dan bukan pekerja, regulator akan menggandeng
kelompok yang lebih memberikan keuntungan. Biasanya, regulator akan memilih pengusaha
sebagai mitra. Hubungan regulator dan pengusaha yang saling menguntungkan ini bisa dimulai
dari regulator atau dari pengusaha. Regulator mempunyai izin monopoli, pengusaha yang
merealisasikannya.
Referensi :
https://cerdasco.com/diskriminasi-harga/
http://yurinkampus.blogspot.com/2014/10/kebijakan-diskriminasi-
harga.html