Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-3

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Nama Mata Kuliah : Ekonomi Manajerial


Kode Mata Kuliah : EKMA 4312
Jumlah sks : 3 Sks
Nama Pengembang : Drs. Tamjuddin, M.Si.
Nama Penelaah : Herry Novrianda, S.E.,M.M.
Status Pengembangan : Baru/Revisi* (coret yang tidak sesuai)
Tahun Pengembangan : 2020
Edisi Ke- : Tulis edisi tugas tutorial

Skor
No Tugas Tutorial
Maksimal
Apa yang dimaksud dengan harga drajad tiga 50
merupkan diskrimanasi harga karena perbedaan
permintaan berdasarkan segmen pasar, dan Berikan
1 analisis pemahaman mengenai tujuan suatu
perusahaan melakukan diskriminasi harga derajat 3
dan berikan contohnya! Bantu dengan kurva

Ongkos organisasi yang tinggi menurut Mansur 50


olson dalam interest group theory Berikan
2 argumentasi dan analisis terkait regulasinya
bagaiman teori ini dapat mempengaruhi peran
regulator.!
* coret yang tidak sesuai

JAWABAN TUGAS TUTORIAL KE-3


MATA KULIAH EKONOMI MANAJERIAL
NAMA : BUDI MULYONO
NIM : 15191157

1. Lipczynkski, et al. (2005) mengacu pada Philips dan Pigou mendefinisikan diskriminasi
harga merupakan kebijakan perusahaan untuk menjual unit-unit output-nya pada tingkat
harga yang berbeda-beda dan terjadi ketika barang-barang yang secara teknis serupa
(identic) dijual dengan tingkat keuntungan (mark up) yang berbeda-beda.

Diskriminasi harga dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni diskriminasi harga


derajat pertama, kedua, dan ketiga. Namun saya hanya akan membahas diskriminasi
harga pada derajat ketiga sesuai dengan soal.

Diskriminasi harga derajat ketiga(third price discrimination = TPD) ialah kebijakan


perusahaan yang terjadi disaat perusahaan menerapkan harga yang berbeda untuk
produk yang sama antar pasar dengan karakteristik berbeda. Artinya perusahaan
membebankan harga yang lebih tinggi kepada satu kelompok pelanggan sementara
membebankan harga yang lebih rendah ke kelompok lain atau dengan kata lain harga
yang diterapkan untuk pasar dengan tingkat elistisitas permintaan yang rendah cenderung
lebih rendah dibandingkan dengan pasar yang elastisitas permintaan harga yang lebih
tinggi.
Contoh, penerapan harga listrik PLN yang membedakan antara rumah tangga dan
industri, perbedaan harga barang-barang yang dijual di desa dan di kota. Hal ini
dikarenakan perusahaan menetapkan harga berbeda dengan mensegmentasikan konsumen
berdasarkan variabel geografis atau variabel non-volume lainnya. 
Beberapa segmen tersebut mungkin memiliki permintaan yang inelastis sehingga kurang
sensitif terhadap kenaikan harga. Sementara itu, permintaan di segmen lainnya cenderung
elastis sehingga kenaikan harga dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang
lebih signifikan.
Dari informasi tersebut, perusahaan kemudian mengenakan harga berbeda ke masing-
masing segmen. Misalnya, untuk segmen dengan permintaan yang inelastis, perusahaan
mengenakan harga lebih tinggi. Karena permintaan inelastis, efek kenaikan harga lebih
tinggi daripada efek penurunan volume penjualan. Sehingga, total pendapatan akan
meningkat. Dan karena perusahaan menjual volume lebih rendah, total biaya juga akan
turun. Itu menyiratkan profitabilitas meningkat.
Gambar berikut juga menjelaskan hal yang sama namun dengan asumsi
marginal cost (MC) konstan atau MC = AC. Luas segi-empat yang berwarna
hitam menunjukkan besarnya laba yang diperoleh di setiap pasar, yaitu pasar 1,
pasar 2 dan pasar secara keseluruhan.

2. Mancur Olson merupakan ahli ekonomi yang berpengaruh di Amerika sekaligus seorang
ilmuwan yang hingga pada kematiannya ia bekerja di University of Maryland. Ia banyak
berkontribusi di berbagai bidang ekonomi termasuk perpajakan, hak kontrak, fasilitas
umum. Dll. Olson memberikan beberapa terobosan baru dalam hal di atas.

Dalam buku pertamanya, “The Logic of Collective Action : Public Goods and Theory of
Groups (1965)”, Oslon (2002) berpendapat bahwa secara rasional, individu dengan
kepentingannya sendiri tidak akan bertindak untuk mengamankan kepentingan bersama,
kecuali mereka dipaksa atau melakukannya dengan imbalan berupa insentif yang tidak
tersedia bagi mereka yang tidak berpartisipasi. Hal ini merupakan hal yang mendasar
dalam aksi kolektif bahwa secara fundamental permasalahan aksi kolektif adalah
ketegangan yang terjadi antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif (Gillinson,
2004). Akan tetapi, kita juga tidak dapat melakukan sesuatu secara maksimal secara
individu dengan meninggalkan solusi optimal secara sosial. Apa yang terbaik bagi
masyarakat atau kelompok adalah yang terbaik juga bagi kita secara individu sebagai
bagian dari masyarakat. Oslon (2002) kemudian menggunakan argumen ini untuk
menunjukkan bahwa dalam kelompok besar, aksi kolektif tidak akan pernah terjadi
kecuali kondisi yang sangat spesifik ada.

Gerakan aksi kolektif pun turut mengalami perubahan (evolusi) seiring dengan
perkembangan zaman, modernitas, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Meskipun teori aksi kolektif telah berkembang sebelum TIK seperti internet banyak
digunakan, namun perubahan ini telah mengubah pandangan terhadap aksi kolektif.
Harold Adam Innis seorang ekonom politik dari Universitas Toronto mengatakan bahwa
komunikasi merupakan bagian dari peradaban umat manusia dan media komunikasi
adalah kunci dari evolusi peradaban itu (dalam Windah, 2012: p. 23).

Gerakan aksi kolektif dengan menggunakan internet juga telah membentuk perilaku dan
cara baru mengorganisir kerumunan masyarakat dengan mengoptimalkan penggunaan
website. Perkembangan infrastruktur TIK menciptakan perilaku baru dalam
berkoordinasi, mengarahkan dan melakukan monitoring aksi kolektif secara online. Saat
ini sebuah aksi kolektif sangat mudah diatur dan dikelola pada satu tempat namun
distribusi informasi dan aksi yang dilakukan oleh masyarakat bisa terjadi dimana saja,
bahkan melewati batas-batas geografis tertentu. Banyak jenis aksi kolektif di internet
yang didasarkan pada layanan dan infrastruktur digital, khususnya platform jejaring
sosial yang sangat sering dikunjungi (Dolata, et al. 2014: 14). Dengan demikian
infrastruktur website telah menciptakan karakteristik baru dalam aksi kolektif,
mengembangkan bentuk koordinasi dan juga regulasi serta menghasilkan alat baru
kontrol sosial yang sifatnya sangat fundamental. Ketiga hal ini yakni pemberdayaan,
koordinasi dan kontrol merupakan efek perkembangan infrastruktur teknologi website
dan platform yang mempengaruhi evolusi gerakan baru aksi kolektif

Anda mungkin juga menyukai