Anda di halaman 1dari 2

Apakah Negara Cenderung Memilih Lembaga Multilateral Daripada Lembaga Regional?

(F)

Sebenernya, baik lembaga multilateral maupun lembaga regional punya pro kontra-nya
masing2. Pro-nya dari lembaga multinasional, seperti yang telah kita ketahui, memiliki cakupan yang
lebih luas, dapat memberikan dukungan kepada lebih banyak negara, dan bersifat non-diskriminatif.
Sedangkan lembaga regional sebaliknya, keanggotaannya terbatas, cakupan lebih sempit, dukungannya
terbatas, dan bersifat diskriminatif khusus untuk region tertentu. Perbandingannya: GATT/WTO dan
ASEAN.

Sedangkan kontra-nya dari lembaga multilateral itu ada 2. Yang pertama, kurangnya efektivitas
sebagai dampak dari banyaknya negara anggota dengan kepentingan yang berbeda. Seperti contohnya,
pertumbuhan anggota GATT/WTO dapat melemahkan pengaruh negara-negara anggotanya. sehingga
semakin sulit untuk membuat kebijakan baru, memantau perilaku anggota, dan menegakkan peraturan
rezim.

Kontra dari lembaga multilateral yang kedua, masih sebagai dampak dari banyaknya negara
anggota, yaitu adanya kompleksitas dalam menyelesaikan sengketa formal antar negara anggota.
Contohnya kompleksitas penyelesaian sengketa dalam GATT/WTO. Dalam sebuah sengketa, jika ada
suatu negara pengadu yang memberitahukan keberatannya terhadap praktik perdagangan negara lain
(negara tergugat), pihak yang bersengketa diarahkan untuk berkonsultasi secara bilateral dan dapat
meminta keputusan hukum dari panel ahli GATT/WTO. Tapi meskipun dapat meminta keputusan hukum
dari GATT/WTO, keseluruhan pelaksanaannya tetap diserahkan ke pihak pengadu. Hal ini memicu
perdebatan bahwasanya penyelesaian sengketa yang di arahkan oleh GATT/WTO ini kurang efektif.

Terlepas dari pendapat apakah negara-negara cenderung memilih lembaga multilateral daripada
regional, yang dapat disimpulkan dari artikel wajib ini justru negara-negara seringkali mengandalkan
kedua jenis strategi tersebut secara bersamaan. Baik terlibat dalam lembaga multilateral, ataupun
terlibat dalam lembaga regional. Contohnya: indonesia join WTO, tapi juga join ASEAN.

Baru-baru ini indonesia membentuk PTA sama iran, dengan tujuan investasi pembangunan ikn, dan
solusi untuk investasi sektor migas.

Membuka peluang ekspor indo menjangkau pasar yg lebih luas, yakni di wilayah timur tengah dan
persia.

Kesimpulan

Sistem perdagangan internasional didasari oleh prinsip-prinsip liberalisasi perdagangan bebas,


yang dipimpin oleh GATT pada tahun 1947, dan kemudian bertransformasi menjadi WTO pada tahun
1995. Seiring perkembangan yang terjadi dalam GATT/WTO, seperti peningkatan keanggotaanya,
negosiasi perdagangan multilateral (MTN), dan keterlibatan dalam sengketa formal, justru mengundang
kontra bahwa perkembangan inilah yang memicu hadirnya kelompok-kelompok preferensial yang
bersifat diskriminatif seperti PTA.

Namun hadirnya GATT/WTO sebagai rezim multilateral, secara tidak langsung telah
mempromosikan kerjasama Ekonomi Politik Internasional (EPI). Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, dalam mempromosikan kerjasama EPI, GATT/WTO telah melakukan liberalisasi
perdagangan, peningkatan keanggotaan, berperan sebagai arena penyelesaian sengketa, mengurangi
diskriminasi, serta mendorong negara dalam MTN.

Notes:

- GATT/WTO udah berhasil cukup besar dalam mendorong liberalisasi perdagangan, tapi disisi lain
keberhasilannya menimbulkan beberapa konsekuensi. Munculnya kelompok preferensial
diskriminatif (PTA), dan karna permasalahan dari GATT/WTO, negara2 jadi cenderung memilih
lembaga bilateral untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin.
- Negara merasakan bahwa rezim multilateral tidak cukup menguntungkan bagi mereka, makanya
negara cenderung memilih untuk menjalankan lembaga bilateral untuk mendapatkan manfaat
yang lebih besar, bernegosiasi dengan lebih leluasa, dan mendapatkan kesepakatan yang lebih
menguntungkan daripada lembaga multilateral.
- Mengapa beberapa FTA pada akhirnya berkembang menjadi serikat pabean (custom union),
sementara yang lain tidak?
Berkembangnya sebuah FTA menjadi custom union tergantung pada beberapa faktor, seperti
tujuan awal, dan dinamika negosiasi antar negara-negara anggota. Jika tujuan mereka adalah
untuk mencapai integrasi ekonomi, maka sangat mungkin FTA tersebut akan berkembang
menjadi custom union atau uni ekonomi. Contohnya European Coal and Steel Community (ECSC)
yang pada awalnya fokus ke sektor industri dasar, sekarang jadi Uni Eropa.
Selain itu, faktor lain seperti keuntungan ekonomi, negosiasi yang sukses dan keputusan kolektif
yang baik juga mempengaruhi integrasi ekonomi yang lebih dalam.
- Mengapa beberapa PTA (seperti Asosiasi Perdagangan Bebas Amerika Latin/ LAFTA) tidak
pernah diimplementasikan secara penuh, sementara yang lain (seperti Mercosur/Mercado
Comun Del Sur) mengalami konsolidasi yang cepat?
Perbedaan dalam tingkat implementasi dan konsolidasi, dipengaruhi oleh tujuan awal
membentuk PTA. Jika tujuan awal negara membentuk PTA adalah untuk mengintegrasikan
ekonomi mereka secara lebih mendalam, wajar aja mengalami konsolidasi. Contohnya
Mercosur, didirikan dengan tujuan menciptakan custom union yang lebih kuat di Amerika
Selatan.
Selain itu, faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi implementasi dan konsolidasi PTA. Jika
negara-negara melihat peluang ekonomi yang signifikan dalam PTA, mereka cenderung lebih
bersedia untuk melaksanakannya.
- m

Anda mungkin juga menyukai