Anda di halaman 1dari 2

Pertemuan V

Negoisasi perdagangan: dari GATT Hingga WTO

Adam Smith dan David Ricardo → menekankan pada pentingnya mekanisme pasar yang
tidak di intervensi oleh pihak manapun, termasuk negara.
Dibawah kepemimpinan AS sebaga kekuatan hegemonis, rezim perdagangan
internasional kembali digiring kearah liberalisme ekonomi.
Tarif mulai diatur didalam GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang mulai
dioperasikan sejak januari 1948 dengan seretariatnya di Jenewa.
Maksudnya → forum perundingan untuk meminimalisir hambatan-hambatan
perdagangan (tarif maupun nontarif) agar perdagangan dunia bisa lebih semarak.
Liberal → merupakan sebuah justifikasi institusional bagi pemberlakuan prinsip
perdagangan bebas diseluruh dunia.
Tujuan utama GATT → untuk menciptakan kelancaran perdagangan antar bangsa dengan
cara penurunan tarif impor secara gradual.

Naskah asli perjanjian GATT sesungguhnya terdiri dari tiga bagian:


1. memfokuskan pada pemberlakuan prinsip nondiskriminasi atau dikenal engan
istilah most favoured nation (MFN) yang mewajibkan negara-negara anggota
untuk mereduksi tarif impornya bagi semua pihak secara nondiskriminatif.
2. mengatur tentang prinsip non-tarif bariers (NTBs) yang mewajibkan anggota
untuk sedapat mungkin mengeliminasi hambatan-hambatan nontarif seperti
sistem lisensi impor, subsidi, pajak antidumping, dan sebagainya.
3. memuat tentang prosedur pengaturan perdagangan termasuk mekanisme
penyelesaian konflik perdagangan.
Beberapa kelemahan GATT menurut John Jackson yaitu:
1. Pemberlakuan ketentuan-ketentuan di dalam GATT hanya bersifat provisional,
yakni tidak mengandung efek hukum yang berarti, sehingga sangat rentan
terhadap pelanggaran.
2. Ambiguitas dalam mendefinisikan ”kekuasaan” negara-negara penandatanganan
berbagai perjanjian, sehingga sulit untuk mewajibkan anggota lain agar mematuhi
perjanjian-perjanjian tertentu dimana mereka tidak ikut terlibat di dalam proses
perumusannya.
3. Ketidak jelasan dalam pemberian pengecualia bagi beberapa anggota untuk tidak
mematuhi ketentuan tertentu, terutama soal pemberian status MFN (most
favoured nation), GSP (Generalied Standard of Preferences), tarif khusus, dan
lain-lain.
4. Status legal GATT sendiri yang tidak jelas, apakah sebagai sebuah organisasi,
rezim atau sekedar persepakatan sehingga sering menimbulkan salah pengertian
dikalangan pejabat negara, media massa, dan bahkan publik secara umum.
5. Kelemahan dalam pemberian sanksi terhadap para pelanggar keentuan yang
kurang memiliki dasar hukum.
6. Tidak adanya struktur kelembagaan yang jelas sehingga efektivitas penanganan
berbagai persoalan mendesak menjadi tdak optimal.
Tanggal 1 Januari 1995 WTO (World Trade Organization) berdiri.

Tiga aspek penting dalam penyempurnaan mekanisme pengaturan aktivitas perdagangan


internasional yaitu;
1. Peningkatan komitmen negara-negara anggota untuk mendukung beroperasinya
sebuah rezim perdagangan internasional.
2. Peningkatan kapasitas administatif terutama dalam hal penyelesaian konflik
perdagangan antar negara.
3. Pemberian wewenang yang lebih besar dalam proses negoisasi pedagangan
didalam berbagai forum ekonomi global.
Peraturan-peraturan teknis yang harus dipatuhi agar tercipta stabilitas dan kelancaran
perdagangan internasional yaitu;
1. Pengawasan terhadap berbagai hambatan teknis dalam perdagangan.
2. Pengaturan sistem lisensi impor.
3. Pengaturan sistem penilaian harga barang untuk penetapan tarif bea cukai.
4. Peraturan mengenai inspeksi barang sebelum pengapalan.
5. Peraturan tentang asal usul suatu barang.
6. Pengawasan terhadap TRIMS (Trade-Related Investment Measures).

WTO cenderung memperkuat sistem perdagangan internasional yang terbuka, ada tiga
hal;
 Pertama, para anggota terlibat secara intensif dalam pertukaran informasi,
terutama dalam rangka pembuatan berbagai kebijakan perdagangan.
 Kedua, struktur WTO dibuat sedemikian rupa dengan mengacu pada IMF
dan Bank Dunia, walaupun tidak persis sama. Tetapi yang lebih penting
adalah bahwa kehadiran WTO lebih terintegrasi ke dalam sistem operasi
kedua lembaga keuangan internasional.
 Ketiga, dibandingkan dengan GATT, WTO lebih memberikan kepastian
melalui upaya klarifikasi terhadap pasal-pasal, klausul-klausul, dan
kalimat-kalimat yang mengandung ketidak jelasan dan interpretasi
bermacam-macam, terutama yang berkaitan dengan persoalan NTBs

Anda mungkin juga menyukai