Adam Smith dan David Ricardo → menekankan pada pentingnya mekanisme pasar yang
tidak di intervensi oleh pihak manapun, termasuk negara.
Dibawah kepemimpinan AS sebaga kekuatan hegemonis, rezim perdagangan
internasional kembali digiring kearah liberalisme ekonomi.
Tarif mulai diatur didalam GATT (General Agreement on Tariffs and Trade) yang mulai
dioperasikan sejak januari 1948 dengan seretariatnya di Jenewa.
Maksudnya → forum perundingan untuk meminimalisir hambatan-hambatan
perdagangan (tarif maupun nontarif) agar perdagangan dunia bisa lebih semarak.
Liberal → merupakan sebuah justifikasi institusional bagi pemberlakuan prinsip
perdagangan bebas diseluruh dunia.
Tujuan utama GATT → untuk menciptakan kelancaran perdagangan antar bangsa dengan
cara penurunan tarif impor secara gradual.
WTO cenderung memperkuat sistem perdagangan internasional yang terbuka, ada tiga
hal;
Pertama, para anggota terlibat secara intensif dalam pertukaran informasi,
terutama dalam rangka pembuatan berbagai kebijakan perdagangan.
Kedua, struktur WTO dibuat sedemikian rupa dengan mengacu pada IMF
dan Bank Dunia, walaupun tidak persis sama. Tetapi yang lebih penting
adalah bahwa kehadiran WTO lebih terintegrasi ke dalam sistem operasi
kedua lembaga keuangan internasional.
Ketiga, dibandingkan dengan GATT, WTO lebih memberikan kepastian
melalui upaya klarifikasi terhadap pasal-pasal, klausul-klausul, dan
kalimat-kalimat yang mengandung ketidak jelasan dan interpretasi
bermacam-macam, terutama yang berkaitan dengan persoalan NTBs