Anda di halaman 1dari 26

MODUL PERKULIAHAN

Perpindahan
Panas
Lumped System
Dan pengenalan KONVEKSI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Teknik Teknik Mesin 13029 Fajar Anggara, ST.,M.Eng

04
Abstract Kompetensi
Perpindahan energy panas secara Mahasiswa mampu :
KONVEKSI juga merupakan salah satu -Menjelaskan prinsip dasar perpindahan
mekanisme proses perpindahan panas yang panas konveksi
banyak ditemui pada beragam instalasi -Menjelaskan konsep Tahanan termal
industry, dan berlangsung berbarengan konveksi
dengan perpindahan panas konduksi. -Menerapkan konsep perpindahan panas
Modul ini akan membahas prinsip dasar kombinasi konveksi-konduksi pada system
perpindahan panas konveksi pada sistem- termal pelat datar
sistem termal.

MODUL - 4

Perpindahan energi panas KONVEKSI


Latar Belakang

Selain perpindahan energy panas secara konduksi, perpindahan panas KONVEKSI juga
merupakan salah satu mekanisme proses perpindahan panas yang banyak ditemui pada
beragam instalasi industry, dan sering sekali berlangsung berbarengan dengan perpindahan
panas konduksi.

Komponen instalasi industri yang berperan sebagai media tempat berlangsungnya proses
perpindahan panas untuk berbagai keperluan dinamakan alat penukar kalor (heat
exchangers).

Pada mesin termal yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energinya, energi
panas dari hasil proses pembakaran bahan bakar dikonversikan menjadi bentuk energi
termal lainnya sesuai dengan keperluannya, seperti untuk proses pemanasan, penguapan,
pendinginan, atau pengembunan.

Peralatan penukar kalor yang dipergunakan pada beragam instalasi industri kebanyakan
adalah yang berjenis shell & tube, di mana komponen utamanya adalah tube atau pipa-pipa
yang berbentuk silindrik. Dan proses perpindahan panas yang berlangsung di dalamnya
didominasi oleh perpindahan panas konveksi dan konduksi. Efektivitas proses konversi
energi pada peralatan tersebut akan menentukan baik buruknya efisiensi energi atau
konsumsi energi bahan bakar pada instalasi industri. Oleh karena itu pemahaman tentang
konsep dan prinsip-prinsip perpindahan panas konveksi dan konduksi pada sistem-sistem
termal hal yang sangat penting.

Sebagai kelanjutan dari modul sebelumnya maka modul ini membahas konsep dan prinsip
dasar perpindahan panas konveksi.

Tujuan Pembelajaran

Setelah memahami materi yang disajikan pada modul ini diharapkan anda mampu :

1. Menjelaskan prinsip dasar perpindahan panas konveksi

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Menjelaskan konsep Tahanan termal konveksi
3. Menerapkan konsep perpindahan panas kombinasi konveksi-konduksi pada system
termal pelat datar

Sistematika Pembahasan

Materi yang dibahas di dalam modul ini terbagi menjadi tiga bagian pokok. Pada bagian
pertama anda akan diberikan pemahaman tentang prinsip dasar perpindahan panas
konveksi. Kemudian, untuk lebih memahami konsep dan prinsip-prinsip tersebut kepada
anda juga akan diberikan contoh sederhana bagaimana menerapkan konsep dan prinsip
yang telah dibahas.
Selanjutnya, pada bagian kedua akan dibahas tentang konsep koefisien perpindahan panas
konveksi serta konsep tahanan termal bagi sistem perpindahan panas konveksi. Tujuan
pokoknya adalah agar anda mampu menjelaskan konsep koefisien perpindahan panas
konveksi dan konsep tahanan termal sistem konveksi. Sebuah contoh penerapan praktis
juga akan diberikan, dengan maksud agar anda lebih memahami materi yang dibahas pada
bagian kedua tersebut.
Bagian terakhir dari modul ini akan memberikan pemahaman tentang konsep perpindahan
panas kombinasi konveksi-konduksi pada system termal pelat datar. Kemudian, agar anda
mampu menerapkan konsep perpindahan panas tersebut sebuah ilustrasi contoh penerapan
sederhana juga disertakan pada bagian akhir tersebut. Tujuan pokoknya adalah agar anda
mampu menerapkan konsep tersebut untuk mengevaluasi laju perpindahan panas pada
sistem-sistem yang sejenis.

1. Sistem Lumped
Karakter perpindahan panas pada suatu benda tidaklah sesederhana yang dipelajari di buku
teori karena heat tergantung dengan waktu dan spasial (dimensi panjang dan sifat material).
Penjelasan pada pertemuan sebelumnya, perubahan heat akibat waktu diabaikan karena
sistem sudah steady. Lumped system adalah sebuah penyederhanaan atau pendekatan
dari behavior system ketika unsteady(tergantung waktu).
Bayangkan sebuah sistem seperti lump(material /sistem yang memiliki massa, memiliki suhu
merata, dan sifatnya berubah terhadap waktu skaligus spatial.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 1 Contoh lump system
Gambar 1 memberikan ilustrasi lump sistem sehingga persamaan energi nya menjadi:
[Heat yang masuk]=[kenaikan heat di dalam sistem]

Karakter persamaan 4.4 jika digambarkan dalam grafik pada Gambar 2. Terlihat dengan
kenaikan waktu,Suhu didalam sistem yang awal mulanya 70 C akan naik hingga suhunya

sama dengan suhu lingkungan . Kenaikan suhu sistem akan tergantung dengan nilai b
pada persamaan 4.5. Semakin besar, maka semakin cepat.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 2
Q max adalah total heat yang diterima oleh sistem, karena sistem suhunya akan sama
dengan suhu lingkungan maka Q max dapat dihitung dengan :

Dimana Ti adalah suhu mula-mula yaitu 70 C.


Penggunaan lumped sistem dapat dilakukan dengan menghitung bilangan Bi (Biot number)

Dengan Lc adalah panjang karakteristik atau panjang yang tegak lurus dengan arah
perpidanhan heat.
Lc=V/As, V, volume dan As adalah luas permukaan

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Biot adalah perbandingan heat konveksi dengan konduksi didalam sistem. Ketika
konduktivitas termal lebih besar dibandingkan tetapan konveksi maka kita bisa
menggunakan lumped system. Sifat dari lumped sistem adalah dimana suhu didalam sistem
harus merata atau dengan kata lain, pengaruh spatial tidak ada sehingga suhu didalam
sistem hanya tergantung oleh waktu saja,

Batas maksimal Bi=0, semakin kecil nilai Bi maka semakin akurat pendekatan lumped
system
Bi<<< 0 maka lumped system semakin baik, Biasanya untuk Bi<0.1 agar lumped
system bisa digunakan.

Contoh SOAL

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
LUMPED SYSTEM UNTUK SYSTEM BERDIMENSI PELAT,LINGKARAN DAN SILINDER
Sebagaimana bentuk umum pada dimensi yang dimiliki oleh sistem, bisa digambarkan pada
Gambar sebagai berikut:

Gambar 3 Contoh Bentuk Dimensi Sistem


Penelitian dari Heisler memudahkan kita memprediksi dari evolusi dari suhunya. Contoh
evolusi suhu/perubahan suhu dari sebuah plat.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Beberapa parameter yang harus dihitung:

Penyederhanaan General solusi dari masing-masing bentuk dimensi adalah sebagai berikut:

Bentuk persamaan diatas 4.10-4.12 adalah penyederhanaan solusi general untuk semua
bentuk dimensi, namun karena persamaan sebelum penyederhanaan adalah infinite series
maka sifatnya pada Tau(tau, dimensionless time) sebelum 0.2, akan susah untuk
konvergen, sedangkan Tau>0.2 akan segera konvergen. Oleh karena itu persamaan diatas
memang untuk ketika Tau>0.2.
Karena kita menganggap behaviour suhu juga simetri maka persamaan 4.10-4.12 bisa
disederhanakan menjadi.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Soal

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Perpindahan panas konveksi

Energi dalam bentuk panas akan berpindah dari suatu tempat atau media tertentu yang
bertemperatur lebih tinggi ke suatu tempat atau media lain yang bertemperatur lebih rendah
(Gambar 4.1).

Kondisi awal yang mendorong terjadinya perpindahan panas adalah adanya beda
temperatur. Kemudian, apabila energi panas berpindah melalui hantaran oleh molekul-
molekul zat padat, atau boleh juga oleh fluida cairan atau gas yang berada dalam keadaan
diam, maka mekanisme perpindahan panasnya kita sebut sebagai konduksi.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4.1. ilustrasi tentang konsep dasar perpindahan energi panas

Sekarang kita tinjau sebuah sistem termal yang terdiri dari sebuah pelat datar yang
diletakkan diam pada posisi tertentu, kemudian pada permukaan atasnya dilewatkan suatu
aliran fluida tertentu, misalnya aliran udara (Gambar 4.2.).

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4.2. perpindahan panas konveksi pada sistem aliran fluida dengan pelat datar

Dalam hal ini, permukaan bagian atas pelat datar memiliki temperatur yang lebih tinggi
daripada temperatur rata-rata aliran fluida di atasnya yang berkontak dengan permukaan
atas pelat. Kondisi tersebut menyebabkan adanya beda temperatur antara permukaan pelat
atas dengan fluida yang mengalir dan berkontak dengan permukaan pelat, sehingga akan
terjadi perpindahan energi panas dari permukaan pelat ke aliran fluida.

Energi panas yang berpindah dari permukaan padat ke suatu fluida tertentu yang mengalir
dan berkontak dengan permukaan padat tersebut dinamakan perpindahan panas konveksi.
Apabila dalam kondisi yang lain, misalnya pada sistem yang sama temperatur aliran fluida
lebih tinggi daripada temperatur permukaan pelat maka beda temperatur yang terjadi adalah
beda temperatur antara aliran fluida dengan permukaan pelat, sehingga energi panas akan
berpindah dari aliran fluida ke permukaan pelat datar yang memiliki temperatur lebih rendah.

Cepat-lambatnya energi panas tersebut berpindah dari permukaan pelat ke aliran fluida,
atau sebaliknya, dinamakan laju perpindahan panas konveksi, Qo

Besarnya laju perpindahan panas konveksi tersebut dapat diperkirakan dengan


menggunakan persamaan berikut:

Dengan,

ho adalah koefisien perpindahan panas konveksi

Ao adalah luas permukaan perpindahan panas konveksi, yaitu luas permukaan padat yang
berkontak dengan aliran fluida

Tw adalah temperatur rata-rata permukaan bagian atas pelat datar

Tf adalah temperatur rata-rata aliran fluida

Semakin besar beda temperatur yang terjadi antara permukaan padat dengan aliran fluida,
maka semakin besar pula laju perpindahan panas konveksinya. Jadi perpindahan panasnya
semakin cepat. Kemudian apabila luas permukaan perpindahan panasnya semakin besar,
dalam hal ini luas permukaan bagian atas pelat datarnya semakin besar, maka semakin
cepat juga panas dipindahkan. Dalam hal ini laju perpindahan panas konveksinya semakin
tinggi.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Begitu juga dengan koefisien peprpindahan panas konveksi, ho, semakin besar harga
koefisien perpindahan panas konveksi maka semakin tinggi pula laju perpindahan
panasnya. Namun demikian koefisien perpindahan panas konveksi bergantung kepada
beberapa faktor, yaitu faktor dimensi dan geometri permukaan padat yang berkontak
dengan aliran fluida, faktor kecepatan aliran fluida, serta sifat-sifat fisik fluida yang mengalir
pada permukaan padat. Sifat-sifat fisik fluida meliputi: massa jenisnya, panas jenis pada
tekanan konstan, viskositasnya, konduktivitas termal serta diffusivitas fluida. Harga koefisien
perpindahan panas konveksi juga bergantung kepada konfigurasi aliran fluidanya. Harga
empiriknya tidak dapat ditentukan secara matematis, tetapi diperoleh dari berbagai
experimen.

Untuk lebih memahami konsep perpindahan panas konveksi yang telah kita bahas di atas
maka marilah kita tinjau contoh penerapan berikut.

Gambar 4.3. sistem perpindahan panas konveksi pelat datar – aliran fluida

Dalam persoalan ini diketahui sebuah pelat datar yang terbuat dari bahan logam, yang
memiliki angka konduktivitas termal, k = 15 W/mK. Pelat logam tersebut memiliki ukuran:
panjang 200cm, lebar 180cm, dan tinggi 90 cm. Temperatur permukaan bagian atasnya
diketahui sebesar 75 oC. Kemudian, permukaan bagian atas pelat dialiri oleh fluida yang
bertemperatur rata-rata 30 oC, dan mengalir dengan koefisisen perpindahan panas konveksi
sebesar 10 W/m2K.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Permasalahannya adalah seberapa cepat energi panas berpindah dari permukaan pelat
datar tersebut ke fluida yang mengalir di atas permukaan pelat.

Pembahasan:

Karena sistemnya adalah permukaan padat dengan aliran fluida, dan terdapat beda
temperatur di antara keduanya, maka yang menjadi fokus perhatian kita adalah perpindahan
panas konveksi. Dalam hal ini energi panas berpindah dari permukaan pelat datar tersebut
ke fluida yang mengalir di atas permukaan pelat.

Laju perpindahan panas konveksi bagi sistem di atas dapat diperkirakan besarnya
menggunakan persamaan :

Pada persoalan kita di sini diketahui bahwa :

ho : koefisien perpindahan panas konveksi = 10 W/m2K

Ao : luas permukaan perpindahan panas konveksi = ( panjang x lebar ) = 200cm x 180cm

Tw : temperatur rata-rata permukaan bagian atas pelat datar = 75 oC

Tf : temperatur rata-rata aliran fluida = 30 oC

Dengan demikian kita dapat dengan mudah melakukan perhitungan menggunakan


persamaan tersebut di atas. Anda dipersilahkan menghitungnya sendiri. Namun, sebelum
melakukan perhitungan, pastikan bahwa semua besaran-besaran yang terlibat dalam
perhitungan telah berada dalam standar satuan yang sama.

Coba anda simpulkan seberapa cepat laju perpindahan panas yang terjadi pada persoalan
tersebut di atas. Artinya dalam kurun waktu satu detik berapa Joule energi panas yang
berpindah dari permukaan pelat ke aliran fluida di atasnya. Kemudian, berapa Joule energi
panas yang berpindah dalam kurun waktu satu jam.

3. Tahanan termal konveksi

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Persamaan untuk memperkirakan besarnya laju perpindahan panas konveksi bagi sistem
pelat datar dengan aliran fluida tersebut di atas adalah :

Persamaan tersebut dapat juga kita tulis dalam bentuk yang lain seperti berikut :

Suku penyebut pada persamaan tersebut dinamakan tahanan termal perpindahan panas
konveksi sistem pelat datar dengan aliran fluida, dan besarnya tahanan termal ( R h )tersebut
dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Coba sekarang anda perkirakan besarnya tahanan termal konveksi bagi persoalan yang
ditunjukkan pada gambar 4.3.

4. Perpindahan panas kombinasi


konveksi-konduksi

Sebelum kita membahas perpindahan panas kombinasi konveksi-konduksi pada sistem


pelat datar maka kita tinjau kembali konsep perpindahana panas konduksi pada pelat datar
seperti ditunjukkan pada gambar 4.4. di bawah ini :

Pada sistem tersebut sebuah pelat datar yang terbuat dari logam memiliki penampang
bagain atas dan bagian bawah dengan dimensi yang sama, yaitu panjangnya p dan
lebarnya l. pelat logam tersebut memiliki konduktivitas termal bahan sebesar k. tebal pelat
adalah ∆x. kemudian, temperatur rata-rata permukaan bagian bawah pelat lebih tinggi

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
daripada temperatur permukaan pelat bagian atas. (permukaan bagian bawah pelat lebih
panas).

Gambar 4.4. sistem perpindahan panas konduksi pelat datar

Seperti telah kita bahas pada modul sebelum ini, bahwa besarnya laju perpindahan panas
konduksi dari permukaan bagain bawah pelat ke permukaan atasnya dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :

kA
Qk  (Tw1  Tw 2 )
x
Sedangkan tahanan termalnya dapat dihitung dari persamaan berikut :

x
Rh 
kA

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apabila energi panas yang ditransmisikan dari permukaan bawah pelat ke permukaan atas
melewati tebal pelat sebesar ∆x, yang dalam hal ini lajunya sebesar Qk, kemudian
dipindahkan ke fluida yang mengalir di atas permukaan pelat bagian atas maka laju
perpindahan konveksi yang terjadi yaitu sebesar Qh akan memiliki kebesaran yang sama
dengan Qk, karena panas yang berpindah dari permukaan bawah pelat ke permukaan atas
pelat kemudian akan dipindahkan lagi ke fluida yang mengalir di atasnya. Hal tersebut
berarti : Qk = Qh atau sebaliknya.

Untuk lebih memahami konsep yang telah kita bahas di atas coba anda kerjakan soal di
bawah ini.

Gas bertemperatur 120 oC mengalir dengan kecepatan 15 cm/s pada permukaan atas
sebuah pelat datar yang berukuran : panjang 200 cm, lebar 180 cm, tebal 90 cm. Koefisien
perpindahan panas konveksi aliran gas tersebut 14 W/m2K. Permukaan atas pelat datar
bertemperatur rata-rata 65 oC.

a. Berapa besar laju perpindahan energy panas dari aliran gas ke permukaan pelat datar
tersebut

b. Apabila pelat logam tersebut memiliki konduktivitas termal 15 W/mK, berapa besar
temperature rata-rata permukaan bawah pelat tersebut.

Selanjutnya, untuk lebih memahami lagi konsep yang telah kita bahas di bagian ini cmarilah
kita tinjau persoalan yang ditunjukkan pada Gambar 4.5 di bawah ini.

Sebuah dinding yang terbuat dari bahan bata setebal 15 cm. permukaan sampingnya
memiliki lebar 10 m dan tinggi 6 m. permukaan bagian luarnya dilapisi bahan isolasi dengan
konduktivitas termal bahan sebesar 0,05 W/mK dan tebal isolasi 5 cm. dinding tersebut
memisahkan udara luar ruangan yang bertemperatur 35 oC dengan temperatur udara di
dalam ruangan yang lebih dingin yaitu sebesar 24 oC. apabila udara di luar ruangan memiliki
koefisien perpindahan panas konveksi sebesar 23 W/m2K, dan udara di dalam ruangan
memiliki koefisien perpindahan panas konveksi sebesar 12 W/m 2K maka dengan
menerapkan konsep perpindahan panas kombinasi yang telah kita bahas di atas coba anda
perkirakan berapa besar laju kebocoran panas ke dalam ruangan tersebut.

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 4.5. sistem perpindahan panas kombinasi konveksi-konduksi pelat datar

Daftar Pustaka
1. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass Transfer”, 3th
ed., John Wiley & Sons, New York

2. Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., 2007, Thermodynamics: An Engineering


Approach, New York, McGraw-Hill

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Lampiran

Menghitung Lc

Grafik HEISLER

Plate

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cylinder

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sphere

13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
13 Perpindahan Panas
4 Chandrasa Soekardi
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai