Anda di halaman 1dari 3

BATU AJUANG BATU PETI

Alkisah di kecamatan Pauh kota Padang Sumatra Barat terdapat sebuah


kerajaan Bukit Parasapan. Kerajaan yang terletak di kaki Bukit Perasapan,
Pendalaman Nagari Pauh Limo, Kecamatan Pauh. Kota Padang, Sumatra Barat
tersebut yang dipimpin oleh Raja Tuo. Oleh rakyatnya, sang raja dikenal memiliki
sifat yang arif dan bijaksana.

Raja Tuo memiliki Putri semata wayang sangat cantik bernama Putri
Lenggogeni.Disamping pintar, Putri Lenggogeni juga di kenal cerdas bahkan Putri
Lenggogeni sering memberikan masukan pada ayahnya ketika terhimpit masalah
terkait kerajaan atau rakyat. Tak ayal banyak yang warga yang meyakinkan kalau
Putri Lenggogeni akan menjadi penerus tahta untuk kerajaan Bukit Parasapan.

Dengan kecantikan dan kecerdasanya ada banyak laki laki yang jatuh cinta
padanya. Sayangnya tak seorangpun yang berani melamarnya karena menyadari
bahwa sang Putri yang sempurna itu hanya pantas bersanding dengan pria yang
gagah,rupawan dan seorang Putra Mahkota.

Di sisi lain ada seorang sudagar yang kaya raya dari Rupit. Yang bernama
Tuan Hendrik yang tingal bersama kedua anak buahnya yang bernama Rajo
anggangg dan Manger Labu. Kedua anak buahnya sedang memasarkan barangan
dagangan di kerajaan Bukit Parasapan mendengar kabar tentang kecantikan Putri
Lenggogeni yang mempesona banyak laki-laki.

Karena mendengar kabar demikian kedua anak buah Tuan Hendrik pergi
ke Pulau Cermin menemui Tuan Hendrik untuk menyampaikan kabar. “wahai
Tuan Hendrik,ada seorang putri yang sangat cantik dan cerdas di kerajaan Bukit
Parasapan. Namanya Lenggogeni,Putri Raja Tuo kiranya tuan hendrik berkenan
melamarnya” kata Raja Aggang.

“Benarkah” uajar Tuan Hendrik “ baiklah aku akan melamarnya” jika


begitu sebaiknya “Tuan Hendrik berpura-pura menjadi Putra Mahkota sebuah
kerajaan” usul Manggek Labu, “karena bagaimanapun juga Putri Lenggogeni
adalah seorang Putri Mahkota.” “Putri Mahkota hanya mau menerima lamaran
dari Putra Mahkota kerajaan” kata Rajo Anggang.

Merekapun melakukan beberapa persipan agar bisa melamar Putri


Lenggogeni. Salah satunnya adalah menyiapkan peti yang berisi perhiasan
emas,setelah perhiasan sempurna mereka berangkat ke kerajaan Bukit Parasapan.

Sesampainya di kerajaan mereka di sambut ramah oleh pegawai istana.


Mereka juga langsung mendapatkan izin untuk menemui Raja Tuo, dengan
sombong Tuan Hendrik menyampaikan maksut kedatanganya. Ia merasa yakin
kalau putri lenggogeni,putri dari kerajaan Bukit Parasapan yang kecantikanya
menjadi buah bibir masyarakat akan menerimanya.

“ Wahai Raja Tuo perkenalkan saya Hendrik,seorang Putra Mahkota dari


kerajaan Portugis. Maksut dari kedatangan saya kesini adalah ingin melamar Putri
baginda” ucap Tuan Hendrik menyampaikan maksutnya.

“ Saya sangat senang dengan kedatangan Tuan Hendrik kemari. Tapi


apakah tuan hendrik putra mahkota kerajaan Portugis” tanya Rajo Tuo “ benar
baginda” ucap Tuan Hendrik kembali berbohong “ saya berani bersumpah jika
saya benar-benar Putra Mahkota. Jika saya berbohong maka kapal saya dan
seluruh isinya akan keram,bahkan hancur terhantam ombak hingga menjadi
batu!”.” Baiklah kalau begitu kita akan menunggu selama tiga bulan purnama
untuk membuktikan sumpah itu” ucap Raja Tuo seraya meminta rombongan Tuan
Hendrik pergi

Sejak saat itu hingga tiga bulan purnama Tuan Hendrik merasa gelisah. Ia
berharap semoga tidak ada yang terjadi padanya dan kapalnya. Beruntung ,setelah
tiga bulan purnama berlalu,tidak ada hal yang terjadi bahkan kapalpun masih utuh
tentu saja hal tersebut membuat sang Putra Mahkota palsu merasa senang. Ia
yakin akan berhasil melamar Putri Lenggogeni yang cantik.

Tuan Hendrik bersama kedua anak buahnya berencana untuk datang ke


kerajaan Bukit Parasapan mereka berniat menanyakan jawaban atas lamaran yang
mereka ajukan beberapa nulan yang lalu. Bahkan kali ini Tuan Hendrik
mengunakan pakaian yang sangat mewah agar membuatnya semakin terlihat
seperti Putra Mahkota dari sebuah kerajaan ternama. Kebohongan dibalas
kehancuran Tuan Hendrik menerima akibat dari sumpah yang ia ucapkan sendiri.

Pesan moral yang bisa di dapat dari legenda Batu Ajuang Batu Peti ini
adalah kebohongan pasti akan membawa kehancuran. Sama seperti yang terjadi
pada Tuan Hendrik yang tidak jujur atas statusnya yang bukan seorang Pangeran,
pada akhirnya kapalnya hancur di terjang angin badai.

Anda mungkin juga menyukai