Anda di halaman 1dari 3

HUKUM DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Fungsi [system] Hukum (Friedman, The Legal System)

Versi 1:

 Pendistribusian (penjaga alokasi) nilai-nilai yang benar dalam masyarakat ~ agar masyarakat
memperoleh keadilan dan kenyamanan;
 Penyelesaian sangketa;
 Control social ~ (melalui pemberlakuan peraturan; control primer oleh Lembaga hk.pidana;
control sekunder oleh Lembaga Pendidikan, keluarga, dll.)
 Penciptaan norma ~ (sebagai bahan mentah untuk control social; termasuk penciptaan berupa
social engineering);
 Pencatatan administrative ~ (Kelahiran, adopsi, ganti nama, dll.)

Versi 2:

 Kontrol social ~
 Penyelesaian sangketa ~ Conflict (skala besar) & dispute (skala kecil)
 Redistribusi atau rekayasa social ~ Penggunaan hukum untuk perubahan social secara top-
down (missal menarik pajak dari orang kaya untuk mengangkat kehidupan orang miskin)
 Alokasi hukum dalam skema penyaluran komoditas (barang/jasa) ~ termasuk menjaga
persaingan usaha; pengerahan tantara untuk menjaga negara. Fungsi ini adalah bentuk
pemeliharaan social (social maintenance)

Tiga Fungsi Hukum:

 Hukum sebagai penyelesaian sangketa dengan skala waktu kecil atau disebut “dispute
settlement”
 Hukum sebagai penyelesaian sangketa dengan skala waktu menengah disebut “social control”
Contoh seperti berinvestasi

 Hukum sebagai penyelesaian sangketa dengan skala jangka panjang disebut “social engineering”
Hukum menjadi pedal GAS sekaligus REM

Mengakselerasi pembangunan (social engineering) tapi sekaligus menjaga nilai-nilai (social


control) Di sinilah muncul isu tentang KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Empat factor dasar pembangunan:

 Anthropos
Manusia individual sebagai subyek yang memiliki tugas (Aufgabe) melaksanakan pembangunan.
 Ethnos
Komunitas manusia yang bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; pencipta kebudayaan.
Ethnos sebagai Negara Persatuan -> Ontologi berbangsa dan bernegara
 Oikos
Lingkungan tempat komunitas itu beraktivitas membangun kehidupannya (Lebenswelt;
Universum-Kosmis). Oikos sebagai Keadilan Sosial -> Aksiologi berbangsa dan Bernegara (Tingkat
1)
 Tekne
Instrumen/alat yang digunakan manusia dalam menjalankan tugas pembangunan. Dimana posisi
hukum sebagai alat untuk memposisikan manusia sebagai subyek tujuan pembangunan itu
tercapai. Tekne sebagai Demokrasi (kedaulatan rakyat) -> Epistemologi berbangsa dan
bernegara
 Divinitas
Landasi semuanya dengan nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.
Manusia adalah Wakil Tugan untuk ikut menjaga Alam; Insan pembangunan peradaban, bukan
makhluk perusak. Divinitas sebagai Kebutuhan (melalui nilai Kemanusiaan) -> Aksiologi
berbangsa dan bernegara (tingkat 2)

TANTANGAN FUNGSI HUKUM DI ERA DIGITAL DEWASA INI

Ketuhanan (melalui nilai kemanusiaan)

Demokrasi (Kedaulatan rakyat) Hukum sebagai instrument yang berfungsi menetapkan kebijakan
pembangunan, Keadilan Sosial dan Negara Persatuan. Manusia Perlu mengolah banyak data menjadi
informasi kemudian informasi menjadi pengetahuan. Walaupun data itu melimpah tidak menjamin
manusia dapat mengolah data dengan baik, maka diperlukan tekne. Hukum butuh kebijaksanaan untuk
menginjak REM dalam kondisi tertentu dan juga menginjak GAS.

ANCAMAN KHUSUS BAGI PENGEMBAN HUKUM

Strategi Kebudayaan

Pengalihan peran profersi hukum (Irasionalitas berhukum) Narrow-minded pragmatism Legal moralism
The death of democracy, Utopia keadilan (keterbelahan social) Poilitics of identity Retribalizaation Social
Insensibility Narcissism, dan relevensi negara hukum (Reduksi kedaulatan negara) Quasi states New
Rules of the world The supranational Corporations.

 Hukum harus menerima takdir untuk difungsikan sebagai instrument (tekne) dalam
pengambilan/penetapan kebijakan pembangunan
 Pembangungan memiliki karakter anti-status quo dengan ikut memanfaatkan hukum sebagai
bagian dari upaya perekayasaan social. Dalam kondisi seperti inilah para pengemban hukum
harus bersikap kritis dengan mempertimbangkan fungsi-fungsi hukum lainnya secara
proporsional.
 System hukum Indonesia pada hakikatnya telah memiliki dasar yang kokoh ditinjau dari empat
factor dasar pembangunan, ditambah dengan nilai-nilai divinitas yang menjadi tolok ukur
tertinggi keberhasilan pembangunan, sehingga sejalan dengan visi dan misi bangsa Indonesia.
 Pembangunan selalu membutuhkan data-informasi-pengetahuan-dan bermuara pada
kebijaksanaan. Di era digital dewasa ini, tantangan yang dihadapi oleh hukum sebagai
instrument pengambilan/penetapan kebijakan pembangunan menjadi kian kompleks di tengah
kesulitan melakukan pemilahan atas data yang berlimpah untuk diolah menjadi informasi yang
konstruktif bagi [ilmu] pengetahuan dan pada gilirannya akan membawa pada kebijaksanaan di
dalam penyikapannya.
 Hukum dalam berbagai fungsinya, bukan tidak mungkin bakal terjebak pada tantangan tersebut,
sehingga dari semua fungsional menjadid disfungsional. Hal ini ditandai dengan
ketidakmampuannya menghadapi ancaman berupa makin tereduksinya kedaulatan negara
(sehingga relevansi negara hukum dipertanyakan), makin menguatnya keterbelahan social
(sehingga keadilan makin utopis), dan/atau memunculkan irasionalitas berhukum (sehingga
peran profesi hukum makin memudat dan diambil alih oleh oknum-oknum-non-hukum).
 Sejumlah kata kunci yang ada pada tiap-tiap identifikasi ancaman tersebut membutuhkan
perhatian Bersama. Ancaman-ancaman itu rill adanya, bahkan sudah kita hadapi saat ini sebagai
problemataika humaniora digital.
 [system] hukum tidak memiliki straregi tunggal untuk mengatasi semua ancaman itu kecuaali
bekerja dengan instrumen (tekne) lain di luar hukum. Dengan demikian, pada hakikatnya
kebijakan pembangunan adalah sebuah strategi kebudayaan.

PEMBANGUNAN BERJALNJUTAN

“Komisi Brundtland mendefinisikan Pembangunan berkelanjutan sebagai “pembangunan yang


memenuhi kebutuhan generasi sekarang. Dengan tidak mengurangi kemampuan generasi yang akan
datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.”

Unsur penting dalam pengertian ini adalah pemenuhan kebutuhan generasi sekarang di satu pihak, dan
kebutuhan generasi yang akan datang di pihak lain.

KONSEP UTAMA KEBERLANJUTAN DAN KONSEP ISLAM YANG SESUAI DAN TERKATI DALAMA 4
DIMENSI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Produksi Sektor Publik Milik Negara, Produksi Sektor Swasta (membutuhkan partisipasi masyarakat
harus ditingkatkan kalua tidak akan terjadi ketidakseimbangan), Produksi dari Modal Asing. ->
Mewujudkan manfaat yang sesungguhnya -> control produksi terkait kebutuhan prioritas -> kebutuhan
primer (Dharuriyat) -> Kebutuhan sekunder (Hajiyat) -> Kebutuhan Tertier (Tahsiniat)

Anda mungkin juga menyukai