Disusun Oleh :
STAI MADIUN
FAKULTAS TARBIYAH
2020/2021
BAB V
MACAM-MACAM PENDIDIKAN
A. PENDIDIKAN JASMANI
Seorang filsuf menuturkan bahwa, asas/ dasar awal bagi kehidupan seorang anak
adalah bahwa dia harus kuat badannya, ada pepatah dari Yunani yang sudah terkenal,
“ Didalam akal yang sehat, terdapat jiwa/ badan yang sehat”
Dan tidak akan berhasil seorang pengajar di dalam pengajarannya ketika dia tidak
mampu mengidentifikasi karakteristik fisik seorang anak dan apa yang dibutuhkan
dalam tubuh mereka. karena sesungguhnya kesehatan para murid menjadi prioritas
utama.
Sangat mustahil bagi seorang guru untuk mengajarkan pendidikan, kecuali seorang
anak didiknya kuat jasmaninya, kesehatan yang fit, maka kesehatan adalah pokok
utama di berbagai pendidikan, dan tidak ada keberuntungan selain kesehatan.
Maka keberhasilan nyata dari sekolahan adalah mampu menjaga kekuatan fisik siswa,
mampu meningkatkan kesehatannya, membangkitkan akal sehatnya, membesarkan
tubuhnya hingga menjadi terampil, mengobati penyakitnya, dan mencegahnya dari
cacat. Sehingga sekolah adalah sarana pendidikan terbaik bagi anak di masa depan
dalam membentuk tubuh yang kuat, terampil dalam pekerjaannya, sopan dalam
gerakannya, bebas dari cacat dari segi fisik tubuhnya.
Telah terbukti dalam ilmu psikologi bahwa, ada hubungan yang hebat antara
tubuh dan pikiran, apa yang mempengaruhi tubuh akan mempengaruhi pikiran, dan
apa yang mempengaruhi pikiran juga mempengaruhi tubuh. Dengan adanya itu,
supaya seseorang mampu memikul beban hidup, ia harus kuat dalam tubuhnya dan
sehat badannya. Seorang bijak berkata: “Hidup adalah musuh yang hanya dia yang
kuat dalam tubuhnya dan kuat dalam kekuatannya yang dapat mengatasinya”. apakah
mungkin bagi orang yang cerdas untuk benar-benar mendapatkan manfaat dari
kecerdasannya jika dia lemah dalam kekuatan fisiknya? Untuk itu, harus banyak
memperhatikan pendidikan kesehatan, olah raga jasmani dan permainan gratis yang
anak-anak nyaman secara naluriah dan mereka menawarkannya dengan keinginan dan
naluri mereka.
Imam al-Ghazali berkata dalam “Ihya Ulum al-Din” :” Setelah meninggalkan tempat
belajar, anak harus di beri izin untuk bermain dengan mainan yang indah untuk
melepaskan dari kepenatan belajar, karena mencegah anak untuk bermain dan
membuatnya lelah karena kesulitan belajar, maka akan membunuh hatinya dan
membatalkan kecerdasannya dan itu membuatnya sulit dalam kehidupannya sampai
akhirnya dia akan terus berusaha mencari cara untuk lepas sama sekali dari belajar
secara langsung”.
Seperti halnya permainan gratis di rumah dan di sekolah yang harus dijaga, demikian
pula olahraga yang di selenggarakan, seperti sepak bola, bola basket, tenis, tarik
tambang, lompat, renang, dayung dan gulat untuk menumbuhkan anggota tubuh para
murid dan memperkuat tubuh mereka.
1. Game gratis
Game gratis adalah permainan gratis yang dimainkan siswa dengan dorongan
naluriah dimana dia tidak membutuhkan pemimpin atau pemandu.
Olah raga kolektif adalah salah satu faktor terbesar pendidikan jasmani dan jenis
olah raga yang disukai oleh setiap anak karena menarik. dan permainan-
permainan ini adalah cara terbaik untuk memperbaiki kreasi anak dan penguatan
tubuhnya, dimana para pendidik menanamkan dalam diri anak tentang kecintaan
pada pekerjaan dan pemikiran bukan pada dirinya sendiri, tetapi pada
kelompoknya dimana ia ikut berpartisipasi, dan dengan ini mereka mencegah
dalam dirinya penyakit mental, penyakit kebencian diri dan bangga diri dan tidak
ada yang lain. Dengan demikian, anak belajar untuk membuat keinginannya
sendiri di bawah keinginan kelompoknya, dan menyadari bahwa tujuannya tidak
akan tercapai kecuali dia mengorbankan keinginannya sendiri dan tunduk
sepenuhnya pada keinginan kelompok.
3. Latihan fisik
Latihan fisik merupakan salah satu faktor pendidikan jasmani, karena dilakukan
oleh siswa dibawah pengawasan pelatih khusus. Ini adalah salah satu cara yang
membantu dalam mengembangkan otot, memperkuat tubuh siswa sampai mereka
mencapai tingkat pertumbuhan yang memungkinkan. Cara ini mampu memberi
anak-anak kekuatan dalam saraf mereka, peremajaan dalam perawakan mereka,
pembentukan otot di dada mereka dan aktifitas dalam tindakan mereka. Ketika
tubuh sudah kuat, pikiran dapat menjalankan fungsi kognitifnya, sehingga anak-
anak menjadi pria yang berkemauan keras , tubuh yang sehat, penuh moral/ akhlak
yang sempurna, berwawasan luas.
4. Pekerjaan manual
B. PENDIDIKAN MENTAL
Pendidikan mental adalah peningkatan budi dan latihannya secara teratur tentang
berpikir yang benar sehingga dapat meningkatkan kesadaran yang benar terhadap
berbagai pengaruh dan berbagai fenomena yang melingkupinya.
Tujuan pendidikan mental adalah untuk memperoleh pengetahuan, menghaluskan
pikiran, dan keterampilan dalam menggunakan apa yang diketahui seseorang.
Ketiga tujuan ini saling terkait satu sama lain. Tujuan pendidikan bukanlah
pengetahuan tentang fakta-fakta abstrak yang diketahui saat lulus ujian, dan
dilupakan setelah lulus ujian. Pada hakikatnya, tujuannya adalah untuk
mengetahui kebenaran, memahaminya, dan mengambil manfaat darinya.
Diantara pemahaman yang salah adalah mengira bahwa pengetahuan tidak dapat
diperoleh kecuali dari buku, dan menghafal adalah satu-satunya cara untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Oleh karena itu, ada banyak hal yang bisa di
akses dari berbagai fakta pengetahuan seperti wawancara, eksperimen dan studi
tentang alam. Sarana untuk memperoleh ilmu bukanlah dengan menghafal dan
menghafal, tetapi sarana untuk memahami, mencerna fakta, dan mengambil
manfaat darinya.
Dikatakan bahwa sembilan per sepuluh (9/10) dari informasi yang diperoleh
seorang anak disekolah itu dilupakan, jika hanya informasi yang harus
ditunjukkan siswa sebagai hasil dari waktu, aktivitas dan studi mereka di sekolah,
maka ini berarti bahwa Sembilan per sepuluh dari waktu, aktivitas, dan studi itu
akan hilang.
Untuk melestarikan waktu dan aktivitas mereka, mereka harus mengakses
informasi ini bukan dengan menghafal, melainkan dengan cara yang memperhalus
persepsi mereka, melupakan imajinasi mereka, memperkuat keinginan mereka,
menghidupkan kembali perasaan mereka, dan meningkatkkan daya penilaian
dalam berpikir supaya mereka memiliki kebiasaan perhatian, ketulusan dalam
hidup mereka, ihlas dalam bekerja dan ketekunan.
Kita tidak boleh mengandalkan ingatan saja dalam pendidikan, tetapi dengan cara
mengandalkan bimbingan, ketegangan, dan pendidikan mental agar siswa kembali
mengandalkan dirinya sendiri dalm berfikir, ketepatan dalam menilai,
mengungkapkan pikirannya dengan jelas, dan mengambil manfaat dari informasi
dalam kehidupan sehari-harinya. Akses ke hal-hal ini dapat mencapai akses ke
tujuan mendidikan mental.
C. PENDIDIKAN AKHLAK
Tidak dapat dikatakan bahwa sekolah saja dapat memberikan pendidikan moral
yang lengkap kepada anak. Maka diperlukan keterkaitan yang disebutkan diatas
tadi dengan sekolah, sehingga berdampak besar pada pendidikan anak, seperti di
dalam rumah maupun bermasyarakat. Untuk mencapai cita-cita pendidikan,
akhlak bagi laki-laki dan perempuan, dalam rumah tangga harus melakukan
tugasnya masing-masing. Dan ini adalah contoh dari pendidikan.
Pertanyaan