Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PEMERINTAHAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Edy Wibowo
105020115111001

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PEMERINTAHAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN

Yang disusun oleh :


Nama : Edy Wibowo
NIM : 105020115111001
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 25 Juli 2013

Malang, 25 Juli 2013


Dosen Pembimbing,

Ferry Prasetya SE., M.App.Ec.Int.


19801228 200501 1 002
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PEMERINTAHAN
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN
Edy Wibowo
Ferry Prasetya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: ed.pabusacilad@gmail.com

ABSTRACT

This study analyzed the effect of the quality of governance on economic growth in ASEAN. Efforts
to increase economic growth by the government can not be separated from the quality of
governance itself. Quality of governance can be measured from the six indicators: voice and
accountability, political stability, government effectiveness, regulatory quality, rule of law, and
control of corruption. By using a panel data analysis it was concluded that of the six indicators of
quality of government, only government effectiveness and rule of law that have a significant
impact on economic growth.

Keywords: Quality of Governance, Economic Growth, Panel Data Analysis.

ABSTRAKSI

Penelitian ini menganalisis pengaruh kualitas pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi di


ASEAN. Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah tidak bisa
lepas dari kualitas pemerintahan itu sendiri. Kualitas pemerintahan dapat diukur dari enam
indikator yaitu : voice and accountability, political stability, government effectiveness, regulatory
quality, rule of law, dan control of corruption. Dengan menggunakan analisis data panel
didapatkan kesimpulan bahwa dari keenam indikator kualitas pemerintahan, hanya government
effectiveness dan rule of law yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.

Kata kunci: Kualitas Pemerintahan, Pertumbuhan Ekonomi, Analisis Data Panel.

A. PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi biasa digunakan sebagai indikator atas keberhasilan suatu negara dalam
memenuhi kebutuhan masyarakatnya terhadap barang dan jasa. Kinerja perekonomian negara yang
baik ditunjukkan oleh laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Akan tetapi peningkatan
pertumbuhan ekonomi bukanlah perkara yang dapat dilaksanakan dengan mudah bagi sebagian
negara di dunia. Permasalahan yang biasa dialami seperti rendahnya kualitas kesehatan, tingginya
tingkat kemiskinan, rendahnya angka harapan hidup, dan kesenjangan pendapatan sering terjadi di
negara-negara berkembang dan negara terbelakang/miskin, dimana hal itu juga akan berdampak
pada pertumbuhan ekonomi setiap negara tersebut.
Pada masa sekarang ini, pusat perekonomian global mulai berpindah ke Asia. China dan India
dua negara Asia yang masih mencatat pertumbuhan ekonomi positif pada level yang relatif tinggi
di saat negara-negara lain mengalami pertumbuhan negatif atau setidaknya mengalami
pertumbuhan yang rendah ketika terpengaruh krisis finansial global di tahun 2008. Jumlah
penduduk yang tinggi dari kedua negara tersebut membuat perekonomian tidak terpuruk karena
permintaan domestik yang terjaga, yang utamanya didorong oleh konsumsi masyarakat yang tetap
tinggi dan tingkat produktivitas yang tetap terjaga dalam mengekspor produk dalam negerinya ke
negara lain, sehingga membuat negara Cina dan India tidak mengalami dampak krisis finansial
global separah negara lain.
Sementara itu, upaya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan
meningkatkan standar hidup masyarakat juga dijalankan oleh negara-negara di Asia Tenggara
yang tergabung dalam organisasi ASEAN. Tidak jauh berbeda dengan negara-negara lain pada

1
umumnya, hampir seluruh negara Asia Tenggara tersebut juga tak luput dari imbas krisis pada
tahun 2008. Namun, negara-negara tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
membangun kembali perekonomiannya setelah krisis global tersebut terjadi. Tingkat pertumbuhan
ekonomi di negara-negara ASEAN ditunjukkan dalam gambar berikut ini :

Gambar 1: Pertumbuhan Ekonomi ASEAN

Sumber : World Bank (data diolah)

Melihat kondisi pertumbuhan ekonomi yang bergerak dinamis di setiap negara tersebut,
pemerintah selaku pihak yang mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan ekonomi memiliki
wewenang untuk menerapkan kebijakan yang dapat mendorong perekonomian. Penentuan
kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga tak lepas dari
kualitas pemerintahan itu sendiri. Keberhasilan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik
(good governance) ditentukan oleh keterlibatan dan sinergi dari tiga peran utama yaitu aparatur
pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Asia Tenggara sebagai salah satu kawasan yang
memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat menjadi objek yang menarik dalam penelitian
ini dalam kaitannya dengan usaha pemerintah dan aparaturnya dalam menciptakan good
governance.
Beragamnya kultur masyarakat dan kondisi geografis yang dimiliki setiap negara telah
mendorong dilakukannya penelitian yang membahas tentang pengaruh kualitas pemerintahan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari beberapa hasil penelitian yang meneliti pengaruh kualitas
pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut, diperoleh hasil yang mendukung ataupun
bertolak belakang dari adanya keterkaitan antara kedua variabel tersebut. Begitu juga dengan
ASEAN yang terdiri dari 10 negara memiliki kualitas pemerintahan dan pertumbuhan ekonomi
yang beragam. Penjelasan dari beberapa hasil penelitian tersebut mengsumsikan bahwa ternyata
kualitas pemerintahan yang baik tidak serta-merta dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di
suatu negara. Hal inilah yang membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi di
ASEAN.

B. TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas Pemerintahan
Menurut menurut Kaufmann et al. dalam Huynh dan Jacho-Chavez (2009), World Governance
Indicators yang disediakan oleh World Bank mengukur tata kelola pemerintahan yang baik dengan
menggunakan enam indikator, yaitu : voice and accountability, political stability, government
effectiveness, regulatory quality, rule of law, dan control of corruption. Sedangkan menurut Ijaiy

2
(2006), good governance adalah tentang bagaimana negara dan organisasi-organisasi sosial
lainnya berinteraksi, bagaimana mereka berhubungan dengan warga, bagaimana mereka
mengambil keputusan, dan bagaimana mereka menyajikan laporan

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Professor Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri dapat dimungkinkan oleh adanya kemajuan
atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologis terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan proses peningkatan
produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pertumbuhan ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan
meningkatnya hasil produksi dan pendapatan (Todaro, 2000).
Sedangkan menurut Boediono (2009), pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang. Penekanannya terdapat pada tiga aspek, yaitu: proses
output perkapita dan jangka panjang. Setiap aspek mempunyai titik berat yang berbeda. Aspek
pertama, pertumbuhan adalah suatu proses, bukanlah merupakan suatu gambaran pada suatu saat.
Dalam hal ini dapat dilihat mengenai aspek kedinamisan dari suatu perekonomian, yaitu
bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Penekanannya
adalah pada perubahan atau perkembangan itu sendiri. Selanjutnya aspek kedua yaitu output
perkapita. Dalam hal ini terdapat dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output totalnya atau
gross domestic product (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Berdasarkan pada dua hal penting
tersebut, maka proses kenaikan output perkapita harus dianalisis dengan jalan mengamati
perubahan atau pergerakan output total di satu pihak dan jumlah penduduk di lain pihak. Sehingga
penjelasan mengenai perkembangan dari kedua aspek tersebut dapat membuka jalan untuk
menjelaskan perkembangan outuput perkapita yang terjadi. Yang terakhir aspek ketiga, yaitu
pertumbuhan ekonomi juga mengandung perspektif jangka panjang. Suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan apabila dalam jangka waktu yang cukup lama mengalami
kenaikan output perkapita. Apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output
perkapita menunjukkan kecenderungan yang jelas untuk meningkat, maka dapat dikatakan telah
terjadi pertumbuhan ekonomi.

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah


Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, penyerahan, pelimpahan, dan penugasan
urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah secara nyata dan bertanggung jawab harus diikuti
dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional secara adil, termasuk
perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan daerah.
Hal utama yang menjadi bahasan sehubungan dengan perimbangan keuangan antara Pemerintah
dan Pemerintahan daerah yakni kebutuhan fiskal (fiskal needs) dan kapasitas fiskal (fiskal
capacity) yang keduanya dapat dikaitkan dalam upaya mengoptimalkan Pendapatan Asli daerah
(PAD) dalam upaya mewujudkan kemandirian fiscal daerah. Selisih dari kebutuhan fiskal dan
kapasitas fiskal disebut fiskal gap. Kapasitas Fiskal (fiscal capacity) merupakan suatu komponen
yang masuk dalam formula penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU), dimana pengalokasiannya
didasarkan formula dengan konsep Kesenjangan Fiskal (fiscal gap) yang merupakan selisih antara
Kebutuhan Fiskal (Fiscal Need) dengan Kapasitas Fiskal (Fiscal Capacity). Besarnya transfer
dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU)
untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar Celah Fiskal dan Alokasi Dasar.

Keterkaitan antara Kualitas Pemerintahan dengan Pertumbuhan Ekonomi


Menurut Healey dan Robinson dalam Azeez (2009) tata pemerintahan yang baik adalah
efektivitas organisasi tingkat tinggi dalam kaitannya dengan perumusan kebijakan dan kebijakan
yang benar-benar dijalankan, terutama dalam pelaksanaan kebijakan ekonomi dan kontribusinya
terhadap pertumbuhan, stabilitas dan kesejahteraan masyarakat. Kemudian menurut Basu dalam
Pradhan dan Sanyal (2011), good governance adalah suatu konsep yang dapat diteliti dengan
beberapa dimensi berbeda, yang pada intinya bertujuan untuk memberikan dasar hukum dan
ketertiban, kemampuan untuk menyediakan layanan sosial untuk membangun human capital,
menyediakan infrastruktur fisik, ekonomi atau manajemen dalam kerangka pemerintahan sehingga
tercapai kesejahteraan. Dari pernyataan paragraf tersebut dapat diasumsikan bahwa human capital

3
erat kaitannya dengan teori pertumbuhan endogen. Karena teori tersebut menyajikan sebuah
kerangka teoritis yang lebih luas dalam menganalisis proses pertumbuhan ekonomi. Teori ini
mencoba untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang yang mempengaruhi proses
pertumbuhan ekonomi yang berasal dari dalam (endogeneus) sistem ekonomi itu sendiri.
Kemajuan teknologi dianggap hal yang bersifat endogen, dan pertumbuhan ekonomi merupakan
hasil dari keputusan para pelaku ekonomi dalam berinvesatasi di bidang ilmu pengetahuan. Selain
itu, pengertian modal dalam teori ini bersifat lebih luas, karena bukan hanya sekadar modal fisik
tetapi juga mencakup modal insani (human capital).

Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris yang relevan dibutuhkan guna mendukung analisis dalam penulisan ini.
Penelitian empiris terdahulu tersebut digunakan untuk membandingkan dan memperkuat analisis
penelitian yang penullis lakukan. Beberapa penelitian empiris yang mendukung dan relevan
tersebut diantaranya penelitian yang mengemukakan hasil dari pengaruh kualitas pemerintahan
terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu penelitian dari Resnick dan Birner (2006) yang hasilnya
menyatakan bahwa indikator governance (political stability dan rule of law) mempunyai
hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi,namun memberikan hasil yang beragam dalam hal
pengentasan kemiskinan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya governance
indicators (political stability, rule of law), dan pro-poor growth (poverty, inequality, and growth).
Sementara itu, Badun (2006) melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa kualitas
pemerintahan mempunyai efek yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quality of governance (rule of law, corruption perception
index) dan pertumbuhan ekonomi.
Akan tetapi walaupun hampir seluruh teori dan penelitian terdahulu mendukung adanya
hubungan antara kualitas pemerintahan dengan pertumbuhan ekonomi, ada pula penelitian yang
memberikan hasil yang bertentangan. Penelitian yang dilakukan oleh Huynh dan Chavez (2009)
memberikan hasil bahwa indikator voice and accountability, political stability, dan rule of law
secara signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi indikator regulatory
control, control of corruption, dan government effectiveness tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.

C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, dimana
metodologinya diperoleh melalui pendekatan empiris yang menitikberatkan pada hipotesis yang
dibuat dengan berdasarkan kerngka pemikiran dan penelitian-penelitian sebelumnya yang
mendukung. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, objek dari penelitian ini adalah sepuluh negara ASEAN, yaitu Indonesia,
Malaysia, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Singapura, dan
Vietnam. Pemilihan negara tersebut diambil dengan metode populasi yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian. Hal tersebut tentu penulis sesuaikan dengan ketersediaan data dan referensi
jurnal yang mendukung.
Jenis data yg digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yang
mengkombinasikan antara data time series dan cross section (data panel). Data time series
digunakan dengan kurun waktu lima tahun, yang dimulai dari tahun 2007 hingga 2011, sedangkan
data cross section dipakai untuk mengamati kesepuluh negara ASEAN. Data sekunder yang
bersifat kuantitatif ini bersumber dari data yang dipublikasikan oleh Bank Dunia.
Menurut Kaufmann et al. dalam Huynh dan Jacho-Chavez (2009), World Governance
Indicators yang disediakan oleh World Bank mengukur tata kelola pemerintahan yang baik dengan
menggunakan enam indikator, yaitu :
a) voice and accountability, merupakan ukuran sejauh mana warganegara dapat
berpartisipasi dalam memilih partai dan pemimpin, serta kebebasan berpendapat,
kebebasan berserikat, dan kebebasan menentukan kebijakan publik.
b) political stability, yang merupakan ukuran persepsi bahwa pemerintah akan stabil atau
digulingkan oleh konstitusional atau dengan cara kekerasan cara, termasuk kekerasan
dengan cara terorisme.
c) government effectiveness, yaitu ukuran kualitas pelayanan publik, kualitas pelayanan sipil
dan tingkat independensinya dari tekanan politik, kualitas formulasi dan implementasi
kebijakan, dan kredibilitas komitmen pemerintah terhadap kebijakan tersebut.

4
d) regulatory quality, yaitu ukuran kemampuan pemerintah untuk merumuskan dan
melaksanakan kebijakan serta peraturan dan kemampuan mempromosikan pengembangan
sektor swasta.
e) rule of law, yang merupakan ukuran sejauh mana seseorang mematuhi aturan masyarakat
dan menegakkan hokum.
f) control of corruption, yaitu ukuran sejauh mana kekuasaan dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi dan untuk melakukan tindakan korupsi.
Sesuai dengan rumusan masalah dan hipotesis yang telah dikemukakan sebelumnya, data
dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode kuantitatif. Adapun metode
analisis data yang digunakan dalam menjawab rumusan masalah dan hipotesis, penelitian ini
menggunakan metode analisis data panel untuk mengetahui pengaruh kualitas pemerintahan
terhadap pertumbuhan ekonomi. Adapun model ekonometrika yang digunakan dalam tulisan ini
adalah sebagai berikut :
Y = βoi + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + β5X5it + β6X6it + Ɛ it
Di mana:
Y = Pertumbuhan Ekonomi
X1 = Voice and Accountability
X2 = Political Stability
X3 = Government Effectiveness
X4 = Regulatory Quality
X5 = Rule of Law
X6 = Control of Corruption
= error term

D. HASIL PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode analisis data panel atau pooled data. Proses estimasi
variabel dari model persamaan yang telah ditetapkan menggunakan program aplikasi Eviews 6.
Dalam metode analisis data panel tidak diperlukan pengujian asumsi klasik (Gujarati, 2003 dalam
Ajija, 2011:52). Untuk menentukan pendektan apa yang dilakukan dalam menggunakan data
panel, diperlukan beberapa pengujian. Pengujian tersebut diantaranya uji Hausman, uji Chow dan
LM-test. Pengujian itu dilakukan untuk menentukan model apakah yang digunakan, antara POLS
(Pooled Least Square), Random effect, atau Fixed effect. Karena jumlah data time series yang yang
digunakan dalam penulisan ini lebih banyak dari cross section, maka bisa langsung ditentukan
metode yang digunakan adalah metode Fixed effect. Namun untuk lebih memastikan metode apa
yang lebih baik digunakan, penulis melakukan uji chow dan uji hausman.

Uji Chow
Uji chow dilakukan untuk memilih antara Pooled Least Square atau Fixed effect. dari hasil uji
yang dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut.
: Model menggunakan estimasi Pooled Least Square.
: Model menggunakan estimasi Fixed effect.

Tabel 1 : Uji Chow


Redundant Fixed Effects Tests
Pool: Untitled
Test cross-section and period fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.738569 (9,30) 0.0184


Cross-section Chi-square 29.984955 9 0.0004

Sumber: Hasil olah Eviews 6

Dari hasil tersebut maka pada tingkat kesalahan 5% menolak dan menerima dimana model
menggunakan fixed effect.

5
Uji Hausman
Uji hausman dilakukan untuk memilih antara Random effect atau Fixed effect. dari hasil uji
yang dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut.
: Model menggunakan estimasi Random effect.
: Model menggunakan estimasi Fixed effect.

Tabel 2 : Tabel Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Pool: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 10.675430 6 0.0989

Sumber: Hasil olah Eviews 6

Dari hasil tersebut maka pada tingkat kesahalahan 10% menolak dan menerima dimana
model menggunakan fixed effect.

Model Empiris Fixed Effect


Setelah mengestimasi dengan metode fixed effect dilakukan maka didapat tentang pengaruh
variabel X1, X2, X3, X4, X5 dan X6 terhadap variabel Y dapat dilihat melalui persamaan yang
terambil dari hasil estimasi adalah sebagai berikut:

Y = 0.328340 – 14.47698X1 + 2.625148X2 – 14.33091X3 + 1.585482X4 + 18.91167X5 +


1.968685X6

Dari persamaan di atas, didapati bahwa indeks voice and accountability (X1), political stability
(X2), regulatory quality (X4), serta control of corruption (X6) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, government effectiveness (X3) berpengaruh negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi (Y), dan rule of law (X5) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.

Tabel 3 : T-statistik Masing-masing Variabel

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.328340 6.131322 0.053551 0.9576


X1? -14.47698 8.811448 -1.642975 0.1108
X2? 2.625148 3.426234 0.766191 0.4496
X3? -14.33091 6.464029 -2.217024 0.0343
X4? 1.585482 5.098527 0.310969 0.7580
X5? 18.91167 8.000655 2.363765 0.0248
X6? 1.968685 3.852519 0.511012 0.6131

Sumber : Hasil olah Eviews

6
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa terdapat dua variabel yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel tersebut adalah government effectiveness dan
rule of law dengan nilai t-statistik sebesar -2.217024 dan 2.363765. Berdasarkan hasil tersebut
dapat diambil dua kesimpulan sementara. Yang pertama adalah bahwa variabel indeks government
effectiveness secara signifikan negatif berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti
ketika terjadi kenaikan variabel indeks government effectiveness, maka pertumbuhan ekonomi
akan mengalami penurunan. Kesimpulan kedua yang dapat diambil adalah bahwa variabel indeks
rule of law secara signifikan positif berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti
ketika terjadi kenaikan variabel rule of law, maka pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.
Koefisien intercept dalam model sebesar 0.328340 menunjukkan bahwa pada saat variabel
voice and accountability, political stability, government effectiveness, regulatory quality, rule of
law, dan control of corruption bernilai nol atau dengan kata lain tidak ada perubahan pada indeks
voice and accountability, political stability, government effectiveness, regulatory quality, rule of
law, dan control of corruption maka pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 0.328340.

Tabel 4 : Uji F-statistik dan R-squared

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)


Period fixed (dummy variables)

R-squared 0.813767 Mean dependent var 5.485968


Adjusted R-squared 0.695820 S.D. dependent var 3.870880
S.E. of regression 2.134888 Akaike info criterion 4.643880
Sum squared resid 136.7324 Schwarz criterion 5.408689
Log likelihood -96.09699 Hannan-Quinn criter. 4.935123
F-statistic 6.899412 Durbin-Watson stat 3.180496
Prob(F-statistic) 0.000002

Sumber: Hasil olah Eviews 6

dalam model ini didapat adalah sebesar 0.813767 artinya sebesar 81% variabel bebas
mampu menjelaskan model. Sedangkan F-statistik yang didapat didalam model ini sebesar
6.899412 dengan probabilitas sebesar 0.000002. Dengan probabilitas sebesar 0.000002 dan lebih
kecil dari α sebesar 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama sama variabel bebas
(voice and accountability, political stability, government effectiveness, regulatory quality, rule of
law, dan control of corruption) mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu
pertumbuhan ekonomi.

Pengujian Hipotesis
Berdasarkan interpretasi hasil olah data tersebut, maka dapat dinyatakan hasil pengujian
hipotesis penelitian sebagai berikut :
 Hipotesis 1 : Voice and accountability berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan analisis panel, diperoleh nilai t-statistik sebesar
-1.642975 dan probabilitas sebesar 0.1108. Dengan artian bahwa probabilitas variabel voice and
accountability lebih besar dari α sebesar 0.05. Sehingga dapat diasumsikan bahwa berapa pun
indeks voice and accountability di negara ASEAN, hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat cukup bukti empiris untuk menerima
hipotesis yang pertama.
 Hipotesis 2 : Political stability berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
Dari hasil analisis, diperoleh nilai t-statistik sebesar 0.766191 dan probabilitas sebesar 0.4496.
Dengan artian bahwa probabilitas variabel political stability lebih besar dari α sebesar 0.05.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa berapa pun indeks political stability di negara ASEAN, hal

7
tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat cukup bukti empiris untuk menerima hipotesis yang kedua.
 Hipotesis 3 : Government effectiveness berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
Dari hasil analisis, diperoleh nilai t-statistik sebesar -2.217024 dan probabilitas sebesar 0.0343.
Dengan artian bahwa probabilitas variabel government effectiveness lebih kecil dari α sebesar
0.05. Dari nilai tersebut berarti variabel government effectiveness memiliki pengaruh signifikan
negatif terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hal itu berarti setiap kenaikan
indeks government effectiveness, maka hal tersebut justru akan menurunkan pertumbuhan
ekonomi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat cukup bukti empiris untuk menerima
hipotesis yang ketiga. Karena pengaruh government effectiveness terhadap pertumbuhan ekonomi
mempunyai signifikansi negatif, hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin baik indeks
government effectiveness di suatu negara, maka pertumbuhan ekonominya akan semakin menurun.
 Hipotesis 4 : Regulatory quality berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai t-statistik sebesar 0.310969 dan probabilitas sebesar
0.7580. Dengan artian bahwa probabilitas variabel regulatory quality lebih besar dari α sebesar
0.05. Sehingga dapat diasumsikan bahwa berapa pun indeks regulatory quality di negara ASEAN,
hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat cukup bukti empiris untuk menerima hipotesis yang keempat.
 Hipotesis 5 : Rule of law berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan
ekonomi
Dari hasil analisis, diperoleh nilai t-statistik sebesar 2.363765 dan probabilitas sebesar 0.0248.
Dengan artian bahwa probabilitas variabel rule of law lebih kecil dari α sebesar 0.05. Dari nilai
tersebut berarti variabel rule of law memiliki pengaruh signifikan positif terhadap variabel
dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hal itu berarti setiap kenaikan indeks rule of law maka hal
tersebut juga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
cukup bukti empiris untuk menerima hipotesis yang kelima. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
semakin baik indeks rule of law suatu negara, maka pertumbuhan ekonominya pun akan semakin
meningkat.
 Hipotesis 6 : Control of corruption berpengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi
Dari hasil analisis, diperoleh nilai t-statistik sebesar 0.511012 dan probabilitas sebesar 0.6131.
Dengan artian bahwa probabilitas variabel control of corruption lebih besar dari α sebesar 0.05.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa berapa pun indeks control of corruption di negara ASEAN,
hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat cukup bukti empiris untuk menerima hipotesis yang keenam.

Pembahasan dan Implikasi Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka akan dilakukan pembahasan
hasil dan implikasi hasil dari penelitian tersebut. Pembahasan dilakukan untuk melihat sejauh
mana pengaruh kualitas pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi di ASEAN sebagai
pembuktian terhadap hipotesis yang telah disusun sebelumnya. Teori dan hasil penelitian terdahulu
yang telah dijabarkan pada bab tinjauan pustaka akan dijadikan bahan perbandingan apakah teori
atau penelitian terdahulu tersebut mendukung ataukah bertentangan dengan hasil pengujian
hipotesis yang dilakukan pada penelitian ini.
a. Pengaruh Voice and Accountability terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penelitian ini, voice and accountability tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebesar apa pun partisipasi
warganegara dalam memilih partai dan pemimpin, serta kebebasan berpendapat, kebebasan
berserikat, dan kebebasan menentukan kebijakan publik, hal itu tidak mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Pemungutan suara secara langsung sebagai implementasi dari era demokrasi merupakan
wujud keberhasilan demokrasi politik pada tingkat daerah yang ditandai dengan berlangsungnya
pemilihan kepala daerah secara langsung. Hal itu menunjukkan bahwa di negara tersebut telah
berlangsung sistem politik yang demokratis dan stabil baik dalam tingkat pemerintah pusat
maupun daerah. Hasil tersebut senada dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Moricz
(2012) yang juga menganalisis pengaruh voice and accountability terhadap pertumbuhan ekonomi.

8
Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa local election yang merupakan instrumen dari voice
and accountability memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Demokrasi sendiri sering disebut-sebut sebagai metode yang tidak hanya untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga kesejahteraan bagi rakyat. Konteks demokrasi menyediakan
dasar yang sangat baik untuk mengevaluasi pengaruh pemilihan umum daerah pada perekonomian
karena tanggung jawab dan wewenang yang luas diserahkan ke tingkat daerah. Akan tetapi
pelimpahan wewenang ke daerah dalam hal pemungutan suara sebagai wujud demokrasi yang
menjadi elemen penting dalam mengukur voice and accountability tersebut ternyata tidak selalu
memberikan manfaat atau hasil yang positif. Karena dalam pelaksanaannya hal tersebut justru bisa
memberikan dampak negatif seperti jual beli suara.
Sehingga apabila voice and accountability yang menjadi ukuran kualitas pemerintahan tersebut
tidak dapat berjalan dengan baik maka akan menimbulkan penyalahgunaan alokasi anggaran yang
telah diberikan untuk mengelola pemungutan suara dan pemilihan umum di tingkat pusat maupun
daerah. Jadi dengan kata lain, pengaruh dari voice and accountability ini hanya sebatas kepada
alokasi anggaran yang telah diberikan. Oleh karena itu, berapa pun nilai dari indikator kualitas
pemerintahan tersebut tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
b. Pengaruh Political Stability terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Penelitian ini menunjukkan bahwa political stability tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil tersebut menggambarkan bahwa berapa pun indeks stabilitas politik
di negara ASEAN, hal tersebut tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Political
stability dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua sasaran yang satu sama lain berdiri sendiri,
dan kemajuan yang diarahkan untuk mencapai salah satu sasaran tidak selamanya berkaitan
dengan kemajuan untuk mencapai sasaran yang lainnya.
Hasil tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Huynh dan Jacho-Chávez
(2009) yang juga menganalisis pengaruh kualitas pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa political stability yang merupakan salah satu
indikator kualitas pemerintahan berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Stabilitas
politik dapat diartikan sebagai pola sikap dan tingkah laku segenap komponen politik yang
membangun struktur dan hubungan kekuasaan sehingga dapat menjamin efektivitas pemerintahan.
Hal tersebut ditandai dengan dua hal, yaitu: adanya pemerintahan yang stabil dalam artian dapat
memerintah bertahun-tahun atau dapat menjalankan programnya sesuai dengan batas-batas yang
telah ditentukan. Yang kedua adalah sistem pemerintahan yang stabil, dalam arti sistem
pemerintahan tersebut mampu menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat
dengan tidak merubah sistem pemerintahan yang ada.
Hampir sama dengan voice and accountability, indikator political stability juga merupakan
indikator kualitas pemerintahan yang diukur dari sisi bidang politik, dimana di dalamnya sudah
terdapat sejumlah dana anggaran yang telah dialokasikan untuk menjaga kestabilan politik di suatu
negara. Meskipun terkadang dalam penerapannya bisa terjadi penyalahgunaan wewenang, akan
tetapi political stability tersebut juga hanya berpengaruh sebatas pada jumlah anggaran yang telah
dialokasikan pemerintah untuk menjaga kestabilan politik. Oleh karena itu, berapa pun nilai dari
indikator kualitas pemerintahan tersebut tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.
c. Pengaruh Government Effectiveness terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penelitian ini, government effectiveness memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hasil tersebut berarti apabila terjadi peningkatan
pada kualitas pelayanan publik dan implementasi kebijakan di suatu negara maka hal tersebut
justru akan menurunkan laju pertumbuhan ekonomi. Hasil tersebut bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Huynh dan Jacho-Chávez (2009) yang juga menganalisis pengaruh
kualitas pemerintahan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan
bahwa government effectiveness yang merupakan salah satu indikator kualitas pemerintahan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Hal ini bisa terjadi karena semakin baik dan efektif kualitas pelayanan publik suatu negara
berarti pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk menerapkan kebijakan dan memberikan
pelayanan publik tersebut akan semakin kecil. Atau dengan kata lain, semakin sederhana dan tidak
bertele-tele suatu birokrasi, hal tersebut tentu akan memerlukan biaya yang lebih sedikit pula, baik
dari pihak pemerintah ataupun dari masyarakat. Sehingga dengan berkurangnya biaya yang
dikeluarkan oleh kedua pihak dalam melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik, hal tersebut
tentu akan meningkatkan kualitas government effectiveness suatu negara. Jadi semakin baik
government effectiveness di negara tersebut berarti pertumbuhan ekonominya semakin menurun,

9
karena pengeluaran yang digunakan untuk mengimplementasikan kebijakan dan pelayanan publik
tersebut menjadi lebih sedikit.
d. Pengaruh Regulatory Quality terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penelitian ini, regulatory quality tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebaik apa pun kemampuan pemerintah untuk
merumuskan dan melaksanakan kebijakan publik serta peraturan dan kemampuan pemerintah
dalam mengembangkan sektor swasta tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi.
Hasil senada juga ditunjukkan oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Huynh dan Jacho-
Chávez (2009) yang juga menganalisis pengaruh kualitas pemerintahan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa regulatory quality yang merupakan
salah satu indikator kualitas pemerintahan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Penerapan kebijakan publik yang dilaksanakan pemerintah, seperti misalnya pencabutan
subsidi BBM dan kenaikan harga Pertamax, maupun redistribusi pajak yang katanya dialihkan
untuk meningkatkan sektor pendidikan, kesehatan, dan penyediaan pangan untuk masyarakat
selama ini ternyata masih disangsikan kualitasnya jika dilihat dari output yang dihasilkan oleh
penerapan kebijakan tersebut. Adanya tindakan rent seeking yang dilakukan oleh oknum yang
ingin mencari keuntungan dan penyalahgunaan alokasi redistribusi tersebut hanya akan
menguntungkan pihak tertentu, dan justru dapat merugikan pihak masyarakat pada khususnya
yang seharusnya lebih berhak atas hasil dari redistribusi tersebut. Oleh karena itu, regulatory
quality ini masih belum dapat dijadikan tolok ukur dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
apabila para pembuat kebijakan dan rent seeker masih mengabaikan kepentingan masyarakat yang
seharusnya lebih berhak untuk memperoleh manfaat dan keuntungan dari penerapan kebijakan
tersebut.
e. Pengaruh Rule of Law terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Penelitian ini menunjukkan bahwa rule of law memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi. Hasil tersebut berarti apabila terjadi peningkatan
pada kepatuhan masyarakat dalam menaati peraturan dan menegakkan hukum maka akan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Hasil senada juga ditunjukkan oleh penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Resnick dan Birner (2006) yang juga menganalisis pengaruh rule of law
terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa rule of law
mempunyai hubungan positif dgn pertumbuhan ekonomi. Penelitian Haggard dan Tiede (2010)
juga menganalisis kausalitas antara rule of law dengan pertumbuhan ekonomi. Hasil dari
penelitian tersebut menyatakan bahwa rule of law mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara maju.
Rule of law merupakan satu indikator penting dalam menciptakan suatu tata kelola
pemerintahan yang baik. Sebab rule of law mampu membatasi kewenangan pemerintah agar tidak
menjadi pemerintahan yang korup. Pemerintah yang patuh pada hukum dapat menjalankan
tupoksi, kewenangan dan tanggung jawabnya. Rule of law mampu menjamin pemerintahan
berjalan dengan bersih dan baik, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat membawa dampak
yang luas bagi kemajuan perekonomian serta meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, rule of law juga penting untuk meningkatkan kesejahteraan suatu negara karena rule
of law tidak hanya menjamin dan melindungi hak rakyat atas pekerjaan, hak untuk mendirikan
usaha, dan hak untuk hidup layak. Rule of law juga menjamin perlindungan hukum atas properti,
modal usaha dan kepastian hukum dalam melakukan investasi. Namun pada intinya, rule of law
lebih bertujuan untuk menghasilkan pilar-pilar dasar perekonomian yang tahan terhadap krisis dan
mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
f. Pengaruh Control of Corruption terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dalam penelitian ini, control of corruption tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa berapa pun indeks control of corruption di negara
ASEAN, hal tersebut tidak akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Hasil pengujian
yang senada juga dinyatakan dalam penelitian Huynh dan Jacho-Chávez (2009). Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa control of corruption yang merupakan salah satu indikator kualitas
pemerintahan tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian dari Aidt,
Dutta, dan Sena (2008) juga menganalisis pengaruh antara corruption perception index dengan
pertumbuhan ekonomi. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa di negara yang mempunyai
kualitas institusi rendah, maka korupsi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.

10
Pada umumnya banyak asumsi yang menyatakan bahwa korupsi berdampak negatif pada
perekonomian. Hal tersebut dapat dilihat dari negara yang banyak melakukan aktivitas korupsi
ataupun kegiatan rent seeking cenderung akan melambat pertumbuhan ekonominya. Karena
dengan adanya korupsi berarti ada biaya lain-lain yang akan mempersulit suatu aktivitas ekonomi,
dimana akibatnya bisa meninggikan biaya atau memperkecil minat untuk melakukan investasi
sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, praktek korupsi dengan pemberian dana untuk mempercepat sesuatu urusan dapat
memungkinkan pelaku ekonomi terhindar dari penundaan-penundaan urusannya. Sebagaimana
diketahui, penundaan bagi kegiatan ekonomi berarti biaya, baik itu dari sisi peluang usaha yang
mungkin lepas, ataupun biaya-biaya dari bunga, dan ongkos lainnya. Sehingga praktek korupsi ini
bisa juga mendukung pertumbuhan ekonomi apabila negara tersebut mempunyai aturan birokrasi
dan control of corruption yang sangat buruk. Imbas dari adanya korupsi ini dapat mendorong
pegawai pemerintah untuk bekerja lebih keras. Mereka yang sebelumnya tidak terlalu bersemangat
menyelesaikan urusan rutinnya menjadi terdorong untuk bekerja lebih giat karena adanya insentif
dari uang pelayanannya. Hal yang seperti ini dapat terjadi di negara manapun.
Adanya praktek korupsi memang tidak otomatis membuat suatu perekonomian langsung
ambruk dan tidak bisa berkembang. Sebagaimana yang terlihat di negara Indonesia, perekonomian
tetap sempat mengalami pertumbuhan tinggi di tengah badai korupsi yang dilakukan oleh banyak
pihak. Namun perlu dicatat perkembangan pesat ini diikuti dengan eksploitasi dan perusakan
sumber daya alam secara besar-besaran, serta membengkaknya utang luar negeri pemerintah dan
swasta, bukan karena meningkatnya produktivitas yang mencerminkan adanya pembangunan
ekonomi secara riil. Dari pemaparan tersebut dapat diasumsikan bahwa control of corruption di
suatu negara tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonominya.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Voice and accountability sebagai salah satu variabel kualitas pemerintahan bukan merupakan
indikator yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN. Di sisi lain,
buruknya indeks voice and accountability di ASEAN diantaranya disebabkan oleh masih
banyaknya masyarakat yang apatis dan tidak mau menggunakan hak suaranya (golput).
Selain itu maraknya praktek jual beli suara juga dapat ikut mengurangi penilaian indeks voice
and accountability yang tentunya akan berdampak pada kualitas pemerintahan negara
tersebut.
2. Political stability dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua sasaran yang satu sama lain
berdiri sendiri, dan kemajuan yang diarahkan untuk mencapai salah satu sasaran tidak selalu
berkaitan dengan kemajuan untuk mencapai sasaran yang lainnya. Political stability tersebut
hanya berpengaruh sebatas pada jumlah anggaran yang telah dialokasikan pemerintah untuk
menjaga kestabilan politik. Oleh karena itu, political stability tidak berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi.
3. Peningkatan pada kualitas pelayanan publik dan implementasi kebijakan di suatu negara
sebagai wujud dari government effectiveness justru akan menurunkan laju pertumbuhan
ekonomi. Hal ini bisa terjadi karena semakin baik dan efektif kualitas pelayanan publik suatu
negara berarti pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk menerapkan kebijakan dan
memberikan pelayanan publik tersebut akan semakin kecil.
4. Sebaik apa pun kemampuan pemerintah untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan
publik serta peraturan dan kemampuan pemerintah dalam mengembangkan sektor swasta
sebagai implementasi dari regulatory quality, hal tersebut tidak berdampak pada laju
pertumbuhan ekonomi. Regulatory quality ini masih belum dapat dijadikan tolok ukur dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi apabila para pembuat kebijakan dan rent seeker masih
mengabaikan kepentingan masyarakat yang seharusnya lebih berhak untuk memperoleh
manfaat dan keuntungan dari penerapan kebijakan tersebut.
5. Peningkatan kepatuhan masyarakat dalam menaati peraturan dan menegakkan hukum akan
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Pemerintah yang patuh pada hukum dapat
menjalankan tupoksi, kewenangan dan tanggung jawabnya. Rule of law mampu menjamin
pemerintahan berjalan dengan bersih dan baik, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat

11
membawa dampak yang luas bagi kemajuan perekonomian serta meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi.
6. Control of corruption ternyata bukan merupakan indikator yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi di ASEAN. Adanya praktek korupsi memang tidak otomatis membuat suatu
perekonomian langsung ambruk dan tidak bisa berkembang. Karena pada kenyataannya
perekonomian masih bisa mengalami pertumbuhan yang tinggi di tengah “korupsi
berjamaah” yang dilakukan oleh banyak pihak. Namun perlu dicatat bahwa pertumbuhan
pesat ini diikuti dengan eksploitasi dan perusakan sumber daya alam secara besar-besaran,
serta membengkaknya utang luar negeri pemerintah dan swasta, bukan karena meningkatnya
produktivitas yang mencerminkan adanya pembangunan ekonomi secara riil.
Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan maka dapat disampaikan
saran sebagai berikut:
1. Hendaknya pemerintah mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam rangka
meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik sehingga proses pembangunan dapat
berjalan dengan lancar dan masyarakat dapat merasakan hasil dari pembangunan ekonomi.
Pengawasan warganegara terhadap kinerja pemerintahan juga dibutuhkan agar para aparat
pemerintah tersebut menyadari bahwa mereka dipilih oleh warganegara untuk dapat
mewujudkan tujuan dan cita-cita negara, bukan melakukan sesuatu yang hanya
menguntungkan diri sendiri, sehingga tercipta kualitas pemerintahan yang baik dan seperti
yang diharapkan.
2. Pemerintah, para pelaku ekonomi, maupun seluruh lapisan masyarakat hendaknya
meningkatkan kesadaran akan penyelenggaraan dan penegakan hukum yang berlaku
sehingga dapat menciptakan good governance. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai wujud penegakan rule of law
yang merupakan indikator kualitas pemerintahan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

12
UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penelitian
ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Bapak Ferry Prasetya,
SE., M.App.Ec.Int, selaku dosen pembimbing dan Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya
dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang
memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan

DAFTAR PUSTAKA

ADB. 1998. Annual Report. Manila. Asian Development Bank (ADB).

Ademola Azeez. 2009. Contesting Good Governance in Nigeria: Legitimacy and Accountability
Perspectives. J Soc Sci, 21(3): 217-224. Department of Political Science, University of
Ilorin, Nigeria.

Aidt, Toke, Jayasri Dutta dan Vania Sena. 2008. Governance Regimes, Corruption and Growth:
Theory and Evidence. Journal of Comparative Economics 36 (2008) 195–220.

Ajija, Shochrul R, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta. Salemba Empat.

Ariefianto, Moch. Doddy. 2012. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan Eviews.
Jakarta. Erlangga.

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Jakarta. Erlangga.

Badun, Marijana. 2006. The Quality of Governance and Economic Growth in Croatia. Occasional
Paper No. 29.

Basu, Sudip Ranjan, 2002. Does Governance Matter? Some Evidence from Indian States. Journal
of VIIth Spring Meeting of Young Economists. University of Geneva, Switzerland.

Boediono. 2009. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta. BPFE-Yogyakarta.

Brautigam, D. 1991. Governance and Economy: A Review. World Bank Policy Research Working
Paper, No. 815. Washington D. C.: The World Bank.

Gujarati, Damodar N, 2004, “Basic Econometrics” Fourth Edition, The McGraw-Hill Companies.

Huynh, Kim P. dan David T. Jacho-Chávez. 2009. Growth and Governance: A Nonparametric
Analysis. Journal of Comparative Economics 37 ; 121–143

Ijaiy, G. T. 2006. Good Governance and Poverty Reduction in Nigeria: A Framework for Policy
Analysis. Journal of Social and Economic Policy, 3 (1): 47-58.

Mankiw, N Gregory. 2006. Makro Ekonomi. Jakarta. Erlangga.

Moricz, Sara. 2012. The Causal Effect of Local Elections on Economic Growth.
Minor Field Study Series No. 217. Department of Economics at the University of Lund.

Nguyen, Thuy Thu dan Mathijs A. van Dijk. 2012. Corruption, Growth, and Governance: Private
vs. State-owned Firms in Vietnam. Journal of Banking & Finance 36 : 2935–2948.

Noor, Iswan. 2009. Pengaruh Moral Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat. Disertasi.
Malang: Program Doktor Universitas Brawijaya.

13
OECD. 1997. Good Government Assessment Methodology, Organization Economic Cooperation
and Development (OECD). Paris

Papaconstantinou, Panagiota. 2009. How Bureaucracy and Corruption Affect Economic Growth
and Convergence in the European Union? The Case of Greece. University of Patras,
Greece.

Popovych, Oksana. 2008. Good Governance and Policy Addressing Poverty Alleviation in
Ukraine. University of Twente, Netherland.

Pradhan, Rudra P. dan G. S. Sanyal. 2011. Good governance and Human Development: Evidence
form Indian States. Journal of Social and Development Science Vol. 1, No. 1, pp. 1-8.

Resnick, Danielle dan Regine Birner. 2006. Does Good Governance Contribute to Pro-Poor
Growth? A Review of Thevidence from Cross-Country Studies. DSGD Discussion Paper
No. 30.

Rivera-Batiz, Francisco L. 2002. Democracy, Governance, and Economic Growth : Theory and
Evidence. Review of Development Economics, Vol. 6, No. 2 : 225-247.

Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan.
Jakarta. LPFEUI dengan Bima Grafika.

Tiede, Lydia. 2011. The Rule of Law and Economic Growth: Where are We? World Development
Vol. 39, No. 5, pp.: 673–685.

Todaro. Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Ketujuh. Jakarta.
Erlangga.

Todaro. Michael P. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi edisi ke Sembilan.
Jakarta. Erlangga.

http://www.worldbank.org diakses pada tanggal 9 Mei 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai