PENGELOLAAN
LIMBAH MEDIS
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
PUSKESMAS KAYAMANYA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
TIM PENYUSUN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR SINGKATAN iv
PENDAHULUAN 1.1
LIMBAH PADAT
Limbah Padat Fasyankes 2.1
Sumber Limbah Padat Fasyankes 2.2
Alur Pengelolaan Limbah Padat di Fasyankes 2.3
1. Pengurangan, Penggunaan Kembali dan Daur Ulang 2.4
2.Pemilahan 2.5
3.Pewadahan 2.6
4. Pengumpulan dan Pengangkutan di Dalam TPS 2.7
5.Penyimpanan di TPS 2.9
6. Pengolahan dan Pengangkutan ke Luar TPS 2.10
7.Penguburan 2.14
8. Penimbunan 2.15
Pemantauan dan
Pelaporan
LIMBAH CAIR 3.1
Limbah Cair Fasyankes 3.2
Unit Penghasil Limbah Medis Cair 3.3
Jenis Fasyankes dan Limbah Yang Dihasilkan 3.3
Langkah Pengolahan Limbah Cair di Fasyankes 3.4
1. Pengolahan Awal 3.5
2.Pengolahan Primer 3.5
3.Pengolahan Sekunder 3.7
4. Pengolahan Tersier 3.7
5.Pengolahan Lumpur 3.7
Pemantauan Terhadap Pengelolaan Limbah Cair di Fasyankes 3.8
Penanganan Limbah Cair Pada Kondisi Darurat
TEKNOLOGI PENGELOLAAN LIMBAH DI FASYANKES 4.1
Insinerator 4.2
Otoklaf 4.2
Disinfeksi
WASH-FIT 5.1
1. Air Aman 5.6
2.Kebersihan Tangan dan Kebersihan Lingkungan 5.9
3.Sanitasi (Toilet)
SITUASI COVID-19 6.1
1. Pengelolaan Limbah Padat 6.3
2.Pengelolaan Limbah Cair 6.4
3.Alat Perlindungan Diri (APD)
iii
DAFTAR SINGKATAN
3R : Reduce (pengurangan), Reuse (penggunaan kembali),
Recycle (daur ulang)
APD : Alat Pelindung Diri
B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun
BOD : Biochemical Oxygen Demand
COD : Chemical Oxygen Demand
COVID-19 : Corona Virus Disease 2019
CSSD : Central Sterile Supply Departement
DO : Dissolved Oxygen
Fasyankes : Fasilitas pelayanan
kesehatan Festronik : Manifest elektronik
ICU : Intensive Care Unit
IKL : Inspeksi Kesehatan Lingkungan
IPAL : Instalasi Pengelolaan Air Limbah
ISO 21542:2011 : International Organization for Standardization 21542:2011
(tentang konstruksi bangunan)
KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
MoU : Memorandum of Understanding
ABS : Alkyl Benzene Sulfonate
pH : power of hydrogen
SARS : Severe Acute Respiratory Syndrome
SOP : Standard Operating Procedure
TPA : Tempat Penampungan Akhir
TPS : Tempat Penampungan Sementara
UGD : Unit Gawat Darurat
WASH-FIT : Water, Sanitation for Health Facility Improvement Tools
(Air dan Sanitasi untuk Peningkatan Fasilitas Kesehatan)
iv
PENDAHULUAN
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengamanatkan setiap orang yang
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, lingkungan sehat berar ti bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan Kesehatan diantaranya limbah cair dan limbah
padat . Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) adalah suatu alat dan atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
1 .1
Limbah padat merupakan bahan atau
zat yang tidak cair atau gas yang
Limbah adalah
berbentuk padat dan merupakan sisa
sisa dari suatu usaha
kegiatan sehari-hari manusia atau
dan/atau kegiatan.
proses alam. Limbah padat di fasyankes
dikelompokkan menjadi dua yaitu:
- Non-B3/domestik , ialah limbah
yang tidak menimbulkan bahaya
biologis, kimia, radioaktif, atau
fisi k3
- B3/Medis (bahan berbahaya dan
beracun - B3) adalah limbah yang
dapat menimbulkan bahaya
dan/atau beracun.
AH SAKIT
R
KLINIK DAN
LABORATORIUM
KESEHATAN
PELAYANAN
KEDOKTERAN
PRAKTEK MANDIRI
O TENAGA KESEHATAN
P
T
I
APOTEK
UNIT TRANSFUSI
DARAH
1. 2
LIMBAH PADAT
BAGIAN 2
LIMBAH PADAT
FASYANKES
Fasyankes menghasilkan berbagai macam limbah
padat yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu :
- Limbah padat non-B3/domestik, ialah limbah yang tidak
menimbulkan bahaya biologis, kimia, radioaktif, atau
fisik.
- Limbah padat B3/medis (bahan berbahaya dan beracun - B3)
adalah limbah yang dapat menimbulkan bahaya dan beracun.
CONTOH JENIS-JENIS
LIMBAH PADAT FASYANKES
Limbah Non-B3/Domestik
Limbah B3/Medis
Limbah Farmasi
Limbah Kimia Limbah Radioaktif Limbah Logam Berat Limbah Kontainer
2 .1
SUMBER LIMBAH PADAT
DI FASYANKES PUSKESMAS
Sumber dan jenis limbah padat non-B3/domestik dan limbah padat B3/medis yang
dihasilkan didasarkan pada jenis Fasyankes dan unit di dalamnya secara umum
terdapat pada Tabel berikut ini:
2.2
ALUR PENGELOLAAN
LIMBAH PADAT
FASYANKES
1 2
Pengurangan, Penggunaan Kembali Pemilahan
dan Daur Ulang
3R
Reduce Reuse Recycle
Organik Anorganik
5 4 3
Penyimpanan di TPS Pengumpulan Pewadahan
6 7 8
Pengolahan
dan Pengangkutan Penguburan Penimbunan
1,5 m
>4m
Permukaan air tanah
2.3
1. Pengurangan, Penggunaan
Kembali dan Daur Ulang
Mengganti penggunaan
material yang mengandung B3
1 dengan pilihan lain yang lebih
aman
3R
Melakukan tata kelola bahan dan
material yang berpotensi
2 menimbulkan gangguan
kesehatan atau pencemaran
Melakukan pencegahan
dan perawatan berkala
5 terhadap peralatan sesuai
jadwal
2 .4
2. Pemilahan
Pemilahan limbah padat non-B3/domestik dan
padat B3/medis di fasyankes diawali dengan
identifikasi limbah yang akan dihasilkan dari tiap
unit pelayanan berdasarkan karakteristik, sumber,
dan volume yang dihasilkan. Limbah yang telah
tercampur tidak boleh disortir ulang, tetapi
sebaliknya harus diperlakukan sebagai jenis limbah
paling berbahaya.
2 .5
3. Pewadahan
Pilihan pewadahan (warna wadah penampung dan label) dalam pengumpulan limbah
2 .7
4 . 3. Spesifikasi alat pengumpulan dan pengangkut Limbah padat
di dalam fasyankes
online ( SIKELIM )
Contoh Formulir data/buku harian berat & volume limbah dari tiap
unit pelayanan saat pengangkutan
Infeksius
Tajam
Farmasi
Kimia/Cair
2.8
5. Penyimpanan di TPS
2 .9
2 .10
Pengolahan Eksternal
7. Penguburan
Dalam kondisi khusus jika fasyankes tidak memiliki fasilitas pengolahan
limbah padat B3/medis yang memadai atau bila tidak terjangkau oleh
fasilitas pengolahan limbah B3/medis yang ada, maka diperbolehkan untuk
melakukan penguburan dengan konstruksi sebagai berikut.
2 .11
8. Penimbunan
Penimbunan dilakukan untuk abu terbang dan/atau abu dasar
insinerator. Penimbunan hanya dapat dilakukan oleh pihak ke- 3 yang
berizin. Apabila pihak ke- 3 berizin tidak terjangkau, maka dapat dilakukan
melalui enkapsulasi dan inertisasi selanjutnya ditimbun di sanitari landfill.
2 .11
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN
Pemantauan dan pelaporan dilakukan dalam rangka ter tib a dm in is tr a s i,
akreditasi, evaluasi kinerja pengelolaan limbah medis dan memenuhi
ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Selanjutnya pemantauan dan
pelaporan dilakukan dengan cara:
1) Pemantauan dan pelaporan limbah padat dilakukan harian, bulanan dan
tahunan berdasarkan rekapitulasi
logbook;
2) Hasil pemantauan dilaporkan ke instansi berwenang sesuai ketentuan
yang ditetapkan;
3) Hasil pemantauan bulanan dilaporankan melalui laman
http: //sikelimkemkes.id/ Formulir .
2 .12
LIMBAH CAIR
BAGIAN 3
LIMBAH CAIR
FASYANKES
Limbah cair di Fasyankes adalah buangan berwujud cair yang
mengandung beberapa padatan dari kegiatan pasien dan pegawai/staf atau
selama proses kegiatan di Fasyankes, termasuk memasak dan kegiatan
kebersihan
Ada tiga jenis limbah cair di Fasyankes yaitu:
1) Blackwater (sewage) adalah limbah cair
dengan zat pencemar tinggi karena
mengandung feses dan urin, residu
makanan, dan bahan kimia beracun
dalam konsentrasi tinggi;
2) Greywater (air abu- abu/ sullage)
adalah limbah cair dengan
zat pencemar yang
rendah karena mengandung
residu dari kegiatan mencuci,
mandi dan proses laboratorium.
3 .1
Unit Penghasil, Jenis
dan Karakteristik Limbah Medis Cair
Sumber Jenis Limbah Karakteristik
3. 2
PENANGANAN LIMBAH CAIR PADA
KONDISI DARURAT (TUMPAHAN)
Usap area yang terkena
tumpahan dengan
handuk ker tas atau
CAUTION
BIOHAZARD
bahan kain yang
menyerap cairan
Lakukan disinfeksi
PENANGANAN wilayah dengan
larutan hipoklorit
TUMPAHAN KECIL 10 . 000 ppm atau
(12-18 inches atau cairan pemutih
30,48 -45,72 cm)
Keringkan permukaan
dengan handuk sekali
Lakukan cuci tangan pakai
dengan air dan sabun
yang dianjurkan
PENANGANAN
Desinfeksi area dengan
TUMPAHAN BESAR larutan hipoklorit
(lebih dari 18 Inches atau 10 . 000 ppm
lebih dari 45,72 cm)
Lepaskan sarung
BIOHAZARD
tangan dan apron dan
buang sebagai limbah
infeksius
3.3
WASHFIT
BAGIAN 5
3. 3
WASH-FIT
Water, Sanitation for Health Facility
Improvement Tools dalam Bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai Air dan Sanitasi untuk
Peningkatan Fasilitas Kesehatan adalah kerangka
kerja perbaikan berkelanjutan berbasis risiko
dengan seperangkat alat untuk melakukan
perbaikan air, sanitasi dan kebersihan (WASH)
sebagai bagian dari peningkatan kualitas yang
lebih luas di fasilitas perawatan kesehatan. 6
Lingkup WASH FIT antara lain air, sanitasi,
kebersihan & pembersihan tangan, limbah medis,
energi & lingkungan dan manajemen & tenaga
kerja. Pada bagian ini kita akan mengeksplorasi
elemen- elemen pada WASH FIT difasilitas
pelayanan kesehatan antara lain:
1. Air
2. . Kebersihan dan pembersihan tangan
AIR AMAN
3. Sanitasi ( Toilet)
Air aman harus memenuhi persyaratan kualitas fisik, kimia, biologis, dan
radioaktif yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penyediaan air di
fasyankes dibagi kedalam 3 tangga layanan, yaitu:
- Penyediaan layanan air dasar
Fasyankes diklasifikasikan sebagai layanan air dasar jika menggunakan
air layak ( improved water ) yang air tersedia dari sumber yang layak di
dalam fasilitas;
- Layanan air terbatas
Fasyankes dikategorikan memiliki layanan air yang terbatas jika sumber
air layak namun tidak berada di lokasi fasyankes (tetapi masih dalam
jarak 500 meter);
- Tidak ada layanan air
Fasyankes tanpa sumber air, atau mengambil air dari sumber air yang
tidak layak ( unimproved water ), atau menggunakan sumber air aman
yang jaraknya lebih dari 500 meter dari lokasi fasyankes.
5 .1
Penampungan Air Aman
Pasokan air harus ditampung dalam tangki penampungan yang aman.
Tangki penampungan air untuk keperluan higiene dan sanitasi baik tangki
bawah (ground tank) maupun tangki atas (upper/roof tank) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
- Kedap air;
- Terlindungi dari serangga dan binatang pembawa penyakit;
- Dilengkapi dengan fasilitas pengaman/proteksi seperti pagar
pengaman, kunci dan lain-lain untuk mencegah upaya kontaminasi
dan lainnya secara sengaja oleh orang yang tidak bertanggung jawab
5.2
Pemantauan dan Pemeriksaan
Air Aman di Fasyankes
Kualitas air di fasyankes harus dimonitor secara terus menerus. Namun
karena keterbatasan sumber daya yang ada di Indonesia maka pemantuan
kualitas air dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu pemantauan terhadap sarana
air aman dan pemantauan terhadap kualitas air aman.
5.3
Pengawasan Terhadap
Kualitas Air Aman di Fasyankes
Pelaksanaan Pengawasan dan Pemantauan
Terhadap Sarana Air dan Kualitas Air Aman di Fasyankes
5 .6
KEBERSIHAN TANGAN DAN KEB
Cuci tangan harus dilakukan secara rutin dan dengan cara yang benar oleh
tenaga kesehatan, pasien dan petugas lainnya di fasyankes meskipun dalam
keadaan ketersediaan air yang terbatas. Apabila tidak ada air untuk
m.encuci tangan, maka dapat menggunakan pembersih tangan berbasis
alkohol dengan kandungan antara 60 -80% alkohol.
Cuci tangan secara efektif, yaitu cuci tangan di waktu yang tepat dan
dengan cara yang benar, sangat penting diperhatikan. Ada beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan supaya cuci tangan menjadi efektif yaitu:
1. Tersedia inf rastruktur dan sumber daya untuk cuci tangan;
2 . Pelatihan staf mengenai kebersihan tangan dan lingkungan
3. Monitor praktik cuci tangan dan beri umpan balik;
4. Mengingatkan staf mencuci tangan dengan waktu yang tepat dan cara
ya n g b e n a r ;
5. Membangun budaya yang mendukung.
Fasilitas cuci tangan harus ada untuk semua petugas kesehatan di semua
titik perawatan, di area di mana APD dipasang atau dilepas, dan di mana
limbah layanan kesehatan ditangani. Selain itu, fasilitas cuci tangan harus
tersedia untuk semua pasien, anggota keluarga dan pengunjung, dan harus
tersedia dalam jarak 5 m dari toilet, ser ta di pintu masuk / keluar fasilitas, di
ruang tunggu dan ruang makan dan area umum lainnya.
5 .7
5 Titik Penting
Tersedia Tempat
Cuci Tangan
5. 8
Cara Menggunakan Handrub
1. Oleskan produk di telapak tangan
yang ditangkupkan, menutupi
1 2 3
semua permukaan;
2. . Gosokkan telapak tangan
ke telapak tangan;
3. Telapak tangan kanan di atas
punggung kiri dengan jari-jari 4 5 6
yang saling bertautan dan
sebaliknya;
4 . Telapak tangan ke telapak tangan
dengan jari terjalin;
7 8
5. Punggung jari ke telapak tangan
berlawanan dengan jari saling
bertautan;
6. . Gerakan menggosok ibu jari
kiri digenggam di telapak
tangan
kanan dan sebaliknya;
7. Menggosok secara bergilir, ke belakang dan ke depan dengan jari
tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya;
8. . Setelah kering, tangan anda aman.
Kebersihan Lingkungan
- Ikuti rekomendasi yang berlaku (staf terlatih, SOP, f
rekuensi pembersihan berdasarkan risiko)
- Efektif disinfektan (70% ethyl alcohol dan 0 .5 % sodium
hypochlorite) untuk permukaan yang sering bersentuhan dengan
tangan
- Linen kotor dibersihkan di mesin cuci (60 -900 C) dengan deterjen atau di
rendam dengan air hangat dan deterjen ditambah 0 .5 % klorin
5.9
Catatan : Disinfektan yang mengandung 2 g/L klorin harus disemprotkan
empat kali sehari di lingkungan sekitar, lantai, meja, dan tempat tidur
di area yang terkontaminasi/teris o la s i dan rumah sakit selamat 30 menit.
TOILET
Pasien dan tenaga kesehatan berisiko untuk
terpajan kontaminasi, termasuk kontaminasi faecal
atau melalui kotoran. Dengan demikian,
penyediaan toilet/ jamban merupakan salah satu
komponen WASH yang dibutuhkan untuk
menunjang pelayanan di fasyankes. Fasyankes
harus memiliki toilet yang dikategorikan khusus
bagi penggunanya, yaitu:
- toilet staff
- toilet khusus wanita
- toilet khusus pria
- toilet khusus disabilitas
STAF
5.10
SITUASI COVID-19
BAGIAN 6
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT
Limbah padat B3/medis adalah barang atau bahan sisa hasil kegiatan
yang tidak digunakan kembali yang berpotensi terkontaminasi oleh zat yang
bersifat infeksius atau kontak dengan pasien dan/atau petugas di Fasyankes
yang menangani pasien Covid- 19 . Limbah tersebut meliputi masker bekas,
sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas minuman dan
makanan, ker tas bekas makanan dan minuman, alat suntik bekas, set infus
bekas, Alat Pelindung Diri bekas, sisa makanan pasien dan lain-lain.
Tahapan penanganan limbah padat pada situasi COVID- 19 sebagai berikut:
2)
Hanya limbah B3/medis
berbentuk padat yang
dapat dimasukkan ke 7) Pada TPS Limbah B3 kemasan
6 .1
11) Pengolahan limbah
B3 medis dapat
15) Untuk Fasyankes yang tidak memiliki
menggunakan
peralatan tersebut dapat langsung
insinerator/otoklaf/
melakukan penguburan dengan lang-
Pasir bitminus
atau semen
gelombang mikro;
kah-langkah sebagai berikut:
Limbah
Limbah
adalah abu terbang
/abu dasar hasil
insinerator
Pagar
Pengaman
PATOLOGIS
1m
Kemiri
untuk dikirim ke
nga
Pipa Baja (1.5m)
Limbah Patologis
Air tanah
6.2
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
Untuk mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien/staf terkait
perawatan kesehatan, maka serangkaian upaya pencegahan dilakukan pada
seluruh pasien oleh seluruh petugas kesehatan di seluruh lokasi pelayanan
kesehatan. Berbagai upaya pencegahan tersebut antara lain: upaya menjaga
kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri, penanganan dan
pembuangan limbah dan benda tajam, penanganan dan pengelolaan linen
bersih dan bekas, pembersihan lingkungan, dan dekontaminasi peralatan.
Penggunaan APD sendiri merupakan tindakan kontrol/preventif utama yang
menempatkan penghalang dan filter antara pekerja dan bahaya yang ada.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pakaian atau peralatan khusus yang
dikenakan oleh seorang pekerja sebagai bentuk perlindungan untuk
melindungi saluran pernapasan, selaput lendir, kulit, dan pakaian dari agen
infeksi atau bahaya lain dari adanya infeksi. Penggunaa n APD dibagi
menjad i 3 tingkata n yakn i tingka t 1 , tingka t 2 , da n tingka t 3 . Conto h
APD
secara umu m meliput i sarung tangan , respirator, kacamata , maske r wajah,
maske r bedah , face shields , ala s kaki , da n gaun.
Alat pelindung diri harus dipakai ketika tenaga kesehatan lingkungan untuk
melakukan tindakan berikut:
1. Menangani tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya,
2 . Menangani limbah medis.
Tin gk at 3
Tin gkat 1
Tingkat 2 Penutup Kepala
Masker 3ply Faceshield &
Penutup Kepala Goggle
Pelindung Mata Masker
Masker 3ply
Sarung Coverall/gown
Tangan Sarun
g
Gown
Sarung Tangan
APD Petugas
APD Petugas Sanitarian atau
Sanitarian atau Pengelola Limbah
Pengelola Limbah Medis Dengan
Medis Dengan Risiko Tingkat
Risiko Tingkat
Boots/Sepatu
Karet
6 .4
Cara Menggunakan APD
LANGKAH 1
LANGKAH 2
- Mengidentifikasi bahaya
- kenakan gown
& mengelola risiko.
Kumpulkan APD yang
diperlukan
- Rencanakan di mana
akan memakai &
melepas APD
- apakah kamu punya
teman? cermin?
- apakah kamu tahu cara
menangani limbah?
atau
LANGKAH 3
- pakai pelindung wajah +
- memakai masker dan
pelindung mata
LANGKAH 4
- kenakan sarung tangan
(di atas manset)
LANGKAH 3
jika memakai pelindung wajah:
- lepaskan pelindung
wajah dari belakang
- buang pelindung wajah
atau
dengan aman
jika memakai pelindung mata
d a n m a s ke r :
- lepaskan kacamata dari
belakang
- taruh kacamata diwadah
terpisah untuk diproses LANGKAH 4
ulang - Melakukan
- lepas masker dari kebersihan tangan
belakang dan buang
dengan aman
6 .5
Referensi
Askarian M, Heidarpoor P, Assadian O. A total quality management approach
to healthcare waste management in Namazi hospital, Iran. Waste Manag.
2010;30( 11):2321–6 .].
Banjade, S ., Novak, J. T., & Randall, C. W. (2008). Anaerobic / Aerobic
Digestion for Enhanced Solids and Nitrogen Removal. 109 .
Banjade, S ., Novak, J.T. & Randall, C.W., 2008 . Anaerobic / Aerobic Digestion
for Enhanced Solids and Nitrogen Remov al. Virginia Poly technic Institute.
Beer, K. D. et al. (2015) ‘ Sur veillance for Waterborne Disease Outbreaks
Associated with Drinking Water — United States, 2011–2012’, 64(31), pp.
2011 – 2012 .
B o sques-Padilla FJ, Vázquez-Elizondo G, Villaseñor-Todd A , Garza- González
E, Gonzalez- Gonzalez JA , Maldonado- Garza HJ, et al. Hepatitis C virus
infection in health- care settings: medical and ethical im plic a tio n s . Ann
Hepatol 2010;9:132–40 .
C D C ( 2 0 1 9 ) ‘ H ea l t h c a re - a s s o c i a te d I n f e c t i o n s - R e d u ce R i s k f ro m Wa te r :
From Plumbing to Patients’. Cunliffe, D. et al. (2011) Water safety in
buildings.
Deyneko, A . et al. (2016) ‘Impact of sink location on hand hygiene
compliance after care of patients with Clostridium difficile infection: A c r o s s -
s ectional study’, BMC Infectious Diseases. BMC Infectious Diseases, 16( 1),
pp. 1–7. doi: 10 . 1186 / S 12879 - 016 - 1535- X.
In The Know, Inc. 2012 . An Infection Controle Module: Handling Biomedical
Waste. aresfl. org/site/wp- content/up
loads/2013/ 10/Handling_ Biomedical_Waste_Content.pdf
Kemenkes RI (2020) ‘6 Langkah Mencuci Tangan Dengan Air Mengalir ’ .
Available at: https: // infeksiemerging.kem k e s . g o . i d / d o w n l o a d s / ? d l _
c a t = 7 &dl_page=2#.XqE6 dpmyTIV.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2006) ‘Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas (Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1428/MENKES/ SK/XII/2006 Tanggal
20 Desember 2006)’. Available at: https: //peraturan.bkpm. go.id/ jdih/
u serfiles/batang/KEPMENKES_ 1428_ 2006 .pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017) ‘Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang Standar Baku
Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua dan Pemandian
Umum’, Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia, pp. 17–20 .
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2019) Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. doi: 10 . 4324 /9781315853178 .
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis Instalasi Pengolahan Air
Limbah dengan system biofilter anaerob aerob Pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
Kementerian Kesehatan. 2017. PMK No. 27 Tahun 2017 mengenai Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan. 2019 . PMK No. 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Jakar ta
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. PermenLHK No. 56
tahun 2015 mengenai Tata Cara Per yaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2015. PermenLHK No. 56
tahun 2015 mengenai Tata Cara Per yaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Keputusan Menteri Negara Linkungan Hidup No 58 Tahun 1995. Bagi Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Mathers A , Vegesana K, Mesner et all. Intensive Care Unit Wastewater
Inter ventions to Prevent Transmission Of Mu ltis pec ies Klebsiella
pneumonia Carbapenemase-Pr o du c in g Organism. Clinical Infectious
Disease Major Article: 2018: 67 ( 15 July)- 171.
Naik K, Stenstorm M. Evidence of The Influence of wastewater treatment on
improved Public Health. Water Science and Technology 66 . 3 (2012). IWA
Publishing. (Diakses 19 Juni 2020)
Opelt, E.T, 1986 . Pretreatment of Hazardous Waste. Ohio. US -EPA
Ro driguez-Morales AJ. Current topics in public health. Rijeka: InTech; 2013.
U n dang-Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah (2008). Undang-Unda n g Republik Indonesia No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah. Jakar ta
U n dang-Undang Republik Indonesia No 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah 2008
UNICEF-WHO (2019) WASH in Health Care Facilities: Global Baseline Report
2019 .
United Nations Children’ s Fund and World Health Organization (2018) ‘Core
questions and indicators for monitoring WASH in Health care facilities in
the Sustainable Development Goals’, p. 28 . Available at: http: //www.who.in
t / a b o u t / l i c e n s i n g/copyr ight _f or m/en/ in d e x . h t m l % 0 A h t t p : // www. wh
o . i n t / about/licensing/copyright _form/en/.
United Nations Development Programme (UNDP), Global Environment
Facility, World Health Organization (WHO), Health- Care Without Harm, The
University of Illinois School of Public Health (no date). Training on
Health- Care Waste Managemen t.
WHO (2005) ‘Management of Solid Health- Care Waste at Primary
Health- Care Centres’, p. 57.
WHO (2008) ‘Essential environmental health standards in health care’, p. 57.
WHO (2009) ‘ WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care: a Summary ’
,
World Health, 30( 1), p. 270 . doi: 10 . 1086 / 600379 .
WHO (2014) Safe management of wastes f rom health care activities, World
Health Organization. Edited by J. Emmanuel et al.
WHO (2017) ‘ Safely managed drinking water ’ , World Health Organization.
doi: ISBN 978 92 4 156542 4 .
TERIMA KASIH