c) Eksposisi Klasifikasi
Pola ini menjelaskan pengklasifikasian sesuatu secara rinci.
Contoh 1:
Pemerintah akan memberikan bantuan pembangunan rumah atau bangunan
kepada korban gempa. Bantuan pembangunan rumah atau bangunan tersebut
disesuaikan dengan tingkat kerusakannya. Warga yang rumahnya rusak ringan
mendapat bantuan sekitar 10 juta. Warga yang rumahnya rusak sedang mendapat
bantuan sekitar 20 juta. Warga yang rumahnya rusak berat mendapat bantuan sekitar 30
juta. Calon penerima bantuan tersebut ditentukan oleh aparat desa setempat dengan
pengawasan dari pihak LSM.
Contoh 2:
Para peserta lomba olimpiade yang diajukan oleh setiap sekolah dikelompokan
dalam tiga kategori. Kelompok olimpiade fisika, kimia dan biologi diikuti masing-
masing 2 peserta siswa dari kelas XI IPA. Kelompok olimpiade Astronomi dan Ilmu
kebumian diikuti oleh masing-masing 2 peserta siswa kelas XI IPS. Kelompok
olimpiade komputer dan matematika diikuti masing- masing oleh 2 peserta siswa dari
kelas X.
d) Eksposisi Ilustrasi
Pola ini menjelaskan informasi dengan ilustrasi atau contoh agar informasinya mudah
dipahami.
Contoh 1:
Sampai hari ke-8, bantuan untuk para korban gempa Yogyakarta belum merata.
Hal ini terlihat di beberapa wilayah Bantul dan Jetis. Misalnya, di Desa Piyungan.
Sampai saat ini, warga Desa Piyungan hanya makan singkong. Mereka mengambilnya
dari beberapa kebun warga. Jika ada warga yang makan nasi, itu adalah sisa-sisa beras
yang mereka kumpulkan di balik reruntuhan bangunan. Kondisi seperti ini
menunjukkan bahwa bantuan pemerintah kurang merata.
Contoh 2:
Berbagai upaya dilakukan pemerintah DKI untuk mengatasi kemacetan. Misalnya,
dibangun jalur Bus away yang didesain dengan armada khusus yang cepat, aman dan
nyaman. Dibangun jalan-jalan tol yang membuka banyak akses jalan. Diberlakukan
berbagai kebijakan seperti tri in one (satu mobil minimal berisi tiga penumpang),
penertiban parkir di berbagai tempat dan sebagainya. Meskipun demikian, kemacetan
masih terus terjadi dan menjadi pemandangan sehari-hari di DKI.
e) Eksposisi Perbandingan
Pola ini menjelaskan perbedaan atau persamaan dua hal yang dibandingkan.
Contoh :
Sebenarnya, bukan hanya ITS yang menawarkan rumah instan sehat untuk Aceh
atau dikenal dengan Rumah ITS untuk Aceh (RI-A). Pusat Penelitian dan
Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum juga menawarkan “Risha”
alias Rumah Instan Sederhana Sehat. Modelnya hampir sama, gampang dibongkar-
pasang, bahkan motonya “Pagi Pesan, Sore Huni”. Bedanya, sistem struktur dan
konstruksi Risha memungkinkan rumah ini berbentuk panggung. Harga Risha sedikit
lebih mahal, Rp 20 juta untuk tipe 36. akan tetapi, usianya dapat mencapai 50 tahun
karena komponen struktur memakai beton bertulang, diperkuat pelat baja di bagian
f) Eksposisi Laporan
Pola ini melaporkan kronologi peristiwa yang terjadi dengan runtut dan rinci.
Contoh :
Pascagempa dengan kekuatan 5,9 skala richter, sebagian Yogyakarta dan Jawa
Tengah luluh lantak. Keadaan ini mengundang perhatian berbagai pihak. Bantuan pun
berdatangan dari dalam dan luar negeri. Bantuan berbentuk makanan, obat-obatan, dan
pakaian dipusatkan di beberapa tempat. Hal ini dimaksudkan agar pendistribusian
bantuan tersebut lebih cepat. Tenaga medis dari daerah- daerah lain pun berdatangan.
Mereka memberikan bantuan di beberapa rumah sakit dan tenda – tenda darurat.
Teks eksposisi menggunakan ciri-ciri kebahasaan. Ciri-ciri kebahasaan apa saja yang digunakan
dalam teks eksposisi? Ciri-ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks eksposisi akan diuraikan
berikut.
a. Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna,
konsep proses, keadaan, atau sifat khas dalam bidang tertentu. Dalam teks eksposisi istilah-
istila teknis sering digunakan. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk memaparkan argumen
dalam teks eksposisi.
Kadang-kadang arti istilah teknis ini jarang diketahu yai oleh pembaca. Pembaca dapat
menemukan arti istilah-istilah teknis tersebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Jika tidak ada, pembaca dapat mencarinya di kamus istilah. Kamus istilah adalah kamus khusus
berisi istilah-istilah di bidang tertentu. Istilah-istilah teknis juga sering diganti menjadi istilah-
istilah populer. Penggantian ini dilakukan agar pembaca awam mudah memahami teks.
Istilah dalam bahasa Indonesia bersumber pada kosakata umum bahasa Indonesia,
kosakata bahasa serumpun, dan kosakata bahasa asing. Proses pembentukan istilah dilakukan
melalui tiga cara sebagai berikut.
1) Pemadanan atau penerjemahan, misalnya busway menjadi jalur bus.
2) Penyerapan kosakata asing, misalnya camera menjadi kamera.
3) Gabungan penerjemahan dan penyerapan, misalnya subdivision menjadi subbagian.
b. Adjektiva
Adjektiva atau kata sifat adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara
umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat. Banyak adjektiva dipakai dalam teks
eksposisi. Makna dari kata adjektiva dapat diketahui dengan menggunakan Kamus Besar Bahasa
Indonesia.
C. Afiksasi
Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan cara pemberian
imbuhan baik berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks) afiks gabung, maupun
4) Konfiks adalah imbuhan yang terdiri atas dua unsur, yaitu di depan dan di belakang bentuk
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, verba mempunyai arti kata yang menggambarkan proses,
perbuatan, atau keadaan. Verba biasa disebut kata kerja. Menurut bentuknya, verba dapat dibagi
menjadi dua yaitu verba dasar dan verba turunan. Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami
proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, dan komposisi). Verba dasar masih berupa kata dasar. Contoh
verba dasar adalah mandi, pergi, makan, jatuh, dan turun.
Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena telah
mengalami proses mortologis (baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposist). Jadi, verba turunan adalah
verba yang sudah menjadi kata turunan. Contoh verba turunan adalah meminta, membaca, meminum,
dan mengambil.
Verba memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan kata lain. Cirl-ciri verba sebagai berikut.
2) Verba mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau perbuatan yang bukan sifat
atau kualitas.
3) Verba, khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi imbuhan ter- yang bermakna
‘paling’.
Verba sering digunakan dalam teks eksposisi. Verba yang dipakai dalam teks eksposisi biasanya
mempunyal arti persepsi, misalnya meyakini, percaya, dan optimistis.
Kita harus tetap optimistis bahwa abrasi itu bisa dicegah dengan mangrove.
Kata optimistis digunakan untuk memengaruhi atau mengubah persepsi pembaca agar pembaca
mengikuti atau menerima pendapat penulis teks. Dengan demikian, pembaca akan memiliki keyakinan
yang sama dengan penulis, yang akhirnya usulan penulis dapat diterima.
e. Pronomina
Pronomina atau kata gantí adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina.
Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu pronomina persona dan pronominal
nonpersona. Berikut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pronomina persona dan pronominal
nonpersona
1) Pronomina Persona
Pronominal persona adalah kata ganti yang mengacu pada seseorang. Pronominal
pesona dapat dibagi menjadí tiga jenis. Jenis-jenis pronomina pesona ronomina persona sebagai
berikut.
Pronomina persona tunggal dapat digunakan dalam bentuk tunggal dan jamak. Dalam
bentuk tunggal, bentuk pronomina yang digunakan adalah saya, daku, ku–, dan –ku. Dalam
bentuk jamak, bentuk pronomina yang digunakan adalah kami dan kita.
Pronomina persona yang menunjuk pada orang kedua dapat digunakan dalam bentuk
tunggal dan jamak. Dalam bentuk tunggal, bentuk pronomina yang digunakan adalah
engkau, kamu, Anda, dikau, dan -mu. Dalam bentuk jamak, bentuk pronominal yang
digunakan adalah kalian, kamu (sekalian), dan Anda sekalian.
Pronomina persona yang menunjuk orang ketiga dapat digunakan dalam bentuk tunggal dan
jamak. Dalam bentuk tunggal, bentuk pronomina yang digunakan adalah ia, dia, beliau, -nya.
Dalam bentuk jamak, bentuk pronomina yang digunakan adalah mereka dan -nya.
Teks eksposisi merupakan teks ilmiah. Dalam teks eksposisi, penulis harus berhati-hati
menggunakan pronomina atau kata ganti seperti saya dan kita. Sebenarnya penulis dapat
menggunakan pronomina kita atau saya dalam teks ilmiah. Akan tetapi, penulis tidak boleh
meletakkan pronomina itu di sembarang tempat.
a. Dengan menjaga sungai agar tetap bersih, kita harus melakukannya dengan tindakan yang
terkecil terlebih dahulu, misalnya tidak membuang sampah di sungai.
b. Saya yakin kabut asap akibat kebakaran hutan di Indonesia dapat diatasi secara perlahan jka
seluruh pihak menjaga dan merawat hutan.
Pronomina penunjuk umum menggunakan kata ganti ini atau itu. Kata ganti ini
digunakan untuk mengacu pada acuan yang dekat dengan pembicara, ke masa yang akan
datang, atau ke informasi yang akan disampaikan. Kata ganti itu digunakan untuk mengacu pada
acuan yang agak jauh dari pembicara atau penulis, ke masa lampau, atau ke informasi yang jauh
dari pembicaraan penulis.
Kawasan perairan di Laut Selatan Jawa saat ini sudah mulai mengalami pemutihan (bleaching) terumbu
karang yang diikuti oleh kawasan perairan di sekitar Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara
Barat (NTB). Kondisi itu terjadi karena saat ini terjad peningkatan suhu di perairan lepes yang menandai
dimulainya musim Super El Nino. Pemutihan karang terjad kalika zooxanthella keluar dari karang karena
penyebab utama naiknya suhu laut. Kondisi ini ditendai dengan memudarnya warna seluruh karang
menjadi putih. Pada tingkat lanjut memutihnya karang ini akan diikuti oleh kematian karang.
Konjungsi adalah kata yang digunakan untuk menghubungkan satu unsur dengan unsur
lain. Konjungsi disebut juga kata penghubung. Dalam tataran kata, konjungsi termasuk kategori
ata tugas. Sebagai bagian kata tugas, konjungsi merupakan kata nonreferensial. Dengan kata
lain, konjungsi tidak mengacu benda tertentu di luar bahasa. Dalam teks eksposisi, konjungsi
digunakan untuk memperkuat argumentasi, menata argumentasi dari yang paling kuat ke yang
paling lemah atau sebaliknya, dan menciptakan struktur teks eksposisi yang bagus. Konjungsi
yang digunakan dalam teks eksposisi adalah konjungsi antarkalimat, konjungsi koordinatit,
Konjungsi antarkalimat terletak di awal kalimat. Konjungsi tersebut diakhiri dengan tanda
Koma untuk memisahkan dengan kalimat yang menyertai. Konjungsi antarkalimat terdiri atas
Contoh:
akan tetapi, namun, biarpun demikian, sekalipun demikian, walaupun demikian, meskipun
Contoh:
Contoh:
Contoh:
sebaliknya
Contoh:
sesungguhnya, sebenarnya
Contoh:
malahan, bahkan
7) Konjungsi antarkalimat "keeksklusifan' dan 'keinklusifan'
Contoh:
kecuali itu
Contoh:
dengan demikian
Contoh:
yang menghubungkan dua klausa atau lebih yang tidak berkedudukan sama. Satu klausa
berkedudukan sebagai induk kalimat. Klausa lain berkedudukan sebagai anak kalimat. Induk
kalimat adalah kalimat yang dapat berdiri sendiri. Sementara itu, anak kalimat tidak dapat
berdiri sendiri sehingga harus bergabung dengan induk kalimat. Konjungsi subordinatif
Konjungsi subordinatif memiliki jumlah anggota lebih banyak daripada konjungsi lain.
Contoh:
sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selang, selama
sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai
2) Konjungsi subordinatif'syarať'
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
alih
Contoh:
Contoh:
Contoh:
dengan, tanpa
Contoh:
dengan, tanpa
bahwa
Contoh:
yang
Contoh:
onjungsi kor
Fenomena mencairnya es