Anda di halaman 1dari 24

PELAPORAN KORPORAT

KEBIJAKAN & ESTIMASI AKUNTANSI KESALAHAN &


PPH

YOGA SUPRIYATNA (55522110017)

DOSEN PENGAMPU
Hari Setiyawati, Dr, Ak. M.Si. CA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS


MERCU BUANA
Tahun Ajaran 2023– 2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga penulis dapat menyusun makalah untuk mata
kuliah pelaporan korporat ini dengan baik. Makalah ini bertema tentang “Kebijakan dan
Estimasi Akuntansi, Kesalahan dan PPh”.

Makalah ini di buat dan di susun dengan usaha maksimal juga atas bantuan dari berbagai
pihak yang berkenan meluangkan waktu, tenaga dan fikirannya untuk menyelesaikan makalah
ini. Oleh karenanya kami sampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada segenap pihak
yang telah ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa hasilnya masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembacanya.
Demikian dan terimakasih atas perhatiannya.

Jakarta, 03 November 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4


A. Kebijakan dan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan (PSAK 25) ................................................. 4

B. Definisi Kebijakan Akuntansi ..................................................................................................... 4

B. Estimasi Akuntansi ..................................................................................................................... 8

C. Kesalahan .................................................................................................................................... 9

D. Pajak Penghasilan ..................................................................................................................... 11

BAB III STUDI KASUS KEBIJAKAN & ESTIMASI AKUNTANSI ........................................... 16


A. Ilustrasi Contoh Kasus Perubahan Estimasi Akuntansi ............................................................ 16

B. Ilustrasi Contoh Kasus Koreksi Kesalahan Akuntansi.............................................................. 16

C. Ilustrasi Contoh Kasus Pajak Penghasilan Badan ..................................................................... 17

BAB IV PENUTUPAN ....................................................................................................................... 22


A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 22

B. Saran ......................................................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 23

2
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan kebijakan akuntansi dan perubahan estimasi harus dapat dibedakan oleh para
akuntan. Hal ini berkaitan dengan penerapan kebijakan akuntansi yang harus diperlakukan
perusahaan dimasa depan. Kenapa ada perubahan akuntansi sebab perusahaan melakukan
penilaian terhadap apa yang telah dikeluarkan dengan apa yang telah didapatkan oleh
perusahaan tersebut.
Perubahan estimasi akuntansi yang dilakukan klien dan berdampak material akan
berakibat adanya perubahan kebijakan akuntansi dimasa depan. Oleh karena itu, mengapa
IASB melarang pengobatan retrospektif perubahan estimasi akuntansi dilakukan oleh
perusahaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan PPh
(PSAK 25)?
2. Bagaimana implikasi Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan PPh (PSAK
25)?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tentang Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan PPh
(PSAK 25 & PSAK 46).
2. Untuk mengetahui implikasi Kebijakan dan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan PPh
(PSAK 25 & PSAK 46).

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebijakan dan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan (PSAK 25)

Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu
yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Penerapan
retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi
lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Penerapan prospektif suatu perubahan
kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi, masing-masing
adalah:
1. Penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi atau peristiwa dan kondisi
lainnya yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut; dan
2. pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan periode
mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut.
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode lalu tidak
pernah terjadi.

B. Definisi Kebijakan Akuntansi

1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi


Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi
lain, kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK tersebut.
SAK menentukan kebijakan akuntansi untuk menghasilkan laporan keuangan yang berisi
informasi relevan dan andal atas transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya. Kebijakan akuntansi
tersebut tidak perlu diterapkan ketika dampak penerapannya tidak material. Namun, hal yang
tidak tepat untuk membuat, atau membiarkan ketidaktepatan, penyimpangan dari SAK untuk
mencapai suatu penyajian tertentu atas posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas.
SAk dilengkapi dengan pedoman untuk membantu entitas dalam menerapkan
persyaratan dalam SAK. Pedoman yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SAK bersifat
wajib diterapkan. Sementara pedoman yang bukan bagian tidak terpisahkan dari SAK tidak
berisi pengaturan untuk laporan keuangan. Dalam hal tidak ada SAK yang secara spesifik

4
berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, maka manajemen menggunakan
pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
menghasilkan informasi yang:
a. Relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi oleh pemakai; dan
b. Andal, dalam laporan keuangan yang:
-) Menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas;
-) Mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, dan
bukan hanya bentuk hukum;
-) Netral, yaitu bebas dari bias;
-) Pertimbangan sehat; dan
-) Lengkap dalam semua hal yang material.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen mengacu dan mempertimbangkan
keterterapan dari, sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun:
a. Persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan
terkait; dan
b. Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran untuk aset, laibilitas, penghasilan
dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
Dalam membuat pertimbangan, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi
terkini yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar akuntansi lainnya yang menggunakan
kerangka dasar yang sama untuk mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi
lainnya dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan
sumber pada paragraf sebelumnya.

2. Konsistensi Kebijakan Akuntansi


Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi,
peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara spesifik mengatur atau
mengizinkan kelompok item-item dimana kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal yang
mungkin sesuai dengan keadaan. Jika suatu PSAK mengatur atau mengizinkan
pengelompokkan semacam itu, maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan
secara konsisten untuk setiap kelompok.

3. Perubahan Kebijakan Akuntansi


Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:
a. Dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau

5
b. Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas.
Pengguna laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan keuangan
entitas sepanjang waktu untuk mengidentifikasi kecenderungan dalam posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kasnya. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang sama diterapkan pada
setiap periode dan dari suatu periode dengan periode berikutnya, kecuali suatu perubahan
kebijakan akuntansi memenuhi kriteria pada paragraf sebelumnya. Berikut ini bukan
merupakan perubahan kebijakan akuntansi:
a. Penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya
yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
b. Penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi
lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material.
Penerapan awal suatu kebijakan untuk menilai kembali aset sesuai dengan PSAK 16:
Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu perubahan dalam kebijakan
akuntansi yang berhubungan dengan suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau PSAK 19,
bukan sesuai dengan Pernyataan ini.

4. Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi


Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada:
a. Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu
PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika
ada;
b. Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela
maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.

5. Penerapan Retrospektif
Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas
menyesuaikan:
a. Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal.
b. Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya

6. Keterbatasan Penerapan Retrospektif

6
Ketika penerapan retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak
spesifik periode atau dampak kumulatif periode tersebut.

7. Pengungkapan Penerapan Awal


Ketika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak semacam itu kecuali tidak praktis untuk menentukan
jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
a. Judul PSAK;
b. Ketika dapat diterapkan, bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai
dengan ketentuan transisinya;
c. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
d. Ketika dapat diterapkan, penjelasan ketentuan transisi;
e. Ketika dapat diterapkan, ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode
mendatang;
f. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian:
-) Untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan
-) Jika PSAK 56: Laba per Saham diterapkan, laba per saham dasar dan dilusian;
g. Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang
praktis; dan
h. Jika penerapan retrospektif disyaratkan tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu,
atau periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.
Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak pada periode itu kecuali tidak praktis untuk menentukan
jumlah penyesuaian, atau memiliki dampak pada periode mendatang, entitas mengungkapkan:
a. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
b. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan;
c. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian:

7
-) Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
-) Jika PSAK 56: Laba Per Saham diterapkan untuk entitas, laba per saham dasar
dan dilusian;
d. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periode-periode sebelum periode-periode
tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
e. Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode tertentu, atau untuk
periode-periode sebelum periode-periode tersebut disajikan, keadaan yang membuat
keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan
akuntansi diterapkan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.

B. Estimasi Akuntansi

Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-


elemen dalam LK.
1. Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi terkini yang
tersedia dan dapat diandalkan.
2. Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara akurat
namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat pada aktivitas
bisnis.
3. Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam penyusunan LK
tanpa menyesampingkan keandalannya.

* Perubahan Estimasi Akuntansi


Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan
andal. Perubahan estimasi akuntansi adalah:
1. Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset,
yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat masa depan dan
kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
2. Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru
dan,
3. Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:

8
1. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan laibilitas,
atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui
dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset, laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada
periode perubahan.
2. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas, diakui
secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
3. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
4. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.

* Pengungkapan
Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahanestimasi akuntansi yang berdampak
pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali
pengungkapan dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk mengestimasi dampak itu.
Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak diungkapkan karena estimasinya
tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu.

C. Kesalahan
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan
unsur-unsur laporan keuangan. Laporan keuangan tidak sesuai dengan PSAK jika mengandung
kesalahan material, atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan
posisi keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.

1. Kesalahan periode lalu


Kesalahan Periode Lalu adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam
mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari
kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi andal yang:
a. Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan
b. Secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.
c. Kesalahan semacam itu termasuk:
d. Dampak kesalahan perhitungan matematis,
e. Kesalahan penerapan kebijakan akuntansi,
f. Kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta,

9
g. Kecurangan.

2. Keterbatasan penyajian kembali retrospektif


Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali secara retrospektif kecuali
sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau dampak kumulatif
kesalahan. Ketika tidak praktis untuk menentukan:
a. Dampak spesifik periode kesalahan
Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode
paling awal di mana penyajiankembali retrospektif adalah praktis (mungkin periode berjalan).
b. Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua periode lalu
Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara
prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.

3. Pengungkapan kesalahan periode lalu


a. Sifat kesalahan periode lalu;
b. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:
-) Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
-) LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
c. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
d Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu,
keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan kesalahan telah dikoreksi.

4. Ketidakpastian penerapan retrospektif dan penyajian kembali retrospektif


a. Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah seluruh usaha rasional dilakukan.
b. Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan suatu
perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali secara
retrospektif untuk mengoreksi kesalahan, jika:
-) Dampak penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif tidak dapat
ditentukan;
-) Penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan asumsi
mengenai maksud manajemen yang ada pada periode lalu tersebut; atau
-) Penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan

10
estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan secara
obyektif informasi mengenai estimasi yang:
* Menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah
tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan
* Akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk
diterbitkan dari informasi lain.

D. Pajak Penghasilan
Badan diatur dalam PSAK 46 tentang Pajak atas Laba Perusahaan. Dalam hal ini
penghasilan dipotong pajak oleh pihak lain saat menerima penghasilan. PSAK 46 Pajak atas
Laba Perusahaan mengatur tentang Badan memotong PPh 21 atas gaji pegawai dan PPN atas
penyerahan barang/ jasa. Dalam hal ini, beban yang terdiri dari PBB, Materai BPHTB, dan
Pajak Daerah disetorkan kepada kas Negara kemudian dilaporkan kepada KPP.
SPT Pajak terdiri dari:
a. Penghasilan
b. Beban yang dapat dikurangkan
c. Penghasilan kena pajak x tarif pajak
d. Pajak terutang 1 tahun fiscal
e. Kredit pajak
-) Angsuran pajak (PPh 25)
-) Dipotong pihak lain (22,23)
-) Pajak Luar Negeri (24)
f. Pajak kurang/ lebih bayar (29/28)

1. Perbedaan Pajak dan Akuntansi

Terdapat perbedaan antara pajak dengan akuntansi. Hal tersebut merupakan masalah
yang timbul dalam akuntansi untuk pajak penghasilan adalah bahwa standard atau aturan yang
digunakan dalam pelaporan akuntansi, dalam hal ini adalah Pernyataan Standard Akuntansi
Keuangan (PSAK) seringkali tidak sama atau bertentangan dengan peraturan perpajakan yang
berlaku di Indonesia dalam menentukan Laba atau penghasilan kena pajak. Dalam hal
perbedaan tersebut, ada yang bersifat sementara (temporary different) dan ada yang bersifat
tetap (permanent different). Atas perbedaan tersebut harus dilakukan suatu tahapan yang
disebut rekonsiliasi fiskal, sehingga pada akhirnya dapat diketahui laba fiskal perusahaan.

11
Perbedaan tetap adalah merupakam suatu konsekuensi yang harus diterima bahwa hal tersebut
harus dikeluarkan dari laporan laba rugi karena secara fiskal atau berdasar peraturan pajak tidak
dapat dibebankan atau bukan merupakan penghasilan. Berbeda dengan perbedaan tetap,
perbedaan sementara baik secara standar akuntansi maupun peraturan perpajakan boleh diakui,
hanya saja waktu pengakuannya yang berbeda, tetapi pada akhirnya mempunyai nilai yang
sama. Akun terkait dengan perbedaan sementara adalah Pajak Tangguhan: Aset/ Liabilitas dan
Beban/Pendapatan.

2. Tujuan PSAK 46

a. Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan

b. Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak :

c. Pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui
pada laporan posisi keuangan entitas.

d. Transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian lain pada periode kini yang diakui pada
laporan keuangan entitas.

e. Mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat
dikompensasi ke tahun berikut.

f. Perbedaan pengaturan dengan IAS 12 : SKP, penambahan kesesuaian dengan peraturan


perpajakan untuk definisi aset pajak tangguhan

3. Definisi

a. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada
periode masa depan sebagai akibat adanya:

-) Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan

-) Akumulasi rugi pajak belum dikompensasi

-) Akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan


mengizinkan. (Laba Pajak lebih besar dari Laba Akuntansi).

12
b. Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode masa
depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. (Laba Akuntansi lebih
besar dari Laba pajak)

c. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan
yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode dipadankan
dengan dengan laba akuntansi

d. Laba akuntansi adalah laba atau rugi selama satu periode sebelum dikurangi beban
pajak.

e. Laba kena pajak atau laba fiskal (rugi pajak atau rugi fiskal) adalah laba (rugi) selama
satu periode yang dihitung berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Otoritas Pajak
atas pajak penghasilan yang terutang (dilunasi).

f. Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan
pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas.

4. Incomes Tax

Ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif

a. Pajak penghasilan adalah pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dan pajak yang
dibayar oleh anak perusahaan, asosiasi atau bergabung dengan usaha distribusi kepada
investor.

b. Beban pajak inccome (pendapatan) yang diakui dalam suatu periode adalah jumlah dari
pajak saat ini ditambah perubahan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan selama
periode tersebut, tidak termasuk pajak diakui di luar laba rugi atau timbul dari
combintion(pergabungan) bisnis .

c. Pajak kini merupakan jumlah hutang (recoverable) pajak penghasilan sehubungan


dengan laba kena pajak (rugi) untuk periode

d. Pajak tangguhan diakui untuk estimasi pengaruh pajak masa depan perbedaan
temporer, saldo rugi fiskal yang dilakukan ke depan dan kredit pajak yang tidak terpakai
dilakukan ke depan.

13
e. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara bas pajak aset atau kewajiban dan
jumlahnya tercatat dalam laporan keuangan

f. Kewajiban pajak tangguhan tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal goodwill

g. Kewajiban pajak tangguhan (aset) tidak diakui jika timbul dari pengakuan awal aset
atau kewajiban dalam suatu transaksi yang bukan penggabungan usaha , dan pada saat
transaksi mempengaruhi laba akuntansi tidak atau laba fiskal

h. Pajak tangguhan tidak diakui dalam hal investasi di anak perusahaan, asosiasi dan joint
venture jika kondisi tertentu terpenuhi

i. Aktiva pajak tangguhan diakui apabila besar kemungkinan bahwa hal itu akan terwujud

j. Pajak penghasilan diukur berdasarkan tarif yang berlaku pada tanggal pelaporan.

k. Pajak tangguhan didasarkan pada cara yang diharapkan penyelesaian (kewajiban) atau
pemulihan (aset)

l. Pajak tangguhan diukur secara didiskontokan.

m. Pajak tangguhan diklasifikasikan sebagai om-saat dalam sebuah pernyataan


diklasifikasikan menempatkan keuangan

n. Pajak penghasilan yang terkait dengan item yang diakui di luar laba atau rugi sendiri
diakui di luar laba atau rugi

5. Revenue (Pendapatan)

Ikhtisar persyaratan saat ini yang efektif:

a. Pendapatan diakui hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan
mengalir ke entitas dan manfaat ini dapat diukur secara andal

b. Pendapatan termasuk masuknya bruto manfaat ekonomi yang diterima oleh entitas
untuk kepentingan sendiri. dalam hubungan badan, jumlah yang dikumpulkan atas
nama kepala sekolah tidak diakui oleh agen .

c. Ketika pengaturan mencakup lebih dari satu komponen, mungkin perlu untuk
memperhitungkan pendapatan disebabkan setiap komponen secara terpisah

14
d. Pendapatan dari penjualan barang diakui pada saat entitas telah mentransfer risiko
signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli dan tidak lagi mempertahankan
kontrol pr memiliki keterlibatan manajerial dalam barang

e. Pendapatan kontrak layanan berupa diakui dalam periode di mana layanan ini
diberikan, umumnya menggunakan metode persentase penyelesaian

f. Kontrak konstruksi dicatat dengan menggunakan metode persentase penyelesaian.


metode kontrak selesai tidak diizinkan

g. Pengakuan pendapatan tidak memerlukan pertimbangan kas. Namun, ketika barang


atau jasa dipertukarkan serupa di alam dan nilai, transaksi tidak menghasilkan
pendapatan

15
BAB III

STUDI KASUS KEBIJAKAN & ESTIMASI AKUNTANSI

A. Ilustrasi Contoh Kasus Perubahan Estimasi Akuntansi

Perubahan estimasi akuntansi merupakan penyajian laporan keuangan yang dipengaruhi oleh
estimasi yang telah dilakukan perusahaan seperti beban depresiasi dan beban sewa dibayar
dimuka. Perubahan estimasi akuntansi harus dilakukan apabila dasar estimasi mengakibatkan
perlakuan baru. Contoh soal perubahan estimasi akuntansi terjadi pada PT Rafinternet yang
membeli mobil sebesar Rp 100.000.000 pada tahun 2018. PT Rafinternet melakukan estimasi
bahwa mobil akan memiliki umur manfaat selama 4 tahun. Pada tahun 2020, PT Rafinternet
menambah estimasi umur manfaat menjadi 3 tahun dengan mengeluarkan biaya Rp 4.000.000.

Berdasarkan contoh soal perubahan estimasi akuntansi, bagaimana cara menghitung perubahan
estimasi akuntansi dan beban depresiasi yang baru.
Pertama, perubahan estimasi harus menentukan nilai buku pada akhir periode dengan langkah
sebagai berikut ini.

Kemudian, mencari nilai buku baru dengan cara menambahkan biaya yang telah dikeluarkan
lagi yakni Rp 50.000.000 + Rp 4.000.000 = Rp 54.000.000.

B. Ilustrasi Contoh Kasus Koreksi Kesalahan Akuntansi

Contoh soal koreksi kesalahan akuntansi memiliki dua macam pencatatan yakni

16
counterbalancing errors dan non-counterbalancing errors. Counterbalancing errors adalah
kesalahan yang akan ditutupi dengan sendirinya selama 2 periode. Sedangkan, Non-
counterbalancing errors adalah kesalahan yang tidak dapat diperbaiki dengan sendiri selama 2
periode dan membutuhkan jurnal penyesuaian.

Contoh Soal Counterbalancing Errors


PT Rafinternet pada tanggal 31 Desember 2020 telah mengakui pendapatan dibayar dimuka
sebesar Rp 50.000.000 untuk sewa kendaraan. Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan
apabila PT Rafinternet pada tahun 2020 belum melakukan tutup buku?

Contoh Soal Non-Counterbalancing Errors


PT Rafinternet pada tanggal 1 januari 2020 membeli mesin pertanian sebesar Rp 50.000.000
yang akan disusutkan selama 5 tahun tanpa nilai sisa. Staf akuntan salah melakukan
penjurnalan dengan membebankan biaya perolehan mesin pada tahun 2020 dan kesalahan baru
diketahui pada tahun 2021. Buatlah jurnal yang diperlukan apabila PT Rafinternet belum
menutup buku.

C. Ilustrasi Contoh Kasus Pajak Penghasilan Badan

Tarif PPh Badan


Pertama, badan usaha yang memiliki pendapatan bruto sampai Rp4,8 miliar per tahun atau
sering disebut usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2018 dikenakan tarif pajak PPh final, yaitu PPh Pasal 4 Ayat 2 dengan
perhitungan pajak 0,5% dikalikan dengan seluruh pendapatan bruto dari hasil usaha.

17
Kedua, badan usaha yang memiliki pendapatan bruto lebih dari Rp50 miliar per tahun, PPh
badan dikenakan tarif pajak tunggal 25% dikalikan dengan laba bersih sebelum pajak. Laba
bersih sebelum pajak didapatkan dari laba kotor dikurangi dengan biaya-biaya usaha yang
diperbolehkan secara fiskal.
Ketiga, badan usaha yang memiliki pendapatan bruto antara Rp4,8 miliar-Rp 50 miliar, sesuai
Pasal 31E UU PPh, badan usaha tersebut dikenakan dua tarif, yaitu (1) tarif 12,5% untuk PPh
yang mendapatkan fasilitas (pendapatan bruto sampai dengan Rp4,8 miliar) dan (2) tarif 25%
untuk PPh yang tidak mendapatkan fasilitas (pendapatan bruto Rp4,8 miliar-Rp 50 miliar).

1. Contoh Kasus – PPh Final UMKM 0,5%


Menghitung PPh untuk UMKM sangat mudah, wajib pajak hanya perlu menjumlahkan omzet
dalam sebulan, lalu dikalikan tarif 0,5%. PPh tersebut wajib dibayarkan tanggal 15 setiap bulan
berikutnya. Karena PP 23/2018 baru efektif berlaku 1 Juli 2018, maka wajib pajak dengan
omzet sampai Juni yang disetorkan Juli masih dihitung tarif 1%. Sementara untuk omzet Juli
yang pajaknya disetorkan pada Agustus sudah menggunakan tarif 0,5% dikali omzet Juli.
Begitupula dengan Wajib Pajak UMKM yang baru mendaftar Juli 2018 dan setelahnya bisa
langsung dikenakan tarif 0,5% untuk omzetnya. Penyesuaian tarif secara otomatisasi tanpa
persetujuan, pemberitahuan atau surat apapun dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Sebagai contoh, Ibu Olivia adalah seorang pedagang batik dengan berjualan secara online di
marketplace. Usahanya sudah berlangsung selama tiga tahun. Omzet Ibu Olivia setahun
terakhir adalah Rp 160 juta. Rinciannya adalah sebagai berikut:

18
Jika total omzet usaha Ibu Olivia selama setahun adalah Rp 160 juta, maka berapa pajak
terutang PPh Final Ibu Olivia di masing-masing masa pajak? Berikut ini perhitungannya:
Rumus = omzet per bulan x tarif PPh Final
PPh Final Januari = 0,5% x Rp 15 juta = Rp 75 ribu
PPh Final Februari = 0,5% x Rp 11 juta = Rp 55 ribu
Demikian seterusnya untuk tiap-tiap masa pajak. Omzet per bulan dikalikan 0,5%. Sehingga,
total pajak yang dibayar oleh Ibu Olivia selama setahun adalah Rp 800 ribu.

2. Contoh Kasus – PPh Badan dengan Fasilitas Pasal 31E


Pada tahun 2020, PT Abjad XYZ memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp 6 Miliar. Selain
itu, diketahui selama tahun berjalan tersebut, PT Abjad XYZ memiliki rincian beban dan
pendapatan sebagai berikut:

-) Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bruto


sebesar Rp5,4 miliar.
-) Mendapatkan penghasilan lainnya sebesar Rp50 juta.
-) Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lainnya
sebesar Rp30 juta.
-) Kompensasi kerugian fiskal dari tahun sebelumnya Rp10 juta.
-) Kredit PPh Pasal 25 Rp100 juta.
-) Kredit PPh Pasal 22 Rp10 juta.
-) Kredit PPh Pasal 23 Rp20 juta.
Berapa besaran PPh terutang PT Abjad XYZ untuk dibayar dan dilaporkan pada SPT Tahunan
PPh Badan? Pertama-tama, terlebih dahulu mencari besaran penghasilan kena pajak PT Abjad
XYZ:
Peredaran Bruto – Biaya 3M Peredaran Bruto = Penghasilan Neto
Rp6.000.000.000 – Rp5.400.000.000 = Rp600.000.000
Penghasilan lainnya – Biaya 3M Penghasilan Lainnya = Penghasilan Neto Lainnya
Rp50.000.000 – Rp30.000.000 = Rp20.000.000
Total Penghasilan Neto = Rp600.000.000 + Rp20.000.000
Total Penghasilan Neto = Rp620.000.000
Penghasilan Kena Pajak = Total Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian
Penghasilan Kena Pajak = Rp620.000.000 – Rp10.000.000
Penghasilan Kena Pajak PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp610.000.000

19
Karena omzet peredaran bruto PT Abjad XYZ di atas Rp4,8 miliar, maka memperoleh fasilitas
pengurangan tarif:
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas
(Rp4.800.000.000 x Rp610.000.000) / Rp6.000.000.000 = Rp488.000.000
Jumlah penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas
Rp610.000.000 – Rp488.000.000 = Rp122.000.000
Maka, besaran PPh terutangnya adalah
(50% x 22%) x Rp488.000.000 = Rp53.680.000
22% x Rp122.000.000 = Rp26.840.000
Total PPh terutang= Rp53.680.000 + Rp26.840.000
PPh terutang PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp80.520.000

PT Abjad XYZ memiliki beberapa kredit pajak penghasilan yang sudah dibayar:
PPh Pasal 22 + PPh Pasal 23 + PPh Pasal 25
Rp10.000.000 + Rp20.000.000 + Rp100.000.000
Maka, PPh terutang dikurangi dengan total kredit pajak tersebut.
Rp80.520.000 – Rp130.000.000= (Rp49.480.000)
Dalam hal ini, PT Abjad XYZ memiliki lebih bayar pajak sebesar Rp49.480.000

3. Contoh Penghitungan PPh Badan Tanpa Fasilitas Pengurangan Tarif Pasal 31E
Pada tahun 2020, PT Abjad XYZ memperoleh penghasilan bruto sebesar Rp60 Miliar. Selain
itu, diketahui selama tahun berjalan tersebut, PT Abjad XYZ memiliki rincian beban dan
pendapatan sebagai berikut:
-) Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan bruto
sebesar Rp54 miliar.
-) Mendapatkan penghasilan lainnya sebesar Rp500 juta.
-) Pengeluaran biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan lainnya
sebesar Rp300 juta.
-) Kompensasi kerugian fiskal dari tahun sebelumnya Rp100 juta.
-) Kredit PPh Pasal 25 Rp500 juta.
-) Kredit PPh Pasal 22 Rp100 juta.
-) Kredit PPh Pasal 23 Rp400 juta.
Berapa besaran PPh terutang PT Abjad XYZ untuk dibayar dan dilaporkan pada SPT Tahunan
PPh Badan? Pertama-tama, terlebih dahulu mencari besaran penghasilan kena pajak PT Abjad

20
XYZ:
Peredaran Bruto – Biaya 3M Peredaran Bruto = Penghasilan Neto
Rp60.000.000.000 – Rp54.000.000.000 = Rp6.000.000.000
Penghasilan lainnya – Biaya 3M Penghasilan Lainnya = Penghasilan Neto Lainnya
Rp500.000.000 – Rp300.000.000 = Rp200.000.000
Total Penghasilan Neto = Rp6.000.000.000 + Rp200.000.000
Total Penghasilan Neto = Rp6.200.000.000
Penghasilan Kena Pajak = Total Penghasilan Neto – Kompensasi Kerugian
Penghasilan Kena Pajak = Rp6.200.000.000 – Rp100.000.000
Penghasilan Kena Pajak PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp6.100.000.000

Karena omzet peredaran bruto PT Abjad XYZ di atas Rp50 miliar, maka tidak memperoleh
fasilitas pengurangan tarif sehingga penghitungannya:
22% x Penghasilan Kena Pajak
22% x Rp6.100.000.000 = Rp1.342.000.000
PPh terutang PT Abjad XYZ adalah sebesar Rp1.342.000.000

PT Abjad XYZ memiliki beberapa kredit pajak penghasilan yang sudah dibayar:
PPh Pasal 22 + PPh Pasal 23 + PPh Pasal 25
Rp100.000.000 + Rp400.000.000 + Rp500.000.000
Maka, PPh terutang dikurangi dengan total kredit pajak tersebut.
Rp1.342.000.000 – Rp1.000.000.000= Rp342.000.000
Dalam hal ini, PT Abjad XYZ masih harus membayar pajak sebesar Rp342.000.000

21
BAB IV

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Perubahan kebijakan akuntansi dan perubahan estimasi harus dapat dibedakan oleh para
akuntan. Hal ini berkaitan dengan penerapan kebijakan akuntansi yang harus diperlakukan
perusahaan dimasa depan. Kenapa ada perubahan akuntansi sebab perusahaan melakukan
penilaian terhadap apa yang telah dikeluarkan dengan apa yang telah didapatkan oleh
perusahaan tersebut.
Perubahan estimasi akuntansi yang dilakukan klien dan berdampak material akan
berakibat adanya perubahan kebijakan akuntansi dimasa depan. Oleh karena itu, mengapa
IASB melarang pengobatan retrospektif perubahan estimasi akuntansi dilakukan oleh
perusahaan.

B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Dengan adanya makalah yang penulis susun semoga dapat menambah wawasan pembaca
tentang penurunan nilai aset. Pembaca mungkin bisa menambah referensi lainnya agar dapat
melengkapi dan memperluas wawasan tentang Kebijakan & Estimasi Akuntansi, Kesalahan
dan Pajak Penghasilan.

22
DAFTAR PUSTAKA

KPMG (2011). Insights ino IFRS, 8th ed. Thomson Reuters and Sweet & Maxwell.
Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 23 tahun 2009.
Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 25 tahun 2009.
Pernyataan Standar Akuntansi keuangan (PSAK) nomor 46 tahun 2009.

23

Anda mungkin juga menyukai