Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN - POS-POS


NERACA
Oleh :

Anissyafira Ula Paramadina (0502172323)

Erma Julaida Harahap (0502173425)

Nuramalina (0502171036)

Risda Yanti Siregar (0502173487)

Dosen Pembimbing :

Putri Kemala Dewi Lubis

AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayahnya dan tidak lupa sholawat
berangkaikan salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad
Saw serta keluarga, para sahabat-sahabat Nabi yang berjuang mensyi’arkan
Agama Islam agama yang di ridhai oleh Allah Swt.

Makalah ini dapat kami selesaikan karna atas izin dan ridhanya Allah Swt.
Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing kami kepada
ibu Putri Kemala Dewi Lubis. yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan
memberi kesampatan untuk kami membahasnya secara bersama-sama. Makalah yang
berjudul “Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan – Pos-pos Neraca ” makalah
ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Akuntansi Pemerintah. Dan
kami berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita semua.

Proses penyelesaian makalah ini tidak luput dari kesalahan dan


ketidaksempurnaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt, untuk itu
saya dan teman-teman saya selaku pembuat makalah ini mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada kata ataupun tulisan makalah ini yang tidak
sempurna saya berharap kita semua dapat mengerti dan dapat memahaminya.

Medan, 25 Desember 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................................ii

BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan……………………………………………………………………..1

BAB II: Pembahasan

A. Kebijakan Akuntansi dalam Penyusunan Laporan Keuangan…………….2


B. Kebijakan Akuntansi……………………………………………………...3
C. Struktur dan Isi Laporan…………………………………………………..5
D. Penjelasan atas Pos-Pos Neraca…………………………………………...7

BAB III: Penutup……………………………………………………………….11

Daftar Pustaka………………………………………………………………….12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.


Standar akuntansi merupakan kumpulan dari kebijakan akuntansi untuk
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi merupakan
prinsip dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas
dalam menyusun laporan keuangan. Entitas dalam menyusun laporan keuangan
akan memilih kebijakan akuntansi yang diatur dalam standar akuntansi keuangan.

Kebijakan akuntansi ini akan diterapkan secara konsisten sehingga laporan


keuangan dapat mudah untuk dianalisis dan dibandingkan dari satu periode ke
periode berikutnya. Konsistensi dalam penerapan kebijakan akuntansi menjadi
salah satu prinsip dalam menyusun laporan keuangan. Secara umum standar
menghendaki bahwa entitas harus menerapkan kebijakan akuntansi dalam
menyusun laporan secara konsisten, tidak boleh berubah. Perubahan kebijakan
akuntansi dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip konsistensi karena
informasi antar periode menjadi sulit dilakukan. Namun demikian dalam kondisi
tertentu perubahan kebijakan akuntansi dapat dilakukan baik dikarenakan
perubahan standar maupun perubahan yang bersifat sukarela

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Akuntansi dalam Penyusunan Laporan Keuangan?

2. Bagaimana Perubahan Kebijakan Akuntansi?

3. Bagaimana Struktur dan Isi Laporan Keuangan?

4. Bagaimana Pelaporan Keuangan Pos-Pos dalam Neraca?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan.


2. Untuk mengetahui perubahan kebijakan akuntansi
3. Untuk mengetahui struktur dan isi laporan keuangan
4. Untuk mengetahui pelporan keuangan pos-pos dalam neraca

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Akuntansi dalam Penyusunan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan.


Standar akuntansi merupakan kumpulan dari kebijakan akuntansi untuk
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi merupakan
prinsip dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas
dalam menyusun laporan keuangan. Entitas dalam menyusun laporan keuangan
akan memilih kebijakan akuntansi yang diatur dalam standar akuntansi keuangan.

Kebijakan akuntansi ini akan diterapkan secara konsisten sehingga laporan


keuangan dapat mudah untuk dianalisis dan dibandingkan dari satu periode ke
periode berikutnya. Konsistensi dalam penerapan kebijakan akuntansi menjadi
salah satu prinsip dalam menyusun laporan keuangan. Secara umum standar
menghendaki bahwa entitas harus menerapkan kebijakan akuntansi dalam
menyusun laporan secara konsisten, tidak boleh berubah. Perubahan kebijakan
akuntansi dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip konsistensi karena
informasi antar periode menjadi sulit dilakukan. Namun demikian dalam kondisi
tertentu perubahan kebijakan akuntansi dapat dilakukan baik dikarenakan
perubahan standar maupun perubahan yang bersifat sukarela.

Penerapan kebijakan akuntansi sering kali mengharuskan entitas


menggunakan estimasi akuntansi. Pemilihan estimasi akuntansi didasarkan pada
informasi yang tersedia pada saat estimasi tersebut dipilih. Perubahan lingkungan
bisnis, teknologi dapat membuat estimasi dipilih menjadi sesuatu yang tidak tepat.
Untuk itu entitas dapat mengubah estimasi yang telah ditentukan. Perubahan
estimasi akan menyebabkan dasar pengukuran suatu beban atau pendapatan
menjadi tidak konsisten antara satu periode dengan periode berikutnya. Untuk itu
standar mengatur khusus perubahan estimasi.

Entitas dapat melakukan kesalah akuntansi yang baru diketahui para


periode berikutnya. Ketika kesalah tersebut diketahui, maka entitas harus
melakukan koreksi kesalah yang terjadi. Koreksi kesalahan dapat terjadi karena
kesalahan perhitungan, kesalahan penerapan standar maupun kesalahan dalam
pemilihan kebijakan akuntansi. Koreksi atas kesalahan akan mempengaruhi posisi
keuangan entitas, namun tidak memengaruhi kinerja periode berjalan, karena
koreksi dilakukan atas kinerja yang telah terjadi pada periode sebelumnya.
Namun jika koreksi tersebut terkait penggunaan kebijakan akuntansi maka
dampaknya dapat memengaruhi pada periode berjalan.

2
PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi dan Kesalahan,
mengatur secara komprehensif pemilihan kebijakan akuntansi, perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi dan koreksi kesalahan. PSAK 25 (Revisi
2009) merupakan adopsi dari seluruh pengaturan dalam IAS 8 Accounting
Polices, Changes in Accounting Estimates and Errors. Perbedaan dengan IAS 8
hanya terkait dengan tanggal efektif dan peraturan regulator pasar modal dalam
tambahan definisi standar akuntansi keuangan. PSAK 25 (Revisi 2009)
merupakan revisi atas PSAK 25 yang diterbitkan pada tahun 1994.

B. Kebijakan Akuntansi

1. Definisi

Laporan keuangan entitas harus disusun dengan menyajikan secara wajar


posisi keuangan, kinerja dan arus kas. Penyajian yang wajar mensyaratkan entitas
menyajikan secara jujur transaksi,peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan kriteria
dalam standar akuntansi keuangan dan kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan. Entitas sesuai PSAK 1 (Revisi 2013) penyajian laporan
keuanagan, diharuskan membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali
tentang kepatuhan terhadap seluruh semua yang disyaratkan dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK). Entitas tidak dapat menyebutkan patuh terhadap
SAK kecuali telah patuh terhadap keseluruhan persyaratan SAK. Penyajian sesuai
SAK mensyaratkan entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai
PSAK 25 (Revisi 2009). PSAK 25 (Revisi 2009) juga mengatur herarki panduang
yang dipertimbangkan manajemen jika tidak terdapat SAK spesifik yang
mengatur tersebut.

Kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi 20090 didefinisikan sebagai


prinsip, dasar, konvensi, peratiran dan praktik tertentu yang diterapkan entitas
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi akan
menentukan saat pengakuan, cara pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas
elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban dalam laporan
keuangan.

Kebijakan akuntansi yang signifikan digunakan dalam menyusun laporan


keuangan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan
harus mengungkapkan secara eksplisit kepatuhan dalam penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang digunakan. Entitas
biasanya menyatakan dalam catatan atas laporan keuangannya dengan kalimat
“Laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di

3
Indonesia”. Jika laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan standar akuntansi
yang telah efektif berlaku, maka entitas harus mengungkapkan informasi
ketidaksesuaian tersebut.

Ketika suatu SAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa
atau kondisi lain, maka kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut
menggunakan PSAK tersebut. Entitas tidak boleh mencari kebijakan akuntansi di
luar apa yang telah diatur dalam standar akuntansi. Jika standar akuntansi
memberikan beberapa pilihan kebijakan akuntansi maka entitas dapat memilih
kebijakan akuntansi salah satu kebijakan yang diperkenankan oleh standar
tersebut. Misalnya dalam penilaian aset tetap entitas dapat memilih penilaian
dengan menggunakan metode biaya atau metode revaluasi. Entitas dapat memilih
salah satu metode penilaian sesuai dengan ketentuan dalam SAK.

Jika tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi
maka menajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan
menerapkan suatu kebijakan akuntansi sehingga menghasilkan informasi yang
relevan dan andal. Informasi yang relevan mengharuskan manajemen
mempertimbangkan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi pengguna.
Informasi yang andal harus mempertimbangkan aspek kejujuran penyajian,
mencerminkan substansi ekonomi, netral, menggunakan pertimbangan sehat dan
lengkap untuk semua hal yang material.

Dalam membuat pertimbangan manajemen mengacu dan mempertimbangkan


keterterapan dari sumber-sumber berikut sesuai dengan urutan menurun (PSAK
25 Revisi 2009) :

a. Persyaratan dan panduan dalam PSAK yang berhubungan dengan masalah


serupa dan terkait

b. Definisi, kriteria, pengukuran, dan konsep pengukuran untuk aset,


liabilitas, penghasilan dan beban dalam kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuanagn.

Jika berdasarkan acuan di atas manajemen belum dapat menentukan kebijakan


akuntansi yang tepat, maka manajemen juga mempertimbangkan standar
akuntansi terkini yang dikeluarkan badan penyusun standar lain yang mengacu
pada KSPPLK yag sama, literatur akuntansi lain dan praktik akuntansi industri
yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan pada acuan utama.
Berdasarkan penjelasan diatas, entitas terkait dalam menerapkan kebijakan
akuntansi berdasarkan ketentuan dan pilihan kebijakan yang ada dalam standar
akuntansi. Penggunaan kebijakan akuntansi du luar yang ditetapkan oleh standar
hanya diperkenankan untuk kebijakan akuntansi yang memang belum diatur,

4
namun diperlukan pertimbangan berdasarkan urutan sumber acuan sesuai dengan
standar.

Untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP), ketentuan tentang pernyataan


kepadatuhan atas standar akuntansi dan kebijakan akuntansi diatur dalam bab
konsep pervasif dalam SAK ETAP. Namun secara umum tidak terdapat perbedaan
pengaturan kebijakan akuntansi antara SAK dan SAK ETAP.

2. Konsistensi Penerapan Kebijakan Akuntansi

Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten


untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara
spesifik mengatur atau mengizinkan pengelompokkan pos-pos dengan kebijakan
akuntansi berbeda adalah hal tepat. Jika PSAK mengizinkan pengelompokkan
tersebut, maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara
konsisten.

Konsistensi penerapan kebijakan akuntansi akan memudahkan pembaca


laporan keuangan dalam membandingkan laporan keuangan dari satu periode ke
periode berikutnya. Ketidakkonsistenan penerapan kebijakan akuntansi akan
menyebabkan salah satu karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat
dibandingkanm tidak dapat dipenuhi.1

C.Struktur dan Isi Laporan Keuangan

a. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai


anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA,
dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi
para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan
terhadap anggaran .

Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada akuntansi anggaran,


akuntansi pendapatan-LRA, akuntansi belanja, akuntansi surplus/ defisit,

1
Josua Simatupang, Kebijakan Akuntansi
https://www.scribd.com/document/343499662/Kebijakan-Akuntansi , di unggah pada 30 Maret
2017.

5
akuntansi pembiayaan dan akuntansi sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada basis kas.

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos
berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya),
penggunaan saldo anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun
sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.

c. Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
d. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos
Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode
bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi
ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar.

e. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap
entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta
mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang.

f. Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris. Tujuan LAK untuk memberikan informasi
mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu
periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. LAK
wajib disusun dan disajikan hanya oleh unit organisasi yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum.

6
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Laporan Keuangan dan oleh karenanya setiap entitas
pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan.
CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos
yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan
Laporan Perubahan Ekuitas. 2

D. Penjelasan atas pos-pos Neraca

a) Asset Lancar
a. Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran merupakan kas yang dikuasai,
dikelola, dan di bawah tanggung jawab Bendahara Pengeluaran
yang berasal dari sisa UP yang belum dipertanggungjawabkan atau
disetorkan kembali ke Kas Negara per tanggal neraca. Kas di
Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh saldo rekening
bendahara pengeluaran, uang logam, uang kertas, dan lain-lain kas
(termasuk bukti pengeluaran yang belum dipertanggungjawabkan)
yang sumbernya berasal dari dana kas kecil (UP)) yang belum
dipertanggungjawabkan atau belum disetor kembali ke Kas Negara
per tanggal neraca) Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31
Desember 2011 sebesar Rp.0,- untuk DIPA 04 tahun 2010 belum
ada DIPA. Didalam rekening Bendahara Pengeluaran per 31
Desember 2011 sudah tidak terdapat saldo lagi.

b) Aset tidak Lancar


Posisi aset tetap dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No. Uraian Per Desember 31 Per Desember 31 %
2011 2010 Naik/Turun
1 Tanah Rp Rp Rp
2 Peralatan Mesin Rp Rp Rp
3 Gedung dan Rp Rp Rp
bangunan
4 Jalan, Irigasi, dan Rp Rp Rp

2
Andi Chairil Furqan, Komponen Laporan Keuangan Pemerintah,
https://www.google.co.id/amp/s/andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/komponen-
laporan-keuangan-pemerintah-berbasis-akrual/amp/ diunggah pada 2011.

7
jaringan
5 Aset tetap lainnya Rp Rp Rp
6 Kontruksi dalam Rp Rp Rp
pengerjaan
7 Tanah BLU Rp Rp Rp

Jumlah Rp Rp Rp

Realisasi Belanja Modal peralatan dan mesin sampai dengan 31 Desember


2011 adalah sebagai berikut:
Penambahan peralatan dan mesin tidak sama dengan belanja modal, hal ini
disebabkan terdapatnya penambahan dan pengurangan peralatan dan mesin yang
tidak dipengaruhi oleh belanja.
 Gedung dan Bangunan
Nilai Gedung dan Bangunan pada Semester II TA 2011 Rp 0,-.
 Jalan dan Jembatan
Nilai Jalan dan Jembatan per 31 Desember 2011 Rp 0,-.
 Irigasi dan Jaringan
Nilai Irigasi dan Jaringan per 31 Desember 2011 Rp 0,-.
 Aset Tetap Lainnya
Nilai Aset Tetap Lainya pada Semester II TA 2011 Rp 0,-.
 Konstruksi Dalam Pengerjaan
Nilai Konstruksi dalam Pengerjaan pada Semester II TA 2011 Rp 0,-.
c) Aset Lainnya
Aset Lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka
panjang, dan aset tetap. Termasuk dalam Aset Lainnya adalah Tagihan Penjualan
Angsuran (TPA), Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) yang jatuh tempo lebih
dari satu tahun, Kemitraan dengan Pihak Ketiga, Dana yang Dibatasi
Penggunaannya, Aset Tak Berwujud, dan Aset Lain-lain. TPA menggambarkan
jumlah yang dapat diterima dari penjualan aset pemerintah secara angsuran
kepada pegawai pemerintah yang dinilai sebesar nilai nominal dari kontrak/berita
acara penjualan aset yang bersangkutan setelah dikurangi dengan angsuran yang
telah dibayar oleh pegawai ke kas negara atau daftar saldo tagihan penjualan
angsuran.

TGR merupakan suatu proses yang dilakukan terhadap bendahara/


pegawai negeri bukan bendahara dengan tujuan untuk menuntut penggantian atas
suatu kerugian yang diderita oleh negara sebagai akibat langsung ataupun tidak
langsung dari suatu perbuatan yang melanggar hukum yang dilakukan oleh
bendahara/pegawai tersebut atau kelalaian dalam pelaksanaan tugasnya. TPA dan
TGR yang akan jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca
disajikan sebagai aset lainnya. Kemitraan dengan pihak ketiga merupakan
perjanjian antara dua pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk
melaksanakan kegiatan yang dikendalikan bersama dengan menggunakan aset
dan/atau hak
usaha yang dimiliki.

8
Dana yang Dibatasi Penggunaannya merupakan kas atau dana yang
alokasinya hanya akan dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan tertentu seperti
kas besi perwakilan RI di luar negeri, rekening dana reboisasi, dan dana
moratorium Nias dan Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Aset Tak Berwujud merupakan aset yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas kekayaan
intelektual. Aset Tak Berwujud meliputi software komputer; lisensi dan franchise;
hak cipta (copyright), paten, goodwill, dan hak lainnya, hasil kajian/penelitian
yang memberikan manfaat jangka panjang. Aset Lain-lain merupakan aset lainnya
yang tidak dapat dikategorikanke dalam TPA, Tagihan TGR, Kemitraan dengan
Pihak Ketiga, maupun Dana yang Dibatasi Penggunaannya. Aset lain-lain dapat
berupa aset tetap pemerintah yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah.
Di samping itu, piutang macet Satker yang dialihkan penagihannya kepada
Departemen Keuangan. Ditjen Kekayaan Negara juga termasuk dalam kelompok
Aset Lain-lain.
d) Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan
sumber pembiayaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintahan lain, atau lembaga internasional. Kewajiban pemerintah juga terjadi
karena perikatan dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah. Setiap kewajiban
dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang
mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Kewajiban pemerintah diklasifikasikan kedalam kewajiban jangka pendek dan
kewajiban jangka panjang.
 Kewajiban Jangka Pendek
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan. Kewajiban jangka pendek meliputi Utang Kepada Pihak
Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang, Utang Bunga (accrued interest) dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
 Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang jika diharapkan
untuk dibayar atau jatuh tempo dalam waktu lebih dari dua belas bulan setelah
tanggal pelaporan. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai
kewajiban pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Aliran
ekonomi sesudahnya seperti transaksi pembayaran, perubahan penilaian karena
perubahan kurs mata uang asing, dan perubahan lainnya selain perubahan nilai
pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan nilai tercatat kewajiban tersebut.

3. Analisis Laporan Keuangan

9
Kebijakan akuntansi merupakan hal yang penting diakui oleh pemakai laporan
keuangan sebelum melakukan membaca dan menganalisis laporan keuangan.
Perbedaan pilihan kebijakan akuntansi dan penggunaan estimasi dapat
memengaruhi nilai-nilai yang disajikan dalam laporan keuangan. Pembaca harus
memahami dan mempelajari kebijakan akuntansi yang dipilih, sehingga dapat
memaknai angka dalam laporan keuangan dengan lebih baik. Apalagi jika ingin
melakukan analisis perbandingan antara beberapa perusahaan, kebijakan
akuntansi dan estimasi masing-masing persahaan haris diketahui.

Sebagai contoh ketika analisis membaca dua laporan keuangan perusahaan


hotel, perubahan satu menggunakan model biaya, sedangkan perusahaan lain
menggunakan metode ravaluasi akan memberikan nilai aset tetap yang jauh
berbeda. Ketika analis membaca laporan keuangan perusahaan rental apartemen,
perusahaan satu mengistemasi gedung selama 40 tahun sedangkan perusahaan lain
mengestimasi gedung selama 20 tahun, beban depresiasi akan berbeda dan
berdampak pada laba yang berbeda.

Pada saat terjadi perubahan kebijakan akuntansi maupun perubahan estimasi


pengguna harus memperhatikan alasan manajemen mengapa dilakukan perubahan.
Standar menjelaskan bahwa perubahan kebijakan sukarela harus menjadikan
informasi laporan keuangan lebih andal dan relevan. Namun ada kemungkinan
motif perusahaan untuk melakukan manajemen laba untuk memenuhi tujuan
tertentu misalnya meningkatkan laba atau menurunkan laba.

Perubahan estimasi seharusnya dilakukan ketika terjadi perubahan kondisi


yang mendasari pilihan estimasi tersebut. Pembaca harus meyakinkan bahwa
memang terjadi perubahan kondisi tersebut sehingga perubahan estimasi harus
dilakukan. Jika tidak, ada kemungkinan manajemen memiliki motif untuk
melakukan manajemen laba.

Ketika perusahaan melakukan koreksi kesalahan, informasi ini sangat berguna


karena akan mengoreksi informasi yang sebelumnya telah disajikan. Koreksi
kesalahan juga meningkatkan kualitas laporan keuangan karena kesalahan yang
ada telah dikoreksi. Namun ada sisi lain, koreksi kesalahan juga menunjukkan
kelemahan internal perusahaan dalam menyusun laporan keuangan sehingga
membiarkan kesalahan dapat terjadi. Untuk itu sifat, jumlah dan frekuensi

10
kesalahan harus diperhatikan oleh pembaca untuk memahami hakekat koreksi
kesalahan tersebut.3

3
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER- 65 /PB/2010 Tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, http://pta-
bengkulu.go.id/images/bkl/calk%2004.pdf

11
BAB III

PENUTUP

1. PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi dan


Kesalahan, mengatur secara komprehensif pemilihan kebijakan akuntansi,
perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi dan koreksi kesalahan. PSAK
25 (Revisi 2009) merupakan adopsi dari seluruh pengaturan dalam IAS 8
Accounting Polices, Changes in Accounting Estimates and Errors. Perbedaan
dengan IAS 8 hanya terkait dengan tanggal efektif dan peraturan regulator pasar
modal dalam tambahan definisi standar akuntansi keuangan. PSAK 25 (Revisi
2009) merupakan revisi atas PSAK 25 yang diterbitkan pada tahun 1994.

2. Menurut PSAK 25 (Revisi 2009) entitas mencatat perubahan kebijakan


akuntansi dari penerapan awal suatu PSAK sesuai dengan ketentuan transisi
dalam PSAK tersebut. Jika tidak ada ketentuan transisi, entitas menerapkan
perubahan tersebut secara retrospektif. Ketentuan penerapan secara retrospektif
juga dilakukan ketika entitas mengubah kebijakan akuntansi secara suka rela.

3. Estimasi perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar
estimasi atau munculnya informasi baru atau karena tambahan pengalaman
perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan
baru dan oleh karena itu bukan dari koreksi kesalahan. Perubahan estimasi
akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah
pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi
manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan aset dan liabilitas

12
DAFTAR PUSTAKA

Andi Chairil Furqan, Komponen Laporan Keuangan Pemerintah,


https://www.google.co.id/amp/s/andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/ko
mponen-laporan-keuangan-pemerintah-berbasis-akrual/amp/

Josua Simatupang, Kebijakan Akuntansi


https://www.scribd.com/document/343499662/Kebijakan-Akuntansi

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: PER- 65 /PB/2010 Tentang


Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga,
http://pta-bengkulu.go.id/images/bkl/calk%2004.pdf

13

Anda mungkin juga menyukai