Anda di halaman 1dari 7

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42806/PP/M.

VI/16/2013

Jenis Pajak : PPN

Tahun Pajak : 2007

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan sebesar Rp 21.784.136,00 Masa Pajak
Desember 2007;

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Kredit Pajak berupa Pajak
Masukan Dalam Negeri yang dapat diperhitungkan sebesar Rp
21,784,136.00 dengan penjelasan bahwa dalam memori penjelasan
Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN ditegaskan bahwa yang dimaksud
dengan pengeluaran yang langsung berhubungan dengan kegiatan
usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan produksi, distribusi,
pemasaran, dan manajemen. Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan
usaha Wajib Pajak sudah tidak berjalan lagi sejak tanggal 30 Mei 2007
sesuai dengan Akta Notaris Rismalena Kasri, SH Nomor 18 tanggal 30
Mei 2007 di Jakarta;

Menurut Pemohon Banding : bahwa biaya-biaya tersebut termasuk dalam pengertian penyerahan
jasa kena pajak yang terutang PPN. Sebagai PKP, sudah semestinya
XXX memenuhi kewajibannya sebagai penerima JKP dengan
membayar PPN yang terutang sesuai dengan faktur pajak yang
diterbitkan oleh PKP penjual. Bahwa sesuai dengan Pasal 9 ayat 2 UU
No. 18 tahun 2000, PPN yang sudah dibayar tersebut merupakan pajak
masukan yang dapat dikreditkan oleh XXX dan sebagai buktinya, XXX
menerima faktur pajak dari PKP penjual yang kemudian dilaporkan
dalam SPT Masa PPN XXX;

Menurut Majelis : bahwa koreksi Terbanding atas Pajak Masukan sebesar Rp


21.784.136,00 dengan alasan Pajak Masukan diterbitkan setelah
Pemohon Banding melakukan likuidasi sehingga tidak ada
hubungannya dengan kegiatan usaha dan tidak ada kaitannya dengan
penyerahan kena pajak, yang tidak disetujui oleh Pemohon Banding;

bahwa peraturan perpajakan serta peraturan lainnya yang terkait


dengan pokok sengketa adalah sebagai berikut:

bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak


Pertambahan Nilai mengatur hal-hal sebagai berikut :

Pasal 1 angka 14:


bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau Badan sebagaimana
dimaksud dalam angka 13 yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.

Pasal 1 angka 15
bahwa Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana
dimaksud dalam angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak
berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk Pengusaha Kecil yang
batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali
Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak.

Pasal 1 angka 16
bahwa menghasilkan adalah kegiatan mengolah melalui proses
mengubah bentuk atau sifat suatu barang dari bentuk aslinya menjadi
barang baru atau mempunyai daya guna baru, atau kegiatan mengolah
sumber daya alam termasuk menyuruh orang pribadi atau badan lain
melakukan kegiatan tersebut.

Pasal 1 angka 24
bahwa Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak karena
perolehan Barang Kena Pajak dan atau penerimaan Jasa Kena Pajak
dan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar
Daerah Pabean dan atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean dan atau impor Barang Kena Pajak.

Pasal 9 ayat (2) :


bahwa Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan
Pajak Keluaran untuk Masa Pajak yang sama.

Pasal 9 ayat (8) huruf b:


bahwa Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan menurut cara
sebagaimana diatur dalam ayat (2) bagi pengeluaran untuk :
b. perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak
mempunyai hubungan Iangsung dengan kegiatan usaha;

bahwa Terbanding dan Pemohon Banding melakukan uji bukti terhadap


dokumen SPT Masa PPN masa Pajak Desember 2007, Faktur pajak
Nomor: 010.000-01.00000493 Rp 8.413.990, Nomor: 010.000-
01.00002648 Rp 2.617.400 dan Nomor 010.000-01.00016390
Rp.10.752.746 dengan hasil sebagai berikut:

A. bahwa dalam uji bukti tersebut, Terbanding menyatakan hal-hal


sebagai berikut:

bahwa penjelasan Terbanding pada uji bukti ini merupakan satu


kesatuan dengan penjelasan Terbanding pada SUB, LPK, LPP;

bahwa koreksi pajak masukan Rp 21.784.136 terkait faktur pajak yang


terbit setelah Pemohon Banding bubar karena berhentinya produksi
secara permanen;

bahwa berdasarkan Akta Notaris Rismalena Kasri,SH. Nomor 18


tentang Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham sebagai
Pengganti RUPS Luar Biasa PT Video Dsplay Glass Indonesia
tanggal 30 Mei 2007 diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. bahwa pada halaman 9 dan 10, sesuai ketentuan pasal 22 ayat 9


Anggaran dasar Perseroan, para Pemegang Saham dapat
mengambil Keputusan yang sah dan mengikat tanpa mengadakan
RUPS dan keputusan yang diambil dengan cara demikian
memiliki kekuatan hukum yang sama dengan keputusan yang
diambil dalam RUPS;

bahwa sehubungan dengan berhentinya produksi secara


permanen yang disebabkan oleh karena penurunan permintaan
secara drastis, maka Direksi telah mengusulkan untuk
membubarkan dan melikuidasi perseroan;

b. bahwa pada halaman 11, Para pemegang saham memutuskan


dan menyetujui untuk membubarkan dan melikuidasi perseroan
yang berlaku efektif tanggal 01 Juni 2007 dan karenanya
perseroan dinyatakan dalam likuidasi;

bahwa Pemohon Banding merupakan perusahaan industri tabung


(tabung untuk pesawat televisi) dan katub elektronik serta komponen
elektronik lainnya, artinya kegiatan usaha Pemohon adalah
menghasilkan barang;

bahwa berdasarkan Akta Notaris Rismalena Kasri,SH No.18 Tanggal


30 Mei 2007, Pemohon telah bubar berarti tidak ada lagi kegiatan
usaha menghasilkan barang;

bahwa berdasarkan UU No.8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah


dengan UU No.18 Tahun 2000 (Selanjutnya disebut UU PPN). Pasal
1 angka 15 dan dikaitkan dengan klasifikasi usaha Pemohon
Banding, maka berdasarkan UU PPN, Pemohon bukan Pengusaha
Kena Pajak/PKP sejak dinyatakan bubar (produksi berhenti secara
permanent);

bahwa Faktanya Pemohon Banding sudah bubar, yang artinya bukan


PKP lagi menurut UU PPN, dikaitkan dengan Pasal 1 angka 24 UU
PPN, maka definisi pajak masukan tidak berlaku bagi Pemohon;

bahwa pajak masukan tidak sama dengan pajak pertambahan nilai.


Pajak masukan sudah pasti/otomatis adalah pajak pertambahan nilai,
tetapi pajak pertambahan nilai belum tentu pajak masukan.
Contohnya adalah pajak yang dibayar konsumen yang membeli
barang di Supermarket adalah pajak pertambahan nilai/PPN, tetapi
bila konsumen tersebut adalah pengusaha sebagaimana dimaksud
Pasal 1 angka 14 dan 15 UU PPN (dalam hal ini kegiatan usaha
menghasilkan barang masih jalan/tidak bubar) maka pajak yang
dibayar konsumen tersebut dapat disebut pajak masukan (sepanjang
syarat formal dan material terpenuhi). Kesimpulan atas uaraian diatas
adalah Pemohon tidak punya pajak masukan;

bahwa Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN beserta penjelasannya tidak


relevan dengan Pemohon karena pasal tersebut hanya untuk
Pemohon yang masih menjalankan kegiatan usahanya/Pemohon
yang tidak bubar kegiatan usahanya;

bahwa berdasarkan keseluruhan uraian dari lembar diatas,


Terbanding menyatakan tetap mempertahankan koreksi;

B. bahwa dalam uji bukti tersebut, Pemohon Banding


menyatakan hal-hal sebagai berikut:

bahwa pengeluaran tersebut merupakan pembayaran untuk biaya


keamanan gedung pabrik, jasa audit laporan keuangan, jasa
pengolahan air kotor yang merupakan bagian dari kegiatan
manajemen (penjelasan Pasal 9 ayat (8) huruf b KUP tahun 2000);

bahwa karena itu Pemohon Banding berpendapat jasa-jasa tersebut


termasuk pengertian pengeluaran yang langsung berhubungan
dengan kegiatan usaha sehingga pajak masukannya dapat
dikreditkan

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas dokumen-


dokumen yang disampaikan Terbanding dan Pemohon Banding
serta keterangan para pihak di persidangan, diuraikan data-data
sebagai berikut:

bahwa Pemohon Banding berdiri tahun 1996 dengan nama PT YYY


(sesuai Akte Notaris Mudofir Hadi,S.H. Nomor 100 Tanggal 25 Juni
1996), dan pada tahun yang sama berubah nama menjadi PT XXX
(sesuai Akte Notaris Mudofir Hadi,S.H. Nomor Tanggal 29 November
1996 dan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:
C2-1861.HT.01.01.TH.97 Tanggal 18 Maret 1997);

bahwa kegiatan usaha wajib pajak adalah dibidang Industri dan Sub
Assy dan komponen-komponen elektronika (Akta Mudofir Hadi,S.H
Nomor 100 tanggal 25 Juni 1996);

bahwa Pemohon Banding terdaftar sebagai wajib pajak sejak tanggal


28 Juni 1996 (berdasarkan Surat Keterangan Terdaftar No.PEM-
0314/WPJ.07/KP.0303/2003 Tanggal 17 April 2003) dan dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak sejak tanggal 04 Februari 1998
(berdasarkan Surat Pengukuhan PKP Nomor: PEM-
8048/WPJ.08/KP.0803/2003 Tanggal 01 April 2003);

bahwa kemudian dikarenakan berhentinya produksi secara permanen


akibat tidak adanya permintaan produk, Pemohon Banding
memutuskan membubarkan dan melikuidasi perseroan yang mulai
berlaku efektif sejak tanggal 01 Juni 2007 (sesuai dengan Akte
Rismalena Kasri,S.H., No.18 Tanggal 30 Mei 2007);

bahwa Pemohon Banding telah memutuskan menunjuk PT Prima


Wahana Caraka sebagai Likuidator, hal ini sesuai dengan Akte
Rismalena Kasri,S.H., No.18 Tanggal 30 Mei 2007;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap Akta Laksmi


Moerti Adhianto,SH., Nomor 48 Tanggal 19 Desember 1997,
diketahui bahwa PT Jababeka Infratruktur dan Pemohon Banding
telah mengadakan perjanjian pengelolaan kawasan Industri, sebagai
salah satu kewajiban Pemohon Banding adalah setiap bulan
membayar biaya pemeliharaan dan keamanan lingkungan kepada PT
Jababeka Infrastruktur dengan nilai sesuai dengan yang dikeluarkan
oleh PT Jababeka Infrastruktur;

bahwa kemudian Surat Pencabutan Persetujuan Penanaman Modal


Asing atas nama Pemohon Banding diterbitkan oleh Kepala BKPM
melalui Surat Keputusan Nomor: 42/C/VII/PMA/2007 Tanggal 02 Juli
2007;

bahwa Pemohon Banding kemudian mengajukan surat permohonan


pencabutan NPWP dan PKP ke Terbanding melalui surat tanpa
nomor tanggal 2 Juli 2007 yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak
Penanaman Modal Asing Dua dengan surat nomor PEM:
003734\055\jul\2007 tanggal 18 Juli 2007, tetapi permintaannya
belum dipenuhi oleh Terbanding, dimana masih ada sengketa pajak
antara Pemohon Banding dan Terbanding;

bahwa karena belum diterbitkan Surat Keputusan pencabutan NPWP


dan PKP, Pemohon Banding masih melakukan pelaporan Surat
Pemberitahuan Pajak terbukti dari dokumen tanda terima SPT Masa
PPN dan SPT Masa PPh Pasal 23 Masa Pajak Mei 2012, serta SPT
Tahunan PPh Badan Tahun Pajak 2011;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis, sengketa sebesar Rp


21.784.134,00 berupa koreksi atas 3 (tiga) faktur pajak masukan
yaitu:
1. Faktur pajak Nomor: 010.000-01.00000493 Rp 8.413.990,00
tanggal 1 Desember 2007
2. Faktur Pajak Nomor: 010.000-01.00002648 Rp 2.617.400,00
tanggal 6 November 2007
3. Faktur Pajak Nomor 010.000-01.00016390 Rp.10.752.746,00
tanggal 3 Desember 2007

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas ketiga Faktur Pajak


Masukan tersebut, Majelis berpendapat sebagai berikut:

1. Faktur Pajak Nomor: 010.000-01.00000493 tanggal 01 Desember


2007 Rp 8.413.990,00

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Quotation


No.0178/MKT-VGI/IV/2007 tanggal 24 April 2007, pajak masukan
pembayaran Jasa keamanan (Security Services for VDGI Area)
kepada PT.Nawakara Perkasa Nusantara,

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis atas Quotation


No.0178/MKT-VGI/IV/2007 tanggal 24 April 2007, pajak masukan
pembayaran Jasa keamanan (Security Services for VDGI Area)
kepada PT.Nawakara Perkasa Nusantara,

bahwa Majelis berpendapat mengingat Faktur Pajak Masukan


dengan total Rp.8.413.990,00 adalah untuk transaksi jasa
keamanan yang berkaitan dengan kegiatan usaha dan didasarkan
pada dokumen tanggal 24 April 2007, sebelum tanggal likuidasi
perusahaan, maka Faktur Pajak Masukan sebesar
Rp.8.413.990,00 tersebut dapat dikreditkan;
bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas Majelis berkesimpulan
koreksi Terbanding atas faktur pajak masukan sebesar
Rp.8.413.990,00 tidak dapat dipertahankan;

2. Faktur Pajak Nomor: 010.000-01.00002648 tanggal 6 November


2007 Rp 2.617.400,00

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis, faktur pajak masukan


tersebut berupa transaksi pembayaran Jasa Akuntan kepada Pers
KAP Purwantono, Sarwoko & Sandjaja;

bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis terhadap Surat Nomor:


PSS-26939/02 Tanggal 6 Juli 2007 diketahui bahwa Pemohon
Banding pernah meminta jasa audit kepada Pers KAP
Purwantono, Sarwoko & Sandjaja untuk periode financial
statement 30 Juni 2007 s.d. 31 Desember 2007;

bahwa Majelis berpendapat mengingat Faktur Pajak Masukan


dengan total Rp.2.617.400,00 adalah untuk transaksi dimana
Pemohon Banding sudah berada dalam proses likuidasi dan
produksi sudah berhenti secara permanen, maka Faktur Pajak
Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, karena tidak berkaitan
lagi dengan kegiatan usaha untuk memproduksi dan menjual
barang, sejalan dengan Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas Majelis berkesimpulan


koreksi Terbanding atas faktur pajak masukan sebesar
Rp.2.617.400,00 tetap dipertahankan;

3. Faktur Pajak Nomor: 010.000-01.00016390 tanggal 03 Desember


2007 Rp.10.752.746,00

Bahwa berdasarkan pemeriksaan Majelis, pajak masukan


tersebut berupa transaksi Maintenance Charge dan Jasa
Pengelolaan Air Limbah Kawasan Industri 2 tagihan bulan
November 2007 oleh PT Jababeka Infrastruktur;

bahwa Majelis berpendapat mengingat Faktur Pajak Masukan


dengan total Rp.10.752.746,00 adalah untuk transaksi dimana
Pemohon Banding sudah berada dalam proses likuidasi dan
produksi sudah berhenti secara permanen, maka Faktur Pajak
Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan, karena tidak berkaitan
lagi dengan kegiatan usaha untuk memproduksi dan menjual
barang, sejalan dengan Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai;

bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas Majelis berkesimpulan


koreksi Terbanding atas faktur pajak masukan sebesar
Rp.10.752.746,00 tetap dipertahankan;

bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berkesimpulan


koreksi Terbanding atas Pajak Masukan sebesar Rp 21.784.136,00
tetap dipertahankan sebesar Rp 13.370.146,00 dan tidak dapat
dipertahankan sebesar Rp 8.413.990,00;

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan dalam persidangan, Majelis


berkesimpulan untuk menerima sebagian banding Pemohon Banding,
sehingga Pajak Masukan Pemohon untuk Masa Pajak Desember 2007
dihitung kembali sebagai berikut :

Jumlah Pajak Masukan menurut Terbanding sebesar Rp. 4.010.460.350,00


Jumlah Pajak Masukan Yang tidak dapat dipertahankan sebesar Rp. 8.413.990,00
Jumlah Pajak Masukan menurut Majelis sebesar Rp 4.018.874.340,00

Memutuskan : Menyatakan mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap


keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-921/WPJ.22/BD.06/2011
tanggal 15 Juni 2011, tentang Keberatan Wajib Pajak Atas Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa
Atas Penyerahan BKP Dan/Atau JKP Nomor: 00133/407/07/431/10
tanggal 30 Maret 2010 Masa Pajak Desember 2007, atas nama PT. XXX,
dengan perhitungan menjadi sebagai berikut:

Dasar Pengenaan Pajak :


- Ekspor Rp
- Penyerahan yg PPN-nya harus dipungut sendiri Rp 0,00
- Penyerahan yg PPN-nya tidak dipungut Rp 0
- Penyerahan yg tidak terutang PPN Rp 0
- Dikurangi: Retur Penjualan Rp 0
Jumlah Seluruh Penyerahan Rp 0,00
Pajak Keluaran yg harus dipungut/dibayar sendiri Rp 0,00
Pajak yg dapat diperhitungkan Rp 4.018.874.340,00
PPN yang kurang/ (Lebih) dibayar Rp (4.018.874.340,00)
Dikompensasikan ke masa pajak berikutnya Rp -
Jumlah PPN Kurang Bayar Rp (4.018.874.340,00)
Sanksi Administrasi : Kenaikan pasal 13 ayat (3) KUP Rp -
Pajak YMH Dibayar Rp (4.018.874.340,00)

Anda mungkin juga menyukai