Anda di halaman 1dari 2

Surat Dirjen Pajak S - 956/PJ.

53/2005 tgl 10 Nopember 2005


DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
___________________________________________________________________________________________
10 November 2005

SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR S - 956/PJ.53/2005

TENTANG

PENEGASAN ATAS KEWAJIBAN PENERBITAN FAKTUR PAJAK DARI ANGGOTA JOINT OPERATION (JO)
KEPADA JO DALAM RANGKA PERJANJIAN JO

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan surat Saudara tanpa nomor tanggal XXX, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam surat tersebut dikemukakan bahwa :
a. PT. ABC adalah perusahaan penanaman modal asing yang bergerak di bidang jasa peledakan
(jasa penunjang pertambangan) dimana bahan peledaknya disediakan oleh PT. DEF sebagai
badan usaha yang ditunjuk Pemerintah untuk mengadakan bahan peledak.
b. PT. ABC dan PT. DEF membuka perjanjian kerja dengan pelanggan (project owner). Dalam
perjanjian kerja tersebut, PT. ABC dan PT. DEF membentuk Joint Operation.
c. JO tersebut telah didaftarkan sebagai Wajib Pajak dan dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak. Dalam melakukan transaksi dengan pelanggan, JO akan menerbitkan tagihan dan
Faktur pajak kepada pelanggan atas pekerjaan yang dilakukan oleh anggota JO. PPN yang
dipungut oleh JO dilaporkan sebagai Pajak Keluaran dalam SPT Masa PPN atas nama JO.
d. Pembayaran yang diterima JO dari pelanggan akan dibagikan kepada anggota JO sesuai
dengan pekerjaan anggota JO dan dibukukan oleh anggota JO sebagai penghasilan. ABC
berpendapat bahwa bagian penghasilan ini tidak terutang PPN sehingga masing-masing
anggota JO tidak menerbitkan Faktur Pajak kepada JO atas bagian penghasilan/pekerjaan
yang dilakukan.
e. Saudara menanyakan apakah perlakuan PPN atas bagian penghasilan yang diterima anggota
JO (butir d) sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku?

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 18 Tahun 2000 mengatur antara lain :
a. Pasal 1 angka 13, bahwa Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau
Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
b. Pasal 1 angka 14, bahwa Pengusaha adalah orang pribadi atau badan sebagaimana dimaksud
dalam angka 13 yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang,
mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar Daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan
jasa dari luar Daerah Pabean.
c. Pasal 1 angka 15, bahwa Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha sebagaimana dimaksud
dalam angka 14 yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang ini, tidak termasuk Pengusaha
Kecil yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha
Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
d. Pasal 1A ayat 2, bahwa Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena
Pajak adalah :
1. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang-undang Hukum Dagang;
2. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang;
3. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf f dalam
hal Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang."
e. Pasal 13, bahwa Pengusaha Kena pajak wajib membuat Faktur pajak untuk setiap penyerahan
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a atau huruf f dan setiap
penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c.

3. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002, antara lain
menyatakan bahwa dalam rangka pengukuhan Pengusaha sebagai Pengusaha Kena Pajak, termasuk
dalam pengertian bentuk badan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 12 Undang-
Undang PPN adalah bentuk kerjasama operasi.
Surat Dirjen Pajak S - 956/PJ.53/2005 - DJP Tax Knowledge Base
Surat Dirjen Pajak S - 956/PJ.53/2005 tgl 10 Nopember 2005

4. Berdasarkan perjanjian antara PT. XYZ dengan Joint Operation (JO) (PT. ABC/PT. DEF) Nomor XXX
tanggal XXX, diketahui hal-hal sebagai berikut :
a. Merupakan perjanjian antara PT. XYZ sebagai pemilik proyek tambang di Batu Hijau Sumbawa
dengan JO. JO bertindak sebagai kontraktor yang akan melaksanakan jasa peledakan di
proyek pertambangan milik PT. XYZ.
b. Butir 47 dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa : "Contractor represents and warrants
that PT. ABC and PT. DEF are companies validly existing under the laws of Indonesia and
each has all requisite legal power and authority to execute this Agreement and to carry out
the terms, condition, and provisions here of." Butir ini menunjukkan bahwa masing-masing
anggota JO melaksanakan pekerjaan jasa peledakan atas nama JO.

5. Berdasarkan ketentuan pada butir 2 dan butir 3 serta memperhatikan isi surat Saudara pada butir 1 di
atas, dengan ini ditegaskan bahwa :
a. JO dan anggota JO harus terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak.
b. Atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dari JO kepada pelanggan terutang
PPN dan dilaporkan di SPT Masa PPN atas nama JO sebagai Pajak Keluaran.
c. Atas Penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak oleh anggota JO dalam rangka
kerjasama operasi (JO) kepada pelanggan merupakan penyerahan Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak dari anggota JO kepada JO.
d. Penyerahan tersebut terutang PPN dan anggota JO harus membuat Faktur Pajak kepada JO.
Bagi anggota JO, PPN dalam Faktur Pajak itu merupakan Pajak Keluaran dan bagi JO, PPN
tersebut merupakan Pajak Masukan.
e. Dengan demikian, pendapat Saudara pada butir 1 mengenai perlakuan PPN atas bagian
penghasilan anggota JO tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan PPN.

Demikian untuk dimaklumi.

a.n. Direktur Jenderal Pajak


Direktur PPN dan PTLL,

ttd.

A. Sjarifuddin Alsah
NIP 060044664

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Pajak;
2. Direktur Peraturan Perpajakan.
Surat Dirjen Pajak S - 956/PJ.53/2005 - DJP Tax Knowledge Base

Anda mungkin juga menyukai