Anda di halaman 1dari 4

PESAN SIDANG KWI 2023:

BERJALAN BERSAMA MENUJU INDONESIA DAMAI

Pendahuluan:
1. Kami para Uskup Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), menyelenggarakan
sidang tahunan pada tanggal 7-14 November 2023 di Jakarta. Dalam kesempatan itu
kami mendapat banyak masukan dari berbagai narasumber ahli mengenai situasi
terkini di bidang politik, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup, baik situasi nasional
maupun internasional. Berbagai informasi yang disampaikan kami diskusikan dan
membuat kami semakin terdorong untuk menghidupi Tema Sidang “Berjalan
Bersama Menuju Indonesia Damai”, seraya menyongsong perayaan 100 Tahun KWI
2024.
2. Kami menyadari bahwa situasi tahun politik 2024 sudah terasa mulai sekarang. Di
tahun 2024 kita akan merayakan pesta demokrasi pada tanggal 14 Februari 2024
untuk memilih wakil Rakyat, yakni anggota DPR RI, Anggota DPD, Anggota DPRD
(Propinsi dan Kabupaten/Kota), dan memilih Presiden dan wakil Presiden. Pada
tanggal 27 November 2024 Rakyat Indonesia akan memilih 548 kepala daerah (37
Gubernur, 415 Bupati, dan 93 Walikota). Tahun 2024 akan menjadi tahun yang suhu
politiknya tinggi dari segi ekonomi akan menguras anggaran pusat dan daerah.
Anggaran yang mencapai puluhan triliyun akan mubazir jika pemilu tersebut tidak
bisa memungculkan orang-orang yang akan bekerja untuk kesejahteraan rakyat.
Syukurlah bahwa pandemic COVID-19 telah diatasi dengan baik dan bangsa
Indonesia tetap Bersatu mengupayakan Masyarakat adil, Makmur dan Sejahtera.
3. Situasi politik akhir-akhir ini, khususnya yang terkait pemilihan Presiden dan wakil
Presiden, pemilihan anggota legistatif baik pusat maupun daerah dan pemilihan
kepala daerah (Gubernur, Bupati, dan Walikota), cenderung menunjukkan turunya
kualitas demokrasi. Biaya politik yang mahal menggoda orang menempuh segala cara
untuk mencapai tujuan dan untuk mengembalikan biaya yang dikeluarkan. Di sana
sini, para calon juga tidak segan menerobos hukum, melakukan politik uang,
menghalalkan nepotisme dan melanggengkan dinasti politik sehingga dapat
membahayakan demokrasi. Jika hal-hal tersebut dibiarkan terus, harapan Indonesia
Emas 2045 akan sulit tercapai.
Dunia Memerlukan Perdamaian
4. Dalam situasi damai, kita bisa mengharapkan ekonomi akan semakin bertumbuh,
masalah sosial semakin berkurang, upaya pelestarian lingkungan hidup berjalan
dengan baik, dan semua orang dapat bekerja dengan tenang. Dengan demikian, hidup
kita juga akan semakin bermartabat. Kepastian hukum yang ditopang oleh aparat
penegak hukum yang professional dan tidak memihak akan membantu menciptakan
kondisi damai.

1
5. Situasi perdamaian dunia memang sedang memprihatinkan. Selagi perang antara
Rusia dengan Ukraina yang sudah berlangsung hampir dua tahun belum berakhir,
terjadi juga perang di Israel dan Palestina. Kita sangat prihatin bahwa situasi ekonomi
dan sosial dunia yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemic COVID-19, diganggu
oleh perang yang menyengsarakan rakyat. Keprihatinan kita terasa menyesakkan hati
karena kita tidak berdaya menghentikan perang. Kita hanya bisa ikut memberi
bantuan kemanusiaan untuk meringankan penderitaan korban peperangan. Kita
menyadari sepenuhnya bahwa kita tidak bisa mencampuri urusan internal negara lain
dan hanya bisa berharap dan berdoa bahwa para pemimpin negara-negara yang
sedang bertikai segera mengambil keputusan untuk menghentikan perang demi
menghormati martabat manusia dan kesejahteraan rakyatnya. Di samping itu, perang
dagang antar negara maju dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara
menambahkan ketidakyamanan kehidupan Bersama Masyarakat dunia.
6. Di dalam negeri, situasi kerawanan keamanan di Papua perlu mendapat perhatian
serius. Pada Sebagian wilayah Papua masih terus menjadi konflik antara Kelompok
Kriminal Bersenjata (KKB) dan apparat, sehingga rasa aman bagi penduduk sipil
tidak kunjung tercipta. Penduduk sipil kerap menjadi korban. Untuk itu, Pemerintah
perlu untuk bersama dan berdialog dengan setiap kelompok. Belajar dari pengalaman
penyelesaian konflik di Aceh, pemecahan masalah di Papua juga harus melibatkan
para Kepala Suku, Tokoh Adat, Tokoh Perempuan, para Pimpinan Gerea, serta Tokoh
Agma; karena para tokoh tersebut adalah orang-orang yang mendengarkan, melihat
dan merasakan langsung penderitaan rakyat dan umatanya. Mereka pasti mempunyai
cara-cara bijak dalam mencipatakan rasa aman di Masyarakat. Kita percaya bahwa
sebagaimana Tuhan tidak membedakan orang (Kis. 10: 34), Pemerintah juga tidak
boleh membeda-bedakan warganya.

Masalah yang Membutuhkan Perhatian Serius


7. Kami ingin menghimbau Masyarakat luas agar memperlakukan anak-anak dan kaum
Perempuan secara terhormat dan bermartabat. Perjuangan emansipasi kaum
Perempuan yang telah dimulai sejak era Ibu Kartini sampai zaman kita, belum
membuahkan hasil yang menggembirakan. Pada banyak bidang kehidupan sosial
maupun politik dan ekonomi, kaum Perempuan tetap terpinggirkan dan belum
mendapatkan perlakukan setara dengan laki-laki sesuai dengan hak-haknya. Pada
kenyataannya kaum Perempuan selalu hadir dan memberikan kontribusi dalam setiap
babak Sejarah Indonesia. Untuk melindungi anak-anak dan kaum Perempuan,
Pemerintah harus memberi hukuman berat bagi pelaku Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT), pelecehan seksual dan perdagangan orang. Tidak seorangpun, baik
anak-anak maupun kaum Perempuan, boleh dieksploitasi.
8. Kami ingin memberi perhatian pada kaum muda. Mereka bukan hanya pemilik masa
depan melainkan juga pemilik masa kini. Jika kaum muda salah arah kehidupan masa
depan bangsa juga akan rusak. Maka baik pemerintah maupun institusi swata harus
bekerjasama untuk memberdayakan kaum muda sesuai dengan talenta yang dimiliki.
Kaum muda harus mendapat kesempatan untuk menjadi warga negara yang
kompeten. Semoga mereka tidak menjadi Angkatan yang bengkok, berbelit-belit,

2
jahat dan tidak setia (Bdk.UI. 32: 5: Mat. 12: 39), melainkan Angkatan yang
terberkati (Bdk. Mzm. 14: 5; 22:31).
9. Kami mengingatkan bahwa di tahun politik 2024 politik identitas berdasarkan Suku,
Agama, Ras dan antar-Golongan (SARA) juga rawan dimanfaatkan oleh politikus
untuk mencapai tujuan kontestasi politik. Tidak kalah penting, kemiskinan dan
ketidakadilan menunut perhatian lebih dari kita semua. Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), ketimpangan sosial, dan diskriminasi merupakan masalah lama
yang tak kunjung selesai. Masalah intoleransi, radikalisme dan terorisme yang naik
turun berdinamika dijalannya sendiri, belum hilang dari negeri ini. Kita dituntut
memberi perhatian serius bukan hanya pada masalah-masalah tersebut tetapi juga
pada oknum bangsa yang sampai hati mengeksploitasinya demi keuntungan pribadi
ataupun golongan.
10. Pemanasan bumi, pengunduhan hutan dan perubahan iklim adalah permasalahan yang
menyangkut lingkungan hidup yang sekarang maupun kedepan, akan semakin
menantang. Kita diingatkan untuk terus mengimplementasikan Ensiklik Paus
Fransiskus yakni, Laudato Si-Terpujilah Engkau (2015) dan ditegaskan lebih serius
dalam Laudate Deum – Pujilah Allah (2023). Kami mengapresiasi berbagai
Lembaga yang melakukan Gerakan penanaman pohon, pertanian dengan pupuk
organic dan pengolahan sampah dengan baik. Oleh karena itu, kami menghimbau
pemerintah dan Masyarakat bekerjasama mewujudkan bumi sebagai rumah kita
bersama.
11. Perubahan demografi juga perlu disingkapi dengan bijaksana. Penduduk usia
prosuktif akan lebih banyak dibanding Masyarakat yang belum/tidak produktif. Bonus
demografi perlu diwaspadai agar tidak sampai menimbulkan penyakit sosial. Jumlah
usia produktif yang lebih banyak berpotensi mengubah gaya hidup Masyarakat
menjadi konsumtif dan hedonis. Pesatnya perkembangan digital di berbagai bidang
saat ini juga sangat mempengaruhi gaya hidup bermasarakat.

Menuju Indonesia Emas


12. Pemerintah telah merencanakan Inodensia Emas 2045 sebagai tujuan perayaan 100
tahun Kemerdekaan di tahun tersebut negeri kita harus sudah maju dan unggul.
Indonesia Emas menyemangati sekaligus mengingatkan kita untuk melakukan
berbagai uapaya mewujudkannya. Kami mendukung Pemerintah Republik Indonesia
yang mengajak kita semua untuk berlari mengejar kemajuan, serta pada saat yang
sama menepis berbagai rintangan yang menghambat atau bahkan menghentikan gerak
kencang kita sebagai Masyarakat bangsa dan negara.
13. Kami para Uskup dan Umat Katolik Indonesia Bersama dengan barisan besar
komponen bangsa menginginkan terwujud dan terpeliharanya kedamainan demi
tercapainya Indonesia Emas. Kami juga dengan sepenuh hati berupaya ikut serta
melakukan berbagai hal yang perlu untuk mengurangi atau meniadakan hambatan-
hambatan tersebut diatas. Kami memastikan Bersama komponen bangsa akan
Kerjasama mendorong munculnya atau dilakukannya hal-hal yang penting demi
menciptakan situasi damai dalam rangka menyongsong Indonesia Unggul dan Maju.

3
14. Kami mendorong umat terlibat aktif untuk melahirkan para pemimpin baru yang
memegang teguh Pancasila dan UUD 1945, menghormati kebhinekaan, memiliki
integritas, mengutamakan kepentingan Nasional diatas kepentingan pribadi atau
golongan; mempunyai keberpihakan kepada kaum kecil-lemah-miskin-tersingkir-
difabel, memiliki rekam jejak yang terpuji, menjungjung tinggi martabat manusia,
memiliki rekan jejak yang terpuji, menjunjung tinggi maratabat manusia dan menjaga
keutuhan alam ciptaan. Kami meminta kepada para calon eksekutif dan legistatif serta
penyelenggara pemilu untuk bersatu mewujudkan Pemilu yang damai jujur, adil,
transparan, berkualitas dan bermartabat.

15. Penutup

Dalam kesempatan ini, kami mengajak saudara-saudari sebangsa untuk saling


bergandengan tangan dan dengan tulus hati mendukung Pemerintah. Kita semua wajid
bekerjasama untuk dapat membuat kebijakan yang adil, konprehensif dan bersifat
segera. Dengan demikian hal-hal yang mengganggu pencaian kita sebagai bangsa
bermartabat bisa disingkirkan. Mari kita berjalan Bersama menuju Indonesia damai,
“sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tanpa mencari
kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia” (Flp. 2:2-3). Kami mengucap
terimakasih kepada saudara-saudari yang dengan berbagai cara telah berusaha
mengurangi semua penghalang yang mengganggu cita-cita kita untuk menjadi
Masyarakat, bangsa dan negara yang maju dan unggul. Semoga semakin banyak
orang yang berkehendak baik untuk serta menjaga dan melindungi bangsa dan negara
Indonesia tercinta.

Jakarta, 11 November 2023

Sekretaris Jenderal, Ketua,

Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC

Anda mungkin juga menyukai