Anda di halaman 1dari 5

MAGISTER MANAJEMEN - UNIVERSITAS HAYAM WURUK PERBANAS SURABAYA

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL 2023/2024

MATA UJIAN : MANAJEMEN RISIKO UNTUK BISNIS & PERBANKAN


HARI/TANGGAL : SABTU, 11 NOVEMBER 2023
WAKTU : 90 MENIT
SIFAT : OPEN BOOK
NAMA : NOVITA CHANDRA AYU KUSUMA
NIM : 202201061002

PT ABC Energy: Hidup atau Mati


Pendahuluan
Tepat jam 09.00 pada 25 Desember 2020, para eksekutif senior ABC Energy berkumpul untuk
pertemuan strategi dua hari. Haryanto Herlambang, selaku Direktur Utama, membuka rapat dengan
pernyataan “Saudara semua, masa depan bisnis energi sepertinya semakin suram. Laba perusahaan
kita mengalami penurunan sebesar 27 persen pada tahun 2020. Mohon pandangan saudara-saudara
semua”
Johny Satrio, selaku Direktur Operasional, menyatakan bahwa “penurunan laba perusahaan
dipicu oleh Gejolak Ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot hingga 1 persen per
tahun”. Namun Budi Gunawan, selaku Direktur Pemasaran, manyatakan bahwa “pendapat Johny
Satrio tersebut tidak sepenuhnya benar. Penurunan kinerja ini sangat dipengaruhi oleh Market.com, di
mana internet merevolusi hubungan antara pembeli dan penjual. Pendapat lain disampaikan oleh
Cakra Prawira, selaku Direktu Umum dan Legal yang menyatakan bahwa “persaingan yang tidak
sehat, dimana deregulasi yang tidak seimbang akan terus berlanjut di industri energi, sehingga
mengakibatkan ketidakstabilan harga yang signifikan yang memicu penurunan kinerja perusahaa”.
Aris Atmaja, selaku Direktur Keuangan, memiliki pendapat berbeda dengan menyatakan bahwa
“penurunan kinerja ini terutama disebabkan perusahaan tidak mengembangkan startegi bisnis berbasis
risiko”. Dia melanjutkan “perusahaan seringkali hanya mengejar keuntungan dengan mengabaikan
potensi risiko yang muncul”
Haryanto Herlambang menutup rapat dengan menyatakan “Penting bagi ABC Energy untuk
mempertimbangkan isu-isu ini pada tahun 2020, ketika kepercayaan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia mulai berkurang—awal dari penurunan kepercayaan yang akan berujung pada pecahnya
gelembung internet (internet bubble). Integrasi risiko dalam kebijakan perusahaan tidak bisa lagi kita
kesampingkana. Kita akan lanjutkan rapat ini besok pagi jam 09.00. Mohon semunya menyiapkan
bahan untuk besok pagi.”

Tentang Perusahaan
ABC Energy adalah perusahaan induk tenaga listrik swasta terbesar di Indonesia, melayani 7 juta
pelanggan listrik dan 500.000 pelanggan gas. Perusahaan ini memiliki kapasitas pembangkit sekitar
58.200 megawatt yang berasal dari beragam jenis batu bara, nuklir, gas alam, minyak, dan sumber
daya terbarukan. Berkantor pusat di Jakarta mempekerjakan sekitar 30.000 karyawan dan memiliki
pendapatan tahunan sekitar Rp145 triliun
Tantangan Perusahaan
Sebagai bagian dari infrastruktur listrik penting di Indonesia, jaringan listrik ABC Energy secara rutin
diaudit oleh Kementerian Eneergi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) untuk memastikan risiko
keamanan fisik dan siber diminimalkan. Secara berkelanjutan, ABC Energy harus menunjukkan
bahwa mereka mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengamankan jaringan listrik. Hal ini
berarti terus mengumpulkan informasi tentang siapa yang memiliki akses terhadap aset fisik dan
sistem perangkat lunak serta perubahan apa pun yang dilakukan pada infrastruktur. Meskipun ABC
Energy telah menerapkan aplikasi manajemen aset, sebagian besar pelaporannya bersifat manual dan
kebijakan serta prosedur didokumentasikan secara ad-hoc oleh individu di tim infrastruktur.
Kebijakan dan persyaratan yang semakin kompleks mendorong perusahaan untuk mencari
solusi yang lebih komprehensif yang tidak hanya melacak aset namun juga mengotomatiskan alur
kerja dan pelaporan untuk membuat kepatuhan tidak terlalu padat karya. Selain itu, ABC Energy perlu
mengembangkan strategi dan penilaian kerja berbasis risiko agar target keuntungan yag ditetapkan
perusahaan sejalan dengan risiko yang ditanggung.

Strategi dan Inisiatif Perusahaan


Untuk membantu mengelola ketidakpastian strategis dan bisnis perusahaan, ABC Energy menunjuk
Ricky Mubarok sebagai Chief Risk Officer pertama pada awal tahun itu. Sebagai indikator peringatan
dini untuk keempat skenario diatas, manajemen menetapkan rambu-rambu spesifik, termasuk
indikator makroekonomi, tren peraturan, perubahan teknologi, isu lingkungan, pergerakan kompetitif,
dan pola konsolidasi dalam industri energi. Seiring berjalannya waktu, ABC Energy mulai menyadari
bahwa sejumlah besar rambu-rambu skenario Persaingan Tidak Sehat mulai tampak, sehingga mereka
bertindak sesuai dengan itu, dengan asumsi bahwa skenario inilah yang paling mungkin terjadi.
Secara umum terdapat kurangnya konsensus dalam industri energi mengenai apa yang akan
terjadi di masa depan, yang berarti bahwa memiliki arah yang konkrit memberikan ABC Energy
keuntungan penting karena mampu mengambil tindakan yang tepat. Dengan visi yang ditetapkan,
ABC Energy dapat fokus dan menyederhanakan rencana strategis jangka panjangnya. Alih-alih secara
sembarangan memanfaatkan peningkatan permintaan listrik melalui ekspansi pesat, seperti yang
dilakukan banyak perusahaan sejenis lainnya di awal tahun 2010-an, ABC Energy malah memutuskan
untuk menata ulang dan memperkuat aset-asetnya yang sudah ada. Misalnya, karena khawatir pasar
listrik di Indonesia akan kelebihan pasokan di tahun-tahun mendatang, ABC Energy menjual sebagian
aset pabriknya di Medan bahkan sebelum aset tersebut selesai dibangun.
Kerja keras ABC Energy pada akhirnya membuahkan hasil, dan terus menunjukkan kinerja yang lebih
baik dibandingkan para pesaingnya. Untuk periode lima tahun yang berakhir pada Desember 2022,
ABC Energy menghasilkan imbal hasil (return) bagi pemegang saham sebesar 6,7 persen, jauh lebih
tinggi dibandingkan imbal hasil saham Indeks LQ45 sebesar 1,7 persen dan imbal hasil saham IDX
Utility Index sebesar 0,1 persen. Kinerja luar biasa ABC Energy telah diakui secara luas selama
bertahun-tahun. Misalnya, ABC Energy dinobatkan sebagai Perusahaan Energi Paling Dikagumi oleh
Malajah SWA berturut-turut antara tahun 2008 dan 2012. Demikian pula, majalah Pemasaran
mengidentifikasi ABC Energy pada tahun 2022 sebagai 10 besar perusahaan utilitas terbaik di
Indonesia selama empat belas tahun berturut-turut.. Keberhasilan ABC Energy menunjukkan bahwa
penerapan ERM Manajemen Risiko Perusahaan yang efektif, yang sering dianggap sebagai
penghambat keuntungan, sebenarnya dapat memberikan hasil yang sangat menguntungkan.

Pertanyaan Kasus
Berdasarkan kasus PT. ABC Energy diatas, Saudara diminta untuk:
1. Dengan menggunakan analisis SWOT, tentukan paling tidak 2 (dua) hal terkait PT ABC Energy
yang menjadi:
a. Kekuatan (Strengths)
b. Kelemahan (Weaknesses)
c. Peluang (Opportunities)
d. Ancaman (Threats)

JAWABAN:
a. Kekuatan (strengths) :
 Penerapan ERM Manajemen Risiko Perusahaan yang efektif, yang sering dianggap
sebagai penghambat keuntungan, sebenarnya dapat memberikan hasil yang sangat
menguntungkan.
 ABC Energy adalah perusahaan induk tenaga listrik swasta terbesar di Indonesia,
melayani 7 juta pelanggan listrik dan 500.000 pelanggan gas. Perusahaan ini memiliki
kapasitas pembangkit sekitar 58.200 megawatt yang berasal dari beragam jenis batu
bara, nuklir, gas alam, minyak, dan sumber daya terbarukan.
b. Kelemahan (Weakness) :
 ABC Energy perlu mengembangkan strategi dan penilaian kerja berbasis risiko agar
target keuntungan yag ditetapkan perusahaan sejalan dengan risiko yang ditanggung.
 Kurangnya konsensus dalam industri energi mengenai apa yang akan terjadi di masa
depan, yang berarti bahwa memiliki arah yang konkrit memberikan ABC Energy
keuntungan penting karena mampu mengambil tindakan yang tepat
c. Peluang (Opportunities) :
 Manajemen menetapkan rambu-rambu spesifik, termasuk indikator makroekonomi,
tren peraturan, perubahan teknologi, isu lingkungan, pergerakan kompetitif, dan pola
konsolidasi dalam industri energi.
 ABC Energy menjual sebagian aset pabriknya di Medan bahkan sebelum aset tersebut
selesai dibangun.
d. Ancaman (Threats) :
 Persaingan yang tidak sehat, dimana deregulasi yang tidak seimbang akan terus
berlanjut di industri energi, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan harga yang
signifikan yang memicu penurunan kinerja perusahaan.
 Penting bagi ABC Energy untuk mempertimbangkan isu-isu ini pada tahun 2020,
ketika kepercayaan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai berkurang—awal
dari penurunan kepercayaan yang akan berujung pada pecahnya gelembung internet
(internet bubble). Integrasi risiko dalam kebijakan perusahaan tidak bisa lagi di
kesampingkan.

2. Dengan menggunakan model Balanced Scorecard, tentukan minimal 2 (dua) tujuan (objectives)
untuk setiap Perspektif dalam Balanced Scorecard. Saudara pelu memberikan alasan atau
argumen pemilihan tujuan tersebut mengepa tepat bagi ABC Energy:
a. Financial
 Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki
produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik
 Sustain adalah tahapan kedua dimana perusahaan melakukan investasi dan reinvestasi
dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik, dalam tahap ini perusahaan
mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan jika mungkin akan
mengembangkannya.

b. Customer
 pemicu pekerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan pada
beberapa, yaitu : Product/service attributes meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga,
dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi yang berebeda-beda atas produk yang
ditawarkan. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas
produk yang ditawarkan.
 Costumer relationship adalah menyangkut perasaan pelanggan terhadap proses
pembelian produk yang ditawarkan perusahaan. Image and reputation menggambarkan
faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan
perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan
menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

c. Internal Process
 Tujuan strategis pada perspektif bisnis internal adalah mewujudkan misi perusahaan
dengan cara peningkatakan mutu pelayanan dan peningkatan kerja operasional.
 Aktivitas penciptaan nilai perusahaan, terangkai dalam suatu rantai nilai yang dimulai
dari proses perolehan bahan baku sampai penyampaian produk jadi ke konsumen.

d. Organizational Capacity
 Karyawan dituntut untuk menjadi lebih efektif dalam persaingan yang ada, mereka
membutuhkan informasi yang baik dalam berbagai hal, seperti pelanggan, proses bisnis
internal, konsekuensi keuangan, dan keputusan yang mereka pilih. Untuk dapat
memperoleh informasi yang baik maka dibutuhkan sistem informasi yang baik. Selain
itu motivasi dan keahlian karyawan sangat diperlukan untuk meraih target yang telah
ditetapkan.
 karyawan terlatih dengan baik, namun dengan akses informasi yang baik tidak akan
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan organisasi jika mereka tidak termotivasi
untuk bertindak dalam lingkup ketertarikan yang mendalam terhadap organisasi atau
jika mereka tidak diberikan kebebasan untuk membuat keputusan dan bertindak.

3. Untuk setiap tujuan pada setiap perspektif balance scorecard di butir 2) diatas, tentukan
minimal 1 (satu) Key Performance Indicator (KPI) yang tepat!

JAWABAN :
Untuk menentukan target key performance indicator dilakukan dengan melihat hasil pencapaian di
periode sebelumnya dan tetap menggunakan metode SMART (specific, measurable, achievable,
reasonable, time bound) dan target yang ditetapkan tersebut harus dikomunikasikan dan
disosialisasikan dengan PIC (Person In Charge) yang terlibat dalam setiap project KPI agar
strategy map pada KPI tersebut dapat dipahami dan dijalankan dengan baik. Setiap indikator
kinerja memiliki polarisasi masing-masing. Polarisasi tersebut menunjukkan tipe dari KPI tersebut
dimana ada KPI yang memiliki target dengan skala minimum dan maksimum. Untuk KPI yang
menunjukkan skala minimum memiliki tipe KPI Higher is better, Sedangkan untuk KPI yang
menunjukkan skala maksimum memiliki tipe KPI Low is better.

4. Untuk setiap tujuan pada setiap perspektif balance scorecard di butir 2) diatas, tentukan
minimal 1 (satu) Key Risk Indicator (KRI) yang tepat!

JAWABAN :
Untuk memastikan risiko keamanan fisik dan siber diminimalkan. Secara berkelanjutan, ABC
Energy harus menunjukkan bahwa mereka mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
mengamankan jaringan listrik. Hal ini berarti terus mengumpulkan informasi tentang siapa yang
memiliki akses terhadap aset fisik dan sistem perangkat lunak serta perubahan apa pun yang
dilakukan pada infrastruktur.
5. Untuk setiap KRI di butir 4) diatas, tentukan minimal 1 (satu):
a. Key Control Activities, dan

JAWABAN :

Dengan visi yang ditetapkan, ABC Energy dapat fokus dan menyederhanakan rencana strategis
jangka panjangnya. Alih-alih secara sembarangan memanfaatkan peningkatan permintaan listrik
melalui ekspansi pesat, seperti yang dilakukan banyak perusahaan sejenis lainnya di awal tahun
2010-an, ABC Energy malah memutuskan untuk menata ulang dan memperkuat aset-asetnya yang
sudah ada. Misalnya, karena khawatir pasar listrik di Indonesia akan kelebihan pasokan di tahun-
tahun mendatang, ABC Energy menjual sebagian aset pabriknya di Medan bahkan sebelum aset
tersebut selesai dibangun.

b. Key Control Indicator

JAWABAN :
PT ABC Energy pada tahun 2022 sebagai 10 besar perusahaan utilitas terbaik di Indonesia selama
empat belas tahun berturut-turut. Keberhasilan ABC Energy menunjukkan bahwa penerapan ERM
Manajemen Risiko Perusahaan yang efektif, yang sering dianggap sebagai penghambat
keuntungan, sebenarnya dapat memberikan hasil yang sangat menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai