Muzairoh (201941940022)
Muzairoh (201941940022)
TESIS
OLEH:
MUZAIROH
NIM: 201941940022
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
MUZAIROH
NIM: 201941940022
Tesis oleh MUZAIROH ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Pembimbing I
Tesis oleh Muzairoh ini telah diprtahankan di depan dewan penguji pada tanggal 10
Maret 2021
Dewan Penguji
Dr. Muhajir, M. Ed
NIDN: 0714077603
Mengetahui Mengetahui
Ketua Jurusan Bahasa Indonesia Dekan FKIP
Nama : MUZAIROH
NIM : 201941940022
Dengan ini menyatakan bahwa sebenarnya tesis yang berjudul “Kepribadian Tokoh
Utama dalam Novel Fatimah Az-Zahra Karya Sibel Eraslan Kajian Psikologi Sastra” adalah
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarya dan degan penuh kesadaran. Apabila saya
memberikan pernyataan yang tidak benar, saya bersedia menerima sangsi yang berlaku.
Yang menyatakan
Muzairoh
MOTTO
baik untukku
teristijabahnya.
tesis ini.
Penelitian ini dilatarbelakngi oleh adanya rasa ingin tahu tentang kepribadian
tokoh utama dalam novel Fatimah az-Zahra karya Sibel Eraslan. Novel ini
merupakan salah satu karya sastra yang begitu digemari oleh kalangan perempuan.
Terlebih perempuan yang mengidolakan sosok Fatimah Az-Zahra.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan kepribadian
tokoh utama mengenai id, ego, dan superego tokoh utama dalam novel Fatimah Az-
Zahra Karya Sibel Eraslan dengan menggunakan psikologi sastra. Jenis penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskripsi kualitatif. Data yang diperoleh dari penelitian
ini menghasilkan analisis psikologi sastra yang terdapat dalam novel Fatimah Az-
Zahra Karya Sibel Eraslan. Terdapat tiga struktur kejiwaan seseorang yang terdapat
pada psikologi sastra, yaitu id, ego dan superego.
Daftar Isi
Alhamdulillah, puji syukur kepada Alla SWT. Yang telah memberi rahmat serta
anugrahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “
Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Siti Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan kaijan
Psikologi Sastra”.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu,
memberi serta mendoakan dan juga membimbing penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Kepada Dosen, teman, saudaraku dan yang
paling utama adalah kepada kedua orang tuaku yang selalu mendoakan saya.
Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Terutama dari bapak/ibu dosen pembimbing dan dosen lainnya.
Bangkalan, November 2021
Muzairoh (201941940022)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kejadian-kejadian persoalan hidup. Sastra juga sebagai sebuah karangan fiksi yang
hadir untuk menghibur seorang pembaca. Sebagai bahan hiburan tentu seorang
pengarang haruslah berusaha keras untuk berimajinasi dengan dunia khayalnya agar
hasil yang didapat mampu menciptakan perbedaan yang indah bagi pembaca. Bukan
pekerjaan mudah bagi seorang pengarang dalam menciptakan sebuah karya sastra.
Namun tidak sulit pula bagi pengarang, sebab karya sastra dibuat berdasarkan
gambaran dari kehidupan nyata manusia. Sementara itu, meskipun karya sastra
supranatural.
Goldman (1981) dalam Faruk (2014:71) mengatakan bahwa ada dua pendapat
megenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra merupakan
Dalam sebuah karya satra selalu memunculkan hal-hal yang indah dan
menarik. Karena sejatinya karya sastra dibuat untuk dinikmati dan diambil sari inti
dari hasil menikmatinya. Karya sastra yang indah tidak terjadi begitu saja, akan
tetapi ia diciptakan oleh seorang pengarang yang handal dengan pemberian ilustrasi
seindah mungkin. Seperti ketika menggambarkan seorang tokoh dalam sebuah karya
sastra. Tokoh merupakan pelaku dalam karya sastra. Tokoh akan menjadi patokan
menyatakan bahwa tokoh adalah pelaku dalam karya sastra. Kita dapat melihat
bahwa tokoh dalam cerita memiliki variasi fungsi atau peran mulai dari peran utama,
penting, agak penting hingga pada tokoh bagian lucu. Baik dan buruk adalah salah
cara, ia bisa tergambar dengan suasana tempat ataupun suasana waktu. Seperti dalam
sebuah novel Siti Fatimah az-Zahra karya Sibel Easlan.dalam novel tersebut
memiliki suasana tempat yang begitu disenangi oleh banyak orang yaitu, tempat
dimana seorang nabi dan keluarganya hidup. Ketika membaca novel tersebut, jiwa
seakan berada di sana. Dan nama tempat tersebut sekarang adalah Mekah dan
Madinah.
melekat pada individu secara mengakar. Setiap manusia tentu akan memiliki sebuah
kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang baik dan ada pula yang kurang baik,
semua itu terjadi atas dasar manusia itu sendiri. Kepribadian tersebut juga
merupakan sesuatu yang bisa dipandang dari individu. Dan biasanya manusia
sesuatu yang melekat pada diri manusia, akan tetapi kepribadian itu muncul sesuai
dengan budaya atau kebiasaan yang dianut di dalam sebuah kelompok atau
lingkungan. Jadi jika kepribadian seseorang cenderung berlawanan dengan apa yang
dianut oleh masyarakat setempat maka, hal itu akan dianggap melanggar aturan dan
sebaliknya.
Kartini dan Gulo dalam Sjarkawim (2006), menyatakan kepribadian adalah
sifat dan tingkah laku manusia yang membedakannya dengan orang lain, integrasi
dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu mengenai diri seseorang
Kepribadian seseorang bisa juga terlihat dari cara ia berbicara dan bersikap
dalam sebuah lingkungan dan keadaan. Bisa saja sikap seseorang menjadi pemarah,
suka menangis, tertawa bahkan sedih sekalipun, akan tetapi itu bukan berarti ia
Dalam sebuah karya sastra hal demikian itu sangat perlu diungkapkan secara
lengkap, supaya isi dari sebuah karya dapat tersalurkan dengan baik kepada
pembaca. Semisal tentang sifat seorang tokoh perempuan yang bernama Fatimah
yang menjadi pemimpin di syurga. Hal ini sunggu sangat menarik untuk dinikmati
oleh orang-orang khususnya para perempuan yang ingin menjadi penghuni syurga.
mampu menjadi sosok rumah ternyaman bagi keluarga dan juga bisa menjadi sosok
penguasa terkejam di dunia. Sesuatu yang melekat pada perempuan tersebut disebut
sifat. Sifat alami perempuan sebenranya adalah lemah lembut, penyayang, penyabar
dan pemaaf. Akan tetapi, hal itu bisa berubah manakala ia dibenturkan dengan
yang selalu menjadi terdepan dalam semua urusan. Tidak hanya itu saja perempuan
juga memiliki keinginan untuk bekerja mencari uang supaya ia dapat memenuhi
keduanya, kecuali terdapat dalil syara yang memberi tuntutan dan tuntunan khusus
untuk perempuan dan laki-laki, yang jumlahnya sangat sedikit, dan kebanyakan dalil
syara tidak diciptakan khusus perempuan atau khusus laki-laki, tetapi keduanya
sebagai insan.
Perempuan harus memiliki suri tauladan yang baik dan benar supaya ia dapat
meniru dan meneladani apa yang pernah dilakukan oleh pionernya. Seperti tokoh
perempuan yang terdapat dalam sebuah novel Fatimah Az-Zahra karya Sibel
sangat luar biasa ia adalah keturunan dari para utusan ia adalah putri tersayangnya
Sayyidina Muhammad SAW dia adalah Fatimah. Kepribadian beliau tidak hanya
terkenal di bagian dunia saja, akan tetapa seluruh jagad raya ini mengetahu
di surga. Dan sudah bukan hal naif lagi jika Fatimah sebagai pemimpin di surga.
Dalam hal ini penulis sengaja mengambil novel Fatimah Az-Zahrah karya
Sibel Eraslan karena dirasa sangat butuh bagi seorang perempuan utnuk mempelajari
sejarah dan juga mengetahui perjalanan hidupnya. Dengan begitu kita juga bisa
meneladani dan meniru perilaku-perilku baiknya. Hal lain yang membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penenlitian terhadap novel Fatimah Az-Zahrah karya Sibel
Eraslan adalah yang pertama peneliti tertarik terhadap kepribadian tokoh Fatimah
dalam menghadapi persoalan hidup di dalam masyarakatnya pada waktu itu. Serta
Di dalam novel yang berjudul Fatimah AZ-Zahra karya Sibel Eraslan ini
menceritakan sebuah perjalanan orang-orang yang mencintai ahlul bait atau bisa
dikenal dengan sebutan keluarga Rasulullah. Junaidi Kindi, Abbes, Nenek, Hasim
dan Nasibeh merupakan tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut. Mereka
Karbala. Karbala sendiri merupakan tempat sosok seorang perempuan yang paling
mereka cintai yaitu Fatimah Az-Zahra. Di dalam novel tersebut memang terdapat
banyak tokoh, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada satu
Semoga dalam penelitian novel Fatimah Az-Zahrah karya Sibel Eraslan ini
id, ego, dan superego, diharap lebih memahami kepribadian tokoh Fatimah Az-
Zahra .
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas
2. Bagaiamana kepribadian tokoh utama jika ditinjau dari psikologi sastra ego
C. Tujuan Penelitian
utama jika ditinjau dari psikologi sastra id dalam novel Fatimah Az-Zahra
utama jika ditinjau dari psikologi sastra ego dalam novel Fatimah Az-Zahra
utama jika ditinjau dari psikologi sastra superego dalam novel Fatimah Az-
4. Manfaat Penelitian
Eraslan” ini terdapat dua manfaat yaitu, secara teoritis dan praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini akan berguna bagi sebuah penelitian yang akan
2. Manfaat Praktis
memberikan manfaat secara praktis yaitu sebagai refrensi bagi peneliti lain
dan juga sebagai acuan bagi seorang perempuan dalam menjalani hidup yang
sempurna.
5. Batasan Masalah
memberi batasan agar penelitian jelas dan terarah. Adapun batasannya ialah sesuai
dengan ruang lingkup yang telah dijelaskan di dalam latar belakang awal bahwa di
dalam novel tersebut terdapat enam tokoh yang mengagumi satu tokoh lagi yaitu
Fatimah. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya membahas pada masalah-masalah
yang berkaitan dengan tokoh Fatimah saja. yang terdapat dalam novel Fatimah Az-
6. Definisi Istilah
1. Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang yang menjadi
pendorong bagi semua sikap dan juga tigkah laku dan saling berkaitan.
3. Sifat adalah adalah sesuatu yang melekat dan merupakan suatu tanda bagi
4. Sikap adalah sesutu yang cendrung bereaksi dengan cara tertentu terhadap
A. Kajian Pustaka
penelitian ini. Diperlukan peninjauan terhadap penelitian yang sudah ada dan sebagai
bukti bahwa penelitian ini bukan merupakan plagiasi dari penelitian yang lain.
Tokoh Utama Dalam Novel Jagade Kanisthan karya Tulus Setiyadi kajian Psikologi
Sastra. Adapun hasil peneitian ini adalah (1) konflik batin dan konflik sosial yang
dialami tokoh utama. Konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam novel ini
terjadi antara Widya dengan Widodo, Rudy, Kenda, dan Ragita. (2) kepribadian
utama yang meliputi, id, ego, dan superego. Widya nampak saat dihadapkan dengan
kenyataan harus mengalami bahagia, sedih, marah, dan lainnya. Superego yang
dada.
Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 dengan judul Kepribadian Tokoh Utama
dalam Roman Momo Karya Michael Ende kajian Analisis Psikologi Sastra. Hasil
penelitian ini ialah kepribadian tokoh utama Momo adalah praktis, bijaksana, riang
gembira, mudah mengerti, tidak tenang, teliti, ingatan baik, suka menolong, pantang
menyerah, dan persoalan terasa berat dan tipe kepribadianya adalah phelmatis,
aphatis, sangignis, dan amorph. Aphatis emosionalnya lemah, kuatnya pengiring dan
sama-sama meneliti aspek psikologi id, ego dan superego tokoh utama. Penelitian
B. Landasan Teori
landasan. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah, teori
1. Teori Strukturalisme
Struktur karya sastra merujuk pada suatu hubungan antara unsur intrinsik
yang terdapat dalam karya sastara. Hawkes (dalam Pradopo, 2007:75) mengatakan
dan setiap unsur itu hanya mempunyai makna dalam hubungannya dengan unsur
karya satra itu sendiri. Elemen itu disebut unsur instriksik. Yaitu unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Adapun unsur-unsur instrinsik itu sendiri adalah
sebagai berikut;
a. Tema
kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu, yang membangun dasar atau ide utama
suatu karya sastra (Brooks, Pusher dan Warren dalam Tarigan, 2008:80). Menurut
gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di
atau perbedaan-perbedaan.
Tema merupakan ide sentral yang mendasari suatu cerita (Zulfahnur, dkk.,
1996:25). Menurut Aminuddin (2002:91), tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak pengarang memaparkan karya fiksi
ciptaannya. Sejalan dengan pendapat di atas tema adalah pokok pikiran dalam
sebuah cerita yang hendak disampaikan pengarang melalui jalan cerita. Jadi, cerita
tidak hanya berisi rentetan kejadian yang disusun dalam sebuah bagan, tetapi
mempunyai maksud tertentu. Jadi tema merupakan gagasan dari sebuah cerita yang
Tokoh adalah pelaku cerita. Setiap tokoh memiliki watak atau karakter.
Watak atau karakter setiap tokoh berbeda-beda. Adapun penokohan adalah cara
tokoh dalam cerita dijelaskan pengarang secara langsung dan tidak langsung. Secara
kepribadian, lingkungan kehidupan, dan proses berbahasa. Watak tokoh dapat juga
oleh tokoh lainnya, reaksi dari tokoh lain, pengungkapan kebiasaan tokoh, jalan
Tokoh merupakan orang yang berperan dalam sebuah karya sastra. Tokoh
cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang
oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan
(Nurgiyanto, 2002:165).
dibedakan menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah tokoh sentral dan yang kedua yaitu
tokoh bawahan. Biasanya tokoh mempunyai peran dalam memimpin alur sebuah
cerita disebut dengan tokoh utama atau protagonis. Dalam kisahan cerita atau alur
cerita tokoh protagonis selalu menjadi sorotan dan selalu menjadi tokoh sentral
dalam cerita. Seperti dalam novel Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan bahwa
kejadian dalam cerita akan selalu hadir dan dapat ditemukan dalam setiap halaman
novel maupun buku cerita yang berkaitan. Tetapi ada juga yang tidak pada setiap
kejadian selalu hadir sebab tidak secara langsung ditunjukan pada setiap bab demi
bab dalam cerita itu, tetapi dalam cerita tokoh tambahan atau tokoh lainnya selalu
ada kaitannya dengan tokoh utama. Biasanya tokoh utama yang terdapat dalam
sebuah novel ada yang lebih dari satu. Oleh karena itu kadar keutamannya pun jadi
berbeda.
Dalam hal tersebut penulis menghadirkan tokoh utama tersebut melalui cara
menujukan dominasi tokoh utama dalam cerita. Dalam sebuah cerita untuk
menentukan tokoh utama dapat dilakukan dengan melibatkan tokoh utama tersebut
dengan makana atau tema dalam cerita. Tokoh tersebut dapat mendominasi semua
hal yang terdapat dalam cerita sehingga tokoh utama secara otomatis akan selalu
berhubungan dengan tokoh tambahan atau tokoh lainnya. Sehingga dari situlah
pembaca dapat dengan mudah menentukan sendiri mana yang menjadi tokoh utama
watak para tokoh, bagaimana mengembangkan dan membangun para tokoh dalam
sebuah cerita. Tema dan plot dalam suatu cerita tidak lengkap tanpa adanya tokoh.
watak atau karakter seorang tokoh dapat dilihat dari tiga segi yaitu, dialog tokoh,
penjelasan tokoh, dan penggambaran fisik. Ada dua jenis penokohan, yaitu: Secara
secara terperinci bagaimana watak sang tokoh, bagaimana ciri-ciri fisiknya, apa
dimana pengarang melukiskan sifat dan ciri fisik sang tokoh melalui reaksi tokoh
lain terhadap tokoh sentral, melalui gambaran lingkungan sekitar tokoh sentral, serta
tertentu seperti merasa akrab, simpati, empati, benci, antipati, atau berbagai reaksi
yang diberinya seperti simpati dan empati. Jones mengatakan (melalui Nurgiyantoro,
2010: 165), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang
Adapun tokoh utama dalam novel Siti Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan
adalah Siti Fatimah itu sendiri. Fatimah adalah putri tersayang Nabi Muhammad
SAW yang paling ia sayangi. Arti nama Siti Fatimah Az Zahra dalam Islam adalah
gadis yang lembut hatinya dan selalu berseri-seri. Gadis ini lahir dari rahim wanita
Fatimah ialah seorang anak, istri, ibu muslimah yang taat pada Allah dan
bernama Khadijah binti Khuwailid, salah satu dari empat wanita pemuka surga
Fatimah juga termasuk salah satunya. Suaminya adalah Ali bin Abi Thalib ra; salah
satu dari sepuluh orang Amirul Mukminin yang dijanjikan masuk surga. Dua
putranya adalah pemuka pemuda surga, yaitu Hasan ra dan Husain ra. Pamannya
ialah pemuka para syuhada bergelar Singa Allah dan Rasul-Nya; Hamzah bin Abdul
Muttalib ra. Kunyahnya (nama julukan yang menggunakan ummu dan abu) adalah
c. Latar
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2010: 216), latar atau setting adalah
landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
Budianta dkk. (2008:182) latar adalah waktu dan tempat terjadinya peristiwa dalam
pengertian dari latar adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung terjadinya
suatu peristiwa. Latar juga dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu,
1) Latar Tempat
dalam sebuah karya fiksi unsur tempat yang biasanya digunakan berupa tempat-
tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, dan lokasi tertentu. Latar yang berupa
inisial tempat tertentu, biasanya berupa hurup awal (kapital) nama suatu tempat,
misalnya kota J, S, B, dan desa M. Latar tempat dengan nama jelas biasanya hanya
berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa,
sungai, hutan, kota, kecamatan, dan sebagainya, sedangkan penggunaan nama latar
antara keadaan tempat secara realitis dengan yang terdapat di dalam roman/novel,
terutama jika pembaca mengenalinya, hal itu akan menyebabkan karya yang
bersangkutan kurang meyakinkan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini
sangat penting untuk mengesankan pembaca seolah-olah hal yang diceritakan itu
sungguh-sungguh ada dan terjadi, yaitu tempat dan waktu seperti yang diceritakan.
2) Latar Waktu
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010:230). Masalah kapan
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Waktu faktual adalah waktu yang ada
sesungguhnya sebagai acuan. Hal ini dikarenakan jika tidak ada kesesuaian waktu
dalam cerita dengan waktu terjadinya peristiwa akan menyebabkan cerita menjadi
tidak wajar bagi pembaca, bahkan mungkin sekali untuk tidak masuk akal misalnya,
pada suatu saaat, suatu ketika, pagi, siang sore, malam, maupun bulan dan tahun.
Dalam hal ini waktu berkaitan dengan berlangsungnya suatu cerita rekaan karena
3) Latar Sosial
kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan
hidup, adat-istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, cara bersikap,
dan lain-lain. Selain itu hubungan status sosial tokoh yang bersangkutan misalnya,
Jika mengangkat latar tempat tertentu ke dalam karya fiksi pengarang perlu
menguasai medan, hal itu juga berlaku untuk latar sosial, tepatnya sosial budaya.
Latar sosial berperan menentukan apakah sebuah latar, khususnya latar tempat
menjadi khas tipikal atau sebaliknya bersifat netral. Dengan kata lain, untuk menjadi
tipikal atau bersifat netral, deskripsi latar tempat harus sekaligus disertai deskripsi
latar sosial, tingkah laku kehidupan sosial masyarakat ditempat yang bersangkutan.
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Menurut Nurgiyantoro (2007:110),
alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang
menganggapnya sebagai yang terpenting diantara berbagai unsur fiksi yang lain.
Alur dalam prosa naratif atau drama mengandung konflik yang menjadi dasar
kelakuan dan membuat tokoh terus bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa lain
Bagi pengarang, alur dapat diibaratkan sebagai suatu kerangka karangan yang
pembaca pemahaman alur berarti juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita
secara runtun dan jelas, sebab itulah dalam kegiatan membaca novel atau karya fiksi
Adapun alur cerita yang terdapat dalam novel Fatimah Az-Zahra karya Sibel
Eraslan ialah alur campur. Yaitu di dalam novel cara pengarang menceritakan sebuah
kejadian adalah dengan cara menceritakan dulu kejadian pada saat itu kemudia di
2. Psikologi Sastra
sebagai kegiatan kejiwaan baik dari sang penulis maupun para pembacanya (Kinanti,
2006). Karya sastra, terutama yang berbentuk prosa seperti cerpen, drama dan novel
karakter dan perilaku yang unik untuk menambah daya tarik pada cerita yang
dituliskannya. Aspek inilah yang diangkat oleh psikologi sastra sebagai bahan kajian,
terutama mengenai latar belakang tindakan dan pikiran dari para tokoh dalam karya
sastra terkait.
Wellek dan Austin (1989:90) menjelaskan bahwa psikologi sastra memiliki
empat arti. Pertama, psikologi sastra adalah pemahaman kejiwaan sang penulis
sebagai pribadi atau tipe. Kedua, pengkajian terhadap proses kreatif dari karya tulis
karya sastra. Dan keempat, psikologi sastra juga diartikan sebagai studi atas dampak
terhadap sebuah karya sastra dengan menggunakan pertimbangan dan relevansi ilmu
psikologi. Ini berarti penggunaan ilmu psikologi dalam melakukan analisa terhadap
karya sastra dari sisi kejiwaan pengarang, tokoh maupun para pembaca.
yang terdapat dalam sebuah tulisan. Secara hakiki, karya sastra memberikan cara
Menurut Endraswara (2008: 88) Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan
orang lain. Hanya perbedaannya, gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah
manusia, karena terdapat kemungkinan apa yang tertangkap oleh pengarang tidak
mampu diamati oleh psikolog atau sebaliknya. Titik temu keduanya dapat digabung
Wellek dan Warren (1962:81) menyebutkan ada dua macam analisa psikologi,
yaitu analisa psikologi yang hanya berhubungan dengan pengarang dan studi
psikologi dalam kaitannya dengan inspirasi dan ilham. Dalam penelitian yang
psikologi dalam hubungannya dengan aspek kejiwaan dari tokoh-tokoh dalam karya
sastra tersebut.
terhadap sebuah karya sastra. Sementara itu, cara kedua adalah dengan menetapkan
karya sastra yang akan digunakan sebagai objek penelitian lalu baru menetapkan
Bila kita membahas karya-karya sastra yang terkait dengan kepribadian kita
membedakannya dengan pengarang lain. Selanjutnya, tidak hanya gaya, tetapi juga
para tokoh dan kisahan yang disampaikan pengarang harus merupakan ekspresi
Dengan kata lain, dapat juga dikatakan bahwa psikologi sastra melakukan
kajian terhadap kondisi kejiwaan dari penulis, tokoh maupun pembaca hasil karya
sastra. Secara umum dapat diambil kesimpulan adanya hubungan yang erat antara
ilmu psikologi dengan karya sastra. Merujuk dari berbagai pendapat di atas dapat
terdapat dalam karya sastra, yaitu novel Fatimah az-Zahra karya Sibel Eraslan.
Penelitian yang akan dilakukan ini memilih aspek-aspek yang terdapat dalam ilmu
psikologi dengan penerapannya pada karya sastra. Aspek ini menekankan pada
kepribadian yang ditinjau dari pandangan psikologi sastra id, ego dan superego.
3. Kepribadian
personality secara etimologis berasal dan bahasa Latin “person” (kedok) dan
pada zaman kuno untuk memerankan satu bentuk tingkah laku dan karakter pribadi.
Sedangkan yang dimaksud dengan personare adalah bahwa pemain sandiwara itu
peramah, pemarah, dan sebagainya. Jadi persona itu bukan pribadi pemain itu
sendiri, tetapi gambaran pribadi dan tipe manusia tertentu dengan melalui kedok
yang dipakainya.
secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri risiko yang dihadapi.
situasi yang sama yang mereka hadapi, dengan cara yang berbeda. Ada orang yang
pemalu, ada yang demikian percaya diri, dan ada pula yang tenang. Beberapa pakar
beranggapan bahwa faktor biologis dan genetik bertanggung jawab untuk masalah
ini. Pakar lain berargumentasi bahwa pola pikir atau cara pikir kita untuk memahami
diri sendirilah yang menjadi kunci atas pemahaman terhadap kepribadian kita.
Krech et al dalam Minderop (2018;6) kepribadian seseorang diberi batasan
secara relatif sebagai perpaduan semua dimensi berbagai perbedaan dalam diri
konteks sosial dan perkembangan hidup harus dipahami melalui kontribusi model
dan peran kebudayaan serta kebudayaan itu sendiri Krech et al dalam Minderop
(2018:8).
kepribadian yang unik dari seseorang menjadi organisasi yang unik, yang
kunflik struktur kepribadian ialah konflik yang muncul dari pergumulan antara id,
ego, dan superego. Kedua, behaviorisme mencirikan mansuai sebagai korban yang
humanistik, adalah sebuah gerakan yang muncul, yang menampilkan manusia yang
sebagi mahluk yang bebas bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan
sadar yang berada di luar sadar, yang membuat struktur berpikir diwarnai oleh
harus diamati gelagat simbolis dan pikiran yang paling mendalam dari orang
tersebut. Mereka juga mempercayai bahwa pengalaman masa kecil individu bersama
mencapai begiyu banyak hal hanya dalam setengah dari masa hidup? Kebanyakan
kebersihan, penuh kontrol diri, serta ketertiban. Namun bila sifat-sifat yang
obsesional suatu penyakit yangtingkat keparahannya mulai dari tahap ringan, yaitu
dan memeriksa ulang, sampai pada tahap berat, yaitu keadaan tertekan yang
membuat eksistensi penderita begitu didominasi oleh hal-hal yang bersifat ritual
rapi, baik dalam berpakaian maupun berpenampilan, bahkan sejak ia masih miskin
historis masa lampau dan faktor kontemporer, analoginya faktor bawaan dan faktor
Kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar.
Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni: id, ego
dan superego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama tetapi
tujuannya. Pemikiran Freud yang beru entang jiwa yang merupakan akibat dari
refleksi lain yang seharusnya terdiri atas tiga bagian tersebut yaitu ego, id dan
superego. Id didefinisikan sebagai bagian tertua dari pkiran yang merupakan asal
Sadar (Conscious) tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati
pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental
yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar.
Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak
Taksadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran dan menurut
Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud
membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotetik tetapi itu adalah
kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa
a. Id (Das Es)
Id adalah sistem kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini
kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek
psikologi yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drives. Id berada dan
beroperasi dalam daerah tak sadar, mewakili subjektivitas yang tidak pernah disadari
sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi
lainnya.
diwarisinya, yaitu yang sudah ada sejak lahir, dan terbentuk menurut aturan tertentu,
karena itu, naluri, yang berasal dari susunan saraf somatis dan yang pertama kali
a. Tindak Refleks (Refleks Actions) adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak
menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau
puting ibunya.
mampu menilai atau membedakan benar- salah, tidak tahu moral. Alasan inilah yang
Id merupakan sisi kepribadian kita yang gelap dan tidak dapat ditelusuri.
Yang sedikit kita ketahui mengei Id berasal dari uraian tentang cara kerja mimpidan
susuna dari gejala neorosis. Hampir semua penjelasan tentang Id berkaitan dengan
sifat-sifat negatif dan hanya bisa dijelaskan sebagai sesuatu yang berlawanan dengan
ego. Id berisi energi yang diperolehnya dari naluri, tetapi tidak teratur dan tidak
menghasilkan kemauan kolektif, tetapi hanya usaha untuk mencapai kepuasan atas
kebutuhan naluri yang menjadi pokok perhatian dan prinsip pencarian kesenangan
(Freud.1991:70).
yang bertentangan, seperti gelap dengan terang, rendah dan tinggi sebagai identik.
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Freud, id hanya dapat dikendalikan oleh prinsip-
prinsip dinamika mental yang paling mendasar dan primitif, menghindari ketidak
senangan yang disebabkan oleh ketegangan naluriah, yang hanya bisa dicapai
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas
utama ; pertama, memilih stimulus mana yang hendak direspon dan atau insting
mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan
kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang
yang resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu
ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id.
Freud (1991:71) Ego merupakan bagian pikiran yang mewakili alam sadar.
Ego bekerja menggunakan proses skunder, yaitu pertimbangan, akal sehat, dan
kekuatan untuk menunda respons spontan atas rangsangan luar atau terhadap
desakan naluriah dari dalam. Pada mulanya ego bersal dari id. Freud
Ego terperangkap di antara dua kekuatan yang bertentangan dan dijaga serta
patuh pada prinsip realitas dengan mencoba memenuhi kesenangan individu yang
dapat memuaskan diri tanpa megakibatkan kesulitan atau penderitaan bagi dirinya
sendiri. Ego berada di antara alam sadar dan alam bawah sadar. Tugas ego memberi
tempat pada fungsi mental utama, misalnta; penalaran, penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan. Dengan alasan ini, ego merupakan pimpinan utama dalam
kepribadian. Id dan ego tidak memiliki moralitas karena keduany ini tidak mengenal
yang cukup berguna di dunia eksternal utnuk kepentingan sendiri melalui aktivitas.
menjadi kontrol atas tuntutan naluriah, dengan memutuskan apakah tuntutan tersebut
layak memperoleh kepuasan, menunda kepuasan tersebut sesuai denga waktu dan
situasi yang memungkinkan bagi dunia eksternal, atau meindas ketegangan perasaan
Superego adalah kekuatan moral dan etika dari kepribadian, yang beroperasi
memakai prinsip idealistik (edialistic principle) sebagai lawan dari pri nsip kepuasan
id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego, ia
tak punya sumber energinya sendiri. Akan tetapi, superego berbeda dari ego dalam
satu hal penting . Superego tidak punya kontak dengan dunia luar sehingga tuntutan
kemudian meninggalkan suatu endapan yang terbentuk di dalam ego dari sebuah
agen khusus yag berfungsi sebagai peranjangan pengaruh orang tuanya. Endapan
tersebut kemudian dinamakan superego. Sepanjang superego ini dibedakan dari ego
dengan hati nurani yang mengenali nilai baik dan buruk. Sebagaimana id, superego
kecuali ketika implus seksual dan agresif id dapat terpuaskan dalam pertimbangan
moral.
Prinsip idealistik mempunyai dua sub prinsip yakni suara hati (conscience) dan
ego ideal. Freud tidak membedakan prinsip ini secara jelas tetapi secara umum, suara
tidak pantas dan mengajari kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan,
perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal-hal yang sebaiknya dilakukan.
keras kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Ada tiga
tujuan moralistik, (2) merintangi impuls id terutama impuls seksual dan agresif yang
pada observasi diri yaitu dengan mengawasi ego dan memberi keputusan apakah
ego sesuai dengan ego ideal atau tidak, atau apakah ego mengecewakan ego-ideal.
Seperti yang telah diterangkan dalam kutipan terakhir, superego pada mulanya
berasal dari kritik dan larangan orang tua. Karena masa ketergantungan seseorang
terjadi begitu lama, maka standar orang tua, dan kemudian standar masyarakat,
terserap ke alam bawah sadar dan menjadi bagian dari psikis si subyek dengan akibat
Mungkin Freud juga telah menggunakan yang sama dengan Ivan Pavlov.
Superego dapat diangap sebagai hasi perintah dan kritikan orang tua yang terjadi
berulang-ulang. Seperti “kamu harus menyikat gigimu setiap kali makan” mungkin
meningalkan rumah sekian lamanya pun, masih akan tetap merasa kurang tentram
Oleh sebab itu ego tidak mudah menyeimbangkan tiga agen ; dunia eksternal,
atau bimbang.
penelitian ini berfokus pada tokoh yang bernama Fatimah Az-Zahra. Fatimah
bergelar az Zahra sebab wajahnya senantiasa cerah bak sekuntum bunga. Berbagai
ujian hidup dan kehidupan telah dialaminya dengan wajah cerah ceria. Tegar dan
bersahaja membuat demikian perangainya. Saat masih kecil, Fatimah telah menjadi
saksi pembangkangan kafir Quraisy terhadap apa yang dibawa oleh ayahnya. Ialah
Masa kecilnya tidaklah seperti anak-anak pada umumnya yang penuh dengan
keasyikan, kedamaian, juga kebahagiaan. Saat usianya belasan, ia harus rela untuk
ditinggalkan sang ibu dan saudari-saudarinya satu per satu. Bayangkan, betapa
beratnya ditinggal ibu dan saudari-saudari tercinta dalam kurun waktu yang tidak
telalu lama. Namun, bukan Fatimah namanya jika tidak tegar menghadapi ujian.
benar contoh bakti yang luar biasa. Itulah sebabnya ia terkenal dengan sebutan
Beranjak dewasa, Fatimah tumbuh menjadi seorang gadis yang juga luar biasa.
Tentang masa mudanya juga tentang menjaga fitrahnya cinta. Rasa yang ada di hati
Fatimah, tersimpan sangat rapi. Kata cinta terucapkan hanya ketika ia yang telah
mengusik hatinya, hanya ketika dirinya telah bersiap sesungguh hatinya. Pada
Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib setelah lamaran Abu Bakar dan
Umar untuknya ditolak oleh sang ayah. Ali seorang laki-laki kesatria, penuh
keberanian, kesalehan, dan kecerdasan, merasa ragu-ragu mencari jalan untuk dapat
meminang Fatimah dan langsung diterima oleh Nabi. Kehidupan mereka ialah
sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras mendapatkan nafkah,
secara mandiri; seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur. Pernah
haru, “Maukah kalian kuberi tahu sesuatu yang lebih baik dari yang kamu minta?
Bila hendak naik pembaringan, maka bertakbirlah 33 kali, bertasbihlah 33 kali, dan
bertahmidlah 33 kali. Semuanya itu lebih baik daripada seorang pembantu.” Sejak
saat itu, Ali dan Fatimah mengamalkan dzikir tersebut hingga akhir hayat. Tak
pernah lagi Fatimah meminta pembantu. Tak lagi ia mengeluh atas keletihan yang
menderanya.
menjauhi larangan-Nya hingga ajalnya tiba. Tidak lama setelah ayahnnya wafat,
Fatimah meninggal dunia, beberapa bulan setelah nabi wafat. Usianya tidak
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
kualitatif
Sumber data dalam penelitian ini ialah novel Siti Fatimah Az-Zahra karya
Sibel Eraslan. Seangkan data pada penelitian ini adalah berupa psikologi sastra dari
Sedangkan teknik yag digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini ialah
D. Validasi Data
digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian 39 kualitatif. Dalam kaitan ini
Patton (dalam Sutopo, 2002:78) menyatakan bahwa ada empat macam teknik
triangulasi, yaitu (1) trianggulasi data (data triangulation) yaitu peneliti dalam
mengumpulkan data atas bimbingan para dosen pembimbing, (2) triangulasi metode
yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti, dan (4) triangulasi
teori yaitu dalam menguji keabsahan data menggunakan perspektif lebih dari satu
dianalisis dan ditarik kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Keabsahan data
dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi teori. Teknik triangulasi teori
dilakukan dalam menguji keabsahan data menggunakan perspektif lebih dari satu
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti perlu
1. Membaca dan memahami isi novel Siti Fatimah Az-Zahra karya Sibel
Eraslan.
2. Memberi tanda pada kalimat atau paragraf yang menjadi sebuah data
dengan cara menafsirkan suatu keadaan. Sedangkan teknik yang digunakan dalam
1. Reduksi data
yang tidak perlu data sedemikian rupa sehingga data tersebut menghasilkan data
yang sempurna.
2. Display Data
kesimpulan.
dilakukan oleh peneliti untuk tetap memperoleh hasil akhir yang sesuai dengan
Uniersitas Istanbul. Sibel Eraslan ini giat beraktivitas dalam bidang hak asasi
manusia, pendidikan, pemberian jaminan kerja, dan hak-hak kaum hawa. Aktif
menulis dalam majalah Tekif, Mza, Dergah, Mostar, dan Heje. Sampai sekarag
mendalam. Karena itu tidak heran jika karyanya disambut positif di negaranya.
Sibel Eraslan merupakan penulis asal Turki yang pandai menuliskan sejarah
dalam kemasan yang asik untuk dibaca. Series novelnya yang terkenal dan menjadi
best seller adalah mengenai 6 wanita penghuni Surga yaitu Fatimah, Khadijah,
Asiyah, Hajar, Aisyah dan Maryam. Saat terbitan awal di Turki, novel ini langsung
dicetak dalam jumlah yang sangat besar dan menjadi buku terlaris dalam periode
yang singkat.
Membaca karya Sibel Eraslan akan membuat kita lebih menghargai sejarah,
B. Deskripsi Data
Data yang di peroleh dari penelitian ini merupakan hasil dari isi sebuah novel dan
atas bimbingan dari para dosen. Penelitian ini dilakukan pada sebuah novel yang
berjudul Fatimah Az-Zahra karya Sibel Eraslan yang di cetak pada tahu 2018 di
Jakarta. Data yang akan diteliti dalam hal ini adalah tentang kepribadian tokoh
utama jika ditinjau dari psikologi sastra id, ego, dan superego dalam novel Fatimah
C. Analisis Data
Menurut Ardhana12 (dalam Lexy J. Moleong 2002: 103) menjelaskan bahwa
Berdasarkan penelitian ini, data yang dianalisi pada penelitian ini tentang
kepribadian tokoh utama dalam novel Fatimah az-Zahra karya Sibel Eraslan. Dengan
psikologi atau kepribadian tokoh ini yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa
ada tiga struktur kepribadian yang dilakukan untuk menentukan psikologi seseorang,
1. Kepribadian tokoh utama yang meliputi id, ego dan superego dalam novel
1.1 Id
Id merupakan energi psikis dan naluri yang menekan manusia agar memenuhi
kebutuhan dasar seprti kebutuhan makan. Adapaun kutipan id yang terdapat dalam
Fatimah. Id yang terdapat pada tokoh Fatimah muncul secara alamiah, karena adanya
dorongan dari insting yang menggerakan Fatimah tidak tega jika ayahnya
diperlakukan seperti itu. Ia merasa ayahnya sangat dibenci oleh pamanya hingga
ayahandanya sangat dibenci oleh pamannya sendiri. Disini dijelaskan bahwa Fatimah
menangis saat mendengar ayahandanya tidak disukai dan Abu Jahal telah mengasut
tidak kuat melihat sang ayah tersayangnya di hina oleh orang lain. Fatimah saat itu
masih menjadi anak kecil namun hatinya sudah sagat luas kasih sayangnya dan
cintanya kepada sang ayah. Disini pengarang juga menceritakan bagaimana seorang
ayah yang bijaksana menenangkah buah hatinya yang sedang menangis karena
kepikiran terhadap sang ayah. Seorang ayah dan anak yang sama-sama memiliki sifat
luar biasa. Yang saling merangkul saat dalam keadaan apapun. Meski apapun yang
pada saat Fatimah tidak ingin menghadiri undangan dari orang-orang Qurasy.
menyikapinya. Pada saat itu Fatimah yang hanya memiliki satu baju itu diundang
menghadiri pesta yang begitu meriah oleh orang Qurasy. Dengan kebingungannya ia
sempat tidak mau hadir, namun sang ayah yang merupakan kekasih Allah itu
yang tidak tergoda dengan gemerlapnya dunia, akhrinya iapun datang ke acara
tersebut. Tetapi Allah merubah semua yang nampak pada dirinya. Nah dari sinilah
mencintai dunia dan semua gemerlapnya. Karena dunia itu hanya akan menjadi
beban dalam hidup dan akan merusak kehidupan baik di dunia ataupun akhiratnya.
Bagitulah sifat tokoh Fatimah az-Zahrah dalam novel Siti Fatimah az-Zahrah karya
Sibel Eraslan.
Fatimah. Yaitu secara tidak sadar sikap Fatimah yang lemah lembu itu ternyata
mendorong Fatimah untuk menangis. Kesedihan yang nampak pada tokoh Fatimah
disebabkan karena adanya dorongan jiwa yang telah ditinggalkan oleh ayah
tersayangnya.
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa sikap Fatimah yang bersedih karena
ditinggal oleh seorang ayah. Apalagi sebelumnya ia juga sudah ditinngalkan oleh
ibunya sejak ia masih kecil. Seorang ibu yang selalu menemani ia ketika hendak tidur
dan seorang ibu yang menyisir rambutnya dengan penuh kasih kasih. Dan saat ini ia
juga telah ditinggal oelh ayahanya, tentu hal itu akan membuat ia semakin bersedih.
Jadi merupakan suatu sikap yang wajar jika tokoh Fatimah bersedih pada saat ia
Pada kutipan di atas menadakan adanya id yang terdapat pada tokoh Fatimah
secara tersembunyi, yaitu adanya kdorongan dari naluri memenuhi kebutuhan hidup
yatitu untuk makan, ia rela memupuk gandum demi bisa tetap hidup. Keingina keras
Pada kutipan tersebut terdapat id yang melekat pada tokoh Fatimah, yang
nampak ketika ia merasa bahwa dirinya akan meninggalkan dunia ini. Keinginan
hatinya untuk selalu memandang wajah kedua putranya. Atas dorongan itulah ia
bgitu bersedih.
Seakan-akan ia ingin meninggalkanya. Dan iya hari itu adalah hari terakhir ia
bersama keluarganya. Fatimah tahu bahwa pada saat itu ia akan meninggalkan
keluargnya dan dunianya. Akan tetapi ia tidak sedikitpun bersedih akan tetapi ia
sangat bahagia. Karena baginya meninggalkan dunia adalah melepas beban dalam
oleh insting dan nalurinya untuk memiliki seorang pembantu. Keinginan tersebut ada
pada diri fatimah secara tidak sadar. Tetapi untuk mewujudkan keinginanya ia
mengunjungi ayahandanya.
Dari kutipa tersebuy nampak bagaiamana pedihnya hati seorang fatimah ketika
Fatimah memang hanya seorang anak, tetapi ia sangat menyayangi yahnya. Oleh
sebab itu ia bersedih manakala yahanya tersiksa. Karena sikapnya yang mulia ia
berlari kerumahnya hanya utuk menangis supaya sang ayah tidak mengetahuinya.
Sikap seperti itulah yang ingin pengarang jelaskan kepada pembaca. Bagaiamana
Bukan Fatimah az-Zahra namanya jika ia tidak bisa berbagi kepada orang lain
dengan lembut. Ia juga bekerja keras dalam mebantu ayah dan suaminya dalam
berperang. Selain itu, Fatimah juga sering memberi infak kepada orang yang
hatinya yang mulia. Harusnya tangan seorang az-Zahra itu lembut dan halus. Tetapi
disini Fatimah tidak mementingkan hal fisiknya, ia lebih suka bekerja keras untuk
pada yang melihatnya dan juga selalu memberi wawasan yang indah bagi orang-
orang disekitrnya. Ia begitu bahagian ketika melakukan semua itu. Akan tetapi,
kesedihan pun nampak menjumpainya. Hal itu serti yang terdapat pada kutipan di
bawah ini.
“Jiwa Fatimah seakan-akan pecah seperti cermin yang
terempas, berkeping-keping dalam kepediha. Fatimah adalah
belahan jiwa ayahanadanya yang kini telah hancur berkeping-
keping” (2018: 487)
Dari kutipan tersebut dijelaskan bagaiaman jiwa seorang Fatimahaz-Zahra
hancur. Mendengar sang ayah meninggal dunia. Ia telah menjadi belahan jiwa dari
seorang ayah. Manjadi bunga bagi wangi yang harum. Namun ia teap tegar
hatinya. Karena tidak lama dari sang ayah meninggalkanya ia pun menyusul sang
ayah. Hal itu nampak pada kutipan berikut. Id yang meleka pada diri Fatimah
tersebut sangat jelas. Karena ia merasa dirinya sudah tak memiliki orang yang
1.2 Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita sehingga ego
Ego adalah e ksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang memiliki dua tugas
utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak direspon dan atau insting mana
yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan
dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id, karena itu ego
yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh energi dari id. Seperti yang
Fatimah. Ego yang ada pada Ftimah tersebut nampak yaitu ketika Fatimah hanya
mengenakan baju seadanya untuk menghadiri pesta tersebut. Dari sini ia merasa
sudah bisa memenuhi keinginannya untuk hadir ke acara tersebut. Yaitu sekedar
memenuhi kebutuhannya saja. Sanga jelas ego pada kutipan di atas. Bahwa tokoh
pakaiannya begitu lusuh, namun ia tidak sedikitpun nampak lusuh di depan wanita-
wanita Quraisy. Karena ia adalah perempuan yang dijaga oleh Allah dalam segala
kebutuhan hidupnya.
Bersabar adalah salah satu tindakan yang sangat sulit dilakukan oleh orang-orang
apalagi harus menempuh perjalanan yang begitu sulitnya. Itu adalah cara tokoh
Sabar adalah sifat Fatimah yang agung, ia yang abrar ia yang teguh dalam
segalah hal dan situasi apapun. Penagarang menggambarkannya dengan sangat rinci.
Fatimah adalah sosok temah yang istimewa bagi teman-temannya. Seorang peremuan
yang dianggap lemah oleh sebagian orang, ternayata disini pengarang membantahya
dengan pernyataan kutipan di atas. Bahwa seorang Fatimah seorang perempuan telah
menjadi seseorang yang kuat dengan cara menjadi penguat bagi yang lain. Dan hal
ini juga mampu oleh pengarang paparkan bahwa dari sisi fatimah inilah kaum
perempuan jangan dianggap lemah. Karena disisi lain ada sifatnya yang kuat dan
juga dengan sifat sabar itupila ia mampu melewati segala rintangan yang ada. Jangan
sekali diri ini menganggap orang lain remeh itulah yang juga pengarang ingin
sampaikan.
itu terlihat saat Fatimah menolong anak kecil yang teluka dengan cara membalut luka
tersebut supaya segera sembuh. Tindakan yang dilakukan tokoh Fatimah tersebut
Fatimah memiliki sifat penyang untuk orang lain. Fatimah selalu mampu menjadi
rumah bagi setiap orang yang membutuhkannya. Ia rawat dengan sepenuh hati.
Datangnya seorang bocah yang terkena tusukan ranting ke rumah baginda fatimah itu
sangat benar sekali. Ia di rawat oleh fatimah dan luka yang ada di tubuh sang bocah
tadi juga ia sembuhkan. Dari sini pegarang mencoba menejlaskan bahwa fatimah
adalah perempuan yang sangat memiliki sifat penyayang yang luar biasa. Hal ini
supaya pembaca mampu mengikiti apa yang telah melekat pada seorang fatimah az-
Pada kutipan tersebut terdapat ego pada tokoh Fatimah. Fatimah merupakan
tokoh yang penuh belas kasih kepada orang lain. Tindakan Fatimah dalam memeberi
makan dan menyantuni anak yatim adalah hanya untuk memperoleh kesenangan
dalam hidup. Dan juga memperoleh kepuasan dalam hidup untuk selalu berbuat baik
kepada sesama. Memberi merupakan bentukan dari ego yang muncul atas rasa id
dijadikan mainan mereka, supaya keduanya senang. Fatimah memang sosok ibu yang
sangat penyayang dan juga berhati baik lemah lembut. Ia menjadi ibu bagi kedua
putranya dan juga ibu bagi semua anak-anak. Suatu sifat yang melekat pada dirinya
Hal itu juga nampak pada saat ini memberi harta kekayaan ibundanya kadijah,
Pada kutipan tersebut sangat nampak ego yang ada pada sosok Fatimah. Yaitu
ia memberikan harta sepeninggalan ibunya hanya demi melihat orang lain bahagia.
Dan demi keinginannya untuk beribadah kepada Tuhannya saja. Dengan memberi
Fatimah selain gemar memberi ia juga bukan tipe perempuan yang manja pada
keluarganya. Akan tetapi ia juga perempuan pekerja keras. Seperti pada kutipan
berikut;
diri Fatimah. Yaitu demi memenuhi keinginannya untk bisa makan ia bekera keras
Dari kutipan ini pengarang ingin menjelaskan bahwa ia yang sudah dijamin
oleh Allah untuk masuk syurga tetap saja harus bekerja keras dalam memenuhi
kebtuhan hidupnya selama di dunia. Perempuan ahli syurga bekerja keras bahkah
punggungnya sampai bungkuk. Akan tetapi tidak sediktipun ia mengeluhkannya
kepada sang suami apalagi orang lain. Karena baginya kehidupan yang ia jalani
adalah takdir yang memang telah Allah takdirkan untuk dirinya. Selaian itu ia juga
merupakan sosok menantu yang tidak manja, yang hanya bisa mengabiskan harta
dengan tabah dan sabar. Belum lagi ketika ia ditinggal oleh sang suami untuk
berpengang. Ia bekerja semakin keras. Hal itu nampak pada tubuhnya yang semakin
membungkuk. Tidak heran jika julukan az- Zahra ia dapatkan. Membayangkan hal
itu dilakukan oleh perempuan-perempuan di masa melenial ini. Tentu akan menjadi
lelucon bagi ia yang melihatnya. Sebab zaman yang sudah gila. Hal benarpun
hantinya. Ia mencium keduanya dengan penuh kasih sayang itu adalah bentuk ego. Ia
dekap keduanya. Seakan-akan ia ingin meninggalkanya. Dan iya hari itu adalah hari
terakhir ia bersama keluarganya. Fatimah tahu bahwa pada saat itu ia akan
akan tetapi ia sangat bahagia. Karena baginya meninggalkan dunia adalah melepas
situasi yang urgen ia memiliki keinginan keras untuk berpindah dari kota mekah.
keduanya target untuk di bunuh. Selalu ada rintangan yang menjadi ujian bagi tokoh
sosok Tokoh fatimah dalam menghadapi musuh yang ganas. Tindakan berpindah
“Wahai tamu mulia yang diutus dengan salam dan pesan dari
utusan Allah yang mulia, engkau benar. Namun apa yang
mungkin bisa aku perbuat sehingga diriku dapat
membahagiakanmu? Karena engkau telah datang dengan salam
dari ayahandaku yang mulia, entah apa yang bisa engkau
terima... entah apa yang bisa engkau terima..”(2018:312)
Pada kutipan di atas menandakan adanya ego yang melekat pada tokoh
Fatimah. Ego yang ada pada tokoh Fatimah adalah keinginan hatinya untuk
memenuhi perintah dari sang ayah terkasihnya. Tokoh Fatimah rela memberikan
saat melayani seorang tamu di dalam rumahnya. Fatimah melayani tamunya dengan
penuh kehormatan tanpa ingin cacat sedikitpun. Ia memebrikan segalanya yang ada
di dalam rumahnya. Serti selimut dan juga makanan, hingga ia sedniripun tidak
menggunakan selimut tersebut. Baginya tamu itu adalah utusan dari Rasulullah yang
harus ia rawat dengan sepenuh hatinya. Apapun ia lakukan agar tamunya itu merasa
senang. Keadaan Fatimah saat itu bukanlah sebagai orang kaya harta, akan tetapi ia
kaya akan hati. Oleh sebab itu Rasulullah mengutus seorang pengemis untuk
pada kutipan tersebut menandkan adanya ego yang terdapat pada sosok
Fatimah. Ego yang terdapat pada Fatimah ialah tindakan ia yang selalu memberi
Bukan Fatimah az-Zahra namanya jika ia tidak bisa berbagi kepada orang lain
dengan lembut. Ia juga bekerja keras dalam mebantu ayah dan suaminya dalam
berperang. Selain itu, Fatimah juga sering memberi infak kepada orang yang
hatinya yang mulia. Harusnya tangan seorang az-Zahra itu lembut dan halus. Tetapi
disini Fatimah tidak mementingkan hal fisiknya, ia lebih suka bekerja keras untuk
pada yang melihatnya dan juga selalu memberi wawasan yang indah bagi orang-
orang disekitrnya. Ia begitu bahagian ketika melakukan semua itu. Akan tetapi,
kesedihan pun nampak menjumpainya. Hal itu serti yang terdapat pada kutipan di
bawah ini.
1.3 Superego
dengan hati nurani yang mengenali nilai baik dan buruk. Sebagaimana id, superego
kecuali ketika implus seksual dan agresif id dapat terpuaskan dalam pertimbangan
Pada kutipan di atas terdapat superego pada tokoh Fatimah hal itu terdapat
pada kalimat hati tidak akan menyempit dengan semakin mencintai. Terdapat nilai
moral yang baik. Karena disini fatimah mencoba memberi pemahaman kepada
orang-orang.
Dari kutipan tersebut terdapat sikap tokoh utama dalam menghadapi suatu
permasalahan dan sikap tokoh utama ketika memberi suatu arahan kepada orang lain.
Fatimah memang buka sosok perempuan yang bodoh, tetapi ia merupakan tokoh
yang sangat cerdas dan juga piawai dalam memberikan suatu pengertian kepda orang
lain. Hal itu nampak saat ia membei penengah kepada orang –oarng tentang akibat
dari mencintai kekasih Allah yaitu Muhammad saw. Karena ilmunya yang luas dan
pernha rugi karena mencintai Nami Muhammad, bahkan ia akan menjadi orang yang
luas dalam segala hal. Begitulah cara mengarang menjelaskan sikap atau karakter
tokoh Fatimah az-Zahra dalam menjadi seorang perempuan yang bijak dan cerdas
Pada kutipan di atas terdapat superego yang ada. Yaitu pada kalimat Fatimah
segera bangkit menyamut seraya mencium tangan dan kemudian memberikan tempat
duduknya kepada ayahnya. Pada kalimat tersebut terdapat nilai-nilai moral yang
begitu bak dan bagus. Yaitu ketika tokoh Fatimah berdiri karena datangnya seorang
ayah, kemudian ia mencium tangan sang ayah dan memberikan tempat duduknya
kepada sang ayah. Ini merupakan tindakan moral dan ahlak yang sangat mulia
Dari kutpan tersebut juga nampak bagaimana sikap seorang Fatimah ketika
dikunjungi oleh seorang ayahandanya. Berdiri dan mencium tang seorang ayah
adalah suatu perbuatang yang mulia. Sebab orang tua adalah kehormatan bagi
Mencium tangan orang tua tentunya perlu juga dibiasakana oleh perempuan-
perempuan yang menjadi seorang anak. Berdiri dari tempat duduk yang dilakukan
seorang ayah. Demikianpun yang dilakukan oleh seorang ayah kepada buah hatinya
Fatimah az-Zahra. Nah dari sini pengarang mencoba menjelaskan bahwa sikap
hormat yang dilakukan oleh seorang ayah akan dilakukan pula oleh seorang anak.
Dan hal ini akan menjadi sebuah contoh bagi seorang anak.
“Fatimah az-Zahrah pun memahami duduk permasalahannya.
Ia juga tidak mungkin menyakiti salah satu dari keduanya
sehingga keadaan yang sangat sensitif ini ia selesaikan dengan
cara yang paling damai. “ sekarang ibu akan menyebar
segenggam mutiara. Siapa diantara kalian yang paling cepat
dan paling banyak mengumpulkan mutiaranya...” (2018:321)
Pada kutipan di atas terdapat superego. Yaitu pada kalimat Ia juga tidak
mungkin menyakiti salah satu dari keduanya sehingga keadaan yang sangat sensitif
ini ia selesaikan dengan cara yang paling damai. Pada kutipan kalimat tersebut sangat
jelas adanya superego yang melekat. Yaitu moral seorang tokoh Fatimah untuk
memberikan sebuahkeputusan yang tidak menyakiti salah satu dari anaknya itu.
Tindakan itu yang membuat fatimah menjadi sosok yang tidak pernah menyakiti
orang lain.
Dari kutipan di atas pengarang ingin menjelaskan seorang tokoh utama dari sisi
seorang anak. Selain menjadi seorang istri atau anak Fatimah juga merupak sosok
seorang ibu yang bijaksana bagi kedua anaknya. Sikapnya yang bijaksana dalam
memberi sebuah keputusan tentu menjadi sesuatu yang bernilai positif. Hal itu
nampak dari caranya dalam memutuskan siapa dari anatar Hasan dan Husain yang
memenangkan lomba menggambar. Karena sikapnya yang tidak ingin salah satu dari
keduanya kecewa ia meminta keduanya untuk mencari mutiara yang ia taruk. Dan
mutiara itulah yang akan menjadi penentu siapa yang berhak menang. Namun hal itu
bukanlah suatu pertanda Fatimah menyanjung salah satu yang menang. Bagi Fatimah
Pada kutipan di atas terdapat superego pada tokoh Fatimah. Yaitu pada kalimat
Semoga Allah menerima amalmu; kata Fatimah dengan tersenyum. Engkau telah
menolong dua orang muslim. Yang pertama engkau meredakan amarahnya, yang
kedua engkau memenuhi kebutuhannya. Terdapat nilai-nilai moral yang baik pada
kalimat tersebut. Fatimah meyadari bahwa apa yang dilakukan oleh suaminya adalah
benar. Dengan menolong orang lain yaitu dengan cara memberikan uang yang
kepada orang lain. Bahkah Fatimah memuji perbuatan sang suami tersebut. Ia
Fatimah menjadi teman hidup yang baik dalam bertumah tangga. Ia meredakan
kondisi suaminya yang sedih karena ia tidak bisa membawa makanan untuk mereka.
Namun karena ketabahan hati seorang Fatimah, ia pun mendekati sang suami
seperti itu dikalan suaminya sudah pulang baik ia datang dengan membawa banyak
oleh-oleh ataupun dengan tangan kosong. Menenagkan hati suami tentu menjadi nilai
yang sangat baik bagi Allah dan Rasulnya. Sikap baik Fatimah tidak hanya kepada
keluarganya saja, akan tetapi sikap baik tersebutpun ia haturkan kepada orang lain
Pada kutipan tersebut terdapat superego pada tokoh Fatimah. Hal itu serepti
yang tedapat dalam kalimat Tangan yang semenjak hijrah selalu sibuk dengan
mengulurkan sedekah, infak, yang mengajri ummat manusia apakah makna seorang
abrar; senantiasa memberi seperti mawar yang selalu memberi dan menebarkan
wewangian tanpapernah layu, tanpa pernah merasa bosan, apalagi putus asa. Pada
kalimat tersebut terdapat nila-nilai moral dan ahlak yang bagus. Yaitu ketika Fatimah
mengajarkah kepda orang lain bahwa berinfak adalah tindakan yang mulia dan
sangat disukai oleh Allah dan Rasulnya. Bersedekah adalah hal yang perlu
Bukan Fatimah az-Zahra namanya jika ia tidak bisa berbagi kepada orang lain
dengan lembut. Ia juga bekerja keras dalam mebantu ayah dan suaminya dalam
berperang. Selain itu, Fatimah juga sering memberi infak kepada orang yang
hatinya yang mulia. Harusnya tangan seorang az-Zahra itu lembut dan halus. Tetapi
disini Fatimah tidak mementingkan hal fisiknya, ia lebih suka bekerja keras untuk
pada yang melihatnya dan juga selalu memberi wawasan yang indah bagi orang-
orang disekitrnya. Ia begitu bahagian ketika melakukan semua itu. Akan tetapi,
kesedihan pun nampak menjumpainya. Hal itu serti yang terdapat pada kutipan di
bawah ini.
Demikianlah sikap yang dimiliki seorang tokoh utama Fatimah az-Zahra dalam
Novel Fatimah az-Zahra karya Sibel Eraslan. Penelitian ini menggunakan teori
struktural dan juga kepribadian tokoh, maka hal yang dikaji dalam penelitian ini
adalah tentang sifat dan sikap tokoh utama dalam novel Fatimah az-Zahra karya
Sibel Eraslan. Berdasarkan hasil penelitian yan dilakukan oleh peneliti tentan novel
Fatimat az-Zahra sendiri merupakan tokoh utama dalam novel. Fatimah Az-
Zahra adalah seorang anak dari dua manusia agung. Ia lahir dari rahim seorang
wanita yang memiliki sifat-sifat mulia dan istimewa, Sayyidah Khadijah. Beliau
langsung dari ayahandanya Muhammad, Rasulullah Saw yang memiliki akhlak yang
khusus, jiwa yang agung, semangat yang tinggi, keberanian serta semua kelebihan
yang dimiliki Rasulullah yang telah diketahui oleh setiap Muslim, bahkan oleh non
Ketekunan dalam beribadah adalah sifat yang khas bagi para anggota ahlulbait
seorang wanita yang penuh bakti, beliau banyak melakukan ibadah kepada Allah
sebagai bukti pengabdian dan penyerahannya yang begitu tulus kepada Allah. Wajar
saja Fatimah demikian karena dia tumbuh di sebuah rumah dimana Alquran
diturunkan. Ia diasuh oleh Alquran dan pemimpin semua Rasul yang beribadah
perempuan di jagat raya ini. Kepribadiannya yang mulia sungguh menjadi panutan
bagi ummat. Fatimah merupakan seorang anak yang sangat menyayangi ayahnya
dan keluarganya. Sifat yang melekat pada dirinya tak pernah lenyap dari jiwa-jiwa
tangguh, dan penyayang bagi semua orang. Fatimah Az-Zahra mengenal dan
kesenangan hidup lainnya. Dengan rumah tangga yang sangat sederhana dan
kehidupan sehari-hari yang serba berat maka terbentuklah sifatnya yang rendah hati,
Dari sifat yang demikian itu maka nampaklah sikap Fatimah az-Zahra yang
begitu indah. Meskipun ia hidup di dalam keluarga yang telah Allah jaga semuanya,
tetap ia tetap memiliki sikap yang santun dan bijak sana kepada orang lain. Ia tidak
kekurangan. Bahkan ia pun sering memberikan apapun yang ia miliki kepada orang
lain yang membutuhkannya. Ia juag bekerja keras tanpa mengenal lelah. Cobaan
ataupun ujian yang menimpa keluarganya membuat ia menjadi perempuan yang
tangguh.
Sungguh kengungan sifat dan kemulian sikap yang ia miliki membuat orang-
orang yang membaca novel ini ingin sekali serti dirinya. Dialah perempuan
untuk beribadah kepada Allah AWT. Demikianlah pembahasan yang dapat peeliti
uraikan tentang kepribadian tokoh utama dalam novel Fatimah az-Zahra karya Sibel
Eraslan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang Keribadian Tokoh Utama
Fatimah az-Zahra atau yang kerap disebut perempuan yang lembut hatinya
dengan wajah yang selalu berseri-seri. Fatimah merupakan putri dari dua orang yang
sangat mulia. Ia adalah Muhammad dan Khadijah. Fatimah dibesarkan oleh orang-
orang yang lembut prilakunya oleh sebab itu, Fatimah tumbuh dengan hati yang
lemut dan prilaku atau tutur kata hingga perbuatannya sangat lembut.
Fatimah merupakan putri dari seorang yang sangat kaya raya, akan tetapi ia
tidak menikmati harta peninggalan sang ibu tersebut, ia lebih suka harta tersebut di
membantu sang suami bekerja keras, seperti menumbuk gandum hingga tangannya
pekerjaanya yang keras. Akan tetapi ia lalui semua itu sebagai bentuk ibadah.
bantuan karena kehabisan makanan, ongkos pulang, serta pakaian. Mendengar hal
memberi kalung hadiah pernikahan dari sang suami. Fatimah mengatakan, "Juallah
Namun akhirnya kalung itupun kembali lagi kepada Fatimah. Artinya kita sebagai
manusia jangan pernah bosan dalam membantu orang lain. Karena sejatinya semua
Sejak kecil Fatimah sudah mengalami coban yang luar biasa, sejak
perempuan yang bijaksana, sabar, dan kuat. Ia tak gentar membela kebenaran,
pembaca khususnya perempuan mampu meneladani sifat dan sikap beliu. Hingga
akhirnya akan terbentuk kehidupan yang indah. Sebab saling tolong menolong dalam
segala hal.
B. Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian dan sudah mengetahui hasil dan juga
hendaknya membaca novel tersebut, sebab pelajaran yang terdapat di dalam novel
tersebut sangtlah bagus. Terutama bagi seorang ibu, istri dan juga bagi seorang guru.
sumber yang lebih banyak lagi, sehingga lebih mengembangkan isi dari novel
tersebut.
Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/ginayustiana/5d1376ba0d82304a835
224d2/psiologi-dalam-pandangan-islam (dikutip pada tanggal 12
november 2020 pukul 18.00 WIB) Kharisma Putra Utama Offset
https://arerariena.wordpress.com/2011/02/02/strukturalisme/
#:~:text=Penutu,Strukturalisme%20adalah%20cara%20berpikir
%20tentang%20dunia%20yang%20terutama%20berhubungan
%20dengan,sebagai%20unsur%20pembangun%20karya%20sastra.
Diunduh pada tanggal 26 desember 2020 pukul 07.00 di Galis.
---------https://www.dkampus.com/2017/01/unsur-pembangun-roman/
Faruk. 2014. Pengertian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Algesindo.
Himmelfard. https://www.kartunet.com/sikap-3765/#:~:text=Sikap
%20adalah%20perilaku%20dari%20hasil,dan%20masalah
%2Dmasalah%20dalam%20lingkungannya.&text=Sikap
%20memiliki%20tiga%20komponen%20yakni,%2C%20pengaruh
08 januari 2021
Malang
university Press.