Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GANGGUAN SOMATOFORM

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi


Dosen pembimbing : Dra. Nurrohmah, S.Psi.
Disusun Oleh :
1. Wawa Eidia (2021010082)
2. Wihdan Adi Utama (2021010083)
3. Windy Widiantari (2021010084)
4. Yum Mustafidah (2021010085)
5. Yunis Melinda (2021010086)
6. Yunita Wulandari (2021010087)
7. Zaky Ananda Prasetyo (2021010088)
8. Zifa Kholisah (2021010089)
9. Zulfikar bira Kaulitsabit (2021010090)
10. Adisti (2021010091)
11. Azizah Rismawati (2021010092)
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami sehingga kami diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Tanpa bantuan dari-Nya, kami tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah “Kode Etik
Keperawatan” dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di yaumul qiyamat nanti.

Makalah “Ganguan Somatoform” ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi tahun akademik 2021/2022 di Universitas Muhammadiyah Gombong. Saya
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu dosen Dra. Nurochmah, S.Psi. tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan baru terkait kode etik
keperawatan bagi kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gombong, 24 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................3

DAFTAR ISI...................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................5

A. Latar Belakang......................................................................................................................5

B. Tujuan...................................................................................................................................5

C. Manfaat.................................................................................................................................6

BAB II METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................................7

A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................................7

B. Laporan Hasil Wawancara....................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................8

A. Data Pasien...........................................................................................................................8

B. Hasil Wawancara..................................................................................................................8

C. Kategori Diagnosa Pasien...................................................................................................12

D. Terapi Yang Sudah Dilaksanakan......................................................................................13

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................................................14

B. Saran...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan somatoform merupakan ganguan psikiatrik yang terdiri dari gangguan
somatisasi, gangguan somatoform tak terinci, gangguan konversi, gangguan pegal,
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatoform yang tidak
tergolongkan (Adrian, 2017).
Pasien dengan gangguan somatoform, selain cemas dan depresi juga sering datang ke
praktek dokter dengan keluhan somatiknya. Ciri utama gangguan ini adalah adanya
keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-ulang, disertai dengan permintaan
pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah
dijelaskan oleh dokter bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasa keluhannya
(Maslim, 2013).
Gangguan somatoform disebabkan oleh pikiran individu, individu merasa bahwa
ada sesuatu yang salah dengan keadaan dirinya sehingga menyebabkan timbulnya
pikiran-pikiran yang negatif dan keyakinan irasional tentang dirinya dan lingkungan. Hal
ini yang rnenyebabkan individu merasa bahwa jika adanya tekanan, stress, terlalu banyak
aktivitas yang dilakukan, kelelahan yang menguras energi dan tenaga serta ketidak
percaya diri dengan kemampuan dirinya maka dapat memunculkan rasa sakit dan
menganggap hal tersebut dapat mengancam atau membahayakan dirinya. (Emair, 1998).

B. Tujuan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas wawancara pasien gangguan
somatoform mata kuliah paikologi dengan dosen pembimbing Dra. Nurochmah, S.Psi. di
Universitas Muhammadiyah Gombong Program Studi Keperatwatan Program Diploma
Tiga Tahun Akademik 2020/2021. Sekaligus mengetahui dan memahami serta ikut terjun
langsung menganalisis pasien gangguan Somatoform.

C. Manfaat
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca mengenai gangguan
Somatofom.
2. Bagi Perawat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi acuan atau referensi dalam penelitian
mengenai gangguan Somatoform.
BAB II

METODOLIGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Wawancara ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 23 Oktober 2021
Waktu : Pukul 09.00 WIB s/d 10.00 WIB
Tempat : Dukuh Luwung, Desa Wonoharjo, RT03/01, Kec. Rowokele, Kab. :
Kebumen

B. Laporan Hasil Wawancara


Narasumber : Pariyem
Pewawancara : Wawa Eidia
Windy Widiantari
Yum Mustafidah
Yunis Melinda
Adisti
BAB III

PEMBAHASAN

A. Data Pasien
1. Pasien
Nama : Pariyem
TTL : Kebumen, 15 Januari 1975
Alamat : Dukuh Luwung, Desa Wonoharjo, RT03/01, Kec. Rowokele, Kab.
Kebumen
Usia : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
2. Keluarga (Anak)
Nama : Dian Nur Winasih
TTL : Kebumen, 21 Juni 2004
Alamat : Dukuh Luwung, Desa Wonoharjo, RT03/01, Kec. Rowokele,
Kab. Kebumen
Usia : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar

B. Hasil Wawancara
1. Pembuka

Adisti : Assalamu’alaikum wr. wb.

Narasumber : Wa’alaikumsalam wr. wb.


Adisti : Sebelumnya kami minta maaf ya bu, mba, sudah mengganggu waktunya,
kami dari mahasiswa Universitas Muhammadiyah Gombong Prodi D3
Keperawatan mau wawancara ibu dan mba untuk keperluan tugas Mata Kukiah
Psikologi. Kami kesini hanya untuk kebutuhan tugas bu, mba, tidak bermaksud
yang lain, mohon jangan tersinggung.

Narasumber : Iya mba boleh, monggo

2. Oto Anamnesa

Adisti : Maaf bu, apakah bisa berbahasa indonesia ?

Narasumber : Iya bisa.( dibantu keluarga pasien )

Yum : Ibu biasanya sehari-hari kerja apa bu ?

Narasumber : Saya kerja di sawah sama momong cucu mba

Yum : Ibu apa yang dirasa sekarang ?

Narasumber : Pusing mba, banyak masalah.

Yunis : Pusingnya bagaimana bu kalau boleh tau ?

Narasumber : Ya pusing ngga punya uang mba, takut ngga bisa ngasih uang jajan
ke cucu.

Windy : Apa ibu merasa cemas atau takut ?

Narasumber : Takut mba, disana banyak orang jelek saya takut.

Wawa : Ibu anaknya berapa ?

Narasunber : Anak saya 4 mba

Yunis : Ini anak terakhir ya bu ?

Narasumber : Iya mba

Adisti : Ibu senengnya ngapain aja ?

Narasumber : Saya seneng main sama cucu


3. Allo Amannesa

Adisti : Maaf ya mba, kita tanya-tanya lagi ..

Narasumber : Iya mba ngga apa-apa

Yum : Ibunya makannya, mandinya normal mba ? Atau perlu dibantu ?

Narasumber :Ibus aya masih normal makan dan mandi sendiri juga seperti orang
biasanya, nyambut gawe disawah juga sering mba, Cuma ya kalau diajak
ngomong kadang nyambung kadang ngga.

Adisti : Ibunya sering berkhayal atau engga mba ?

Narasumber : Sering,

Yunis : Itu berkhayalnya apakah jangka panjang ? Atau Cuma karena ada sebab ?

Narasumber : Ibu saya berkhayal kalau lagi inget anaknya yang nomer 2, kakak
laki-laki saya, kadang sampe nangis dan teriak manggil namanya.

Yum : Itu sebabnya apa ya mba kalau boleh tau ?

Narasumber : Saya ngga tau persis mba, tapi kakak saya yang nomer 2 ngga
pernah pulang mungkin ibu saya kangen gitu mba.

Wawa : Ibunya mengalami seperti itu sejak kapan mba ?

Narasumber : Sejak tahun 2018 mba,

Windy : Awalnya gejala ringan yang ditimbulkan apa mba ?

Narasumber : Ibu saya mulai keihatan aneh itu waktu ngajak ngobrol foto kakak
saya, saya mulai ngerasa aneh, lama kelamaan malah jadi bicara sendiri dan
sampe berhalusinasi kalau kakak saya ada dirumah.

Adisti : Coba bisa diceritakan mba sekarang parahnya Ibu bagaimana ?

Narasumber : Ibu saya kalau udah ngehayal, terus inget kalau kakak saya ngga
dirumah itu dia nanti ngamuk, biasanya numbuk-numbuk kepala ke tembok,
kadang juga nyubitin tangan sendiri, kaya gemes gitu. Diberhentiin ngga mau mba
malah tambah ngamuk.

Yunis : Apakah ibunya pernah sampai pergi dari rumah ?

Narasumber : Ngga pernah mba, Alhamdulillah.

Wawa : Apakah kalau berkhayal lama mba ?

Narasumber : Lama mba

Windy : Kira-kira berapa lama ?

Narasumber : Bisa sampai 1 atau 2 jam mba

Yum : Apakah ada hal lain yg dikhayalkan sama ibunya mba ?

Narasumber : Kadang teriak-teriak ngga punya uang, stress, tolong, atau


semacamnya itu mba, kaya orang bingung takut gitu sih.

Adisti : Sudah pernah terapi ke rumah sakir jiwa mba ? Atau dilakukan hal lain
suapaya berkurang ?

Narasumber : Pernah di ruqyah, sudah 4 kali mba.

Yum : Setelah diruqyah reaksi ibunya gimana mba ?

Narasumber : setelah diruqyah ibu saya bisa sembuh total selama 2 harian, nanti
setelah itu kumat-kumatan lagi.

Yunis : Selama 2 harian itu bisa dijelaskan mba ..

Narasumber : Selama kurang lebih 2 hari ya ibu saya normal masak, bicara
dengan tetangga seperti sebelum kena gangguan seperti ini mba, kaya orang
normal biasa.

4. Penutup

Wawa : Saya cukupkan sekian wawancaranya ya mba, terimakasih sudah


menyempatkan waktunya untuk wawancara hari ini, kami mohon maaf kalau ada
salah kata dan hal-hal yang menyinggung , terimakasih banyak mba, kami pamit
pulang. Assalamu’alaikum wr. wb.

Narasumber : Nggeh sama-sama mba. Wa’alaikumsalam wr. wb.

C. Kategori Diagnosa Pasien


Pasien didiagnosa mengalami gangguan somatoform jenis gangguang
somatis. Berdasarkan gejala pasien sebagai berikut ;

1. Gangguan Somatis
Gangguan somatisasi merupakan salah satu bentuk gangguan somatoform,
yang sumber gangguannya adalah kecemasan yang dimanifestasikan dalam
keluhan fisik, sehingga orang lain tidak akan mengerti jika individu tidak
mengeluh (Davison dan Neale, 1986, 2001). Somatisasi juga merupakan suatu
bentuk gangguan yang ditunjukkan dengan satu atau beberapa macam keluhan
fisik akan tetapi secara medis tidak mempunyai dasar yang jelas. Gangguan
somatisasi ini juga disebut sebagai briquet’s syndrome, setelah Paul Briquet
mengidentifikasi pasien-pasiennya yang mengeluh gejala medis pada tubuhnya
namun tidak ada bukti medis (Mayou, 1993; Bell, 1994)

2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis atau gangguan mental adalah kondisi yang
memengaruhi pemikiran, perasaan, suasana hati, dan perilaku. Penyakit psikologis
tertentu mungkin hanya muncul sesekali, dan beberapa dapat bertahan lama
(kronis). Penyakit psikologis dapat memengaruhi kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain dan berfungsi secara normal setiap harinya. Istilah penyakit
psikologis terkadang digunakan untuk merujuk pada apa yang lebih sering dikenal
sebagai gangguan mental atau gangguan kejiwaan. Gangguan mental atau
gangguan jiwa adalah pola gejala perilaku atau psikologis yang memengaruhi
berbagai bidang kehidupan. Gangguan ini tentu menimbulkan tekanan bagi orang-
orang yang mengalaminya. Berdasarkan hasil wawancara Ny. P mengalami
gangguan psikologis berupa stress, bicara sendiri, dan berhalusinasi.
Menurut Sarafino dan Timothy (2012) mengatakan bahwa sebagai keadaan
yang dimana seseorang merasa tidak cocok dengan situasi secara fisik maupun
psikologi dan sumbernya berasal dari biologi serfa stress sosial. Menurut Lazarus
dan Folkman (1964) yang menyatakan stress merupakan suatu interaksi antara
seseorang dan lingkungannya yang membahayakan dirinya baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Hardjono (1994) ketidakmampuan seseorang
yang menyalami stress dalam menghadapi stresor baik yang nyata maupun tidak
nyata, antara keadaan dan sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada
pada orang tersebut.
Menurut Yosep (2011) halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang
merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulasi dari manapun baik
stimulasi suara, bayangan, pengecapan, maupun perabaan. Menurut Stuart (2007)
halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman sensori yang salah. Menurut
Direja (2011) halusinasi dinyatakan sebagai persepsi klien tehadap lingkunvan
tanpa stimulasi yang nyata.

3. Gangguan Fisik
Setiap individu, secara sadar, senantiasa berupaya keluar dari masalah yang
sedang dihadapi. Kompleksitas kehidupan kontemporer dapat mengakibatkan
perkembangan permasalahan dari yang bersifat pribadi lantas menjadi
permasalahan keluarga dan sosial. Pengabadian masalah individu juga dapat
mengakibatkan tekanan yang dapat mengganggu dan mengancam fisik dan
mental.
Dari aspek fisik, problem individu dapat mengakibatkan penurunan tingkat
kekebalan tubuh, susah tidur, mengacaukan pikiran, serta menyebabkan afeksi
negatif lainnya. Dari beberapa problem individu, kecemasan merupakasalah satu
penyakit kejiawaan yang lazim dialami manusia. Berdasarkan hasil wawancara,
gangguan fisik yang dialami Ny. P berupa lecet-lecet di tubuh karena sering
menyiksa diri sendiri dan lebam di bagian kepala karena sering menumbuk-
numbuk kepalanya ke dinding.
Memar adalah suatu pendarahan dalam jaringan bawah kulit atau kutis
akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul.

D. Terapi Yang Sudah Dilaksanakan

Berdasarkan keterangan keluarga pasien, Ny. P sudah melakukan tindakan


terapi berupa ruqyah yang sudah dilakukan sebanyak 4 kali. Ruqyah jika ditinjau dari
KBBI berarti jampi atau mantra secara istilahi ruqyah adalah suatu pengobatan atau
metode pengobatan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dan diperbolehkan
oleh nya para pengikutnya untuk meruqyah berdasarkan beberapa hadits19.
Singkatnya ruqyah ialah pengobatan yang menggunakan ayat-ayat al-Qur’an untuk
memohon dan mendoakan pasien dan dirinya. Ruqyah atau yang sering disebut
Qur’anic Healing ini memang menjadi salah satu pengobatan yang dipraktekan oleh
Nabi kepada keluarga,
sahabat dan orang orang sekitarnya. Selain dari ayat ayat al-Qur’an terapi ruqyah ini
diambil juga dari hadits hadits Nabi yang shahih dan menjadi pengobatan yang sengat
sempurna.
Ruqyah berasal dari Bahasa arab dengan makna yang sangat luas. Lafadz
ruqyah berasal dari kata raqa yarqa secara etimologi, ruqyah berartu al –audzah aau
ar,ata’widz, yaitu meminta perlindungan (isti’adzah) sedangkan dalam Bahasa
Indonesia ruqyah dapat pula diartikan sebagai jampi atau mantra.

E. Gangguan Psikosis

Psikosis dapat terjadi setiap saat dalam kehidupan, tetapi onset atau permu-
laan terjadinya psikosis, yang sering disebut sebagai psikosis episode pertama
biasanya terjadi rata-rata pada masa remaja akhir atau dewasa awal (Compton &
Broussard, 2009; Shiers & Smith, 2010; Grano, Lindsberg, Kar- jalainen, Nroos, &
Blomber, 2010; Law, dkk., 2005; Sharifi, Kermani-ranjbar, Amini, Alagh-band-rad,
Salesian, & Seddigh, 2009). Untuk pria, usia onset mungkin sedikit lebih awal dari
pada wanita, rata-rata pria mengalami gejala psikosis pertama kalinya hingga tiga
sampai lima tahun sebelum wanita (Compton & Broussard, 2009). Adanya gangguan
psiko-sis akan mengganggu perkembangan remaja dan dewasa awal pada tahap
perkembangan yang penting (Addington & Burnett, 2004). Pada rentang usia ini,
seseorang akan mem- ulai karirnya dan berusaha mencapai prestasi (Hurlock, 1994),
dengan demikian, gangguan psikosis tentu akan menghambat pencapa- ian karir dan
prestasi serta akan berdampak pada penurunan kualitas hidupnya (Law, dkk., 2005).
Addington dan Burnett (2004) menga- takan, bahwa ada masalah psikososial
yang muncul akibat timbulnya gangguan psikosis. Masalah psikososial ini akan
menjadi be-ban, menimbulkan kebingungan, ketakutan dan penderitaan akibat
pengalaman stigma, rasa malu, isolasi, kehilangan penguasaan dan kontrol, penurunan
harga diri, pendidikan atau pekerjaan menjadi terganggu, dan ser-ingkali
menimbulkan penurunan kemampuan seseorang untuk terlibat secara penuh dalam
keputusan pengobatannya (McGorry, Ed- wards & Pennell dalam Addington &
Burnett, 2004).
Berdasarkan hasil wawancara Ny.P memiliki tanda-tanda gangguan psikosis
seperti kebingungan, kehilangan penguasaan kontrol, dan menurutkan kemampuan
untuk terlibat langsung dalam keputusan pengobatannya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan somatoform merupakan kelainan psikologis pada seseorang yang
ditandai dengan sekumpulan keluhan fisik yang tidak menentu, namun tidak tampak saat
pemeriksaan fisik. Munculnya gangguan ini biasanya disebabkan oleh stres dan banyak
pikiran. Gangguan somatoform memiliki keluhan gejala fisik yang berulang yang
disertai dengan permintaan pemeriksaan medis.Penderita juga menyangkal untuk
membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik
dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala ansietas
dan depresi (PPDGJ III, 2013)

B. Saran
1. Bagi Fakultas
Disarankan bagi Fakultas Keperawatan untuk membuat komisi khasus yange
melayani konsultasipermasalahan mahasiswa agar tingkat stress dan gejala somatic
dapat menurun.
2. Bagi Peneliti Lain
Disarankan untuk meneliti hubungan sakit kepala yang merupakan jenis gejala
somatuk tetrbanyak terhadap setres.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, D. R. (2020). Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Diagnosis


Banding Gangguan Somatoform Berbasis PPDGJ III.
HADJAM, M. (2003). Peranan kepribadian terhadap gangguan somatisasi (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Sumber : Hofie, L. (2019). Ruqyah syar'iyyah sebagai terapi alternatif penderita
gangguan psikosomatik: studi kasus pasien Penderita Psikosomatik di Al-Baharun
Ketapang Sampang (Doctoral dissertation, Uin Sunan Ampel Surabaya).
Sumber : Setiawan, I. M. A. GANGGUAN HIPOKONDRIK: SEBUAH LAPORAN
KASUS.
Diana Putri, R. Tingkat Keluhan Fisik Nyeri Ulu Hati Sebagai Indikator Gangguan
Somatoform Pada Pasien DI Poliklinik Psikiatri (Doctoral dissertation, Fakultas
Kedokteran Universitas Jember).
Saputra, I. M. R. A., & Suarya, L. M. K. S. (2019). Peran stres akademik dan hardiness
terhadap kecenderungan gangguan psikofisiologis pada mahasiswa kedokteran tahun
pertama. Jurnal Psikologi Udayana, 6(1), 31-43.
Tambunan, S. (2018). Seni Islam Terapi Murattal Alquran Sebagai Pendekatan
Konseling Untuk Mengatasi Kecemasan. Al-Mishbah: Jurnal Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, 14(1), 75-89.
Afriyeni, N., & Subandi, S. (2016). Kekuatan Keluarga Pada Keluarga Yang Anaknya Mengalami
Gangguan Psikosis Episode Pertama. Jurnal Psikologi, 11(1), 19-31.

Lampiran
Keterangan : Hanya 5 pewawancara, karena dari keluarga pasien hanya menghendaki 5
orang untuk datang wawancara

Anda mungkin juga menyukai