Anda di halaman 1dari 3

Prevalensi gizi buruk pada anak di dunia

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan, 45,4


juta anak di bawah lima tahun secara global mengalami kekurangan gizi akut (wasting) pada
2020. Sebagian besar anak yang kekurangan gizi ditemukan di wilayah konflik kemanusiaan,
miskin, dan memiliki layanan kesehatan gizi terbatas.
Menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penduduk yang
menderita kekurangan gizi di dunia mencapai 768 juta orang pada 2020, naik 18,1% dari
tahun sebelumnya sebesar 650,3 juta orang.

Berdasarkan kawasannya, persentase balita penderita kekurangan gizi akut paling tinggi di
Asia Selatan, yakni 14,7%. Posisinya disusul oleh Afrika Barat dan Tengah dengan persentase
sebesar 7,2%.
Berdasarkan kawasan, jumlah penduduk kekurangan gizi di Asia menjadi yang terbanyak,
yakni 418 juta orang pada 2020. Secara rinci, ada 305,7 juta penduduk yang menderita
kekurangan gizi di Asia Selatan.

Kemudian, 48,8 juta orang menderita kekurangan gizi di Asia Tenggara. Penduduk
kekurangan gizi di Asia Barat dan Asia Tengah masing-masing sebesar 42,3 juta orang dan
2,6 juta orang. Sementara, jumlah penduduk kekurangan gizi di Asia Timur tidak dilaporkan.

Proporsi balita kekurangan gizi akut di Timur Tengah dan Afrika Utara mencapai 6,3%.
Kemudian, ada 5,3% balita yang kekurangan gizi akut di Afrika Timur dan Selatan.
Sebanyak 3,7% balita kekurangan gizi akut berada di Asia Timur dan Pasifik. Di Eropa Timur
dan Asia Tengah, ada 1,9% balita kekuangan gizi akut. Sedangkan, 1,3% balita kekurangan
gizi akut berada di Amerika Latin dan Karibia.
Prevalensi gizi buruk pada anak di Indonesia
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan menunjukkan, terdapat
empat permasalahan gizi balita di Indonesia. Di antaranya stunting, wasting,
underweight, dan overweight.

Pendek (stunting) merupakan masalah gizi terbesar bagi anak usia di usia dini, baik anak usia
di bawah 2 tahun (Baduta) maupun usia di bawah 5 tahun (Balita). Berikut ini masalah gizi
yang dialami Baduta/Balita menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021.

 Sebanyak 20,8% Baduta dan 24,4% Balita stunted/pendek. Di mana tinggi badan
(TB)/Usia (U)
 Ada 13,6% Baduta dan 17% Balita mengalami underweight (gizi kurang), di mana
berat badan (BB)/U
 Terdapat 7,8% Baduta dan 7% Balita wasted (kurus), di mana BB/TB
 Ada pula 3,4% Baduta dan 3,8% Balita justru overweight (gemuk/kelebihan berat
badan).

Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi
stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021. Artinya, hampir 1 dari 4 Balita
mengalami stunting. Dengan demikian prevalensi stunting Indonesia termasuk dalam
kelompok sedang menurut standar World Health Organizations (WHO).
Di beberapa provinsi, prevalensi stunting balita bahkan masih berada di atas 30% seperti
terlihat pada grafik di mana peta wilayahnya terlihat paling gelap dibandingkan dengan
provinsi lainnya.
Provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Timur/NTT dengan prevalensi stunting sebesar
37,8%, Sulawesi Barat sebesar 33,8%, Aceh sebesar 33,2%, Nusa Tenggara Barat/NTB
sebesar 31,4%, Sulawesi Tenggara sebesar 30,2%, serta Kalimantan Selatan sebesar 30%.

Sedangkan prevalensi di Provinsi Bali, DKI Jakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta
tercatat paling rendah. Ini terlihat dari peta wilayahnya terlihat paling terang dibandingkan
dengan provinsi lainnya..

Sumber :
1.) Masalah Gizi yang Dialami Balita Indonesia Menurut SSGI (2019-2022) dalam
website databoks : https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/03/selain-
stunting-ini-deretan-masalah-gizi-yang-kerap-dialami-balita-di-indonesia
2.) Proporsi Anak di Bawah Lima Tahun Penderita Kekurangan Gizi Akut Menurut
Kawasan (2020) dalam website databoks :
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/23/sebanyak-454-juta-balita-di-
dunia-menderita-kekurangan-gizi-akut

Anda mungkin juga menyukai