1
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014
ABSTRACT
The division of state power is divided into legislative power, executive power and judicial
power. The task of government in carrying out public welfare within the meaning of the
Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, in the implementation of needed
legislation. Legislation in Indonesia is regulated in Law Number 12 Year 2011, the criteria
used for such a legal instrument called a regulation regulations are written rules that contain
legal norms binding in general and formed or defined by state agencies or officials authorized
through the procedures laid down in Regulation Legislation. In Article 8 paragraph (2) one of
the rules in the legislation recognized that Regulation of the Supreme Court and the
Constitutional Court Regulation, then in this paper are analyzed on both the regulation which
do not meet the criteria of legislation such as that contained in the Act No. 12 of 2011
3
Jimly Asshiddiqqie, Perihal Undang-Undang, 4
http://www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=art+
Konstitusi Pers, Jakarta, 2006 4&f=bahasanorma.htm
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 5
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014
kekurangan atau kekosongan hukum dalam bersifat umum, yaitu berlaku umum bagi
suatu hal, Mahkamah Agung berwenang siapa saja dan bersifat abstrak karena
membuat peraturan sebagai pelengkap untuk tidak menunjuk kepada hal, atau
mengisi kekurangan atau kekosongan tadi. peristiwa, atau kasus konkret yang sudah
Oleh karena itu peraturan yang dihasilkan ada sebelum peraturan itu ditetapkan;
adalah untuk membentuk peraturan beracara 2. Peraturan perundang-undangan yang
pada lembaga yudikatif tersebut. bersifat khusus karena kekhususan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor subjek yang diaturnya, yaitu hanya
24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah berlaku bagi subjek hukum tertentu;
Konstitusi maka dapat dilihat bahwa 3. Peraturan perundang-undangan yang
Mahkamah Konstitusi memiliki peraturan bersifat khusus karena kekhususan
berdasarkan Konsiderans Undang-Undang wilayah berlakunya, yaitu hanya berlaku
Nomor 24 Tahun 2003 yaitu Mahkamah di dalam wilayah lokal tertentu;
Konstitusi sebagai salah satu pelaku 4. Peraturan perundang-undangan yang
kekuasaan kehakiman mempunyai peranan bersifat khusus karena kekhususan daya
penting dalam usaha menegakkan konstitusi ikat materinya, yaitu hanya berlaku
dan prinsip negara hukum sesuai dengan internal.
tugas dan wewenangnya sebagaimana Peraturan tertulis kelompok pertama,
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar yaitu peraturan yang bersifat umum,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan biasanya berisi norma hukum yang menurut
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C Hans Kelsen bersifat umum dan abstrak.
ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Norma-norma hukum yang bersifat mengatur
Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dengan isi norma yang bersifat umum dan
mengatur tentang pengangkatan dan abstrak itu dituangkan dalam bentuk tertulis
pemberhentian hakim konstitusi, hukum yang disebut sebagai peraturan
acara, dan ketentuan lainnya tentang perundang-undangan sebagaimana yang
Mahkamah Konstitusi. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12
Berkaitan dengan adanya wewenang Tahun 2011. Pada kelompok kedua yaitu
pembentukan peraturan oleh Mahkamah peraturan yang bersifat khusus karena
Agung dan Mahkamah Konstitusi, dalam kekhususan subjek yang diaturnya. Sebagai
sistem hukum Indonesia, jenis dan tata urutan contoh, Pasal 4 Ketetapan MPR No.
(hierarki) peraturan perundang- undangan XI/MPR/1998 menentukan, “Upaya
telah diatur dalam Undang-undang Nomor pemberantasan korupsi, kolusi, dan
12 Tahun 2011 Pasal 8 ayat (1). Untuk nepotisme harus dilakukan secara tegas
membuktikan secara yuridis Peraturan terhadap siapapun juga, baik pejabat negara,
Mahkamah Agung dan Peraturan Mahkamah mantan pejabat negara, keluarga dan
Konstitusi sebagai peraturan kroninya maupun pihak swasta/konglomerat,
perundang-undangan, maka parameter yang termasuk mantan Presiden Soeharto dengan
digunakan dengan indikator : 1) peraturan tetap memperhatikan prinsip praduga tak
tertulis; 2) mengikat secara umum; 3) dibuat bersalah dan hak-hak asasi manusia”.
oleh lembaga negara atau pejabat yang Adanya anak kalimat “termasuk mantan
berwenang; 4) diperintahkan oleh peraturan Presiden Soeharto” dalam ketentuan tersebut
yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan bersifat “personal”, karena menyebut nama
kewenangan, yang akan diuraikan lebih orang secara konkret dan individual. Dengan
lanjut dalam penulisan ini.. demikian norma hukum yang terkandung di
Indikator peraturan tertulis, apabila dalam Pasal 4 Ketetapan MPR No.
diperhatikan maka ada empat kategori XI/MPR/1998 tersebut dapat dikatakan
peraturan tertulis yaitu, bersifat konkret dan individual seperti yang
1. Peraturan perundang-undangan yang
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 8
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014
dikemukakan Hans Kelsen 6. kedalam dan mana yang berlaku keluar dan
Lebih lanjut menurut Jimly kedalam, sering tidak mudah ditemukan.
Asshiddiqqie, undang-undang dapat pula Indikator kedua yakni Dibuat oleh
bersifat nasional atau bersifat lokal. lembaga negara atau pejabat yang
Undang-undang yang bersifat lokal biasanya berwenang, maka Menurut Jimly
adalah undang-undang yang berlaku di Asshiddiqqie, keputusan-keputusan yang
tingkat provinsi saja atau di tingkat bersifat umum dan abstrak (abstract dan
kabupaten/kota saja. Yang dimaksud dengan general norms) biasanya bersifat mengatur
undang-undang lokal atau locale wet (local (regeling), sedangkan yang bersifat
legislation) itu adalah peraturan yang individual konkret dapat merupakan ke-
dibentuk oleh lembaga legislatif lokal dengan putusan yang bersifat atau berisi penetapan
kekuatan berlaku hanya dalam lingkup administratif (beschikking) ataupun
wilayah satuan pemerintahan lokal tertentu keputusan yang berupa ‘vonnis’ hakim yang
saja. Peraturan perundang-undangan pada lazimnya disebut dengan istilah putusan.
kelompok keempat, yaitu yang biasa disebut Kewenangan untuk mengatur dan membuat
sebagai peraturan yang bersifat internal atau aturan (regeling) pada dasarnya merupakan
“internal regulation” (interne regeling). domain kewenangan lembaga legislatif yang
Sebenarnya, peraturan kategori keempat ini, berdasarkan prinsip kedaulatan merupakan
bukanlah peraturan perundang-undangan kewenangan eksklusif para wakil rakyat yang
menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun berdaulat untuk menentukan sesuatu
2011. Dalam Pasal 1 angka 2 ini, “peraturan peraturan yang mengikat dan membatasi
perundang- undangan” diartikan sebagai kebebasan setiap individu warga negara
aturan tertulis yang mengikat secara umum (presumption of liberty of the souvereign
dan dibentuk oleh lembaga negara atau people).
pejabat yang berwenang. Karena itu, Lebih lanjut dijelaskan dalam
peraturan dalam kategori keempat ini tidak tulisannya “Tata Urutan Peraturan
dapat dimasukkan kedalam pengertian Perundang-Undangan Dalam Problem
peraturan perundang- undangan menurut Peraturan Daerah”, bahwa dalam rangka
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011. penyusunan tertib peraturan perundang-
Namun demikian, untuk beberapa kasus, undangan, perlu dibedakan dengan tegas
kadang- kadang kriteria yang dapat antara putusan-putusan yang bersifat
diterapkan untuk norma-norma hukum yang mengatur (regeling) dari putusan-putusan
dianggap berlaku mengikat ke luar atau ke yang bersifat penetapan administratif
dalam, juga sangat tipis perbedaannya. Di (beschikking). Semua pejabat tinggi
dalam norma hukum yang dianggap pemerintahan yang memegang kedudukan
mengikat hanya ke dalam, ternyata politis berwenang mengeluarkan keputusan-
terkandung juga unsur-unsur daya ikat yang keputusan yang bersifat administratif, misal-
bersifat keluar. Apalagi, sesuai dengan nya untuk mengangkat dan memberhentikan
prinsip persamaan di hadapan hukum pejabat, membentuk dan membubarkan
(equality before the law), setiap peraturan kepanitiaan, dan sebagainya. Secara hukum,
perundang-undang yang berlaku keluar pasti semua jenis putusan tersebut dianggap
berlaku juga kedalam. Artinya, semua norma penting dalam perkembangan hukum
hukum yang berlaku keluar, pasti berlaku nasional. Akan tetapi, pengertian peraturan
juga kedalam, sedangkan semua yang perundang-undangan dalam arti sempit perlu
berlaku ke dalam belum tentu otomatis juga dibatasi ataupun sekurang-kurangnya
berlaku keluar. Akan tetapi, mana peraturan dibedakan secara tegas karena elemen
dan norma hukum yang hanya berlaku pengaturan (regeling) kepentingan publik
dan menyangkut hubungan-hubungan
6
Jimly Asshiddiqqie, Op.cit. Hal. 18
hukum atau hubungan hak dan kewajiban di
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 9
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014
negara, dan oleh sebuah Mahkamah Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan
Konstitusi. Oleh karena perintah ini secara bahwa : Negara Indonesia adalah negara
tegas diatur dalam Undang-Undang Dasar hukum. Apabila diperhatikan, hal ini pun
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berhubungan dengan kewenangan yang
merupakan hukum dasar dalam Peraturan dimiliki oleh Mahkamah Agung dan
Perundang-undangan sesuai dengan Pasal 8 Mahkamah Konstitusi dalam membuat
ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun peraturan perundang-undangan yang
2011 maka konsekuensinya adalah baik kewenangannya secara delegasi, yang
Mahkamah Agung maupun Mahkamah kemudian diakui keberadaannya dalam
Konstitusi tidak dapat diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
lembaga apapun juga. sebagai bagian dari peraturan
Setiap jenis peraturan perundang- perundang-undangan.
undangan mempunyai materi muatan
tersendiri yang biasanya didasarkan pada
peraturan perundang-undangan di atasnya,
dengan tetap memperhatikan Pasal 6
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang materi muatan. Dalam membentuk C. P E N U T U P
Peraturan Mahkamah Agung maupun
Peraturan Mahkamah Konstitusi perlu Sesuai dengan fungsi dan wewenang
diperhatikan landasan yuridis yang jelas. yang dimiliki oleh Mahkamah Agung dan
Peraturan Mahkamah Agung dan Peraturan Mahkamah Konstitusi, maka peraturan yang
Mahkamah Konstitusi yang dibentuk harus dibentuk oleh Mahkamah Agung maupun
dapat menunjukkan dasar hukum yang Mahkamah Konstitusi merupakan keputusan
dijadikan landasan pembentukannya. Makna di bidang peradilan, sehingga keputusan
tata urutan peraturan perundang-undangan tersebut merupakan suatu bentuk peraturan
terkait dengan dasar yuridis pembentukan untuk memperlancar proses beracara.
Peraturan Mahkamah Agung dan Peraturan Peraturan Mahkamah Agung maupun
Mahkamah Konstitusi dalam arti bahwa Peraturan Mahkamah Konstitusi tidak
hanya peraturan perundang-undangan yang mengikat umum karena peraturan tersebut
lebih tinggi atau yang sederajat dapat hanya mengikat para pihak yang bersengketa
dijadikan landasan atau dasar yuridisnya. dan bersifat mengikat ke dalam. Dengan
Apabila diperhatikan maka dalam Peraturan demikian baik Mahkamah Agung maupun
Mahkamah Agung maupun Mahkamah Mahkamah Konstitusi tidak mempuyai
Konstitusi dasar hukum yang digunakan kewenangan dalam pembentukan peraturan
adalah Pasal 24 dalam Undang-Undang perundang-undangan berdasarkan indikator
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
1945, Pasal 24 memuat ketentuan 12 Tahun 2011 yaitu antara lain peraturan
kekuasaan kehakiman dimaksudkan untuk tertulis; mengikat secara umum; ditetapkan
mempertegas bahwa tugas kekuasaan oleh lembaga negara atau pejabat yang
kehakiman dalam sistem ketatanegaraan berwenang; dan diperintahkan oleh peraturan
Indonesia adalah untuk menyelenggarakan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
peradilan yang merdeka, bebas dari dibentuk berdasarkan kewenangan. Ber-
intervensi pihak mana pun, guna dasarkan hal tersebut maka Peraturan
menegakkan hukum dan keadilan dan Mahkamah Agung maupun Peraturan
merupakan perwujudan prinsip Indonesia Mahkamah Konstitusi tidak dapat
sebagai negara hukum sebagaimana dikategorikan sebagai peraturan
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) dalam perundang-undangan menurut Undang-
Undang-Undang Dasar Negara Republik Undang Nomor12 Tahun 201, tetapi sebagai
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 13
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014
produk hukum.
Syafie Inu Kencana, 1994, Ilmu
Pemerintahan, CV Mandar Maju,
Bandung.