Anda di halaman 1dari 14

Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan………………….

1
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG DAN PERATURAN MAHKAMAH


KONSTITUSI MENURUT JENIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI
INDONESIA

Oleh: Vica J. E. Saija

ABSTRACT

The division of state power is divided into legislative power, executive power and judicial
power. The task of government in carrying out public welfare within the meaning of the
Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945, in the implementation of needed
legislation. Legislation in Indonesia is regulated in Law Number 12 Year 2011, the criteria
used for such a legal instrument called a regulation regulations are written rules that contain
legal norms binding in general and formed or defined by state agencies or officials authorized
through the procedures laid down in Regulation Legislation. In Article 8 paragraph (2) one of
the rules in the legislation recognized that Regulation of the Supreme Court and the
Constitutional Court Regulation, then in this paper are analyzed on both the regulation which
do not meet the criteria of legislation such as that contained in the Act No. 12 of 2011

Keyword: Supreme Court, the Constitutional Court, Regulation

A. PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga dengan demikian antara


tiga pemegang kekuasaan memiliki tugas
Menurut ajaran Trias Politica yang yang bersinggungan, dengan fungsi checks
dikemukakan oleh Montesquie, kekuasaan and balances sebagai bagian untuk saling
negara itu harus dipisah-pisahkan dan mengontrol agar tidak terjadi penyimpangan
masing-masing dilakukan oleh organ antar lembaga negara.
tersendiri. Pemisahan kekuasaan itu bersifat Salah satu kekuasaan yang ada di
kedap, dalam arti bahwa kekuasaan- Indonesia adalah kekuasaan yudikatif.
kekuasaan itu bukan hanya dibeda-bedakan Kekuasaan yudikatif merupakan kekuasaan
dan dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi peradilan dimana kekuasaan itu menjaga
harus pula diserahkan dan dilakukan oleh agar undang-undang, peraturan-peraturan,
organ-organ negara yang terpisah. Hal itu atau ketentuan-ketentuan hukum lainnya
dilakukan sebagai upaya pencegahan supaya benar-benar ditaati, yaitu dengan
kekuasaan negara tidak berada pada satu menjalankan sanksi pidana terhadap setiap
tangan/organ saja dan dapat menimbulkan pelanggar hukum/undang-undang dan juga
penyalahgunaan oleh organ tersebut. bertugas untuk memutuskan dengan adil
Di Indonesia sendiri, dalam sengketa-sengketa sipil yang diajukan ke
kehidupan kenegaraan kita dan sesuai pengadilan untuk diputuskan. Tugas
dengan ketentuan Undang-Undang Dasar kekuasaan yudikatif adalah mengawasi
Negara Republik Indonesia Negara Republik penerapan ketentuan-ketentuan hukum yang
Indonesia Tahun 1945, kita tidak menganut telah ada dan menjatuhkan sanksi hukum
ajaran Trias Politica dengan adanya bagi pelanggarnya menurut rasa keadilan
pemisahan kekuasaan (separation of power) didalam peristiwa-peristiwa hukum yang
secara murni tetapi kita menganut sistem konkret.1
pembagian kekuasaan (division of power)
dalam penyelenggaraan pemerintahan 1
Maria Farida Indarti Soeprato, Ilmu
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 2
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

Kekuasaan kehakiman dilakukan MPR, DPR, DPD dan Presiden yang


oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan keberadaannya berkait erat dengan
peradilan yang berada dibawahnya dalam pelaksanaan asas demokrasi perwakilan,
lingkungan peradilan umum, lingkungan Undang-Undang Dasar juga menetapkan
peradilan agama, lingkungan peradilan lembaga negara lain dalam rangka
militer, lingkungan peradilan tata usaha pelaksanaan asas negara hukum yaitu
negara, dan oleh sebuah Mahkamah lembaga peradilan dan lembaga negara yang
Konstitusi. Hasil amandemen ketentuan berfungsi untuk meningkatkan tata kelola
mengenai kekuasaan kehakiman dalam organisasi yang baik (good corporate
Undang-Undang Dasar Negara Republik governance) yaitu: (1) Komisi Pemilihan
Indonesia Tahun 1945 dimaksudkan untuk Umum, (2) Badan Pemeriksa Keuangan, (3)
mempertegas bahwa tugas kekuasaan Komisi Yudisial.
kehakiman dalam sistem ketatanegaraan Dalam sistem hukum Indonesia, jenis
Indonesia adalah untuk menyelenggarakan dan tata urutan (hierarki) peraturan
peradilan yang merdeka, bebas dari perundang-undangan telah diatur dalam
intervensi pihak mana pun, guna Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
menegakkan hukum dan keadilan. Ketentuan Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
ini merupakan perwujudan prinsip Indonesia Undangan - Lembaran Negara Republik
sebagai negara hukum sebagaimana Indonesia Tahun 2004 Nomor 82
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) (Selanjutnya disingkat Undang-Undang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Nomor 12 Tahun 2011). Adapun jenis dan
Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan hierarki Peraturan Perundang-undangan
bahwa : Negara Indonesia adalah negara sesuai dengan Pasal 7 ayat (1)
hukum. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Undang-Undang Dasar Negara adalah sebagai berikut :
Republik Indonesia Tahun 1945 setelah a. Undang-Undang Dasar Negara Republik
perubahan mengenal dua pelaksana Indonesia Tahun 1945;
kekuasaan kehakiman. Ketentuan Pasal 24 b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Rakyat;
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa : c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Pengganti Undang-Undang;
sebuah Mahkamah Agung yang termasuk di d. Peraturan Pemerintah;
dalamnya badan peradilan dalam lingkungan e. Peraturan Presiden;
peradilan umum, lingkungan peradilan f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
agama, lingkungan peradilan militer, g. Peraturan Derah Kabupaten/Kota.
lingkungan peradilan tatausaha negara, dan Apabila ketentuan Pasal 7 ayat (1)
sebuah Mahkamah Konstitusi. Mahkamah tersebut diperhatikan seakan-akan jenis
Agung dan Mahkamah Konstitusi peraturan perundang-undangan bersifat
merupakan lembaga negara yang diperlukan limitatif, hanya berjumlah 7 (tujuh) yaitu
untuk melaksanakan prinsip negara hukum, Undang-Undang Dasar Negara Republik
sedangkan Komisi Yudisial merupakan Indonesia Tahun 1945, Ketetapan Majelis
lembaga negara yang diperlukan untuk Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang/
meningkatkan kualitas good corporate Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
governance 2 . Disamping lembaga negara Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Daerah Provinsi, dan
Perundang-Undangan Dasar-Dasar Dan Peraturan Daerah Kota. Hal ini berarti di luar
Pembentukannya, Kanisius, Yogyakarta, 2007, hal dari kelima jenis tersebut sepertinya bukan
60
2
http:/www.legalitas.org/?q=Mahkamah+Konstitusi
+Dalam+Sistem+Ketatanegaraan+Republik+Indo nesia)
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 3
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

dikategorikan sebagai peraturan peradilan.


perundang-undangan. Namun ketentuan Berdasarkan uraian tersebut diatas,
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 maka permasalahan yang dapat
Tahun 2011 menyatakan bahwa “Jenis dikemumakan adalah Apakah Peraturan
Peraturan Perundang-undangan selain Mahkamah Agung dan Peraturan Mahkamah
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (1), Konstitusi dapat dikategorikan sebagai jenis
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Peraturan Perundang-Undangan berdasarkan
Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011?
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, B. PEMBAHASAN
Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang
setingkat yang dibentuk dengan undang- Pasal 22A Undang-Undang Dasara
undang atau pemerintah atas perintah Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat menyebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut
Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan tentang tata cara pembentukan undang-
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, undang diatur dengan undang-undang dan
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang kemudian untuk memenuhi perintah tersebut
setingkat”. maka, dibentuklah suatu ketentuan yang
baku mengenai tata cara Pembentukan
Dalam kaitan dengan adanya Peraturan Perundang-Undangan yaitu
berbagai peraturan perundang-undangan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 yang
sebagaimana disebutkan di atas, pada Pasal kemudian diganti dengan Undang- Undang
1 angka 2 Undang-Undang Nomor 12 tahun Nomor 12 Tahun 2011. Undang- undang
2011, disebutkan bahwa peraturan tersebut merupakan undang-undang organik,
perundang-undangan adalah peraturan karena melaksanakan secara tegas perintah
tertulis yang memuat norma hukum yang Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara
mengikat secara umum dan dibentuk atau Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 1
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat angka 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
yang berwenang melalui prosedur yang 2011, disebutkan bahwa peraturan
ditetapkan dalam Peraturan Perundang- perundang-undangan adalah peraturan
Undangan. Sehubungan dengan penjelasan tertulis yang memuat norma hukum yang
diatas, maka ada tiga unsur suatu peraturan mengikat secara umum dan dibentuk atau
dapat digolongkan sebagai peraturan ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat
perundang-undangan antara lain peraturan yang berwenang melalui prosedur yang
tertulis; mengikat secara umum; ditetapkan ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
oleh lembaga negara atau pejabat yang Undangan.
berwenang. Apabila dikaji satu per satu Menurut Jimly Asshiddiqie,
maka Peraturan Mahkamah Agung dan peraturan perundang-undangan adalah
Peraturan Mahkamah Konstitusi merupakan peraturan tertulis yang berisi norma-noma
peraturan tertulis, yang dibuat oleh Lembaga hukum yang mengikat umum, baik yang
Negara/Pejabat yang berwenang. Unsur ditetapkan oleh legislator maupun oleh
terakhir yakni mengikat umum jelas terlihat regulator atau lembaga-lembaga pelaksana
bahwa peraturan Mahkamah Agung maupun undang-undang yang mendapatkan kewe-
Peraturan Mahkamah Konstitusi, keduanya nangan delegasi dari undang-undang untuk
tidak mengikat umum oleh karena hanya menetapkan peraturan-peraturan tertentu
untuk orang, beberapa orang, badan hukum menurut peraturan yang berlaku. Peraturan
yang bersengketa melalui lembaga Perundang-undangan merupakan istilah yang
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 4
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

dipergunakan untuk menggambarkan Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan,


berbagai jenis (bentuk) peraturan (produk Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
hukum tertulis) yang mempunyai kekuatan badan, lembaga, atau komisi yang setingkat
mengikat secara umum yang dibuat oleh yang dibentuk dengan undang-undang atau
Pejabat atau Lembaga yang berwenang.3 pemerintah atas perintah Undang-Undang,
Kriteria suatu peraturan disebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
sebagai Peraturan Perundang-Undangan Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Desa atau yang setingkat”.
yaitu bersifat tertulis, mengikat secara Aturan hukum yang dirumuskan
umum, dan dibentuk atau ditetapkan oleh dalam sebuah peraturan perundang-
lembaga negara atau pejabat yang undangan memiliki sifat-sifat tertentu yang
berwenang. Berdasarkan kriteria ini, maka dapat digolongkan menjadi empat, yakni
tidak semua aturan tertulis yang dikeluarkan sifat umum-abstrak, umum-konkret,
pejabat atau lembaga negara merupakan individual-abstrak, dan individual-konkret.
Peraturan perundang-undangan, sebab dapat Keempat sifat kaidah hukum ini digunakan
saja bentuknya tertulis tapi tidak mengikat secara kombinatif dalam suatu peraturan
umum, karena hanya berlaku untuk perundang-undangan, bergantung pada
perorangan berupa Keputusan (Beschikking). isi/substansi dari wilayah penerapan/
Ada pula aturan yang bersifat untuk umum jangkauan berlakunya aturan hukum yang
dan tertulis, namun karena dikeluarkan oleh bersangkutan. Kombinasi sifat aturan hukum
suatu organisasi tertentu, maka hanya ini sebagian akan ditentukan pula oleh jenis
berlaku untuk intern anggotanya saja. peraturan yang terdapat dalam hierarki
Jenis dan hierarki Peraturan peraturan perundang-undangan. Makin
Perundang-undangan sesuai dengan Pasal 7 tinggi tingkatan peraturan perundang-
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun undangan, makin abstrak dan umum sifatnya.
2011 adalah sebagai berikut : Berdasarkan pemahaman terhadap
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik kaidah-kaidah hukum, dapat diidentifikasi
Indonesia Tahun 1945; beberapa jenis kaidah hukum, yaitu sebagai
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan berikut:4
Rakyat; 1. Kaidah Perilaku, adalah jenis kaidah
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah yang menetapkan bagaimana kita harus
Pengganti Undang-Undang; atau boleh berperilaku. Fungsinya untuk
d. Peraturan Pemerintah; mengatur perilaku orang-orang dalam
e. Peraturan Presiden; kehidupan masyarakat;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan 2. Kaidah Kewenangan, adalah jenis kaidah
g. Peraturan Derah Kabupaten/Kota. hukum yang menetapkan siapa yang
Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (1) berhak atau berwenang untuk
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 menciptakan dan memberlakukan kaidah
menyatakan bahwa “Jenis Peraturan perilaku tertentu. Fungsinya adalah untuk
Perundang-undangan selain sebagaimana menetapkan siapa yang berwenang untuk
dimaksud pada Pasal 7 ayat (1), mencakup mengatur perilaku orang, menentukan
peraturan yang ditetapkan oleh Majelis dengan prosedur bagaimana kaidah
Permusyawaratan Rakyat dan Dewan perilaku itu ditetapkan dan sekaligus
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan menentukan bagaimana suatu kaidah
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah harus ditetapkan jika dalam suatu

3
Jimly Asshiddiqqie, Perihal Undang-Undang, 4
http://www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=art+
Konstitusi Pers, Jakarta, 2006 4&f=bahasanorma.htm
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 5
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

kejadian tertentu terdapat ditidakjelasan; secara umum diharuskan;


3. Kaidah Sanksi, adalah jenis kaidah yang d. izin (toestemming), adalah pembolehan
memuat reaksi yuridis atau akibat-akibat khusus untuk melakukan sesuatu yang
hukum tertentu jika terjadi pelanggaran secara umum dilarang.
atau ketidakpuasan terhadap kaidah 2. Norma hukum berlaku keluar. Ruiter
tertentu. Secara umum kaidah sanksi berpendapat bahwa, di dalam peraturan
memuat kewajiban untuk melakukan atau perundang-undangan terdapat tradisi yang
tidak melakukan sesuatu; hendak membatasi berlakunya norma
4. Kaidah Kualifikasi: adalah jenis kaidah hanya bagi mereka yang tidak termasuk
yang menetapkan dalam organisasi pemerintahan. Norma
persyaratan-persyaratan tertentu yang yang mengatur hubungan antar
harus dipenuhi oleh seseorang untuk bagian-bagian organisasi pemerintahan
dapat melakukan perbuatan hukum dianggap bukan norma yang sebenarnya,
tertentu atau sebaliknya dibebaskan dari yang hanya dianggap norma organisasi.
kewajiban untuk melakukan suatu Oleh karena itu, norma hukum dalam
perbuatan hukum tertentu; peraturan perundang-undangan selalu
5. Kaidah Peralihan, adalah jenis kaidah disebut “berlaku ke luar” ;
hukum yang dibuat sebagai sarana untuk 3. Norma bersifat umum dalam arti luas,
mempertemukan aturan hukum tertentu dalam hal ini terdapat pembedaan antara
sebagai akibat kehadiran peraturan norma yang umum (algemeen) dan yang
perundang-undangan dengan keadaan individual (individueel), hal ini dilihat dari
sebelum peraturan perundang-undangan adressat (alamat) yang dituju, yaitu
itu berlaku. Kaidah peralihan ini ditujukan kepada “Setiap orang” atau
fungsinya untuk menghindari kepada “orang tertentu”, serta antara
kemungkinan terjadinya kekosongan norma yang abstrak (abstract) dan yang
hukum; menjamin kepastian dan konkret (concreet) jika dilihat dari hal
memberi jaminan perlindungan hukum yang diaturnya, apakah mengatur
kepada subjek hukum tertentu. peristiwa-peristiwa yang tidak tertentu
Menurut D. W. P Ruiter, dalam atau mengatur peristiwa-peristiwa yang
kepustakaan di Eropa Kontinental, yang tertentu.
dimaksud peraturan perundang-undangan Norma hukum dapat pula dibedakan
atau wet in materiële zin mengandung tiga antara yang bersifat umum dan abstrak
unsur, yaitu norma hukum (rechtsnorm); (general and abstract norms) dan yang
berlaku ke luar (naar buiten werken); bersifat bersifat konkret dan individual (concrete
umum dalam arti luas (algemeen- heid in and individual norms). Norma umum selalu
ruime zin) 5 . Ketiga unsur tersebut dapat bersifat abstrak karena ditujukan kepada
diuraikan lebih lanjut sebagai berikut : semua subjek yang terkait tanpa menunjuk
1. Norma hukum, sifat norma hukum dalam atau mengaitkannya dengan subjek konkret,
peraturan perundang-undangan dapat pihak atau individu tertentu. Norma hukum
berupa: yang bersifat umum dan abstrak inilah yang
a. perintah (gebod), adalah kewajiban biasanya menjadi materi peraturan hukum
umum untuk melakukan sesuatu; yang berlaku bagi setiap orang atau siapa
b. larangan (verbod), adalah kewajiban saja yang dikenai perumusan norma hukum
umum untuk tidak melakukan sesuatu; yang tertuang dalam peraturan perundang-
c. pembebasan (vrijstelling, dispensasi), undangan yang terkait. Sementara itu, norma
adalah pembolehan (verlof) khusus hukum individuil selalu bersifat konkret,
untuk tidak melakukan sesuatu yang yang ditujukan kepada orang tertentu, pihak
atau subjek-subjek hukum tertentu atau
5
Maria Farida, Op. cit, hal. 35 peristiwa dan keadaan-keadaan tertentu.
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 6
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

Sesuai dengan Undang-Undang Agung.


Nomor 12 Tahun 2011 dan berdasarkan Pengaturan mengenai Mahkamah
pendapat para ahli, maka menurut penulis, Agung diatur dengan Undang-Undang
peraturan perundang-undangan merupakan Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah
peraturan tertulis yang mengandung norma Agung jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun
hukum, dibentuk oleh badan yang 2004 Tentang Perubahan Atas
berwenang dan mengikat secara umum. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985
Oleh karena itu, indikator suatu peraturan Tentang Mahkamah Agung sedangkan
perundang-undangan adalah peraturan Mahkamah Konstitusi diatur dalam
tertulis, mengandung norma hukum, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003
mempunyai kekuatan hukum mengikat yaitu Tentang Mahkamah Konstitusi. Adapun
mengikat umum dan mengikat ke luar, di tugas dan wewenang dari Mahkamah Agung
bentuk oleh badan yang berwenang, diakui sesuai dengan Pasal 24A ayat (1) UUD 1945
keberadaannya, dan dibentuk atas perintah yaitu : Mahkamah Agung berwenang
peraturan perundang-undangan yang lebih mengadili pada tingkat kasasi, menguji
tinggi. peraturan perundang-undangan di bawah
Dalam sistem ketatanegaraan undang-undang terhadap undang-undang,
Indonesia, kekuasan kehakiman diatur dan mempunyai wewenang lainnya yang
Undang-Undang Dasar Negara Republik diberikan oleh undang-undang; sedangkan
Indonesia Tahun 1945 yang setelah wewenang Mahkamah Konstitusi diatur
perubahan mengenal dua pelaksana dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 yaitu
kekuasaan kehakiman. Ketentuan Pasal 24 mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
UUD 1945 menyebutkan bahwa Kekuasa- yang putusannya bersifat final untuk
an kehakiman dilakukan oleh sebuah menguji undang-undang terhadap Undang-
Mahkamah Agung yang termasuk di Undang Dasar, memutus sengketa kewena-
dalamnya badan peradilan dalam lingkungan ngan lembaga negara yang kewenangannya
peradilan umum, lingkungan peradilan diberikan oleh Undang-Undang Dasar,
agama, lingkungan peradilan militer, memutus pembubaran partai politik, dan
lingkungan peradilan tatausaha negara, dan memutus perselisihan tentang pemilihan
sebuah Mahkamah Konstitusi. Oleh umum.
karennya itu di cabang kekuasaan yudisial, Apabila dilihat dari wewenang kedua
dikenal adanya tiga lembaga, yaitu lembaga tersebut, maka kita dapat
Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, mengetahui bahwa Mahkamah Agung dan
dan Komisi Yudisial. Yang menjalankan Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang
fungsi kehakiman hanya dua, yaitu yang bersifat yudisial akan tetapi muncul
Mahkamah Konstitusi, dan Mahkamah permasalahan yaitu mengapa Mahkamah
Agung. Tetapi, dalam rangka pengawasan Agung dan Mahkamah Konstitusi dapat
terhadap kinerja hakim dan sebagai lembaga membuat peraturan apabila kedua lembaga
pengusul pengangkatan hakim agung, tersebut adalah lembaga yudikatif yang
dibentuk lembaga tersendiri yang bernama memiliki wewenang yudisial.
Komisi Yudisial. Komisi ini bersifat Berdasarkan ketentuan Pasal 79
independen dan berada di luar kekuasaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, yaitu
Mahkamah Konstitusi ataupun Mahkamah Mahkamah Agung dapat mengatur lebih
Agung, dan karena itu kedudukannya lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
bersifat independen dan tidak tunduk kepada kelancaran penyelenggaraan peradilan
pengaruh keduanya. Akan tetapi, fungsinya apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
tetap bersifat penunjang (auxiliary) terhadap diatur dalam Undang-undang ini. Penjelasan
fungsi kehakiman yang terdapat pada pasal tersebut menyebutkan bahwa “Apabila
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah dalam jalannya peradilan terdapat
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 7
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

kekurangan atau kekosongan hukum dalam bersifat umum, yaitu berlaku umum bagi
suatu hal, Mahkamah Agung berwenang siapa saja dan bersifat abstrak karena
membuat peraturan sebagai pelengkap untuk tidak menunjuk kepada hal, atau
mengisi kekurangan atau kekosongan tadi. peristiwa, atau kasus konkret yang sudah
Oleh karena itu peraturan yang dihasilkan ada sebelum peraturan itu ditetapkan;
adalah untuk membentuk peraturan beracara 2. Peraturan perundang-undangan yang
pada lembaga yudikatif tersebut. bersifat khusus karena kekhususan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor subjek yang diaturnya, yaitu hanya
24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah berlaku bagi subjek hukum tertentu;
Konstitusi maka dapat dilihat bahwa 3. Peraturan perundang-undangan yang
Mahkamah Konstitusi memiliki peraturan bersifat khusus karena kekhususan
berdasarkan Konsiderans Undang-Undang wilayah berlakunya, yaitu hanya berlaku
Nomor 24 Tahun 2003 yaitu Mahkamah di dalam wilayah lokal tertentu;
Konstitusi sebagai salah satu pelaku 4. Peraturan perundang-undangan yang
kekuasaan kehakiman mempunyai peranan bersifat khusus karena kekhususan daya
penting dalam usaha menegakkan konstitusi ikat materinya, yaitu hanya berlaku
dan prinsip negara hukum sesuai dengan internal.
tugas dan wewenangnya sebagaimana Peraturan tertulis kelompok pertama,
ditentukan dalam Undang-Undang Dasar yaitu peraturan yang bersifat umum,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan biasanya berisi norma hukum yang menurut
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 24C Hans Kelsen bersifat umum dan abstrak.
ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Norma-norma hukum yang bersifat mengatur
Republik Indonesia Tahun 1945 perlu dengan isi norma yang bersifat umum dan
mengatur tentang pengangkatan dan abstrak itu dituangkan dalam bentuk tertulis
pemberhentian hakim konstitusi, hukum yang disebut sebagai peraturan
acara, dan ketentuan lainnya tentang perundang-undangan sebagaimana yang
Mahkamah Konstitusi. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 12
Berkaitan dengan adanya wewenang Tahun 2011. Pada kelompok kedua yaitu
pembentukan peraturan oleh Mahkamah peraturan yang bersifat khusus karena
Agung dan Mahkamah Konstitusi, dalam kekhususan subjek yang diaturnya. Sebagai
sistem hukum Indonesia, jenis dan tata urutan contoh, Pasal 4 Ketetapan MPR No.
(hierarki) peraturan perundang- undangan XI/MPR/1998 menentukan, “Upaya
telah diatur dalam Undang-undang Nomor pemberantasan korupsi, kolusi, dan
12 Tahun 2011 Pasal 8 ayat (1). Untuk nepotisme harus dilakukan secara tegas
membuktikan secara yuridis Peraturan terhadap siapapun juga, baik pejabat negara,
Mahkamah Agung dan Peraturan Mahkamah mantan pejabat negara, keluarga dan
Konstitusi sebagai peraturan kroninya maupun pihak swasta/konglomerat,
perundang-undangan, maka parameter yang termasuk mantan Presiden Soeharto dengan
digunakan dengan indikator : 1) peraturan tetap memperhatikan prinsip praduga tak
tertulis; 2) mengikat secara umum; 3) dibuat bersalah dan hak-hak asasi manusia”.
oleh lembaga negara atau pejabat yang Adanya anak kalimat “termasuk mantan
berwenang; 4) diperintahkan oleh peraturan Presiden Soeharto” dalam ketentuan tersebut
yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan bersifat “personal”, karena menyebut nama
kewenangan, yang akan diuraikan lebih orang secara konkret dan individual. Dengan
lanjut dalam penulisan ini.. demikian norma hukum yang terkandung di
Indikator peraturan tertulis, apabila dalam Pasal 4 Ketetapan MPR No.
diperhatikan maka ada empat kategori XI/MPR/1998 tersebut dapat dikatakan
peraturan tertulis yaitu, bersifat konkret dan individual seperti yang
1. Peraturan perundang-undangan yang
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 8
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

dikemukakan Hans Kelsen 6. kedalam dan mana yang berlaku keluar dan
Lebih lanjut menurut Jimly kedalam, sering tidak mudah ditemukan.
Asshiddiqqie, undang-undang dapat pula Indikator kedua yakni Dibuat oleh
bersifat nasional atau bersifat lokal. lembaga negara atau pejabat yang
Undang-undang yang bersifat lokal biasanya berwenang, maka Menurut Jimly
adalah undang-undang yang berlaku di Asshiddiqqie, keputusan-keputusan yang
tingkat provinsi saja atau di tingkat bersifat umum dan abstrak (abstract dan
kabupaten/kota saja. Yang dimaksud dengan general norms) biasanya bersifat mengatur
undang-undang lokal atau locale wet (local (regeling), sedangkan yang bersifat
legislation) itu adalah peraturan yang individual konkret dapat merupakan ke-
dibentuk oleh lembaga legislatif lokal dengan putusan yang bersifat atau berisi penetapan
kekuatan berlaku hanya dalam lingkup administratif (beschikking) ataupun
wilayah satuan pemerintahan lokal tertentu keputusan yang berupa ‘vonnis’ hakim yang
saja. Peraturan perundang-undangan pada lazimnya disebut dengan istilah putusan.
kelompok keempat, yaitu yang biasa disebut Kewenangan untuk mengatur dan membuat
sebagai peraturan yang bersifat internal atau aturan (regeling) pada dasarnya merupakan
“internal regulation” (interne regeling). domain kewenangan lembaga legislatif yang
Sebenarnya, peraturan kategori keempat ini, berdasarkan prinsip kedaulatan merupakan
bukanlah peraturan perundang-undangan kewenangan eksklusif para wakil rakyat yang
menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun berdaulat untuk menentukan sesuatu
2011. Dalam Pasal 1 angka 2 ini, “peraturan peraturan yang mengikat dan membatasi
perundang- undangan” diartikan sebagai kebebasan setiap individu warga negara
aturan tertulis yang mengikat secara umum (presumption of liberty of the souvereign
dan dibentuk oleh lembaga negara atau people).
pejabat yang berwenang. Karena itu, Lebih lanjut dijelaskan dalam
peraturan dalam kategori keempat ini tidak tulisannya “Tata Urutan Peraturan
dapat dimasukkan kedalam pengertian Perundang-Undangan Dalam Problem
peraturan perundang- undangan menurut Peraturan Daerah”, bahwa dalam rangka
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011. penyusunan tertib peraturan perundang-
Namun demikian, untuk beberapa kasus, undangan, perlu dibedakan dengan tegas
kadang- kadang kriteria yang dapat antara putusan-putusan yang bersifat
diterapkan untuk norma-norma hukum yang mengatur (regeling) dari putusan-putusan
dianggap berlaku mengikat ke luar atau ke yang bersifat penetapan administratif
dalam, juga sangat tipis perbedaannya. Di (beschikking). Semua pejabat tinggi
dalam norma hukum yang dianggap pemerintahan yang memegang kedudukan
mengikat hanya ke dalam, ternyata politis berwenang mengeluarkan keputusan-
terkandung juga unsur-unsur daya ikat yang keputusan yang bersifat administratif, misal-
bersifat keluar. Apalagi, sesuai dengan nya untuk mengangkat dan memberhentikan
prinsip persamaan di hadapan hukum pejabat, membentuk dan membubarkan
(equality before the law), setiap peraturan kepanitiaan, dan sebagainya. Secara hukum,
perundang-undang yang berlaku keluar pasti semua jenis putusan tersebut dianggap
berlaku juga kedalam. Artinya, semua norma penting dalam perkembangan hukum
hukum yang berlaku keluar, pasti berlaku nasional. Akan tetapi, pengertian peraturan
juga kedalam, sedangkan semua yang perundang-undangan dalam arti sempit perlu
berlaku ke dalam belum tentu otomatis juga dibatasi ataupun sekurang-kurangnya
berlaku keluar. Akan tetapi, mana peraturan dibedakan secara tegas karena elemen
dan norma hukum yang hanya berlaku pengaturan (regeling) kepentingan publik
dan menyangkut hubungan-hubungan
6
Jimly Asshiddiqqie, Op.cit. Hal. 18
hukum atau hubungan hak dan kewajiban di
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 9
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

antara sesama warganegara dan antara Undang-undang Mahkamah Agung No 14


warganegara dengan negara dan pemerintah. Tahun 1985). Erat kaitannya dengan fungsi
Elemen pengaturan (regeling) inilah yang peradilan ialah hak uji materiil, yaitu
seharusnya dijadikan kriteria suatu materi wewenang menguji/menilai secara
hukum dapat diatur dalam bentuk peraturan materiil peraturan perundangan dibawah
perundang-undangan sesuai dengan Undang-undang tentang hal apakah suatu
tingkatannya secara hierarki. 7 peraturan ditinjau dari isinya (materinya)
Sebagai badan yang melaksanakan bertentangan dengan peraturan dari tingkat
Kekuasaan Kehakiman, Mahkamah Agung yang lebih tinggi (Pasal 31
adalah merupakan Pengadilan Negara Undang-undang Mahkamah Agung
Tertinggi dari semua lingkungan peradilan Nomor 14 Tahun 1985).
yang dalam melaksakan tugasnya terlepas 2. Fungsi Pengawasan, Mahkamah Agung
dari pengaruh Pemerintah dan melakukan pengawasan tertinggi terhadap
pengaruh-pengaruh lain serta melakukan jalannya peradilan di semua lingkungan
pengawasan tertinggi atas perbuatan peradilan dengan tujuan agar peradilan
pengadilan yang lain seperti tersebut dalam yang dilakukan pengadilan-pengadilan
Pasal 11 ayat (1) dan ayat (4) diselenggarakan dengan seksama dan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004, Pasal wajar dengan berpedoman pada azas
2 dan Pasal 32 Undang-undang Nomor 14 peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
Tahun 1985. Mahkamah Agung memiliki ringan, tanpa mengurangi kebebasan
fungsi-fungsi dan tugas, sebagai berikut :8 Hakim dalam memeriksa dan memutuskan
1. Fungsi Peradilan, Sebagai Pengadilan perkara (Pasal 4 dan Pasal 11
Negara Tertinggi, Mahkamah Agung Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
merupakan pengadilan kasasi yang Tentang Kekuasaan Kehakiman).
bertugas membina keseragaman dalam Mahkamah Agung juga melakukan
penerapan hukum melalui putusan kasasi pengawasan terhadap pekerjaan Peng-
dan peninjauan kembali menjaga agar adilan dan tingkah laku para Hakim dan
semua hukum dan undang-undang perbuatan Pejabat Pengadilan dalam
diseluruh wilayah negara RI diterapkan menjalankan tugas yang berkaitan dengan
secara adil, tepat dan benar. Disamping pelaksanaan tugas pokok Kekuasaan
tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Kehakiman, yakni dalam hal menerima,
Mahkamah Agung berwenang memeriksa memeriksa, mengadili, dan menyele-
dan memutuskan pada tingkat pertama dan saikan setiap perkara yang diajukan
terakhir semua sengketa tentang kepadanya, dan meminta keterangan
kewenangan mengadili. Permohonan tentang hal-hal yang bersangkutan dengan
peninjauan kembali putusan pengadilan teknis peradilan serta memberi peringatan,
yang telah memperoleh kekuatan hukum teguran dan petunjuk yang diperlukan
tetap (Pasal 28, 29, 30, 33 dan 34 tanpa mengurangi kebebasan Hakim
Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 (Pasal 32 Undang-undang Mahkamah
Tahun 1985). Semua sengketa yang timbul Agung Nomor 14 Tahun 1985). Terhadap
karena perampasan kapal asing dan Penasehat Hukum dan Notaris sepanjang
muatannya oleh kapal perang Republik yang menyangkut peradilan (Pasal 36
Indonesia berdasarkan peraturan yang Undang-undang Mahkamah Agung
berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Nomor 14 Tahun 1985).
3. Fungsi Mengatur, Mahkamah Agung dapat
mengatur lebih lanjut hal-hal yang
7
Jimly Asshiddiqqie, Tata Urutan diperlukan bagi kelancaran penyeleng-
Perundang-Undangan Dalam Problem garaan peradilan apabila terdapat hal-hal
Peraturan Daerah, Jakarta, 2000
8
http://www.ma-ri.go.id/Html/Prifile.asp # Tupoksi yang belum cukup diatur dalam
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 10
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

Undang-undang tentang Mahkamah 6. Fungsi lain-lain


Agung sebagai pelengkap untuk mengisi Selain tugas pokok untuk menerima,
kekurangan atau kekosongan hukum yang memeriksa dan mengadili serta
diperlukan bagi kelancaran menyelesaikan setiap perkara yang
penyelenggaraan peradilan (Pasal 79 diajukan kepadanya, berdasar Pasal 39
Undang-undang No.14 Tahun 1985). Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985,
Mahkamah Agung dapat membuat Mahkamah Agung dapat diserahi tugas
peraturan acara sendiri. Bilamana dan kewenangan lain berdasarkan
dianggap perlu untuk mencukupi hukum Undang-undang.
acara yang sudah diatur Undang-undang. Berdasarkan ketentuan Pasal 79
4. Fungsi Nasehat, Mahkamah Agung mem- Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, yaitu
berikan nasihat-nasihat atau pertimban- Mahkamah Agung dapat mengatur lebih
gan-pertimbangan dalam bidang hukum lanjut hal-hal yang diperlukan bagi
kepada Lembaga Tinggi Negara lain kelancaran penyelenggaraan peradilan
(Pasal 37 Undang-undang Mahkamah apabila terdapat hal-hal yang belum cukup
Agung No.14 Tahun 1985). Mahkamah diatur dalam Undang-undang ini serta
Agung memberikan nasihat kepada penjelasan pasalnya bahwa “Apabila dalam
Presiden selaku Kepala Negara dalam jalannya peradilan terdapat kekurangan atau
rangka pemberian atau penolakan grasi kekosongan hukum dalam suatu hal,
(Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Mahkamah Agung berwenang membuat
Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya peraturan sebagai pelengkap untuk mengisi
Perubahan Pertama Undang-undang Dasar kekurangan atau kekosongan tadi. Dengan
Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Undang-undang ini Mahkamah Agung
Mahkamah Agung diberikan kewenangan berwenang menentukan pengaturan tentang
untuk memberikan pertimbangan kepada cara penyelesaian suatu soal yang belum
Presiden selaku Kepala Negara selain grasi atau tidak diatur dalam Undang-undang ini.
juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam Dalam hal ini peraturan yang dikeluarkan
memberikan pertimbangan hukum oleh Mahkamah Agung dibedakan dengan
mengenai rehabilitasi sampai saat ini peraturan yang disusun oleh pembentuk
belum ada peraturan perundang-undangan Undang-undang. Penyelenggaraan peradilan
yang mengatur pelaksanaannya. yang dimaksudkan Undang-undang ini
Mahkamah Agung berwenang meminta hanya merupakan bagian dari hukum acara
keterangan dari dan memberi petunjuk secara keseluruhan. Dengan demikian
kepada pengadilan disemua lingkungan Mahkamah Agung tidak akan mencampuri
peradilan dalam rangka pelaksanaan dan melampaui pengaturan tentang hak dan
ketentuan Pasal 27 Undang-undang kewajiban warga negara pada umumnya dan
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan tidak pula mengatur sifat, kekuatan, alat
Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang pembuktian serta penilaiannya ataupun
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah pembagian beban pembuktian”. Apabila
Agung). diperhatikan, hal ini sesuai dengan
5. Fungsi Administratif. Badan-badan Konsiderans Menimbang pada kedua
Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan peraturan tersebut yang menerangkan bahwa
Agama, Peradilan Militer dan Peradilan alasan kedua peraturan tersebut dikeluarkan
Tata Usaha Negara) sebagaimana atau ditetapkan adalah sebagai pelengkap
dimaksud Pasal 10 Ayat (2) untuk mengisi kekurangan atau kekosongan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 hukum yang ada, dalam hal ini menyangkut
secara organisatoris, administratif dan bagaimana cara atau prosedur beracara pada
finansial berada dibawah kekuasaan kedua lembaga tersebut.
Mahkamah Agung. Oleh karena itu menurut Hadjon
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 11
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

Mahkamah Agung memiliki sekelumit ditujukan atau dialamatkan (addressatnya)


kekuasaan legislatif, yang dapat kita anggap pada seseorang, beberapa orang, kelompok
sebagai suatu pelimpahan kekuasaan dari atau banyak orang yang telah tertentu.
pembuat undang-undang, yaitu kekuasaan Menurut D. W. P Ruiter, peraturan
untuk membuat peraturan acara sendiri perundang-undangan mengandung tiga
bilamana dianggapnya perlu untuk unsur, salah satunya yaitu berlaku ke luar
melengkapi hukum acaranya yang sudah ada. (naar buiten werken). Norma hukum berlaku
Kekuasaan “mengatur” dari Mahkamah keluar berarti di dalam peraturan
Agung melahirkan fungsi “rule making”. perundang-undangan terdapat tradisi yang
Fungsi rule making berwujud “peraturan hendak membatasi berlakunya norma hanya
administratif judisiil” yang dimaksudkan bagi mereka yang tidak termasuk dalam
agar Mahkamah Agung dapat berfungsi dan organisasi pemerintahan. Norma hanya
melaksanakan fungsinya sebagaimana ditujukan bagi rakyat, baik dalam hubungan
mestinya. Bentuk-bentuk produk hukum antar sesamanya, maupun anatar rakyat dan
yang dapat dibuat Mahkamah Agung adalah : pemerintah. Norma yang mengatur hubungan
Peraturan, Instruksi, Surat Edaran, dan antar bagian-bagian organisasi pemerintahan
lain-lain. Berdasarkan pendapat Hadjon dianggap bukan norma yang sebenarnya,
tersebut, apabila dihubungkan dengan yang hanya dianggap norma organisasi. Oleh
Peraturan Mahkamah Agung dan Peraturan karena itu, norma hukum dalam peraturan
Mahkamah Konstitusi yang ada, maka dapat perundang-undangan selalu disebut “berlaku
diketahui bahwa kewenangan yang dimiliki ke luar”.10
oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Indikator diperintahkan oleh
Konstitusi dalam membuat peraturan adalah peraturan yang lebih tinggi atau dibentuk
kewengan delegasi. 9 berdasarkan kewenangan. Dalam sistem
Indikator Mengikat Umum yakni ketatanegaraan Indonesia, kekuasan
apabila kita melihat suatu norma hukum itu kehakiman diatur dalam UUD 1945 Pasal 24.
dari segi alamat yang dituju atau untuk siapa Pasal 24 ayat (1) menyebutkan Kekuasaan
norma hukum itu ditujukan atau kehakiman merupakan kekuasaan yang
diperuntukan, maka kita dapat membeda- merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
kannya antara norma hukum umum dan guna menegakkan hukum dan keadilan.
norma hukum individual. Norma hukum Kekuasaan kehakiman yang merdeka
umum adalah suatu norma hukum yang merupakan salah satu prinsip penting bagi
ditujukan untuk orang banyak (addressatnya) Indonesia sebagai suatu negara hukum
umum dan tidak tertentu. Umum di dapat Prinsip ini menghendaki kekuasaan
berarti bahwa suatu peraturan itu ditujukan kehakiman yang bebas dari campur tangan
untuk semua orang, semua warga Negara. pihak manapun dan dalam bentuk apapun,
Norma hukum ini sering dirumuskan sehingga dalam menjalankan tugas dan
sebagai berikut: barangsiapa ….. dst, setiap kewajibannya ada jaminan ketidak
orang ….. dst, setiap warganegara ….. dst. berpihakan kekuasaan kehakiman kecuali
Rumusan tersebut dituliskan sesuai dengan terhadap hukum dan keadilan. Pasal 24 Ayat
addressat yang dituju, norma hukum itu (2) UUD 1945 menyebutkan bahwa
diperuntukan bagi setiap orang, atau setiap Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
warganegara secara keseluruhan. Norma sebuah Mahkamah Agung dan badan
hukum individual adalah norma hukum yang peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan
9
Philipus M. Hadjon, Lembaga Tertinggi dan militer, lingkungan peradilan tata usaha
Lembaga Tinggi Negara Menurut
Undang-Undang Dasar 1945, PT. Bina Ilmu,
10
Surabaya, 1992, hal. 64 Maria Farida Indrati S, Op.cit, hal. 35
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 12
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

negara, dan oleh sebuah Mahkamah Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan
Konstitusi. Oleh karena perintah ini secara bahwa : Negara Indonesia adalah negara
tegas diatur dalam Undang-Undang Dasar hukum. Apabila diperhatikan, hal ini pun
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berhubungan dengan kewenangan yang
merupakan hukum dasar dalam Peraturan dimiliki oleh Mahkamah Agung dan
Perundang-undangan sesuai dengan Pasal 8 Mahkamah Konstitusi dalam membuat
ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun peraturan perundang-undangan yang
2011 maka konsekuensinya adalah baik kewenangannya secara delegasi, yang
Mahkamah Agung maupun Mahkamah kemudian diakui keberadaannya dalam
Konstitusi tidak dapat diperintahkan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
lembaga apapun juga. sebagai bagian dari peraturan
Setiap jenis peraturan perundang- perundang-undangan.
undangan mempunyai materi muatan
tersendiri yang biasanya didasarkan pada
peraturan perundang-undangan di atasnya,
dengan tetap memperhatikan Pasal 6
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang materi muatan. Dalam membentuk C. P E N U T U P
Peraturan Mahkamah Agung maupun
Peraturan Mahkamah Konstitusi perlu Sesuai dengan fungsi dan wewenang
diperhatikan landasan yuridis yang jelas. yang dimiliki oleh Mahkamah Agung dan
Peraturan Mahkamah Agung dan Peraturan Mahkamah Konstitusi, maka peraturan yang
Mahkamah Konstitusi yang dibentuk harus dibentuk oleh Mahkamah Agung maupun
dapat menunjukkan dasar hukum yang Mahkamah Konstitusi merupakan keputusan
dijadikan landasan pembentukannya. Makna di bidang peradilan, sehingga keputusan
tata urutan peraturan perundang-undangan tersebut merupakan suatu bentuk peraturan
terkait dengan dasar yuridis pembentukan untuk memperlancar proses beracara.
Peraturan Mahkamah Agung dan Peraturan Peraturan Mahkamah Agung maupun
Mahkamah Konstitusi dalam arti bahwa Peraturan Mahkamah Konstitusi tidak
hanya peraturan perundang-undangan yang mengikat umum karena peraturan tersebut
lebih tinggi atau yang sederajat dapat hanya mengikat para pihak yang bersengketa
dijadikan landasan atau dasar yuridisnya. dan bersifat mengikat ke dalam. Dengan
Apabila diperhatikan maka dalam Peraturan demikian baik Mahkamah Agung maupun
Mahkamah Agung maupun Mahkamah Mahkamah Konstitusi tidak mempuyai
Konstitusi dasar hukum yang digunakan kewenangan dalam pembentukan peraturan
adalah Pasal 24 dalam Undang-Undang perundang-undangan berdasarkan indikator
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor
1945, Pasal 24 memuat ketentuan 12 Tahun 2011 yaitu antara lain peraturan
kekuasaan kehakiman dimaksudkan untuk tertulis; mengikat secara umum; ditetapkan
mempertegas bahwa tugas kekuasaan oleh lembaga negara atau pejabat yang
kehakiman dalam sistem ketatanegaraan berwenang; dan diperintahkan oleh peraturan
Indonesia adalah untuk menyelenggarakan perundang-undangan yang lebih tinggi atau
peradilan yang merdeka, bebas dari dibentuk berdasarkan kewenangan. Ber-
intervensi pihak mana pun, guna dasarkan hal tersebut maka Peraturan
menegakkan hukum dan keadilan dan Mahkamah Agung maupun Peraturan
merupakan perwujudan prinsip Indonesia Mahkamah Konstitusi tidak dapat
sebagai negara hukum sebagaimana dikategorikan sebagai peraturan
ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) dalam perundang-undangan menurut Undang-
Undang-Undang Dasar Negara Republik Undang Nomor12 Tahun 201, tetapi sebagai
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 13
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

produk hukum.
Syafie Inu Kencana, 1994, Ilmu
Pemerintahan, CV Mandar Maju,
Bandung.

DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945

Asshiddiqqie Jimly, 2006, Pengantar Ilmu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004


Hukum Tata Negara Jilid I, Tentang Perubahan Atas
Sekretariat Jenderal dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
Kepaniteraan Mahkamah 1985 Tentang Mahkamah Agung.
Konstitusi Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 1985
________________, 2006, Perihal Tentang Mahkamah Agumg.
Undang-Undang, Konstitusi Pers,
Jakarta. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003
Tentang Mahkamah Konstitusi.
________________, Tata Urutan
Perundang-Undangan Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Problem Peraturan Daerah, Jakarta, Tentang Pembentukan Peraturan
2000. Perundang-Undangan.

Daulay Ikhsan Rosyada Parluhutan, 2006,


Mahkamah Konstitusi, Rineka
Cipta, Jakarta.

Hadjon Philipus M, 1992, Lembaga Tertinggi


dan Lembaga Tinggi Negara
Menurut Undang-Undang Dasar
1945, PT. Bina Ilmu, Surabaya

Soeprapto Maria Farida Indrati, 2007, Ilmu


Perundang-Undangan Dasar-Dasar
Dan Pembentukannya, Kanisius,
Yogyakarta.

Soehino, 2007, Hukum Tata Negara Hukum


Perundang-Undangan
(Perkembangan Peraturan
Mengenai Tata Cara Pembentukan
Perundang-Undangan, Baik
Tingkat Pusat Maupun Daerah),
BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
Subekti R, 1992, Kekuasaan Mahkamah
Agung R. I, Alumni, Bandung.
Vica J. E. Saija, Peraturan Mahkamah Agung dan…………………. 14
Jurnal Sasi Vol.20 No2. Bulan Juli-Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai