Anda di halaman 1dari 2

MEMPERTANGGUNGJAWABKAN KEPERCAYAAN

Oleh: P. Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ

Pada Minggu Biasa XXXIII, Digambarkan tuan itu


kini memasuki minggu biasa mempercayakan hartanya
terakhir tahun liturgi A bersama kepada hambanya. Ada catatan
Penginjil Matius. Minggu menarik yaitu “masing-masing
berikutnya kita menutup tahun menurut kesanggupannya.”
liturgi dengan Hari Raya Kristus Artinya, semua diberi berbeda-
Raja. Minggu ini kita diajak beda sesuai dengan
mendalami perumpamaan tentang kesanggupannya. Hal yang
Talenta (Mat 25: 14-30). Melalui diharapkan sang tuan adalah
perumpamaan itu, kita semua uang itu menghasilkan dan
diajak untuk berlipat melalui usaha dan kerja
mempertanggungjawabkan keras, kerja cerdas, kerja tuntas,
kepercayaan dan kesempatan tidak setengah-setengah.
yang Tuhan berikan kepada kita
semua.

Sementara itu, sikap lain yang tidak diharapkan adalah sikap


malas, takut dan diam tak berbuat apa-apa. Hal itu diwakili oleh
sikap hamba yang menyembunyikan dan memendam talenta. Hamba
itu takut dan pergi menyembunyikan dalam tanah. Hamba tadi
kurang punya inisiatif, malas atau ragu-ragu dan terlalu khawatir.
“Kejahatan” hamba yang dikecam adalah sikap malas, cari aman dan
tidak berbuat apa-apa. Memang, memendam, menyembunyikan,
diam itu tampaknya aman dan tidak beresiko; entah kehilangan atau
dicuri orang atau gagal. Akan tetapi, sikap itu juga tidak
mendatangkan hasil apapun.

Dalam konteks kekinian, ada pesan tersembunyi lain yang perlu


ditemukan karena tidak eksplisit diulas dalam perumpamaan itu.
Dalam dunia yang sangat kompetitif, saling berlomba atau bersaing
beradu cepat menuju sukses, kadangkala orang kehilangan semangat
solidaritas, bahkan bisa menjadi egois, dingin dan tega hati. Tak
peduli orang lain buntung, yang penting aku untung. Tak peduli yang
lain hancur, yang penting aku makmur.
Pertanyaan yang boleh kita ajukan untuk menggali pesan
tersembunyi: mengapa mereka tidak saling membantu dan kerja
sama atau kolaborasi? Alih-alih bekerja sendiri atau malah bersaing,
mengapa mereka tidak berkolaborasi untuk hasil yang lebih
maksimal. Dari kisah tersebut terdapat modal awal 8 talenta (5+2+1),
bisa menghasilkan 15 talenta. Sekiranya bisa berkolaborasi dan
bersinergi, barangkali kita bisa mendapatkan hasil akhir 20 talenta
bahkan bisa lebih.

“Gerakan atau inisiatif


kebaikan itu terorganisir
 dan berkolaborasi,
pasti hasilnya akan dahsyat

dan luar biasa”

Tentu saja, kolaborasi Alangkah baiknya, kalau gerakan


itu ide yang indah dan ideal, atau inisiatif kebaikan itu terorganisir
tetapi dalam kenyataan tidak dan berkolaborasi, pasti hasilnya akan
mudah, karena untuk dahsyat dan luar biasa. Supaya
bekerjasama perlu berlatih berhasil dan berbuah, kita memang
terus dan diasah serta perlu kepemimpinan yang baik
dirawat semangat tersebut. (transformatif dan partisipatif) dan
Sementara untuk managemen atau tata kelola yang
bertengkar, berkelahi dan tertib dan akuntabel. Kiranya, Bunda
saling menghancurkan tidak Maria dan Bapa Yusuf senantiasa
perlu belajar. Kolaborasi mendampingi dan meneguhkan kita
yang susah-payah dibangun dalam mengembangkan talenta dan
bisa ambyar dalam sekejab. kesempatan yang Tuhan berikan
Kejahatan yang terorganisir kepada kita semua agar menghasilkan
akan mengalahkan kebaikan buah yang diharapkan.
yang tidak terorganisir.

Salam Sehat. Tuhan memberkat.

Anda mungkin juga menyukai