Budi Wibowo
Sekolah Kajian Strategik dan Global, Program Studi Manajemen Sekuriti , Universitas Indonesia, Salemba Jakarta ,
Indonesia
E-mail: simfoni.wibowo@gmail.com
Abstrak
Tanggung jawab pengamanan pada perusahaan bagi keberlangsungan bisnis perusahaan bukan semata merupakan
peran dan fungsi sekuriti departemen saja , apalagi perusahaan juga berstatus sebagai Objek Vital Nasional. Fungsi dan
peran lainnya memiliki peranan penting dalam rangka ikut serta menciptakan kondisi aman untuk menjaga
keberlangsungan perusahaan. Salah satunya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau yang dikenal
dalam istilah migas sebagai Tanggung Jawab Sosial (TJS). Program ini sejalan dengan Peraturan tentang Perseroan
Terbatas (PT) yang operasionalnya terkait Sumber Daya Alam (SDA), yaitu Undang-Undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 Tahun 2007. Penelitan ini menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan
obeservasi partisipasi, wawancara mendalam , life story , analisa dokumen dan kepustakaan. Dasar penelitian ini
dilakukan dengan studi kasus. Hasil penelitian menunjukan bahwa perusahaan telah melakukan Program TJS nya
dengan berfokus kepada tiga hal yaitu Pendidikan, Pemberdayaan dan Lingkungan & Kesehatan. Bahwa kemudian
masih terjadi ketidakpuasan yang berujung kepada konflik antara perusahaan dengan stakeholdernya yaitu masyarakat
terdampak dalam hal ini Forum Komunikasi Masyarakat Sampang Utara harus dipahami sebagai bentuk dari suatu
interaksi sosial antara perusahaan dengan stakeholdernya. Kondisi ini disebabkan karena komunikasi yang berjalan
kurang baik pasca re- strukturisasi organisasi stakeholder secara masif , belum terintegrasi serta minimnya keterbukaan
komunikasi program TJS dengan sekuriti departemen , tidak tersosialisasinya program TJS yang telah dilakukanan
kepada pemangku kepentingan , keterbatasan kompetensi komunikasi staff stakeholder, serta adanya kepentingan
kelompok dengan memanfaatkan isu TJS ini.
Abstack
The responsibility of security matter for the company's business continuity does not only involve the role and function
of the department's security, as well as the company's status as a National Vital Object. Other functions and roles have
an important role in participating in creating safety to support the company's sustainability. One of them is through the
Corporate Social Responsibility (CSR) program or known as oil and gas as Tanggung Jawab Sosial (TJS). This program
is related to Regulations on Limited Liability Companies (PT) related to Natural Resources (SDA), namely Limited
Liability Company Law No. 40 of 2007. This research uses qualitative methods. The technique of collecting data uses
observation of participation, in-depth interviews, life stories, analyzing documents and literature. The basis of this
research is the case study. The results showed the company had conducted a TJS Program with support for three things
namely Education, Empowerment and Environment & Health. The North Sampang Community Discussion Forum must
discuss the form of interaction between the company and its stakeholders. This condition is caused by inadequate
communication after the massive organization of stakeholder re-organizations, not yet integrated as well as the lack of
openness of the TJS communication program with the security of the department, the TJS program socialization that has
been carried out for the purposes of contact, communication needs, stakeholder communication staff, as well as group
interests by utilizing this TJS.
Perkembangan lainnya yang terjadi saat ini adalah Hasil temuan yang penulis peroleh merupakan hasil
rencana implementasi TJS berdasarkan ISO 26000. keterlibatan langsung selama bekerja sejak Agustus
Dimana dijelaskan yang dimaksud dengan TJS adalah 2015 hingga saat ini dibawah security departemen baik
tanggun jawab suatu perusahaan atas dampak dari melalui keterlibatan dalam meeting-meeting antar
berbagai keputusan dan aktivitas mereka terhadap departemen maupun dengan perusahan migas lainnya
masyarakat dan lingkungan melalui suatu prilaku yang didalam kegiatannya meliputi telaah terhadap
terbuka dan etis yang : laporan bulanan sekuriti, pembahasan-pembahasan
1.Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan terhadap Emergancy Respon Plan lapangan offshore,
kesejateraan masyarakat. laporan intelejen, hasil notulen meeting , diskusi dengan
2.Memperhatikan ekpektasi para pemangku kepentingan berbagai pihak yang mengetahui dan terlibat secara
3.Tunduk kepada hukum yang berlaku dan konsisten langsung menangani permasalahan disana.
dengan norma prilaku international.
4.Diintegrasikan ke dalam seluruh bagian organisasi Hasil temuan ini diperkaya pula dengan pengalaman
penulis yang juga pernah menjadi Regional Manager
Program Tanggung Jawab Sosial (TJS) di industri hulu salah satu NGO dan menangani project di Kabupaten
minyak dan gas bumi (migas) tidak dapat dilepaskan Sampang mengenai pemberdayaan masyarakat nelayan
dari payung hukum yang menaunginya. Setidaknya ada selama hampir 1.5 tahun sehingga cukup memahami
empat aturan hukum yang mengatur praktek TJS karakteristik serta dinamika sosial yang ada di
sebagai bagian melekat dari sebuah perusahaan. Ini dia masyarakat Sampang-Madura Jawa Timur.
aturannya:
1.Peraturan yang mengikat Badan Usaha Milik Negara Ancaman Dari Kegiatan Nelayan Pada Daerah
(BUMN), sebagaimana Keputusan Menteri BUMN Terlarang Terbatas dengan banyaknya aktivitas nelayan
Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Bina berikut data yang berhasil di lapangan produksi adalah
Lingkungan (PKBL). PKBL terdiri program perkuatan sebagai berikut:
usaha kecil melalui pemberian pinjaman dana bergulir
dan pendampingan (disebut Program Kemitraan), serta Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nelayan yang
program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat masuk kedalam DTT (Daerah Terlarang Terbatas)
sekitar (disebut Program Bina Lingkungan), dengan lapangan operasi Petronas Carigali II Ketapang Ltd
dana kegiatan yang bersumber dari laba BUMN. sebagai objek vital nasional untuk tahun 2019
2.Peraturan tentang Perseroan Terbatas (PT) yang mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini
operasionalnya terkait Sumber Daya Alam (SDA), menunjukan rendahnya kesadaran nelayan akan
yaitu Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 pemahaman atas kegiatan produksi migas pada sebagai
Tahun 2007. Dalam pasal 74 disebutkan: (1) Perseroan objek vital nasional terutama akan keamanan dan
yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang keselamatan dalam melakukan aktifitas penangkapan
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib ikannya.
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Tabel 1
Lingkungan, (2) Tanggung Jawab Sosial dan
Data Nelayan Masuk ke DTT
Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1)
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan
kepatutan dan kewajaran.
3.Peraturan TJS bagi perusahaan pengelola Minyak dan
Gas (Migas), diatur dalam Undang-Undang Minyak
dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001. Dalam pasal 13
ayat 3 (p) disebutkan: Kontrak Kerja Sama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat
paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: (p)
juga atas sepertujuan dari SKK Migas sebagai wakil
dari regulator pemerintah.
Lapangan Produksi Minyak dan Gas di lepas pantai Pengamanan di Lepas Pantai Bukit Tua terdiri dari 4
utara Madura merupakan Objek Vital Nasional (empat) orang dengan jadwal back to back. Personil
berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 77 pengamanan sejumlah 2 (dua) orang standby di kapal
K/90/MEM/2019 tentang Objek Vital Nasional Bidang support secara bergantian jaga siang dan malam hari.
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) . Dalam Personil jaga di kapal support pada saat ini tidak
aturan ini ditetapkan, obvitnas bidang ESDM yang memiliki banyak kewenangan untuk menindak
meliputi kawasan/lokasi, bangunan/instalasi, dan/atau terjadinya sebuah insiden. Sebagai contoh, adanya kapal
usaha di bidang energi dan sumber daya mineral nelayan yang menerobos area DTT. Personil security
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang hanya bisa melakukan pendataan terhadap para
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Kepmen ini. pelanggar yang memasuki area DTT. Personil
pengamanan tidak memiliki peralatan yang bisa
digunakan untukmenindak lanjut pelanggar.
Di dalam keputusan presiden No. 63 Tahun 2004
tentang pengamanan Obyek Vital Nasional dalam Kapal support yang standby di daerah operasional bukan
keputusan tersebut pada pasal 1 dijelaskan sebagai befungsi penuh untuk support departemen security.
berikut : Kapal support hanya bisa menghalau apabila ada kapal
1.Obyek Vital Nasional adalah kawasan/lokasi, nelayan menerobos area DTT, dan tidak bisa melakukan
bangunan/instalasi dan/atau usaha yang menyangkut aktivitas penindakan lebih jauh
hajat hidup orang banyak, kepentingan negara
dan/atau, sumber pendapatan negara yang strategis. Dari Hasil risk assessment terbaru pada Agustus 2019
2.Pengelola Obyek Vital Nasional adalah perangkat yang dilakukan menggunakan jasa konsultan untuk
otoritasdari Obyek Vital Nasional. maka risk pada lapangan Bukit Tua dinyatakan high
3.Pengamanan adalah segala usaha, pekerjaan dan atau tinggi. Terkait dengan permasalahan masuknya
kegiatan dalam rangka pencegahan, penangkalan dan nelayan ke wilayah DTT operasional perlu dilakukan
penanggulanganan serta penegakan hukum terhadap hal-hal sebagai berikut :
setiap ancaman dan ganguan yang ditujukan kepada 1.Penerapan aturan hukum yang berlaku dengan
Obyek Vital Nasional. tegas bagi para pelanggar. Perlu adanya ketegasan
4.Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan dengan baik dari pemerintah, stakeholder terkait dan
segala bentuknya baik yang berasal dari dalam Perusahaan untuk menindak nelayan yang melanggar.
maupun dari luar negeri yang dinilai dapat berpotensi 2.Penggalangan aktor yang dapat memicu nelayan untuk
membahayakan kelangsungan berfungsinya Obyek beraktivitas disekitar platform, terutama yang bekaitan
Vital Nasional. dengan perbuatan melanggar hukum.
5.Gangguan adalah tindakanyang sudah nyata dan 3.Hasil social rapid assessment yang dilakukan beberapa
menimbulkan kerugian berupa korban jiwa dan/atau waktu lalu di komunitas nelayan pesisir utara.
harta benda serta daapat berakibat trauma psikis 4.Perlu adanya edukasi masyarakat kepada nelayan
kepada pegawai/karyawan Obyek Vital Nasional. pesisir akan arti pentingnya objek vital bagi kemajuan
bangsa dan Negara.
Dijelaskan kembali dalam pasal 2 Obvitnas yang 5.Pemberdayaan masyarakat nelayan pesisir dengan
bersifat strategis harus memenuhi salah satu, sebagian menyediakan lapangan pekerjaan, sehingga
atau seluruh ciri-ciri berikut : mengurangi intensitas dan kuantitas nelayan perairan
1.Menghasilkan kebutuhan pokok sehari hari laut.
2.Ancaman dan ganguan terhadapnya mengakibatkan 6.Pengembangan budidaya perikanan darat dan pesisir
ganguan terhadap kemanusiaan dan pembangunan pantai.
3.Ancaman dan ganguan terhadapnya mengakibatkan
kekacuan transportasi dan komunikasi secara nasional Kondisi masuknya nelayan ke wilayah DTT sesuai
dan atau ; dengani Teori Broken windows dikembangkan oleh
4.Ancaman dan ganguan terhadapnya menyebabkan sosiolog James Wilson dan George Kelling pada 1980-
terganggunya penyeleggaraan pemerintahan negara. an. Disebutkan bahwa ketika kejahatan tingkat rendah
seperti vandalisme (misalkan Memecahkan jendela
Di didalam melakukan fungsi pengamanannya maka mobil dan bangunan) diabaikan, kejahatan yang lebih
perusahaan melakukan kerjasama PKS (Perjanjian besar dan lebih serius mulai terjadi segera.
Kerja Sama) dengan angkatan laut guna melakukan
pengamanan operasional lapangan sesuai dengan pasal 8 Masuknya nelayan beraktivitas di daerah operasional
dalam kepres yaitu Pengamanan Obyek Vital Nasional pada lapangan minyak dan gas Petronas Carigali
merupakan bagian organik atau termasuk dalam Ketapang II tanpa ada upaya secara berkesinambungan
lingkungan dari Tentara Nasional Indonesia dilakukan untuk melakukan penghalauan berupa tindakan preemtif
oleh Tentara Nasional Indoneneia. PKS yang dilakukan melalui sosialisasi yang tepat, preventif melalui
penghalauan dan patroli serta refresif melalui penegakan
aturan dengan melibatkan pihak yang berwenang akan Sejak November 2016 penulis mencatat mulai muncul
menimbulkan meningkatnya kegiatan tersebut hingga permasalahan dengan FKMSU namun tidak sampai
masuk ke dalam daerah terlarang terbatas/ DTT dan muncul kepermukaan yang kemudian berimbas pada
membahayakan keselamatan jiwa si nelayan dan naiknya nelayan ke atas rig dan menggangu jalannya
operasional kegiatan tersebut yang merupakan Obyek operasional pengeboran sumur baru.
Vital Nasional bagi kepentingan Negara melaui
pendapatan migasnya. Stakeholder departemen harus memiliki kemampuan
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungan
FKMSU yang sebelumnya merupakan mitra dalam setempat serta memahami budaya mereka sehingga
menjalankan beberapa program TJS baik berupa project mudah diterima dalam komunikasi. Komunikasi yang
basis pada saat mobilisasi Rig sejak tahun 2012 (sebagai baik tidak serta merta membuat permasalahan menjadi
organisasi yang di tunjuk oleh BUMD Sampang dengan tidak ada akan tetapi dengan komunikasi yang baik
tokohnya Abah Syahid) telah mengirimkan surat kepada maka penyelesaiannya juga dapat diselesaikan dengan
perusahaan untuk kembali dilibatkan peranannya dalam cara-cara yang lebih efektif.
kegiatan TJS yang bersifat berkelanjutan dan sewa kapal
untuk menjadi bagian pengamanan . 4. Simpulan
Permasalahan ini kemudian dibawa kepada SKK migas Sejak tahun 2012 pada saat belum berproduksi telah
hingga beberapa kali dilakukan pertemuan dan berkomitmen untuk berkontribusi terhadap
dimediasi dengan dinamika perkembangan komunikasi pemberdayaan masyarakat lokal sebagai bentuk
yang cukup alot serta beberapa kali dilakukan penolakan Tanggung Jawab Sosialnya baik dalam bentuk project
terhadap usulan FKMSU. basis yaitu dengan melakukan mitra kerja dengan
BUMD Kabupaten sampang dalam kegiatan Scouting &
Kondisi yang terjadi seperti yang digambarkan dalam Sozialization dimana dalam pelaksanaannya BUMD
Teori Pencegahan Kejahatan dan Kerugian / Crime and Kabupaten Sampang juga bekerja sama degan FKMSU
Loss Prevention Setiap tindakan terjadinya suatu (Forum Komunikasi Masyarakat Sampang Utara).
kejahatan diiringi dengan terjadinya kerugian. Kegiatan tersebut mencakup melalui pembangunan fisk
Pengertian pencegahan kejahatan sendiri memiliki maupun peningkatan keterampilan (soft skill) dalam 3
beberapa definisi. Djamin (2015: 57) mendefinisikan: (tiga) bidang, yaitu Pendidikan, Pemberdayaan dan
Lingkungan & Kesehatan. Bahwa kemudian masih
“Menurut UNDOC 2002 dalam Guidelines for the terjadi ketidakpuasan yang berujung kepada konflik
prevention of Crime bahwa pencegahan kejahatan antara perusahaan dengan stakeholdernya yaitu
terdiri atas strategi dan tindakan untuk mengurangi masyarakat dalam hal ini FKMSU harus dipahami
resiko terjadinya kejahatan dan potensi akibat sebagai bentuk dari suatu interaksi sosial antara
buruknya terhadap individual dan masyarakat dengan perusahaan dengan stakeholdernya. Perusahaan di
melakukan intervensi untuk mempengaruhi berbagai dalam pelaksanaan program TJS nya berkewajiban
penyebabnya. Sedangkan menurut Australian Institute untuk turut menciptakan kesejahteraan dalam
of Criminology 2014 pencegahan kejahatan adalah masyarakat, sekaligus secara bersamaan membangun
berbagai strategi yang diimplementasikan oleh pribadi, relasi saling mendukung antara korporasi dengan
komunitas, perusahaan , LSM/NGO, dan semua masyarakat sekitar. Kata turut disini berarti
tingkat organisasi pemerintahan dengan sasaran menempatkan korporasi bukan sebagai aktor utama
berbagai faktor sosial dan lingkungan yang melainkan aktor pendukung namun berpartisipasi aktif.
meningkatkan resiko terjadinya, ketidaktertiban dan Ada tiga variabel yang harus saling mendukung dalam
korban” suksesnya suatu program TJS , yaitu terciptanya relasi
. yang konstruktif di dalam tiga sektor antara Corporate
Persoalan komunikasi dengan FKMSU dan tuntutannya (Pihak Perusahaan), State (Pemerintah Daerah dan
belum selesai disatu sisi harus sudah berjalan Drilling Instansi Pemerintah yang bertugas sebagai regulator
mobilisasi yang harus dilakukan sosiaisasi ke dalam hal ini SKK Migas) dan Society (peran aktif dan
masyarakat. Pada Hari Kamis 3 Oktober 2019 pukul kesadaran masyarakat itu sendiri pada daerah terdampak
10.30 WIB hal yang dikawatirkan tejadi dimana terjadi di Sampang Utara khususnya masyarakat nelayan).
blokade oleh 15 nelayan sampang utara terhadap Rig
Drilling. Pelaksanaan pengamanan yang dilakukan telah sesuai
dengan kebijakan yang terdapat pada Security Policy
Di dalam keterkaitan dengan kasus diatas terhadap aksi sebagai bentuk komitmen dari TOP Management,
nelayan yang naik keatas rig pada saat mobilisasi driling sekuriti departemen telah melakukan upaya-upaya
jelas terjadi konflik antara koorporasi atau perusahaan pengamanan baik melalui kontrak security service
dengan stakeholdernya yaitu masyarakat harus dipahami bekerjasama dengan security provider yang bertugas
sebagai bentuk dari suatu interaksi sosial antara pada supplay vassel di lapangan produksi lepas pantai
perusahaan dengan stakeholdernya dalam hal ini maupun melalui perjanjian kerja sama (PKS) dengan
komunitas nelayan di daerah terdampak. Angkatan laut dengan melibatkan aparat TNI sebagai
pemegang kewenangan melakukan tindakan
pengamanan. Untuk memperkuat posisi tawar di dalam Borodzicz, Edward P. (2005). Risk crisis & Security
pengamanan terhadap lapangan produksi migas di Management. England : John wilwy and sons. Ltd.
offshore maka sekuriti departemen juga telah
melakukan upaya registrasi ke kementrian ESDM Creswell, John W. (2016). Research Design,
sehingga terdaftar sebagai Obyek Vital Nasional Qualitative, Quantitative,and Mixed Methods
berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 77 Approaches. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.
K/90/MEM/2019 tentang Objek Vital Nasional Bidang
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) . Pada saat Department of Army, Headquarter. (2001). FM 3-19.30
tejadi peristiwa pada tanggal 3 Oktober 2019 terkait Physical Security. Wasimgthon-DC : Headquarter
dengan 15 perahu nelayan yang naik ke atas rig Department of Army-USA.
sehubungan dengan kegiatan rig mobilisasi belum
dilakukan sosialisasi kepada masyarakat sekuriti Djamin, Awaloedin. (2015). Manajemen Sekuriti di
departemen telah membuat SOP offshore sudah dibuat Indonesia. Jakarta : Yayasan Tenaga Kerja Indonesia
dan masih dalam proses koreksi untuk memperoleh Pusat Pembinaan Sumber Daya Manusia.
approval/ persetujuan oleh kepala divisi. SOP yang ada
saat ini hanya sebatas untuk sekuriti yang bertugas Kusnadi. (2009). Keberadaan Nelayan & Dinamika
diatas kapal supplay vassel sesuai dengan kondisi saat Ekonomi Pesisir. Yogyakarta : Ar-RuzzMedia.
ini dikarenakan tanggung jawab mobilisasi rig berada di
Drilling departemen melalui kontrak dengan Lawrance, Anne. James Waber (2014) Business and
menggunakan pihak ketiga. Pentingnya sosialiasi Society Stakeholder, Ethnic , Public Policy 14th Edition.
kepada masyarakat sebelum pelaksanaan mobilisasi rig America : Mc-Grill Company.
ini juga telah di sampaikan oleh sekuriti departemen
kepada stakeholder baik secara fornmal dalam Lineke, Susan (2015). Security Planning An Applied
pertemuan dengan SKK migas maupun meeting intenal Approach.. USA : Spinger International Publishing
perusahaan. Switzeland.
Pada prinsipnya terdapat hubungan yang saling terkait Prayogo, Dody. (2011). Socially Responsible
antara program TJS dan implemantasinya terhadap Corporation. Peta Masalah, Tanggung Jawab Sosial dan
peningkatan pengamanan pada lapangan produksi Pembangunan Komunitas Pada Industri Tambang dan
migasnya. Bagaimana program-program TJS yang Migas di Indonesia. Jakarta : Penerbit Universitas
berjalan sejak 2012 hingga Oktober 2016 memberikan Indonesia (UI-Press)
kontribusi terhadap pengamanan dengan tidak terjadinya
permasalahan yang mengakibatkan gangguan terhadap Petronas Indonesia (2015). Offshore Bukit Tua Field
operasional perusahaan, sehingga tidak terjadi peristiwa Emergancy Response Plan. Jakarta : HSSE Departement
seperti halnya yang terjadi pada tgl 3 Oktober 2019
nelayan naik keatas rig yang pada wilayah DTT (Daerah SKK. Migas (2016). Buku Manual Pengamanan Aset
Terlarang Terbatas) yang mengakibatkan terhentinya Industru Hulu dan Minyak dan Gas Bumi. Jakarta.
kegiatan mobilisasi rig dan menggangu operasional
perusahaan. Solihin, Ismail. (2008). Corporate Social Responsibility
From Charity to Susitainability.Jakarta : Salemba
Bahwa diperlukan langkah-langkah strategis secara Empat.
menyeluruh dengan cepat dan komitmen dari TOP
Management terhadap permasalahan TJS dilapangan Standard. American International. (2009).
sehingga dapat terintegrasikan dengan fungsi-fungsi Organizational Resilance; Security, Preparedness, and
lainnya di seluruh departemen bagi keberlangsungan Countinuity Management Systems Requirement for
bisnis perusahaan. guidance for use. USA : ASIS