Anda di halaman 1dari 3

2.

Mahfud MD

Mahfud MD
Mohammad Mahfud Mahmodin,
S.H., S.U., M.I.P., dikenal dengan
nama Mahfud MD1 (lahir 13 Mei 1957)
adalah seorang akademisi, hakim, dan
politisi berkebangsaan Indonesia. Ia
mengawali kiprahnya di dunia
akademisi sebagai dosen di Universitas
Islam Indonesia, setahun setelah
memperoleh gelar sarjana hukum dari
universitas tersebut. Saat ini, Mahfud
menjabat sebagai Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
yang menjabat sejak 23 Oktober 2019
dan menjadi tokoh sipil pertama yang
mengemban jabatan tersebut. Pada 18
Oktober 2023, ia secara resmi diusung oleh koalisi pimpinan PDI Perjuangan sebagai calon
wakil presiden mendampingi Ganjar Pranowo dalam pemilihan presiden Indonesia 2024.
Dimasa jabatannya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan,
Mahfud ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo untuk menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri
(ad interim) ketika menteri definitif, Tito Karnavian melakukan diplomasi ke Singapura pada
2020. Kemudian, ia juga didapuk menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (ad interim) sewaktu menteri definitif, Tjahjo Kumolo mengalami sakit
hingga akhirnya meninggal dunia. Ia kembali menjabat jabatan yang sama pada 16 Juli 2022
sebagai pelaksana tugas menteri. Mahfud MD pernah menjabat sebagai Ketua merangkap hakim
pada Mahkamah Konstitusi periode 2008–2013. Sebelumnya ia merupakan anggota DPR dan
Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional. Ia meraih gelar Doktor pada tahun 1993
dari Universitas Gadjah Mada. Sebelum diangkat sebagai Menteri, Ia adalah pengajar dan Guru
Besar Hukum Tata Negara di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Semasa muda ia
juga aktif sebagai aktivis Pelajar Islam Indonesia dan Himpunan Mahasiswa Islam.

Nama
Dilahirkan di Omben, Sampang, Jawa Timur dengan nama lahir Mohammad Mahfud yang
merupakan nama pemberian sang ayah. Pada saat menduduki Pendidikan Guru Agama Negeri—
setingkat dengan sekolah menengah pertama atau madrasah sanawiah— di Pamekasan, terdapat
lebih dari satu siswa yang memiliki nama yang sama dengan Mahfud. Sehingga, ketika nama
Mahfud disebutkan oleh gurunya, kedua-duanya mengacungkan tangan. Salah satu guru di
sekolahnya yang bernama Asbun Nawawi akhirnya menyematkan kedua pemilik nama Mahfud
ini dengan sebutan “Mahfud A” dan dirinya, yakni “Mahfud B”. Tujuannya untuk membedakan
dirinya dengan murid-murid lain yang bernama Mahfud di sekolahnya. Beberapa hari
setelahnya, guru-guru di sekolahnya tersebut mencanangkan agar penyebutan kedua pemilik
nama Mahfud ini menggunakan nama ayah di belakang namanya. “Mahfud A” diubah namanya
menjadi Mahfud Musyaffa dan “Mahfud B” menjadi Mahfud Mahmodin. Seiring berjalannya
waktu, ayahnya, Mahmodin mengganti nama menjadi Emmo Prawirotroemo ketika diangkat
menjadi pegawai negeri sipil. Meski demikian, penamaan Mahmodin di belakang nama Mahfud
tetap melekat. Pada akhirnya, Nama “Mahmodin” diakronimkan menjadi “MD”.

Kehidupan awal
Mohammad Mahfud lahir dari pasangan Mahmodin dan Siti Khadijah. Ayahnya bekerja sebagai
pegawai negeri sipil di daerah Omben, Sampang. Pada saat menginjak usia dua bulan,
keluarganya bermigrasi ke Waru, Pamekasan. Dia mengenyam pendidikan dasarnya sekolah
dasar negeri dan juga mengikuti pendidikan keagamaan di madrasah ibtidaiah milik Pondok
Pesantren Al-Mardhiyyah. Setelahnya, ia dipindahkan ke Pondok Pesantren Somber Lagah
pimpinan Kyai Mardhiyyan di Tagangser Laok. Saat itu, Mahfud duduk di bangku kelas lima
sekolah dasar. Lalu, Mahfud melanjutkan jenjang sekolah menengah pertama di Pendidikan
Guru Agama Negeri selama empat tahun dan bersekolah di Pendidikan Hakim Islam Negeri atau
PHIN—setara dengan sekolah menengah atas atau madrasah aliah di Yogyakarta. PHIN
merupakan sekolah islam berbasis kejuruan terkait hukum dan tata negara. Setelah lulus dari
PHIN, Mahfud MD berkuliah di dua perguruan tinggi, yakni di Universitas Gajah Mada (UGM)
jurusan Sastra Arab, dan Universitas Islam Indonesia (UII) jurusan Hukum Tata Negara. Mahfud
lulus pada tahun 1983. Setelah mendapatkan gelar sarjana, ia kemudian mengajar di
almamaternya dan meneruskan kuliah program Pasca Sarjana S-2 bidang Ilmu Politik di UGM.
Lalu melanjutkan pendidikan Doktor S-3, di bidang Ilmu Hukum Tata Negara pada program
Pasca Sarjana UGM, dan lulus tahun 1993. Dan dinobatkan menjadi Guru Besar bidang Politik
Hukum pada tahun 2000 di usia 43 tahun di Universitas Islam Indonesia.

Keluarga
Mahfud MD menikah dengan Hj. Zaizatoen Nihajati, SH. (Yatie), gadis teman kuliahnya di
Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, pada tahun 1982. Yatie adalah
perempuan kelahiran Jember, 18 November 1959 anak kedua dari delapan bersaudara pasangan
Sya’roni dan Shofiyah. Hj. Zaizatoen Nihajati, S.H. berijazah Sarjana Hukum dan pernah
bekerja sebagai guru SMA. Tetapi ketika Mahfud MD diangkat menjadi Menteri dan harus
berpindah ke Jakarta maka pekerjaannya sebagai guru ditinggalkannya sampai sekarang.
Mahfud dan Yatie bertemu pertama kali di kampus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
pada 1978 saat keduanya sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sejak 1979,
keduanya mulai dekat dan akhirnya berpacaran. Hubungan keduanya bertahan lama, sehingga
pada 2 Oktober 1982, Mahfud dan Yatie resmi menikah di Semboro, Jember. Dari pernikahan
itu, Mahfud dan Yatie dikaruniai tiga orang anak yaitu:

1. Mohammad Ikhwan Zein, laki-laki kelahiran 15 Maret 1984, Alumni Fakultas


Kedokteran Universitas Gadjah Mada
2. Vina Amalia, perempuan kelahiran 15 Juli 1989, Alumni Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga
3. Royhan Akbar, laki-laki kelahiran 7 Februari 1991, Alumni Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada

Pekerjaan
 Dosen Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia (1984– sekarang)
 Sekretaris Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
(1986–1988)
 Pembantu Dekan II Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia (1988–1990)
 Direktur Karyasiswa, Universitas Islam Indonesia (1991–1993)
 Pembantu Rektor I Universitas Islam Indonesia (1994–2000)
 Direktur Pascasarjana Universitas Islam Indonesia (1996–2000)
 Anggota Panelis dan Asesor, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (1997–1999)
 Wakil Ketua Umum Dewan Tanfidz DPP Partai Kebangkitan Bangsa (2002–2005)
 Rektor Universitas Islam Kadiri (2003–2006)
 Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia
(2010–sekarang)
 Ketua Dewan Penyantun Yayasan Alumni Undip dan Badan Penyelenggara Universitas
Semarang Sekaligus Dosen Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Semarang (USM)
(2018– sekarang)
Jabatan pemerintah
 Plt. Staf Ahli dan Deputi Menteri Negara Urusan HAM (1999–2000)
 Menteri Pertahanan Republik Indonesia
 Menteri Kehakiman (2000–2001)
 Anggota DPR RI, menempati Komisi III dan Wakil Ketua Badan Legislatif (2004–2008)
 Anggota Tim Konsultan Ahli pada Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Depkum
HAM RI (sekarang)
 Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (2008–2013)
 Anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (2017–
2018)
 Menkopolhukam (2019–)
 Pelaksana Tugas Menteri Komunakasi dan Informatika (2023)

Organisasi
 Pelajar Islam Indonesia (PII)
 Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
 Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
 Ketua Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia
 Dewan Pengasuh Forum Keluarga Madura Yogyakarta
 Ketua Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI

Anda mungkin juga menyukai