Anda di halaman 1dari 2

NAMA: DHEA FAZIRA

NIM: PO71241230027
PRODI: SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELAS: 1A
MATKUL: KONSEP KEBIDANAN

Rencana Kedepannya:
Setelah lulus Pendidikan profesi bidan, saya ingin membuka praktik sendiri
karena orang tua saya sangat mengharapkan itu, tapi selain itu ada juga
keinginan saya untuk menjadi tenaga pendidik di ilmu kebidanan seperti
menjadi dosen.

Ingin menjadi bidan yang seperti apa?


Setelah lulus dari Pendidikan bidan saya ingin menjadi bidan yang berhasil,
sukses, dikenal baik oleh banyak orang, berfungsi di masyarakat, contoh nya
seperti:
 Melakukan bimbingan dan penyuluhan praperkawinan.
 Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal dan
komplikasi kehamilan.
 Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis.
 Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
 Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
 Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
 Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah.
 Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
 Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan
sistem reproduksi.

Alasan menjadi bidan tidak jauh dengan mempertimbangkan karena profesi ini
ialah masa depan yang cerah. Perlu diingat Indonesia masih kekurangan tenaga
medis seperti bidan maka kesempatan bekerja di bidang ini terbuka luas.
Beserta pekerjaannya yang mulia.
Referensi seorang bidan yang berhasil:

Ibu Witnowati:

Witnowati atau yang akrab disapa Wiwied berasal dari keluarga tidak mampu
yang tinggal di daerah Cipatujah, Tasikmalaya. Jangankan untuk menjadi
bidan, mimpi bersekolah saja sulit bagi Wiwied kala itu.

Nasib Wiwied mulai berubah saat dirinya terpilih menjadi anak asuh SOS
Kinderdorf di Lembang, Bandung Barat.

Saat itu, Wiwied yang berusia 8 tahun tinggal bersama orang tua asuh dan
anak-anak lainnya. Setelah menamatkan SMA, Wiwied melanjutkan sekolah
dengan mengambil pendidikan bidan.

Sebagai bidan, Wiwied sempat bekerja di berbagai daerah, termasuk


Kalimantan, sebelum akhirnya kembali ke Lembang untuk membuka praktik.

Bersama suaminya, ia menyewa sebuah garasi kosong dengan satu kamar.


Garasi digunakan sebagai tempat praktik dan kamar untuk mereka tinggali.

Setelah jumlah pasien Wiwied semakin banyak, ia memutuskan menggunakan


seluruh tabungannya untuk membeli tanah seluas 1.000 meter persegi.

Di tanah tersebut, Wiwied mendirikan klinik bersalin dan perawatan ibu hamil
yang menjadi klinik bersalin pertama di daerah tersebut.

Atas dedikasinya, Wiwied dianugerahi penghargaan dari yayasan Hermann


Gmeiner, yayasan yang menaungi SOS Kinderdorf, dan berhak atas hadiah
uang sebesar 15 ribu Euro atau sekitar Rp 180 juta. Uang tersebut digunakan
Wiwied untuk mengembangkan kliniknya.

Anda mungkin juga menyukai