Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU PENGALAMAN PRIBADI DALAM HAL BELA NEGARA

PERAWAT, “MALAIKAT TAK BERSAYAP”

NAMA : EVI DWI LARASATI. S.KEP.,NS

NIP : 199407112022032008

UNIT : RSUD PANGLIMA SEBAYA KAB. PASER

PESERTA LATIHAN DASAR ANGKATAN 70 KELOMPOK 1 TAHUN 2022


PERAWAT, “MALAIKAT TAK BERSAYAP ”

Saya Evi, seorang perawat atau yang biasa di panggil dengan sebutan
“suster” oleh pasien atau keluarga pasien. Saya lulus prodi ilmu kesehatan
jurusan S1 Keperawatan Pendidikan Profesi Ners di salah satu kampus
ternama di kota Malang pada tahun 2016. Saat duduk di sekolah dasar saya
mempunyai cita-cita sebagai tenaga kesehatan karena saya ingin menolong
orang-orang disekitar saya terutama orang yang kurang mampu, setelah
beranjak remaja saya semakin tertarik untuk menjadi tenaga kesehatan
dengan cara mengikuti ekstrakulikuler Palang Merah Remaja (PMR) pada
saat itu saya aktif bersama teman-teman yang tergabung di PMR, ada
banyak kegiatan yang kami lakukan dengan tujuan meningkatkan derajat
kesehatan khususnya warga sekolah contohnya mengikuti latihan dasar
penangan gawat darurat di lingkungan sekolah.

Begitu tertariknya saya dengan tenaga kesehatan setelah lulus SMA


saya mencoba daftar di Fakultas Ilmu Kedokteran untuk pilihan 1 dan Ilmu
Keperawatan untuk pilihan 2. Takdir membawa saya ke pilihan 2 yaitu saya
lulus di ilmu keperawatan, tidak menyurutkan semangat saya menjadi
tenaga kesehatan saya menjalani kuliah dengan penuh semangat agar
menjadi seorang perawat yang mahir dalam melakukan berbagai
pertolongan pada pasien. Hal itu terbukti dengan saya lulus berhasil lulus
dalam 3,5 tahun. Akhir tahun 2016 saya lulus dan pulang ke kampung
halaman untuk mengabdikan diri sesuai dengan cita-cita saya saat di
bangku sekolah dasar yaitu ingin menolong orang-orang disekitar saya .
Saya memulai karir sebagai perawat di beberapa klinik dan rumah sakit
pada awal tahun 2017 dan itu merupakan kesempatan saya untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah saya dapat di bangku perkuliahan.

Pada tahun 2019 saya diterima bekerja di RSUD Panglima Sebaya dan
ditempatkan di Ruang Penyakit Dalam , setahun lebih bekerja pada
pertengahan tahun 2020 ada wabah covid 19 yang disebabkan oleh corona
virus menyerang seluruh penjuru nusantara tak terkecuali di kabupaten
paser. Hari demi hari lonjakan kasus covid 19 semakin tinggi dan
menyebabkan peningkatan jumlah pasien di ruang Isolasi RSUD Panglima
Sebaya. Hal itu menyebabkan ketimpangan antara jumlah perawat dengan
jumlah pasien sehingga pihak management Rumah Sakit melakukan
Regulasi Tenaga perawat ke Ruang Isolasi . Hal yang di takutkan pun
terjadi, SK regulasi tenaga perawat saya terima dan saya di pindahtugaskan
di Ruang Isolasi. Rasa khawatir, takut, cemas menyelimuti hati sembari
memikirkan bagaimana jika nanti tertular covid 19, bahkan dari diri
sendiri bisa menjadi carrier atau pembawa virus ke keluarga terlebih
kepada anak yang masih kecil. Saat itu saya menyadari bahwa tenaga saya
sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang tertular covid 19 dan akhirnya
saya mengabdikan diri untuk bangsa dan negri ini.

Hari pertama bertugas di ruang isolasi saya melaksanakan tugas


sesuai SOP yang berlaku di ruang isolasi covid 19 . SOP yang diberlakukan
mempunyai tujuan mencegah infeksi menular dari virus covid 19 tersebut.
Ruang isolasi RSUD di bagi menjadi 2 dan setiap ruangan bisa menampung
hingga 30 pasien sehingga total bed yang tersedia sekitar 60 pasien,
kondisi tersebut sangat tidak sebanding dengan jumlah perawat yang
bertugas hanya 8-10 perawat per shift sehingga beban kerja perawat terasa
sangat berat. Setiap hari saya menggunakan Alat Pelindung Diri atau APD,
APD yang saya pakai untuk bertugas terdiri dari sarung tangan biasa ,
sarung tangan bedah, masker bedah , masker N95, kacamata google,
headcup/penutup kepala, kaos kaki , baju tindakan, sepatu boot dan gown,
semua sudah terpakai dan saya siap untuk bertugas.

Sabtu 10 februari 2021 saya shift malam di ruang isolasi , pada hari
itu sangat berkesan bagi saya. Jumlah pasien 28 dengan rata-rata total care
dan sementara kami perawat hanya 5 orang, ada seorang pasien bernama
ny. N berusia 46 tahun terbaring dengan kondisi kritis, beliau terdiagnosa
covid 19 disertai dengan penyakit komorbit yaitu Diabetes Melitus, pada
saat saya mengganti cairan infus beliau tiba-tiba memegang erat tangan
saya, kemudian berkata “ suster, saya sudah tidak kuat lagi “ sambil
terbata-bata karena menahan sesak didada, saya mencoba memberikan
support dan menguatkan hatinya “ sabar bu, ibu pasti sembuh , ibu harus
semangat berjuang melawan penyakit ini, ada keluarga ibu dirumah
menunggu kepulangan ibu” sambil menatap dengan pandangan buram
karena terhalang kaca mata google. Kemudian Ny. N meminta kepada saya
untuk menemaninya sebentar, beliau mengeluarkan kertas kepada saya
dan berpesan “ tolong sampaikan surat ini kepada anak saya sus , saya
merasa waktu saya tidak lama lagi”. Ternyata isi surat tersebut adalah
surat wasiat untuk anak2 nya beliau menulisnya saat pertama dirawat dg
kondisi masih stabil. Saya tertegun melihat Ny. N meneteskan air mata
tetapi tidak bersuara karena menahan sesak. Dalam hati saya berdoa “ ya
allah angkatlah penyakit ibu ini, sehatkan kembali raganya sehingga bisa
berkumpul bersama keluarga nya”. Setelah sedikit tenang saya pun minta
izin kepada Ny. N untuk ke pasien yang lain , karena memang saat itu
banyak pekerjaan yang belum selesai. Tak lama berselang monitor yang
terpasang di Ny. N berbunyi menandakan kondisi pasien semakin
memburuk, saya pun segera kembali ke bed beliau, dan benar saja, detak
jantung Ny. N sudah tidak teraba lagi. Saya dan teman saya segera
melakukan resusitasi jantung paru namun takdir berkata lain, Ny. N tidak
bisa diselamatkan. Surat yang saya terima masih belum sampai ke pihak
keluarga namun Ny.N sudah tiada.

Ada banyak sekali pasien yang meninggal akibat wabah covid 19 ini,
satu persatu pasien yang kami rawat pulang dalam keadaan tidak
bernyawa. Hanya satu harapan kami sebagai perawat saat itu, wabah covid
19 segera berakhir karena dari fisik kami pun sebenarnya sudah tidak
sanggup dengan jumlah pasien yang terus meningkat. Tak sedikit dari
teman sejawat kami yang di rawat akibat tertular covid-19 tak terkecuali
saya, bahkan saya sudah tertular covid 19 sebanyak 4 kali bersama anak
dan suami saya, sungguh hal tersebut merupakan pengorbanan yang besar
bagi saya untuk bangsa dan negara ini, dimana diseluruh penjuru dunia
terserang wabah covid 19 dan kita sebagai tenaga kesehatan dituntut harus
sehat dan kuat secara fisik dan mental.

Demikian pengalaman saya dalan hal bela negara, bagi saya profesi
sebagai perawat merupakan kesempatan yang diberikan oleh allah swt
kepada saya untuk berbuat baik kepada sesama manusia. Tak hanya itu
melalu profesi perawat saya bisa mengabdikan diri kepada masysarakat,
kepada bangsa dan negara untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan derajat kesehatan bangsa di kancah internasional.

Anda mungkin juga menyukai