Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“ILMU MUNASABAH”
Dosen Pengampu : Yusnida Wati Hasibuan M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

Adiansa : 232711040085 Amelia : 232711040080


Elisa Handayani : 232711080010 Ainun Fadilah : 232711040044
Asnawati : 232711040088 Asih Lestari : 232711040084
Asih : 232711040052 Ani Marwati : 232711040009
Asti mutiara septiana : 232711040020 Eliana : 232711040039
Fadillah : 232711040067

UNIVERSITAS ISLAM AN NUR


LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah Swt.
Tuhan seru sekalian alam atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu Munasabah”.
Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan
makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya yang telah
memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar. Semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi ke
depannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata,
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan ...........................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Munasabah....................................................................................2
2.2 Pokok-pokok bahasan Munasabah ................................................................2
2.3 Macam-macam Munasabah............................................................................2
2.4 Kegunaan ilmu munasabah ............................................................................8
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 6
3.2 Saran ............................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi umat Islam. Dalam memahami petunjuk
yang terkandung dalam Al-Quran perlu disupport dengan ilmu-ilmu yang terkait,
misalnya: asbab an-nuzul, munasabah, makki dan madani dan seterusnya.Studi
tentang historisitas kronologis turunya ayat dilihat dari ilmu asbab an-nuzul. Tidak
semua ayat Al- Quran memiliki asbab nuzul yang spesifik, untuk melengkapinya
ditawarkan ilmu munasabah sebagai upaya untuk mengkorelasikan antar ayat
(surah) dalam Al-Quran.Sumber ilmu dari munasabah ini didasarkan pada
ijtihadi, sehingga terdapat perbedaan tentang berbagai ragamnya. Tulisan ini
akan membahas tentang hubungan tema dan sub tema dalam pendekatan
pendidikan. penelitian ini menghasilkan bahwa dalam tema pendidikan
menggunakan istilah apersepsi, yaitu menghubungkan antara pelajaran yang
dikeluarkan dengan pelajaran yang akan dibahas dengan menghubungkan berbagai
tema yang terkait. sehingga tema ayat akan selalu berhubungan dengan pola
keilmuan yang sama hingga selesai pembahasannya.
Memahami keterkaitan (korelasi) antara yang satu dengan yang lain sebagai
satu kesatuan merupakan sebuah keniscayaan. Dalam konteks Al-Quran,
pemahaman terhadap ayat yang satu dengan yang lain, surah yang satu dengan
yang lain sebagai sebuah kesatuan yang terkoneksi antara yang satu dengan
lainnya adalah merupakan studi yang mesti dipelajari. Para Ahlinya
mengisitilahkan studi ini dengan nama munasabah.
1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yakni agar Mahasiswa memahami :
a. Pengertian Munasabah
b. Pokok-pokok bahasan Munasabah
c. Macam-macam Munasabah
d. Kegunaan ilmu Munasabah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Munasabah


Kata munasabah secara etimologi berarti al- muqarabah (kedekatan), al-
musyakalah (keserupaan) atau al-muwafaqoh (kecocokan).
Contoh dalam kalimat sebagai berikut: fulan yunasib fulan, berarti si fulan (A)
mempunyai hubungan dekat dengan si fulan (B) dan menyerupainya. Dari kata itu,
lahir pula kata “an-nasib,” berarti kerabat yang mempunyai hubungan seperti dua
orang bersaudara dan putra paman.
Istilah munasabah juga digunakan dalam ‘illat dalam bab qiyas, dan
berarti Al-wasf Al- muqarib li Al-hukm (gambaran yang berhubungan dengan
hukum).
Istilah munasabah diungkapkan pula dengan kata rabth (pertalian). Karenanya
munasabah merupakan hal yang logis (apabila dijelaskan dapat diterima akal).
Sedangkan secara terminologi (istilah), munasabah dapa didefinisikan
sebagai berikut:
a. Menurut Az-Zarkasyi
Munasabah adalah suatu perkara yang dapat dipahami oleh akal. Tatkala
dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.”
b. Menurut Manna’ Al-Qathtan
Munasabah adalah aspek yang punya keterikatan antara satu kalimat
dengan kalimat lain dalam satu ayat, antara ayat satu dengan ayat lain dalam
banyak ayat, atau antara surat dengan surah yang lain (di dalam Al-Quran).”

c. Menurut Ibn Al-’Arabi


Munasabah adalah keterkaitan ayat-ayat Al-Quran sehingga seolah-olah
merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.
2.2. Pokok pembahasan Munasabah

Pembahasan ilmu munasabah ini terkait dengan bagian-bagian Ulumul


Qur’an, baik ayat-ayat ataupun surat-suratnya yang satu dengan yang lainnya
berkenaan dengan hubungan keterkaitannya. Seperti yang telah disebutkan, bahwa
hubungan dan keterkaitan dari bagian al-Quran itu bermacam-macam, ada yang
berupa hubungan antara makna umum dan khusus, atau hubungan pertalian
(talazum), seperti hubungan antara sebab dan akibatnya, illat dengan ma’lulnya, atau
antara dua hal yang sama, maupun antara dua hal yang kontradiksi.

2.3 Macam-macam Munasabah

Berdasarkan kepada beberapa pengertian sebagaimana yang telah


dikemukakan di atas, pada prinsipnya munasabah al-Qur’an mencakup hubungan
antar kalimat, antar ayat, serta antar surat. Macam-macam hubungan tersebut apabila
diperinci akan menjadi sebagai berikut :
a. Munasabah antara surat dengan surat.
b. Munasabah antara nama surat dengan kandungan isinya.
c. Munasabah antara kalimat dalam satu ayat.
d. Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surat.
e. Munasabah antara ayat dengan isi ayat itu sendiri.
f. Munasabah antara uraian surat dengan akhir uraian surat.
g. Munasabah antara akhir surat dengan awal surat berikutnya.
h. Munasabah antara ayat tentang satu tema.
Dalam upaya memahami lebih jauh tentang aspek-aspek munasabah yang telah
diterangkan di atas akan diajukan beberapa contoh di bawah ini.
a. Munasabah Antara Surat dengan Surat
Keserasian hubungan atau munasabah antar surat ini pada hakikatnya
memperlihatkan kaitan yang erat dari suatu surat dengan surat lainnya. Bentuk
munasabah yang tercermin pada masing-masing surat, kelihatannya memperlihatkan
kesatuan tema. Salah satunya memuat tema sentral, sedangkan surat-surat lainnya
menguraikan sub-sub tema berikut perinciannya, baik secara umum maupun parsial.
Salah satu contoh yang dapat diajukan di sini adalah munasabah yang dapat ditarik
pada tiga surat beruntun, masing-masing Q. S al-Fatihah (1), Q. S al-Baqarah (2),
dan Q. S al-Imran (3).
Satu surah berfungsi menjelaskan surat sebelumnya, misalnya di dalam surat :
Q. S al-Fatihah ayat : 6
Artinya : “Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Lalu dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat : 2, bahwa jalan yang lurus itu ialah
mengikuti petunjuk al-Qur’an, sebagaimana disebutkan :
Artinya : “Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi
mereka yang bertakwa”
Kemudian Allah menjelaskan kitab Al-Qur’an di dalam surah Al-Imran ayat : 3
Artinya :“Dia menurunkan kitab (Al-Qur’an) kepadanu (Muhammad) yang
mengandung kebenaran, membenarkan kitab-kitab sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil.

b. Munasabah Antara Nama Surat dengan Kandungan Isinya

Nama satu surat pada dasarnya bersifat tauqifi (tergantung pada petunjuk
Allah dan Nabi-Nya). Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa suatu surat
terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih. Tampaknya ada
rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang dikemukakan oleh
al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama surat dengan isi atau uraian
yang dimuat dalam suatu surat. Kaitan antara nama surat dengan isi ini dapat di
identifikasikan sebagai berikut :
Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surat. Nama surat al-Fatihah
disebut dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah
karena kedudukannya.
Nama diambil dari perumpamaan , peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang
dipaparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan,
peristiwa, kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama
surat : al-‘Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.
Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-Ikhlas karena mengandung ide
pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan : al-Mulk mengandung ide
pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya.
Nama diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain
yang tersebar diberbagai surat. Contoh al-Hajj (dengan spesifik tema haji), al-Nisa’
(dengan spesifik tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa’ yang
berarti kaum wanita adalah irrig keharmonisan rumah tangga.
Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak dipermulaan surat, sekaligus
untuk menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di dalamnya yang memakai
huruf itu. Contohnya : Thaha, Yasin, Shad, dan Qaf

3. Munasabah Antara Satu Kalimat dengan Kalimat Lainnya dalam Satu Ayat
Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat
dapat dilihat dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara
konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat.
Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan irri-ciri ta’kid / tasydid
(penguat / penegasan) dan tafsir / i’tiradh (interfretasi /penjelasan dan cirri-cirinya).
Contoh sederhana ta’kid :
“‫”فإن لم تفعلوا‬, diikuti “‫( ”ولن تفعلوا‬Q.S al-Baqarah / 2:24).
Contoh tafsir:
‫سبحان الذي اسرى بعبده ليال من المسجد الحرام الى المسد األقصى‬
Kemudian diikuti dengan ‫اإلسراء( الذي باركنا حوله لنريه من اياتنا‬/1:17)
Kedua masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hu ada hubungan tetapi tidak
langsung secara konkrit, terkadang ada penghubung huruf ‘athaf’ dan terkadang tidak
ada. Dalam konteks ini, munasabahnya terletak pada :
Susunan kalimat-kalimatnya berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah dan atau
larangan yang tak dapat diputus dengan fashilah. Salah satu contoh :
(25 ‫وإلن سألتهم من خلق السماوات واألرض__ليقولون هللا__قل الحمد هلل )لقمن‬
Munasabah berbentuk istishrad (penjelasan lebih lanjut). Contoh :
(189 ‫يسألونك عن األهله__قل هي__ )البقره‬
Munasabah berbentuk nazhir / matsil (hubungan sebanding) atau mudhaddah / ta’kis
(hubungan kontradiksi). Contoh :
(177 ‫…ليس البر ان تولوا وجوهكم قبل المشرك والمغرب__ولكن البر__)البقرة‬

4. Munasabah Antara Ayat dengan Ayat dalam Satu Surat


Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaftarkan pada
pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surat tersebar sejumlah ayat, namun
pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu
sehingga membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis. Untuk menyebut
sebuah contoh, ayat-ayat di awal Q. S al-Baqarah : 1 – 20 memberikan sistematika
informasi tentang keimanan, kekufuran, serta kemunafikan. Untuk
mengidentifikasikan ketiga tipologi iman, kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan
ayat-ayat tersebut.
Misalnya surat al-Mu’minun dimulai dengan :
‫قد افلح المؤمنون‬
Artinya : “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”.
Kemudian dibagian akhir surat ini ditemukan kalimat
‫انه ال يفلح الكافرون‬
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung”.

5. Munasabah Antara Penutup Ayat dengan Isi Ayat Itu Sendiri


Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu
al-Tamkin (mengukuhkan isi ayat), al-Tashdir (memberikan sandaran isi ayat pada
sumbernya), al-Tawsyih (mempertajam relevansi makna) dan al-Ighal (tambahan
penjelasan). Sebagai contoh :
‫ فتبارك هللا احسن الخالقين‬mengukuhkan ‫ ثم خلقنا النطفة علقة‬bahkan mengukuhkan hubungan
dengan dua ayat sebelumnya (al-mukminun: 12-14).
6. Munasabah Antara Awal Uraian Surat dengan Akhir Uraian Surat
Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta
hubungan yang erat antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai
contoh, dikemukakan oleh al-Zamakhsyari demikian juga al-Kimani bahwa Q. S al-
Mu’minun di awali dengan (respek Tuhan kepada orang-orang mukmin) dan di
akhiri dengan (sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang kafir).
Dalam Q. S al-Qasash, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan
tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi Fir’aun seperti tergambar pada awal
surat dengan Nabi Muhammad SAW yang menghadapi tekanan kaumnya seperti
tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa AS dan Muhammad SAW, serta
jaminan Allah bahwa akan memperoleh kemenangan.

7. Munasabah Antara Penutup Suatu Surat dengan Awal Surat Berikutnya.


Misalnya akhir surat al-Waqi’ah / 96 :
‫فسبح باسم ربك العظيم‬
“Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.
Lalu surat berikutnya, yakni surat al-Hadid / 57 : 1 :

‫سبح هللا ما في السموات واألرض وهو الزيز الحكيم‬

“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah


(menyatakan kebesaran Allah). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

8. Munasabah Antar Ayat dengan Satu Tema


Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-
Sayuthi, pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’i dan al-Sakhawi. Sementara al-Kirmani
menggunakan metodologi munasabah dalam membahas mutasyabih al-Qur’an
dengan karyanya yang berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an. Karya yang
dinilainya paling bagus adalah Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh Abu
‘Abdullah al-Razi dan Malak al-Ta’wil oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair.
Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qiwamah
(tegaknya suatu kepemimpinan). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling
bermunasabah, yakni Q. S al-Nisa’ / 4 : 34 :
‫الرجال قوامون على النساء بما فضل هللا بعضهم على بعض وبما أنفقوا من أموالهم‬.
Dan Q. S al-Mujadalah / 58 : 11 :
‫يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين اوتو العلم درجات وهللا بما تعملون خبير‬.
Tegaknya qiwamah (konteks parsialnya qiwamat al-rijal ‘ala al-nisa’) erat
sekali kaitannya dengan faktor ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi. Q.
S an-Nisa’ menunjuk kata kunci “bimaa fadhdhala” dan “al-ilm”. Antara “bimaa
fadhdhala” dengan “yarfa” terdapat kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai
lebih yang muncul karena faktor ‘ilm.
Munasabah al-Qur’an diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk
Nabi (tauqifi). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal
dalam kitab al-Qur’an.

2.4 Kegunaan Ilmu Munasabah

Fungsi dari munasabah Al-Qur’an, diantaranya adalah sebagai berikut:


a. Mengetahui hubungan antara bagian al-Qur’an, baik antarakalimat-kalimat
atau ayat-ayat maupun surah-surahnya yang satu dengan yang lain sehingga
lebih memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab al-Qur’an
dan memperkuat keyakinan terhadap kewahyuan dan
kemukjizatannya.Karena itu, Izzuddin Abd. Salam mengatakan bahwa ilmu
munasabah itu adalah ilmu yang baik sekali. Ketika menghubungkan kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain, beliau mensyaratkan harus jatuh pada
hal-hal yang betul-betul berkaitan, baik di awal ataupun di akhirnya.

b. Mempermudah pemahaman al-Qur’an. Misalnya ayat enam dari surat Al-


Fatihah yang artinya, “Tujukilah kami kepada jalan yang lurus”
disambungdengan ayat tujuh yang artinya, “Yaitu, jalan orang-orang yang
Engkau anugerahinikmat atas mereka. “Antara keduanya terdapat hubungan
penjelasan bahwa jalanyang lurus dimaksud adalah jalan orang-orang yang
telah mendapat nikmat dariAllah SWT.

c. Menolak tuduhan bahwa susunan al-Qur’an kacau. Tuduhan misalnya


munculkarena penempatan surat al-Fatihah pada awal Mushhaf sehingga
surat inilah yang pertama dibaca. Padahal, dalam sejarah, lima ayat dari surat
al-‘Alaq sebagai ayat-ayat pertama turun kepada Nabi SAW. akan tetapi,
Nabi menetapkan letak al-Fatihah di awal Mushhaf yang kemudian disusul
dengan surat al-Baqarah.Setelah didalami, ternyata dalam urutan ini terdapat
munasabah. Surat al-Fatihah mengandung unsur-unsur pokok dari syariat
Islam dan pada surat ini termuat doa manusia untuk memohon petunjuk ke
jalan yang lurus. Surat al-Baqarah diawali dengan petunjuk al-Kitab sebagai
pedoman menuju jalan uang lurus. Dengandemikian, surat al-Fatihah
merupakan titk bahasan yang akan diprinci pada surat berikutnya, al-
Baqarah. Dengan mengemukakan munasabah tersebut, ternyatasusunan ayat-
ayat dan surat-surat Al-Qur’an tidak kacau melainkan mengandungmakna
yang dalam.

Dengan ilmu munasabah itu, dapat diketahui mutu dan tingkat ke-Balaghah-an
bahasa al-Qur’an dan konteks kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lain,serta
persesuaian ayat / surahnya yang satu dari yang lain, sehingga lebihmenyakinkan
kemukjizatannya, bahwa al-Qur’an itu benar-benar wahyu dariAllah SWT dan
bukan buatan Nabi Muhammad SAW. karena itu, Abdul Djalaldalam bukunya
menambahkan Imam Fakhruddin al-Razi mengatakan kebanyakan keindahan-
keindahan al-Qur’an terletak pada susunan dan penyesuaiannya, sedangkan susunan
kalimat yang paling bersetaraadalah saling berhubungan antara bagian yang satu
dengan bagian yang lainnya.Sebagaimana yang dinyatakan oleh ahli ulumul Qur’an
diantaranya adalahAbu Bakar bin al-Arabi, Izzuddin bin Abdus-Salam bahwa ilmu
munasabah adalahilmu yang baik ( ilmun hasanun ), ilmu mulia ( ilmun syarifun ),
ilmu yang agung ( ilmun nadzimun).
Dari semua julukan ini menandakan bahwa ilmu munasabah mendapat
tempat dan penghargaan yang cukup tinggi atau peran yang cukupsignifikan dalam
memahami dan menafsirkan al-Qur’an. Sehingga az-Zarkasyi berpendapat bahwa
ilmu ini dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui kecerdasanseorang mufassir.
Kedudukan ilmu ini semakin terasa kebutuhannya manakalah seseorang
menafsirkan al-Qur’an menggunakan metode tafsir al-maudhu’I (tematik) atau al-
muqaran (komparasi), karena metode ini memperhatikan keterkaitan ( munasabah)
antara ayat yang berbicara tentang masalah yang sejenis. (A Zarkasyi,1988: 63)
Berlainan dengan ilmu asbabun-nuzul yang digolongkan kedalam ilmu sima’I dan
karenanya maka bersifat naqli (periwayatan), maka ilmu munasabah digolongkan ke
dalam kelompok ilmu-ilmu ijtihadi yang karenanya bersifat penalaran. Sebagai ilmu
ijtihadi ilmu ini sangat berpeluang untuk dikembangkan dalam upayamemperkaya
dan memperkuat penafsiran al-Qur’an, yaitu dengan cara mencarihubungan antara
ayat-ayat al-Qur’an dari berbagai aspeknya.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Secara etimologi, munasabah semakna dengan mushakalah (serupa) dan
muqarabah (kedekatan). dalam konteks ‘Ulum Al-Qur’an munasabah berarti
menjelaskan korelasi makna antarayat atau antarsurat, baik kolerasi itu bersifat
umum atau khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassiy), atau imajinatif (khayali); atau
korelasi berupa sebab-akibat, ‘illat dan ma’lul, perbandingan, dan perlawanan.
Macam-macam hubungan tersebut apabila diperinci akan menjadi sebagai berikut :
Munasabah antara surat dengan surat.
Munasabah antara nama surat dengan kandungan isinya.
Munasabah antara kalimat dalam satu ayat.
Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surat.
Munasabah antara ayat dengan isi ayat itu sendiri.
Munasabah antara uraian surat dengan akhir uraian surat.
Munasabah antara akhir surat dengan awal surat berikutnya.
Munasabah antara ayat tentang satu tema.

3.2 SARAN
Sebagai seorang muslim hendaknya kita menjadikan AL-Qur’an sebagai
pedoman hidup dengan terus mempelajarinya termasuk ilmu munasabah ini,
agarkita tahu apa maksud yang terkandung di dalam Al-Qur`an, tentunya belajar
kepada guru yang shahih
DAFTAR PUSTAKA

https://jurnal.uinbanten.ac.id

https://langkahislamindonesia.blogspot.com/2017/03/ilmu-munasabah-al-quran.html
http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/1541/3/094211009_Skripsi_Bab2.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/282920-munasabah-dalam-al-quran-
93901f31.pdf
http://fazlianarizki.blogspot.com/2013/05/ilmu-munasabah.html
https://www.ayoksinau.com/pengertian-munasabah/

Anda mungkin juga menyukai