Anda di halaman 1dari 14

MUNASABAH

Untuk memenuhi salah satu tugas Ulumul Qur’an yang diampu oleh:

Drs. Nurul Hidayat,M.Ag.

Disusun oleh :

1. Erna Lufiana ( 172514308 )

2. Fauzia Nur Fadila (1725143098)

3. Lutfi Rohmatul umah (1725143163)

4. Maulida Nurul L ( 1725143172)

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan(FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2014/2015


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan masalah ini.Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Munassabah”,yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dan berbagai sumber.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan, tapi kami berhasil
menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang


telah membantu kami dalam mengerjakan makalah kami. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah member kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalh ini.

Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan
pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal ini
juga dapat berguna bagi kita bersama. Semoga makalah yang kami buat ini dapat
membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Wassalamualaikum warramatullahi wabarakatu.

Tulungagung, September 2014

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...1
C. Tujuan Pembahasan Masalah…………………………………………2

BAB II. PEMBAHASAN

A. Analisis Munasabah……………………………………………………3
B. Bentuk-bentuk Munasabah……………………………………………5
C. Faedah Munasabah…………………………………………………….9

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………….10
B. Saran………………………………………………………….………..10

DAFTAR RUJUKAN.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan Hudanlinnas/petunjuk bagi umat manusia. Al-
qur’an merupakan wahyu yang di turunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai rahmatan lil’alamin/rahmat bagi semua alam
melalui perantara malaikat jibril. Al-qur’an berisi semua tentang petunjuk
serta pedoman hidup bagi seorang muslim. Al-qur’an merupakan kitab Agung
yang berbahasa arab serta di jaga oleh Allah SWT kemurniannya hingga akhir
zaman.
Ilmu-ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-qur’an seperti ilmu
qira’at,ilmu tajwid,ilmu tafsir,kaligrafi dan lain sebagainya. Sebagai umat
islam kita dianjurkan untuk belajar Al-qur’an. Bukan hanya membacanya saja,
namun juga mengkaji maknanya serta mengamalkannya didalam kehidupan
kita sehari-hari. Dalam mengkaji maknanya maka kita akan belajar mengenai
tafsir Al-qur’an yang di dalamnya terdapat banyak sub bab. Banyak orang
membaca Al-qur’an mempunyai gaya bahasa yang indah, terkadang masih
banyak yang belum dapat memaknai Al-qur’an. Karena hubungan antar satu
ayat dengan ayat lain, hubungan satu ayat dengan satu surat lain serta
hubungan antar satu surat dengan surat lain. Maka diperlukan pembelajaran
tentang munasabatul qur’an/hubungan antar ayat dengan ayat, ayat dengan
surat,surat dengan surat agar kita dapat memahami Al-qur’an dengan benar.

B. Rumusan Masalah
1 . Bagaimana pengertian munasabah ?
2 . Apa bentuk – bentuk munasabah ?
3 . Apa faedah mempelajari munasabah ?

1
2
C. Tujuan Penulisan
1 . Menjelaskan pengertian munasabah
2 . Menjelaskan bentuk – bentuk munasabah
3 . Menjelaskan faedah atau manfaat mempelajari munasabah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Analisis Munasabah

Munasabah dalam bahassa Inggris secara leksikal diartikan suitability,


adequacy, correlation, analogy, dan realitionship, namun sebagai instrumen analisis al-
Quran, munasabah dimasudkan sebagai langkah analisis al-Quran dengan jalan
muqarabah (mencari kedekatan) makna yang terdapat dalam ayat al-Quran1.

Implementasi analisis koreksi makna ini dilaksanakan dengan cara


memperhatikan simbol-simbol yang digunakan dalam ayat, atau memperhatikan
makna yang dikandung pada masing-masing ayat1.

Jika ilmu asbab an-nuzul mengaitkan satu ayat atau sejumlah ayat dengan
konteks sejarahnya maka focus perhatian ilmu “persesuaian (munasabah) antarayat
dan beberapa surat”bukan pada kronologi historis dari bagian-bagian teks,tetapi aspek
pertautan antar ayat dan surat menurut urutan teks, yaitu teks disebut dengan “urutan
bacaan” sebagai bentuk lain dari “urutan turunnya ayat”.

Dari sudut ini, perbedaan dari ilmu munasabah dengan ilmu asbab an-nuzul
adalah yang pertama mengkaji hubungan-hubungan tesk dalam bentuknya yang akhir
dan final, sementara yang kedua mengkaji hubungan bagian teks dengan kondisi
eksternal, atau konteks eksternal pembentuk teks. Dengan kata lain perbedaan itu
adalah perbedaan antara kajian tentang keindahan teks dengan kajian tentang
kerancuan teks terhadap realitass eksternal. Dari sini kita dapat memahami mengapa

1
Zenrif M.F,Sintesis Paradigma Studi Al-Qur’an(Malang:UIN Malang Press,2008,),hal.227
1
Ibid,hal.228
3
4

ulama kuno berpendapat bahwa ilmu asbab an-nuzul adalah ilmu “historis”, sementara
ilmu munasabah adalah ilmu “stislitika” dengan pengertian bahwa ilmu ini
memberikan perhatiannya pada bentuk-bentuk kertekaitan antara ayat-ayat dan surat-
surat:

“ketahuilah, bahwa munasaabah merupakan ilmu yang mulia yang menjadikan


teka teki akal pikiran.Dengan ilmu ini dapat diketahui tingkat ucapan pembicara. Kata
munasabah menurut bahasa adalah mendekati (muqarabah): fulan yunasib fulan,
maksudnya mendekati dan menyerupai. Ada pula munasabah dalam ‘illat (sebab) pada
kajian qiyas (analogi): sifat yang mendekati apabila terdapat kedekatan dengan sifat
hokum maka dapat di duga apabila sifat tersebu ada, maka hokum itu ada. Oleh karena
itu, dikatakan bahwa munasabah adalah sesuatu yang rasional, apabila diperlihatkan
pada akal pikiran ia akan diterima dengan baik. Demikian pula munasabah pada bagian
permulaan ayat dan bagian akhirnya.Munasabah-dan Allah lebih mengetahui-
bersumber pada makna yang mengaitkan antara keduanya: umum atau khusus,
rasional, persetif atau imajinatif, dan bentu-bentuk hubungan lainnya. Atau keterkaitan
internal seperti sebab dan akibat,’illat dan ma’lul,dua hal yang mirip,dua hal yang
bertentangan dan sebagainya, atau keterkaitan eksternal, umpanya tersusun seperti
susunan alam realitas. Kegunaan ilmu ini adalah menjadikan bagian-bagian kalam
saling berkait sedemikian kuat sehingga susunan dan penataannya menjadi seperti
bagunan kokoh yang bagian-bagiannya tersusun harmonis.”

Dalam munasabah antarayat dan surat-surat adalah bahwa teks merupakan


kesatuan struktural yang bagian-bagiannya saling keterkaitan. Mengungkapkan
hubungan-hubungan antarayat dan hubungan-hubungan antarsurat, bukan berarti
menjelaskan hubungan-hubungan yang memang ada secara inherent dalam teks, tetapi
membuat hubungan antara akal muffasir dengan teks.Melalui hubungan ini hubungan
antarbagian teks dapat diungkapkan.
5
2. Bentuk-Bentuk Munasabah
1. Munasabah dari segi sifat atau keadaan, maka munasabah terbagi menjadi 2 macam :
A. Munasabah yang jelas (dhahir al-irtibath). Maksudnya munasabah antara bagian (ayat
atau surat) dengan bagian (ayat atau surat) lainnya terlihat jelas. Contohnya,
munasabah antara ayat 134 dari surat Ali ‘Imran dengan ayat setelahnya. Hubungan
antara ayat 134 dengan ayat 135 tampak jelas. Masing-masing merupakan ciri-ciri
orang yang bertaqwa.
B. Munasabah yang tidak jelas (khafi al-irtibath). Maksudnya munasabah antara bagian
(kalimat atau ayat atau surat) dengan bagian (kalimat atau ayat atau surat) lainnya tidak
jelas, sehingga seolah-seolah tidak adanya pertalian atau hubungan antara keduanya.
Contohnya, munasabah antara ayat 189 surat al- Baqarah dengan ayat 190 surat al-
Baqarah. Ayat pertama mengkaji mengenai haji sedangkan ayat selanjutnya mengenai
peperangan. Namun sebenarnya ada hubungan antara kedua ayat tersebut.
Munasabahnya yaitu, ada larangan berperang pada waktu haji, tetapi jika di serang
lebih dahulu maka serangan-serangan musuh itu harus dibalas walaupun pada musim
haji.
2. Munasabah dari segi materi
MUNASABAH ANTARA SURAT DENGAN KANDUNGANNYA
Contoh :

Munasabah antara surat al-fatihah dengan surat-surat yang ada di dalam al-qur’an.

Al-fatihah merupakan surat yang menduduki tempat khusus karena ia merupakan


induk kitab dan al-fatihah memuat semua bagian Al-qur’an meskipun tersirat. Seperti
yang ditulis oleh Badruddin Muhammad bin Abdillah yang di kutip oleh Nasr Hamid
Abu Zaid dalam bukunya tertulis Al-qur’an yang menyatakan bahwa:“ Induk-induk
ilmu Al-qur’an ada tiga bagian:tauhid,peringatan dan hukum-hukum. Masuk dalam
bagian tauhid adalah pengetahuan tentang makluk san Sang Pencipta dengan segala
nama,sifat,dan perbuatan-Nya. Termasuk dalam bagian peringatan adalah
6
janji,ancaman,surga,neraka,dan penyucian lahir dan batin. Dan, yang termasuk dalam
hukum-hukum adalah taklif-taklif, penjelasan tentang manfaat dan
mudarat,perintah,larangan,dan anjuran… karena pengertian seperti ini,al-fatihah
menjadi Induk Al-kitab sebab di dalamnya terkandung ketiga bagian tersebut. Masalah
tauhid terkandung dalam awal surat hingga firman-Nya:yaumad-din, masalah hukum
terkandung dalam ayat:iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in,dan masalah peringatan
terdapat dalam ayat yang berbunyi:ihdina hingga akhir surat. Dengan demikian, surat
ini menjadi induk karena dari situlah semua cabang bermunculan’’2.

MUNASABAH ANTARA SURAT DENGAN SURAT LAINNYA

Munasabah antara surat Al-baqarah dengan surat Al-imran.


Munasabah antara surat Al-baqarah dengan surat Al-imran bersifat stilistika. Surat
Al-baqarah merupakan surat yang mengajukan dalil mengenai hukum karena surat ini
memuat kaidah-kaidah agama, sementara surat al-imran sebagai jawaban atas keragu-
raguan para musuh.
Ini berarti bahwa surat Al-baqarah memuat dalil yang mengacu pada hukum-
hukum yang ditunjukkan surat Al-fatihah, sementara Surat Ali Imran memuat”jawaban
atas keragu-raguan para musuh”, khususnya yang berkaitan dengan dalil Islam muncul
dari pihak Yahudi atau Nasrani maka wajar jika Surat Al-baqarah mendahului Surat
Ali Imran lantaran hubungan yang lebih awal antara Islam dengan Yahudi pada satu
sisi karena hidup berdampingan, dan lantaran Taurat mendahului Injil dari sisi lain dari
factor historis.3
Adalah wajar jika dua surat setelahnya, yaitu An-nisa’ dan al-Maidah, memuat
detik-detik hukum dan syari’at. An-nisa’ memuat hukum-hukum yang mengatur
hubungan social; sementara al-Maidah memuat hukum-hukum yang mengatur

2
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an (Yogyakarta:LKiS Pelangi Aksara,2001,),hal.201
3
Ibid.,hal.203
7
hubungan perdagangan dan ekonomi. Jika hukum-hukum syari’at, baik dalam tatanan
hubungan social ataupun perdagangan dan ekonomi, hanya sekadar sarana untuk
mencapai tujuan dan sasaran lain, yaitu melindungi masyarakat dan menjaga
keselamatannya maka tujuan dan sasaran tersebut diberi jaminan dalam Surat Al-an’am
dan Surat al-A’raf. Oleh karena itu, urutan surat dalam mushhaf didasarkan pada asas
mendahulukan yang universal yang pertama-tama dibentuk oleh Surat al-Fatihah,
kemudian Surat al-Baqarah memikul tugas menjelaskan hukum-hukum, sementara
Surat Ali Imran memuay”jawaban atas keragu-raguan musuh” terhadap hukum-hukum
tersebut, sedangkan Surat An-nisa’ dan al-Maidah berfungsi sebagai rincian hukum
yang berkaitan dengan berbagai bentuk hubungan, kemudian dua surat berikutnya,
yaitu al-An’am dan al-A’raf menjelaskan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran syari’at
dari rincian hukum-hukum tersebut.4

MUNASABAH AWAL SURAT DENGAN AKHIR SURAT DALAM SATU


SURAT

Contohnya dalam surat al-Mukminun, ayat pertama menjelaskan bahwa orang yang
beriman adalah orang yang beruntung. Adapun ayat terakhir menjelaskan orang-orang
kafir itu tidak beruntung.

MUNASABAH ANTARA AKHIR SURAT DENGAN AWAL SURAT LAINNYA

Contohnya akhir surat al-Waqi’ah ayat 96 dengan akhir ayat tersebut sesuai
dengan awal surat selanjutnya al-Hadid ayat 1

4
Ibid.,hal.203-204
8

MUNASABAH ANTARA AYAT DENGAN AYAT DALAM SATU SURAT

 Munasabah tidak ada karena ayat-ayat al-Qur’an diturunkan sesuai dengan kejadian
yang berbeda-beda.
 Munasabah ada karena ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan sesuai dengan kejadian itu,
hanyalah turunnya saja tetapi tertibnya ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan hikmah dan
sesuai dengan al-Qur’an yang ada di Lauhil Mahfudz karena deluruh urutan ayat dan
surat itu adalah taufiqi:5
Ada kalanya:
a) Merupakan ‘athaf
Contohnya seperti munasabah antara ayat 102 surat Ali ‘Imron yang memakai huruf
‘athaf wawu dengan surat ALI ‘Imron ayat 103. Hubungannya yaitu ayat 102 surat Ali
‘Imron menyuruh bertaqwa dan ayat 103 surat Ali ‘Imron menyuruh berpegang teguh
kepada allah, 2 hal yang sama.
b) Tidak di ‘athafkan
Dan landasannya adalah qarinah ma’nawiyah (hubungan arti). Bentuk-bentuknya
adalah :
1. Al-Tandzir
Maksudnya membandingkan suatu hal yang sebanding atau sama. Contoh:
munasabah antar ayat 4 surat al-Anfal dengan ayat 5 surat al-Anfal. Kedua ayat tersebut
sama-sama menerangkan tentang kebenaran. Ayat 4 menerangkan kebenaran status
mereka sebagai kaum Mukminin dan ayat 5 menerangkan kebenaran bahwa Rasululloh
diperintahkan hijrah.

5
Muhammad Saifudin Zuhri,Buku Ajar Qur’an,(Pusat Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri:Tulungagung.).
9
2. Al-Mudhadat
Maksudnya yang munasabah 2 pernyataaan berlawanan. Contoh ayat 3-5 surat al-
Baqarah. Ayat-ayat tersebut menjelaskan sifat-sifat orang Mukmin. Sedangkan ayat
setelahnya menjelaskan tentang sifat-sifat orang kafir yang berlawanan dengan sifat-
sifat orang Mukmin.
3. Al-Istithrad
Maksudnya mengalihkan kepada pembicaraan lain. Contohnya pada ayat 54 surat
Shad yang membicarakan rizki dari ahli surga. Kemudian ayat 55 surat Shad diahlikan
pembicaraan kepada nasib orang-orang yang durhaka yang benar-benar akan kembali
ketempat yang buruk sekali.
4. Al-Takhallush
Maksudnya peralihan terus menerus dan tidak kembali lagi pada pembicaraan yang
pertama. Contoh dalam surat al-Ghasyiyah ayat 17-20. Ayat-ayat ini mengandung
peralihan pembicaraan terus menerus dari pembicaraan onta, langit, gunung, dan tanah.
3. Faedah Ilmu Munasabah
1. Mengetahui bagian antara bagian dari al-Qur’an, baik antara kalimat-kalimat atau ayat-
ayat maupun surat-suratnya yang satu dengan yang lainnya, sehingga lebih
memperdalam pengetahuan dan pengenalan terhadap al-Qur’an dan memperkuat
keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatan.
2. Mempermudah pemahaman al-Qur,an.
3. Membantu dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an setelah diketahui hubungannya.
4. Menolak tuduhan bahwa susunan al-Qur’an itu kacau.
5. Dapat diketahui mutu dan tingkat ketinggian bahasa al-Qur’an dan konteks kalimat-
kalimatnya yang satu dengan yang lainnya.6

6
Muh. Gufron. Rahmawati. Ulumul Qur’an.( Teras. Yogyakarta. Cetakan 1 2013).hal.95
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Munasabah merupakan ilmu yang menjelaskan berbagai hubungan antara ayat


atau surat yang satu dengan surat atau ayat yang lain. Macam-macam munasabah yakni
munasabah dari segi sifat atau keadaan dan munasabah dari segi materi . munasabh
dari segi sifat atau keadaan dibagi menjadi dua yaitu, munasabah yang jelas (dhahir al-
irtibath) dan munasabah yang tidak jelas (khafi al- irtibath). Munasabah dari segi materi
dibagi menjadi munasabah antara surat dengan surat lainnya, munasabah antara surat
dengan kandungannya, munasabah antara akhir surat dengan awal surat lainnya ,
munasabah antar awal surat dengan akhir surat dalam satu surat serta munasabah antar
ayat dengan ayat dengan ayat dalam satu surat.

B. Saran

Seyogyanya sebagai seorang pelajar dalam mempelajari munasabah Al-qur’an


harus lebih kritis, karena dalam mempelajari munasah kita dituntut untuk memahami
hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya serta antara satu surat dengan surat
lainnya didalam Al-qur’an. Didalam ilmu munasabah keterkaitan bukan hanya satu
ayat dengan ayat lainnya melainkan juga satu surat dengan surat lainnya serta
mengetahui faedah/kandungan ayat serta surat tersebut dan hal ini tidak terlepas dari
ilmu tafsir Al-qur’an.

10
DAFTAR RUJUKAN

Gifron, Muhammad. 2013. Ulumul Qur’an. Yogyakarta.

Zaid, Nasr Hamid Abu. 2002. Tekstualitas Al-Quran. Yogyakarta: LKIS.

Zenrif, 2003. Sintesis Paradigma Studi Al-Quran. Malang: Malang Press.

Zuhri, Muhammad Saifuddin. 2002. Buku Ajar Qur’an. Tulungagung: Pusat


Penerbitan dan Publikasi Sekolah Tinggi Negri Islam Tulungagung.

Anda mungkin juga menyukai