DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kajian terhadap Utilitas bangunan
“Gedung Wisma Atlet PON Papua 2021 tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, Kajian terhadap
Utilitas bangunan ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Jayadi, M.T selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Sistem Utilitas
Bangunan.
2. Para Penjaga gedung Wisma Atlet PON Papua Merauke yang telah mengijinkan kami
melakukan penelitian.
3. Keluarga serta rekan – rekan sejurusan Teknik Elektro yang selalu mendukung dan
selalu memberikan semangat dalam menyusun Kajian terhadap Utilitas bangunan.
Dalam pembuatan Kajian terhadap Utilitas bangunan, Penulis berusaha untuk menyajikan
Kajian terhadap Utilitas bangunan ini dengan sebaik - baiknya. Namun, Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam Kajian terhadap Utilitas bangunan ini.
Oleh karena itu Penulis akan menerima dengan baik kritik maupun saran yang dating dari pihak
pembaca, guna untuk mencapai hasil yang lebih baik kedepannya.
Akhir kata, penulis berharap Kajian terhadap Utilitas bangunan ini dapat berguna bagi
yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Pentingnya Sistem Utilitas Bangunan..........................................................1
Ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang konstruksi telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Bermacam - macam bangunan dengan struktur yang rumit dan desain
arsitektur yang indah telah berhasil dibangun dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu contoh adalah gedung - gedung bertingkat tinggi yang banyak dibangun dengan
menggunakan sistem utilitas yang baik.
Suatu gedung dikatakan berhasil apabila dibangun tidak hanya untuk dinikmati
keindahannya saja akan tetapi dilengkapi juga dengan fasilitas yang menunjang kenyamanan dan
keamanan penghuninya
Laporan kajian utilitas bangunan ini merupakan hasil dari tugas mata kuliah Sistem
Utilitas Bangunan pada semester 4 (empat) jurusan teknik elektro universitas musamus Merauke
yang kami lakukan dengan harapan mendapatkan hasil penilaian yang memuaskan dari dosen
pengampuh mata kuliah tersebut.
Sistem utilitas pada bangunan gedung terdiri atas sistem penyediaan air bersih, system
pengelolaan dan pembuangan limbah, system perlindungan kebakaran dan jalan keluar darurat,
system pengkondisian udara, system elevator / lift, system kelistrikan, system suara, system
penangkal petir, system keamanan dan CCTV dan system komunikasi.
BAB II
KAJIAN TEORI
Utilitas bangunan merupakan hal yang harus diperhatikan sejak awal perencanaan
dan perancangan bangunan, khususnya bangunan bertingkat. Hal ini dikarenakan apabila
utilitas bangunan dalam suatu gedung tidak lengkap maka gedung tersebut tidak akan
berfungsi dengan baik. Selain itu utilitas gedung yang tidak memadai
dapatmembahayakan keselamatan penghuni bangunan (manusia).
Utilitas pada setiap bangunan / gedung dapat berbeda tergangtung dengan jenis
dan ukuran bangunannya.
System instalasi dan penyediaan air bersih dibagi menjadi dua system yaitu :
Dimana air dipompa dari Deepwell atau Graound Water Tank (GWT) langsung
didistribusikan ke masing – masing pengguna dengan bantuan pressure tank sehingga
air pada pipa distribusi ini bertekanan tinggi jika kran dibuka.
Dimana pada system ini air dari Ground Water Tank dipompa keatas dan
ditampung pada water tower dan kemudian didistribusikan ke masing – masing
pengguna dengan menggunakan grafity flow. System ini dibagi menjadi dua :
a) System DDS dengan pembagian Zona, digunakan pada bangunan lebih dari 10
lantai dan setiap zona memiliki tangki penampung (house tank) sendiri yang
disupplay langsung dari masing – masing pompa.
b) System DDS tanpa pembagian zona, umumnya digunakan pada bangunan dengan
jumlah lantai maksimum 10 lantai dengan air dari deepwell atau GWT dipompa
ke rooftank dan didistribusikan langsung ke masing – masing pengguna.
System Individual yaitu buangan tinja dari unit WC langsung disalurkan kedalam
lubang penampung dan diolah/diuraikan secara Anaerobik.
1) Proses fisik, Berupa pemisahan antara cairan dan padatan dengan cara pengendapan
dan penyaringan.
3) Proses kimia, Berupa pengikatan unsur – unsur kimia yang dapat dikendaki dan
tidak dapat terpisah dalam proses fisik dengan cara membunuh bahan kimia sebagai
koagulan.
2.1.3 Sistem Perlindungan Kebakaran (Fire Protection)
Bahaya bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api yang tidak dapat
dikendalikan sehingga dapat mengancam keselamatan manusia maupun harta benda.
Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik jika sebelumnya dilakukan
suatu persyaratan pada bangunannya sendiri. Adapun klasifikasi bangunan-bangunan
menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api, dibagi dalam kelas A, B, C, dan D.
• Kelas A
Struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan yang masuk
dalam kelas ini adalah: bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel, pertokoan dan
pasar raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum, dan
bangunan dengan penggunaan ganda/campuran.
• Kelas B
• Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utama selama 1 jam, biasanya
untuk bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.
• Kelas D
- Penguraian, yaitu memisahkan atau menjauhkan benda – benda yang cepat terbakar.
- Isolasi atau sistem lokalisasi, yaitu dengan cara penyemprotan bahan kimia CO2.
- Blesting effect system, yaitu dengan cara memberikan tekanan yang tinggi. Misalnya
dengan jalan meledakan bahan peledak.
Dalam system ini menggunakan media air es/chiller water dengan temperature
sekitar 5̊C. Air es diproduksi dalam chiller yang merupakan mesin pembuat air es
yang menggunakan refrigerant sebagai zat pendingin.
Cara ini banyak digunakan dalam bangunan tinggi sebab menghemat tempat karena
hanyamenggunakan tabung penyebar udara horizontal. Mesin pengolah udara/Air
handling unit (AHU) berisi kumparan pipa (coil), blower dan filter udara. AHU dapat
ditempatkan setiap lantai atau satu AHU melayani 2 – 3 lantai atau jika lantai tingkat
sangat luas, satu lantai dilayani 2 atau lebih AHU.
Kepercayaan, Jaringan istalasi harus dapat diandalkan dan dapat dipercaya sebab
pembebanan oleh peralatan listtrik sering tidak dapat dikontrol. Hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah kualitas bahan – bahan instalasi. Kegagalan – kegagalan
peralatan listrik harus dapat diketahui secara dini agar tidak terjadi kecelakaan.
Keamanan, Jaringan instalasi harus dirancang sesuai Peraturan Nasional yang berlaku
(Peraturan Umum Instalasi Listrik). Tabung – tabung instalasi harus mudah dicapai
dan bebas hambatan / halangan fisik.
Petir adalah suatu gejala listrik diatmosfir yang timbul bila terjadi banyak
kondensasi dari uap air dan ada arus udara naik yang kuat.
a) Penghantar diatas tanah, ialah penghantar yang dipasang diatas atap sebagai penangkap
petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda logam yang dipasang
mendatar.
b) Penghantar pada dinding atau dalam bangunan, sebagai penyalur arus petir ke tanah yang
terbuat dari tembaga, baja galvanish atau aluminium.
- Elektroda pita (strip) yang ditanam minimum 0,5 – 1 m dari permukaan tanah.
- Elektroda batang dari pipa atau besi baja profil yang dipancangakan tegak lurus dalam
tanah sedalam ± 2 m.
Ada beberapa jenis system penangkal petir yang dapat digunakan antara lain :
Dengan memperhatikan keadaan ditempat yang hendak dicari tingkat resiko dan
kemudian menjumlahkan indeks-indeks tersebut diperoleh suatu perkiraan bahaya
ditanggung bangunan dan tingkat pengamanan yang harus diterapkan.
Bangunan / Gedung yang menjadi focus tempat penelitian kami merupakan Asset Pemerintah
Daerah Kabupaten Merauke :
Jumlah Lantai : 2 Lt
Terdapat dua buah gedung/bangunan yang pada lokasi penelitian dengan ukuran dan model
gedung/bangunan yang sama sehingga penelitian dilakukan pada salah satu gedung (Gedung A)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Ada beberapa analisa system utilitas yang ada pada gedung yang menjadi tempat
penelitian kami yaitu :
Dimana system distribusinya, air dipompa dari Ground Water Tank (GWT) ke
Water Tank (WT) yang terdapat pada lantai 2 (dua) untuk nantinya di distribusikan ke
masing – masing toilet (kamar mandi) yang ada pada gedung tersebut dengan bantuan
pompa air (pressure) dengan daya keluaran 250 Watt.
Merek : Aquafos
Tegangan : 220 Volt
Daya Keluaran : 250 Watt
Daya Masukan : 625 Watt
Frekuensi : 50 Hz
Tinggi Hisap : 30 Meter
Tinggi Dorong : 50 Meter
System pengolahan limbah (Sewage system) yang digunakan pada gedung untuk
pembuangan limbah cair dari keperluan MCK adalah menggunakan system pembuangan
yang langsung ditampung pada septitank yang terdapat pada bagian luar gedung.
Sebagaimana fungsi dari gedung ini yang hanya sebagai penginapan atlet PON tahun 2021,
maka untuk limbah cair dapur tidak tersedia.
System Perlindungan kebakaran (Fire Protection) yang terdapat pada gedung ini
merupakan tindakan pengupayaan terkait :
Pencegahan : Strukttur
bangunan
terbuat dari besi
baja dan beton
Penyelamatan : Jalur – jalur
evakuasi
(emergency
exit)
System pendingin udara yang terdapat pada gedung menggunakan alat pengkondisian
udara (AC) dengan sasaran kenyamanan bagi penghuni (manusia). System pada
pengkondisan udara (AC) menggunakan system air to air system (system udara
penuh/langsung) dimana jenis yang digunakan adalah AC Split yang terpasang pada ruang
kamar tidur, ruang kesehatan dan ruang panitia dengan ukuran ¾ Pk.
System kelistrikan yang terdapat pada gedung merupakan kelistrikan 3 fasa yang
bersumber dari PLN dan terpasang sesuai standar. Sistem kelistrikan dibagi menjadi tiga
group (3 panel) dinama Panel 1 untuk melayani kebutuhan listrik penerangan lantai 1 dan
panel 2 untuk melayani kebutuhan listrik penerangan lantai 2. Sedangkan panel 3 untuk
melayani kebutuhan motor – motor listrik operasional dan pendingin ruangan (AC).
Panel 1 Untuk
penerangan Lt 1
Panel 2 Untruk
Penerangan Lt 2
Panel 3 Untuk
Motor – Motor
Listrik (AC, dll)
Perkiraan / estimasi Kebutuhan Daya Listrik untuk penerangan (sesuai table penerangan
15 – 30 Watt/m²) misal diambil 25 Watt/m² maka :
Untuk penerangan tiap lantai 288 m² x 25 Watt/m² = 7.200 Watt atau 7,2 KW, untuk 2
lantai maka kebutuhan daya penerangan 2 x 7,2 KW = 14,4 KW
Perkiraan / estimasi Kebutuhan Daya Untuk AC
Sesuai table beban kalor untuk rumah / kamar tidur adalah 470 – 550 Btu/h/m², misal
kita gunakan 500 Btu/h/m²
Untuk Kamar Tidur, 12 m² x 500 Btu/h/m² = 6.000 Btu/h.
Dengan demikian, konversi kalor ke daya adalah 6.000 Btu/h = ¾ PK = 0,75 HP (1 HP =
746 Watt = 0,746 KW) dengan jumlah kamar 14 ruang.
Jadi Daya yang dibutuhkan, 14 x 0,75 x 0,746 = 7,83 KW
System penangkal petir (Lightning Protection) yang terpasang pada puncak / atap
gedung. System penangkal petir yang digunakan merupakan system proteksi petir sangkar
konduktor (system Faraday) dimana beberapa konduktor / tiang – tiang penangkal
bertautan diposisikan pada puncak atap gedung dan dihubungkan dengan system grounding
dibagian bawah.
System Penangkal : Menggunakan
Petir system proteksi
penangkal
sangkar (system
Faraday)
R=A+B+C+D+E
Dengan keterangan:
A : Indeks bahaya berdasarkan jenis bangunan
B : Indeks bahaya berdasarkan konstruksi bangunan
C : Indeks bahaya berdasarkan tinggi bangunan
D : Indeks bahaya berdasarkan situasi bangunan
E : Indeks bahaya berdasarkan hari guruh
Berdasarkan hasil analisis, maka :
R =A+B+C+D+E
=0+1+2+0+8
= 11
Hasil perhitungan didapat nilai R sebesar 11. Nilai 11 tersebut dapat ditafsirkan berdasarkan
indeks nilai perkiraan bahaya sambaran petir. Yang berarti Gedung ini memiliki perkiraan
bahaya kecil terhadap sambaran petir.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kita lakukan, maka dapat disimpilkan bahwa :
1. Gedung wisma atlet tersebut dalam perencanaan dan pembangunannya telah memenuhi
beberapa criteria system utulitas bangunan diantaranya :
System electrical
2. Dalam penerapan system penyediaan air bersih pada bangunan / gedung belum
menggunakan Ground Water Tank (GWT) sehingga menggunakan Profil tank.
3. Dengan besarnya ukuran bangunan/gedung pada penerapan system fire protection belum
tersedia Water Hydrant sebagai alternative pengatasan terhadap bahaya kebakaran.