Anda di halaman 1dari 25

Machine Translated by Google

Edisi terkini dan arsip teks lengkap jurnal ini tersedia di Emerald Insight di: https://www.emerald.com/
insight/1759-0833.htm

Perilaku
Perilaku pembelian impulsif
Generasi Muslimah Z aktif pembelian
impulsif gener
Toko TikTok: aplikasi
kerangka SOR
Yudha Dwi Nugraha Diterima 22 Juni 2022
Revisi 9 Desember 2022
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Diterima 4 Juli 2023
Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

Suliyanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Indonesia
Rezi Muhamad Taufik Permana dan Azib
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia, dan
Deno Hadiarti
Jurusan Manajemen, Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

Abstrak
Tujuan – Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembelian impulsif Muslimah Generasi Z di TikTok
Shop. Perhatian utama dalam investigasi stimulasi ini mendorong pembelian impulsif di kalangan generasi Z
konsumen wanita muslim di Indonesia. Studi ini memberikan konsep berharga untuk membantu perusahaan atau
merek kosmetik mengembangkan strategi pemasaran untuk merangsang perilaku impulsif pelanggan Generasi Z di
TikTok Shop.
Desain/metodologi/pendekatan – Survei online terhadap 256 konsumen wanita Muslim Generasi Z digunakan untuk
mengumpulkan data. Pemodelan persamaan struktural berbasis kovarians diterapkan untuk menilai lima hipotesis.
Temuan – Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keaslian postingan mikro-selebriti memiliki hubungan positif dan
signifikan dengan penjelajahan utilitarian. Namun keaslian postingan mikro-selebriti tidak memiliki hubungan positif
dan signifikan terhadap hedonis browsing. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa utilitarian browsing ditemukan
memiliki hubungan positif dan signifikan dengan hedonic browsing. Terakhir, hedonic browsing ditemukan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian impulsif reminiscence dan niat pembelian
impulsif yang dirancang.
Keterbatasan/implikasi penelitian – Keterbatasan utama adalah sampel penelitian yang hanya terdiri dari pelanggan
TikTok Shop di Indonesia. Selanjutnya, peneliti dapat mengkaji model penelitian di beberapa negara untuk
memperluas generalisasinya. Kedua, penelitian ini tidak mempertimbangkan negara asal suatu produk kosmetik.
Penelitian selanjutnya harus menyelidiki kosmetik lokal dan asing untuk melihat preferensi dan perbedaan pembelian
impulsif, khususnya pada pelanggan wanita generasi Z. Ketiga, penelitian ini mengkuantifikasi niat membeli secara
impulsif sehingga penelitian selanjutnya harus menyelidiki kepemilikan

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemimpin Redaksi JIMA, Editor Bagian, dan pengulas anonim atas
masukan mereka yang meyakinkan, yang sangat membantu dalam meningkatkan penelitian kami. Penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan finansial yang diberikan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Jurnal Pemasaran Islam ©
Emerald Publishing Limited
Kepada Masyarakat Universitas Islam Bandung (LPPM – UNISBA), dengan Surat Perjanjian 067/B.04/LPPM/XII/ 1759-0833
2021. DOI 10.1108/JIMA-06-2022-0182
Machine Translated by Google

produk kosmetik yang telah dibeli sebelumnya. Terakhir, penelitian ini hanya melibatkan metode penelitian
JIMA kuantitatif. Penelitian di masa depan harus menyelidiki dengan pendekatan lain, seperti metode kualitatif atau
metode campuran, dalam konteks niat pembelian impulsif.
Implikasi praktis – Perusahaan atau pemasar kosmetik dapat memaksimalkan keaslian, relevansi, dan informasi
menarik yang diposting oleh selebriti media sosial atau influencer media sosial. Perusahaan atau pemasar
kosmetik harus memberikan informasi yang komprehensif untuk memuaskan tindakan browsing pelanggan.
Terakhir, selain informasi terkait terbatasnya stok produk kosmetik, diskon dan promosi sebagai strategi efektif
untuk merangsang pembelian impulsif, pemasaran kosmetik dapat menggunakan gamifikasi, meningkatkan
kualitas gambar dan melengkapi deskripsi produk, serta membuat konten edukasi.
Implikasi Sosial – Keberadaan TikTok Shop menambah jumlah produk kosmetik dan kompetitor karena
ketersediaan produk yang berlebihan di pasaran. Dalam konteks manfaat sosial, Muslimah Generasi Z dapat
membeli dan menggunakan berbagai produk kosmetik yang tersedia di TikTok Shop, namun pelanggan harus
waspada dengan mengetahui bahan kosmetik tersebut agar tidak membahayakan kesehatan. Selain itu,
keberadaan TikTok Shop dan pembelian impulsif yang dilakukan oleh muslimah Generasi Z juga meningkatkan
pendapatan retailer atau produsen kosmetik lokal.
Orisinalitas/nilai – Penelitian ini merupakan kontribusi terhadap literatur perilaku konsumen dengan mengangkat
kerangka Stimulus–Organisme–Respon yang digunakan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
browsing dan konsumsi impulsif produk kosmetik di TikTok Shop.

Kata Kunci Niat membeli impulsif yang dirancang, Penjelajahan hedonis, Keaslian postingan selebriti mikro,
Niat membeli impulsif kenangan, Penjelajahan utilitarian

Jenis kertas Makalah penelitian

Pendahuluan
Dibandingkan dengan belanja tradisional, belanja online mungkin menyebabkan pembelian lebih impulsif. Media
sosial adalah pendekatan pemasaran baru yang terutama mempengaruhi keputusan pembelian impulsif
konsumen (Dwivedi et al., 2015; Alalwan et al., 2017; Kapoor et al., 2018; Wu et al., 2020). Biasanya, pelanggan
memutuskan untuk membeli suatu produk di luar rencana mereka ketika mereka mendapatkan rangsangan
provokatif oleh keinginan kuat yang menggembirakan (Parboteeah et al., 2009; Ayub dan Zafar, 2018; Zhang et
al., 2018). Lebih dari 50% seluruh pembelian dalam konteks belanja online dilakukan secara impulsif (Wu et al.,
2016; Zheng et al., 2019), dan prosesnya disebabkan oleh rangsangan eksternal dan internal (Lim dan Yazdanifard, 2015).
Menurut Optinmonster (2020), 77% pelanggan online melakukan pembelian impulsif, dengan 70% pelanggan
menyelesaikan transaksi dari gadget mereka dalam satu jam pertama setelah mereka melihat produk.
Selain itu, kebijakan karantina selama pandemi meningkatkan prevalensi belanja online (Grashuis et al., 2020;
Watanabe dan Omori, 2020; Chang dan Meyerhoefer, 2021).
Berdasarkan teori kohort generasi, penelitian sebelumnya menemukan perbedaan kebiasaan konsumen
dari generasi yang berbeda (Gilal et al., 2020). Generasi Z merupakan generasi terbaru yang lahir pada tahun
1995 hingga awal tahun 2010 (Priporas et al., 2020). Generasi Z yang dikenal sebagai digital native merupakan
generasi pertama yang tumbuh dalam komunikasi digital (Smith, 2019; Adeola et al., 2020; Reinikainen et al.,
2020). Generasi Z mengonsumsi lebih banyak konten dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka menghabiskan
lebih dari 11 ha sehari untuk membaca, menyukai, dan berbagi materi di gadget mereka (Adobe, 2018).

Selanjutnya, Generasi Z sangatlah besar, mencakup 32% populasi global (Miller dan Lu, 2018). Generasi Z
secara signifikan berdampak pada penjualan global sebagai segmen utama karena kapasitas pembelian mereka
(Palan et al., 2010). Mereka juga memiliki kekuatan untuk mengejar temannya ketika mereka menyelesaikan
transaksi (Coray, 2020), dan 41% konsumen Generasi Z adalah pembeli impulsif, diikuti oleh 34% generasi
Milenial dan 32% Generasi X. Mengingat pembelian impulsif itu perlu. untuk fase remaja, penting untuk meneliti
potensi generasi ini (Wolf, 2020), terutama dalam konteks platform TikTok Shop.

Sejalan dengan perkembangan Generasi Z di internet, keterlibatan di media platform sosial sudah menjadi
hal biasa bagi mereka untuk mencari inspirasi (Brewis, 2020). Lebih dari
Machine Translated by Google

176.000.000 diunduh pada kuartal ketiga tahun 2019 (Business of Apps, 2020), TikTok adalah aplikasi Android Perilaku
yang paling banyak diunduh kedua secara global (Priori Data, 2020a) dan yang kelima paling banyak diunduh
di Apple Store di dunia (Priori Data, 2020b). Di kompetisi media sosial lainnya, TikTok menjadi populer karena
pembelian
kemampuannya membagikan video pendek dengan mudah, termasuk musik, animasi, dan efek visual (Wang,
2020). impulsif gener
TikTok memperluas topiknya ke banyak aspek sehari-hari seperti kecantikan dan tata rias, pendidikan,
memasak, kesehatan, dan teknologi (Wright, 2017; Wang, 2020). Terdapat 10.000.000 pengguna aktif TikTok
di Indonesia, dan untuk melanjutkannya, TikTok Indonesia meluncurkan program pelatihan bisnis digital dengan
tagar #MajuBarengTiktok. Kementerian Koperasi juga mendukung Usaha Kecil Menengah dan Kementerian
Perindustrian (Smesco, 2021).
Selain itu, 47% pengguna TikTok mengatakan mereka tertarik untuk membeli suatu produk setelah menonton
TikTok, dan 62% pengguna mengatakan bahwa TikTok menginspirasi mereka untuk membeli sesuatu yang
belum pernah mereka rencanakan sebelumnya (Phonearena, 2021). Pada kuartal ketiga tahun 2021, Shopify
memperkenalkan belanja di fitur TikTok terbaru yang dikenal dengan TikTok Shop (Shopify, 2021).
Kelompok aspirasional seperti selebriti terutama memprediksi perilaku (Fraser dan Brown, 2002). Jadi,
Zafar dkk. (2021) mengatakan perlunya lebih banyak penelitian terhadap selebriti di media sosial. Beberapa
penelitian menemukan bahwa media sosial mempengaruhi pembelian impulsif (Al Zyoud, 2018; Chen, 2018).
Namun, penelitian terbatas yang dilakukan mengenai pembelian impulsif di media sosial (Djafarova dan Bowes,
2021). Beberapa jenis penelitian sebelumnya hanya berfokus pada Instagram, (Shahpasandi et al., 2020;
Djafarova dan Bowes, 2021; Kimiagari dan Malafe, 2021), Facebook (Zafar et al., 2021) dan Taobao (Zheng et
al., 2019) . Jadi mengikuti pendapat peneliti, belum ada penelitian sebelumnya yang meneliti pembelian impulsif
di TikTok Shop. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian kosmetik
impulsif Generasi Z di TikTok Shop.

Berdasarkan kerangka Stimulus–Organism–Response (SOR) (Mehrabian dan Russell, 1974), penelitian ini
menyelidiki perilaku pembelian impulsif di TikTok Shop, dengan fokus utama menyelidiki stimulasi yang
mendorong pembelian impulsif di kalangan generasi Z perempuan Muslim Indonesia. konsumen. Pertama,
penelitian ini memberikan pengetahuan berharga untuk membantu merek atau perusahaan kosmetik
mengembangkan strategi pemasaran untuk merangsang perilaku konsumen impulsif Generasi Z di TikTok
Shop. Selanjutnya penelitian ini memberikan kontribusi pada literatur tentang perilaku konsumen dengan
menerapkan kerangka SOR pada pembelian online impulsif.

Tinjauan Pustaka
Kerangka Stimulus–Organisme–Respon Penelitian
sebelumnya menekankan pentingnya penerapan kerangka SOR untuk penelitian perilaku konsumen karena
kerangka tersebut dapat membantu memahami stimulus lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen.
Misalnya, pembelian impulsif terjadi ketika konsumen mengalami keinginan impulsif secara terus-menerus
untuk membeli sesuatu (Dawson dan Kim, 2009; Karbasivar dan Yarahmadi, 2011; Xu dan Huang, 2014; Ortiz
Alvarado et al., 2020). Oleh karena itu, mengingat pentingnya stimulus sebagai motivasi dalam proses
pembelian impulsif (Xiang et al., 2016), kerangka S OR sering digunakan untuk pembelian impulsif di toko
online (Leong et al., 2018; Zheng et al., 2019) atau langsung di toko (Badgaiyan dan Verma, 2015;Barros et
al., 2019).
Model SOR mengacu pada lingkungan psikologis dan telah digunakan sebagai dasar banyak studi perilaku
konsumen selama bertahun-tahun (Russell dan Pratt, 1980). Dalam konteks keputusan konsumen, stimulus
merupakan faktor eksternal yang mendorong konsumen melakukan pembelian impulsif (Chan et al., 2017).
Selain itu, organisme adalah istilah yang mengacu pada kondisi emosional konsumen, meliputi persepsi,
fisiologis, perasaan dan proses berpikir (Sherman et al., 1997). Respon terkini mengacu pada perilaku
konsumen yang diakibatkan oleh suasana hati dan lingkungannya. Beberapa jenis penelitian sebelumnya telah
Machine Translated by Google

JIMA menegaskan peran tanda-tanda lingkungan dalam merangsang perilaku pembelian impulsif konsumen
(Chang et al., 2011; Floh dan Madlberger, 2013).
Penelitian ini mengimplementasikan kerangka SOR karena kerangka tersebut memberikan cara
untuk menetapkan bagaimana stimulasi lingkungan dalam konteks penelitian ini adalah mikro-selebriti
pasca keaslian, mempengaruhi evaluasi internal pembentukan individu (organisme), dan penelusuran
utilitarian dan penelusuran hedonis, dalam Pada akhirnya, bidiklah perilaku (respon) seperti mengenang
dan merancang niat pembelian impulsif. Selain itu, model SOR adalah yang paling tepat untuk menyelidiki
pembelian impulsif karena dianggap reaktif (Parboteeah et al., 2016; Leong et al., 2018; Zheng et al.,
2019).
Penelitian terbaru menemukan situasional promotor pembelian impulsif di toko, namun penelitian
tentang stimulasi pembelian impulsif online masih perlu dilakukan (Chan et al., 2017). Berdasarkan
kerangka SOR (Mehrabian dan Russell, 1974), penelitian ini ingin menguji hubungan stimulasi lingkungan,
organisme kognitif dan konsumen afektif di TikTok Shop. Penelitian ini terutama menguji hubungan
antara keaslian postingan selebriti mikro, penjelajahan utilitarian, penjelajahan hedonis, niat membeli
impulsif kenang-kenangan, dan niat membeli impulsif yang dirancang.

Selebriti mikro pasca keaslian Selebriti


mikro adalah proses presentasi diri untuk membentuk citra tertentu tentang diri kita dengan menggunakan
beberapa strategi (Marwick, 2018). Penelitian sebelumnya telah membahas peran selebriti mikro sebagai
influencer media sosial (Khamis et al., 2017) dan hubungan antara kredibilitas sumber, presentasi diri
dan perilaku konsumen terhadap dukungan selebriti mikro (Djafarova dan Trofimenko, 2019). Namun,
aspek utama dari konsep selebriti mikro adalah keterlibatan online karena popularitas selebriti mikro
umumnya ditentukan oleh keterlibatan online dalam postingan mereka (Emma dan Matilde, 2017).

Dalam konteks pemasaran, influencer media sosial dapat menciptakan buzz yang terbukti lebih efektif
dan berbiaya lebih murah dibandingkan aktivitas pemasaran lainnya (Harrison, 2017). Begitu banyak
perusahaan yang mengundang influencer media sosial untuk menjadi duta merek mereka (Tapinfluence,
2017) dan berharap bahwa influencer media sosial tersebut akan menjadi industri bernilai $10 juta pada
akhir tahun 2022 (Adweek, 2018). Selebriti dipisahkan berdasarkan kategori tradisional dan non-tradisional.
Selebriti tradisional adalah aktor, musisi, dan atlet. Di sisi lain, selebriti non-tradisional adalah influencer
media sosial, blogger, YouTuber, dan tokoh masyarakat lainnya (Kowalczyk dan Pounders, 2016).

Selebriti mikro menggunakan teknologi seperti video, blog, dan situs media sosial lainnya untuk
memadukan publisitas, citra diri, dan energi emosional (Senft, 2008). Berbeda dengan selebriti
konvensional yang popularitasnya bergantung pada media, selebriti mikro mencapai visibilitas dan status
di media sosial melalui penyiaran independen tentang topik tertentu kepada komunitas kecil pengikutnya.
Selebriti mikro terutama terkenal di dunia remaja. Peran mikro-selebriti adalah sebagai penasihat
tepercaya yang membagikan gaya hidup mereka kepada pengikutnya, mulai dari tips dan rekomendasi
tata rias, daftar belanjaan dan makanan favorit, rencana perjalanan atau rencana staycation (Chen,
2016) . Dukungan dan layanan persuasif produk oleh selebriti mikro memungkinkan pengecer online
mendapatkan kepercayaan dan perhatian konsumen (Geng et al., 2020).

Penjelajahan utilitarian dan hedonis


Penjelajahan adalah pencarian berkelanjutan tanpa rencana pembelian (Bloch et al., 1986). Browsing
merupakan proses pencarian yang tidak terarah, kurang fokus dan didorong oleh stimulus (Moe, 2003).
Pencarian di toko (terutama di situs media sosial) merupakan faktor utama pembelian impulsif (Beatty
dan Ferrell, 1998) karena menghabiskan waktu browsing lebih lama dibandingkan
Machine Translated by Google

menghabiskan waktu untuk berbelanja (Huang, 2016). Para peneliti membagi tujuannya menjadi dua Perilaku
kategori, yang pertama adalah browsing untuk mencari informasi (utilitarian browsing) dan yang kedua
adalah browsing untuk kepuasan diri dan hiburan (hedonic browsing) (Bloch et al., 1989) . Konsumen pembelian
yang terlibat dalam penjelajahan utilitarian di media sosial adalah menjelajahi apa pun yang mereka
inginkan dengan bijak dan kognitif (Faqih dan Jaradat, 2015). Di sisi lain, pembelian impulsif
impulsif gener
menggambarkan perilaku sebagai sesuatu yang lebih kompleks, tidak terduga, dan hedonistik, yang
memerlukan pertimbangan yang matang (Beatty dan Ferrell, 1998). Namun, Novak dkk. (2003) percaya
bahwa penelusuran hedonis dan utilitarian berdampak pada pembelian impulsif tergantung pada motivasi
pembeli online.

Pembelian impulsif secara


online Proses pembelian impulsif terasa nyaman karena berbeda dengan proses pembelian pada
umumnya. Proses pembelian umum melibatkan lima langkah:
(1) pengenalan kebutuhan; (2)
peramban informasi; (3)
evaluasi alternatif; (4) keputusan
pembelian; dan (5) evaluasi
pasca pembelian (Satyavani dan Chalam, 2018).

Dalam konteks proses pembelian impulsif, Kim (2003) memodifikasi model Churchill dan Peter (1998)
dan menghilangkan beberapa langkah seperti mengidentifikasi kebutuhan, mengejar informasi dan
sebagai alternatif mengklasifikasi ulang berbagai faktor yang mempengaruhi proses perilaku pembelian
impulsif (Raju et al., 2015).
Rook dan Fisher (1995) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai proses yang kompleks, tidak
terduga, tidak reflektif, langsung dan kinetik (Chan et al., 2017) yang mempersepsikan perhatian dan
keterlibatan (Sharma et al., 2010). Hal ini menunjukkan dua atribut, afektif, yang mencerminkan dorongan
untuk membeli dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan segera, dan kecenderungan kognitif terkait
dengan kurangnya perencanaan (Lucas dan Koff, 2017). Pembelian impulsif atas atribut bersama di
tempat di mana peran stimulus mendefinisikan pembelian sebagai pembelian berani yang tidak terencana
yang dihasilkan dari paparan stimulus pengalaman produk yang ditingkatkan oleh interaktivitas
(Vonkeman et al., 2017). Perilaku pembelian yang sebenarnya kemudian merupakan tindakan pemuasan
suatu keinginan atau dorongan secara spontan (Huang, 2016).
Dalam literatur, ada empat jenis pembelian impulsif: (1)
murni; (2)
kenangan; (3)
proposisi; dan (4)
dirancang (Stern, 1962).

Pembelian impulsif murni terjadi ketika pelanggan melanggar pola pembelian standar mereka karena
pemicu emosional (misalnya ketika mereka melihat produk tertentu). Pembelian impulsif kenang-
kenangan terjadi ketika pelanggan diperingatkan tentang terbatasnya stok atau diingatkan akan iklan
promosi dan niat membeli di masa lalu. Selanjutnya, proposisi pembelian impulsif adalah ketika
pelanggan mengetahui suatu produk dan merasa membutuhkannya. Terakhir, pembelian impulsif yang
dirancang adalah ketika pelanggan memiliki daftar pembelian tersendiri, namun selain itu berniat
melakukan pembelian lain sesuai dengan promosi dan diskon yang tersedia (Aleke et al., 2011; Chan et
al., 2017; Ahmad et al. , 2019; Zheng dkk., 2019).
Machine Translated by Google

JIMA Penelitian sebelumnya mengenai pembelian impulsif online bermanfaat dalam menunjukkan arah yang terjadi sebelumnya
penelitian dan bagaimana penelitian ini dihubungkan dengannya. Apalagi penelitian sebelumnya tentang impuls online
pembelian membantu meringkas apa yang dikenal sebagai pembelian impulsif dan stimulasi online
kebaruan dan kontribusi utama dari penelitian ini. Amos dkk. (2014) menemukan empat pembelian impulsif
prediktor; disposisional, situasional, interaksi antara disposisional dan situasional
variabel dan sosiodemografi. Selanjutnya penelitian sebelumnya fokus pada pembelian impulsif
tentang kebosanan (Sundström et al., 2019), suasana hati (Parsad et al., 2021), kelangkaan waktu dan perjalanan
pengalaman (Li et al., 2021), penelusuran hedonis dan utilitarian (Zheng et al., 2019), persepsi
risiko, model ekspektasi-konfirmasi dan teori aliran (Wu et al., 2020), persiapan pra-toko
dan kepribadian (Bellini et al., 2017), iklan, selebriti mikro, konten buatan pengguna
dan perbedaan gender (Djafarova dan Bowes, 2021), kecemasan dan pelarian konsumen
(Darrat et al., 2016), suasana hati dan kepuasan (Ozer dan Gultekin, 2015), selebriti media sosial
postingan dan interaksi parasosial (Zafar et al., 2021), informasi pelanggan, tanggapan dan
umpan balik dan antusiasme (Liang et al., 2021), promosi penjualan konsumen (Bandyopadhyay
et al., 2021), navigasi, atribut harga, kecenderungan kepercayaan, kepercayaan diri dan utilitarian
penjelajahan penjelajahan hedonis (Kimiagari dan Malafe, 2021).
Dalam konteks aplikasi augmented reality seluler pada perilaku pembelian impulsif, Do et al.
(2020) menyelidiki utilitas, kemudahan penggunaan, interaktivitas, kenikmatan dan kepuasan pada impulsif
perilaku pembelian. Selanjutnya peran harga bagi remaja (Muratore, 2016), lokal
versus merek global dalam pembelian impulsif (De Vries dan Fennis, 2019) dan peran
menelusuri keinginan konsumen untuk membeli secara impulsif telah dibahas. Berdasarkan
temuan sebelumnya dan pendapat peneliti, tidak ada penelitian sebelumnya yang menyelidiki hal tersebut
pengaruh keaslian postingan mikro-selebriti, penjelajahan utilitarian, dan penjelajahan hedonis
tentang kenangan dan pembelian impulsif yang dirancang di Toko TikTok. Menggunakan SOR
Kerangka kerja dalam pembelian impulsif online sangat penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya
pengambilan keputusan dan konsumsi produk kosmetik secara impulsif di TikTok Shop.
Kerangka konseptual yang dikembangkan untuk penelitian ini, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, menunjukkan
kerangka SOR (Mehrabian dan Russell, 1974) untuk memeriksa pembelian impulsif
perilaku generasi Z konsumen muslimah Indonesia di TikTok Shop.
Kerangka kerja tersebut menunjukkan bahwa keaslian postingan mengaktifkan penjelajahan utilitarian dan hedonis
menjelajah dengan memberikan dampak langsung padanya. Selain itu, browsing utilitarian secara langsung
mempengaruhi penjelajahan hedonis. Oleh karena itu, hedonic browsing akan berpengaruh langsung terhadap daya ingat
pembelian impulsif dan pembelian impulsif yang dirancang.

RANGSANGAN ORGANISME TANGGAPAN

Kenangan
Utilitarian
Impuls
Menjelajah Pembelian

Mikro
Selebriti
Pos
Keaslian

Dirancang
Hedonis Impuls
Gambar 1.
Menjelajah Pembelian
Konseptual
kerangka yang dikembangkan
oleh para peneliti
Sumber: Karya penulis sendiri
Machine Translated by Google

Perkembangan hipotesis Selebriti Perilaku


mikro pasca keaslian, penelusuran utilitarian, dan penelusuran hedonis Selebriti mikro
dipercaya autentik dan kredibel karena mereka telah mencap diri mereka sebagai ahli di bidang minat pembelian
tertentu ( Schouten et al., 2020). Pengguna suka mengikuti selebriti ini karena keasliannya dan mendapat
lebih banyak perhatian dalam pemasaran (Moulard et al., 2014). Lebih lanjut, Djafarova dan Rushworth impulsif gener
(2017) menyoroti bahwa selebriti digital lebih kredibel dan berpengaruh dibandingkan selebriti tradisional.
Menurut Wiley (2014), informasi yang diberikan oleh selebriti online dianggap lebih otentik dan berpengaruh.

Perusahaan mencoba mengintegrasikan influencer digital untuk kampanye pemasaran media sosial
yang efektif (Hennig-Thurau et al., 2013; Kumar dan Mirchandani, 2013). Orang cenderung merespons
persepsi keaslian selebriti dengan membuat komitmen publik, terlibat dalam perasaan positif, dan niat
membeli (Loroz dan Braig, 2015; Moulard et al., 2015).
Selain itu, Generasi Z sedang mempertimbangkan untuk menilai referensi merek di media sosial (Viÿelar,
2019) terutama melalui mikro-selebriti, karena mereka menganggapnya lebih autentik (Wolf, 2020).

Selain itu, pengaruh selebriti dalam memprediksi keterlibatan pakaian ramah lingkungan dan perilaku
pembelian konsumen telah didokumentasikan dengan baik dalam literatur sebelumnya (Khare et al.,
2021). Dari responden, 18% menerima informasi terkait kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
perusahaan kosmetik dari selebriti, iklan televisi dan radio (Shabib dan Ganguli, 2017). Di TikTok, banyak
mikro-selebriti yang memposting video pro dan kontra suatu produk tertentu, yang akan mendorong
pengguna untuk mengetahui lebih banyak tentang produk kosmetik yang ingin mereka beli. Dengan
demikian, keaslian postingan mikro-selebriti dapat merangsang keinginan pengguna untuk melakukan
penjelajahan utilitarian untuk mencari lebih banyak informasi terkait produk kosmetik dan pencarian
hedonis untuk mencari kesenangan dan hiburan, yang pada akhirnya mempengaruhi mereka untuk
membeli secara impulsif. Oleh karena itu, peneliti merumuskan hipotesis:

H1. Keaslian postingan selebriti mikro mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap utilitarian
browsing.

H2. Keaslian postingan mikro selebriti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap hedonis
browsing.

Penjelajahan utilitarian dan hedonis


Beberapa peneliti mengatakan bahwa nilai utilitarian dan nilai hedonis saling melengkapi, tidak
bertentangan, dan terdapat hubungan positif antara keduanya (Babin et al., 2004; Zheng et al., 2019).
Namun, penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan yang signifikan antara penjelajahan utilitarian
dan penjelajahan hedonis serta pembelian online impulsif (Kim dan Eastin, 2011; Verhagen dan Van
Dolen, 2011; Zheng et al., 2019).
Para peneliti percaya bahwa kontrol kognitif yang rendah menyebabkan pembelian impulsif, sehingga
utilitarian browsing tidak secara langsung mempengaruhi pembelian impulsif (Sharma et al., 2010).
Kontrol kognitif merupakan faktor utama dalam pembelian impulsif online (Ramanathan dan Menon, 2006;
Verhagen dan Van Dolen, 2011), sehingga hedonic browsing secara langsung mempengaruhi pembelian
impulsif (Chan et al., 2017; Zheng et al., 2019).
Desakan utilitarian dan hedonis merupakan prediktor signifikan terhadap perilaku browsing individu
(To et al., 2007; Pöyry et al., 2013). Pöyry dkk. (2013) mencatat bahwa konsumen cenderung melakukan
penelusuran pada saat mereka merasa nyaman. Beberapa peneliti telah menyelidiki dan mengevaluasi
motivasi pengguna di bawah rangsangan yang berbeda dan menemukan bahwa motivasi hedonis dan
utilitarian mempengaruhi seseorang untuk melakukan perilaku tertentu seperti berbelanja (Alhabash et al., 2012;
Machine Translated by Google

JIMA Zheng dkk., 2019). Literatur sebelumnya menunjukkan bahwa utilitarian browsing secara signifikan
mempengaruhi hedonic browsing (Babin et al., 2004; Zheng et al., 2019; Kimiagari dan Malafe, 2021).
Dengan kata lain, ketika konsumen perempuan Muslim Generasi Z melakukan penjelajahan utilitarian,
mereka akan tertarik pada penjelajahan hedonis. Maka hipotesis yang terbentuk sebagai berikut:

H3. Utilitarian browsing berpengaruh positif dan signifikan terhadap hedonic browsing.

Penjelajahan hedonis, niat pembelian impulsif reminiscence, dan niat pembelian impulsif yang dirancang.
Reaksi
afektif berkaitan dengan respons emosional individu ketika dirangsang oleh lingkungan (Sun dan Zhang,
2006). Misalnya, dalam konteks online, jika konsumen online menikmati pengalaman belanja mereka,
maka mereka mungkin terlibat dalam penjelajahan Web yang lebih eksploratif, yang menghasilkan lebih
banyak pembelian tidak terencana (Beatty dan Ferrell, 1998). Reaksi afektif berkaitan dengan respon
emosional individu ketika dirangsang oleh lingkungan (Sun dan Zhang, 2006). Kenikmatan tersebut terkait
dengan perasaan positif dan dapat mempengaruhi pembelian impulsif (Beatty dan Ferrell, 1998; Mohan
et al., 2013).
Adelaar dkk. (2003) menemukan hubungan antara perasaan positif dan negatif antara respon
emosional individu dan perilaku pembelian impulsif. Respon emosional berhubungan dengan pembelian
impulsif karena merangsang sensorik (misalnya video, gambar dan teks atau caption di TikTok),
menurunkan kontrol diri (Adelaar et al., 2003).
Oleh karena itu, perilaku pembelian online impulsif dan pengendalian yang efektif dapat menjadi faktor
utamanya (Ramanathan dan Menon, 2006; Verhagen dan Van Dolen, 2011).
Selain itu, penelusuran hedonis secara langsung memengaruhi pembelian impulsif (Chan et al., 2017;
Zheng et al., 2019). Peneliti sebelumnya menemukan bahwa penelusuran hedonis dapat memprediksi
pembelian online impulsif (Kim dan Eastin, 2011; Verhagen dan Van Dolen, 2011; Zheng et al., 2019;
Kimiagari dan Malafe, 2021). Dalam konteks penelitian ini, penjelajahan hedonis muslimah Generasi Z di
TikTok Shop memunculkan kebahagiaan, perasaan positif, kepuasan keinginan dan tekanan spontan
yang mempengaruhi respon mereka dalam pembentukan niat pembelian impulsif kenang-kenangan dan
dirancang. Jadi hipotesis yang diajukan adalah:

H4. Hedonic browsing berpengaruh positif dan signifikan terhadap reminiscence impuls
niat pembelian.

H5. Hedonic browsing berpengaruh positif dan signifikan terhadap design impuls
niat membeli.

Metode penelitian
Desain
penelitian Penelitian empiris menggunakan data cross-sectional karena diambil dari satu responden
sekaligus (Malhotra, 2014). Data dipilih dari responden dengan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri
dengan cara purposive sampling. Ada empat kriteria pemilihan yaitu: responden harus merupakan
konsumen wanita muslim berusia 15–26 tahun (Priporas et al., 2020), harus menjadi pengguna TikTok
dan harus menelusuri kosmetik di TikTok Shop. Apabila responden tidak memenuhi salah satu kategori
tersebut, maka responden akan dikeluarkan dari penelitian. Data dikumpulkan dari survei online untuk
mengetahui akurasi, kecepatan, biaya rendah dan kesederhanaan (Evans dan Mathur, 2005; Dutot et al.,
2019).
Sebuah produk kosmetik dipilih karena gaya hidup generasi muda. Selain itu, pasar kosmetik sangat
kompetitif, dan kehadiran pengecer online meningkat secara signifikan
Machine Translated by Google

pasar kosmetik yang kompetitif. Alhasil, Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan industri Perilaku
farmasi, produk kimia farmasi, dan obat tradisional (termasuk kosmetik) tumbuh sebesar
18,58% pada triwulan IV-2019 (bps.go.id, 2020). pembelian
Menurut teori peran sosial, perempuan lebih fokus pada keuntungan ekonomi dibandingkan impulsif gener
laki-laki (Eagly et al., 2000). Para peneliti terbaru menegaskan bahwa perempuan lebih sensitif
terhadap preferensi dan menilai harga serta imbalan dalam aktivitas belanja online sebagai
konsumen (Venkatesh et al., 2012; Huang et al., 2019). Perempuan lebih cenderung
memanfaatkan promosi dan penjualan saat berbelanja di platform online (Venkatesh et al., 2012).
Selain itu, remaja perempuan lebih cenderung bersikap impulsif dibandingkan remaja laki-laki
(Muratore, 2016). Jadi peneliti hanya menggunakan dua tipologi dalam mengklasifikasikan
pembelian impulsif: reminiscence dan niat pembelian impulsif yang dirancang. Penelitian
pembelian impulsif dirangsang oleh terbatasnya stok produk, iklan, diskon dan promosi (dirancang).
Kuesioner mencakup 15 item yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelian online impulsif dan dimodifikasi untuk mengukur pengguna TikTok Shop (Tabel 1).
Pertama, konstruk keaslian selebriti mikro diukur dengan tiga item (Moulard et al., 2015; Zafar
et al., 2021). Tiga item mengukur konstruksi penjelajahan utilitarian dan hedonis (Park et al.,
2012; Kimiagari dan Malafe, 2021). Selanjutnya, kenang-kenangan dan niat pembelian impulsif
yang dirancang diukur dengan lima poin pada skala Likert (Zhang et al., 2021). Skala Likert
adalah salah satu cara terbaik untuk mengukur ciri-ciri kepribadian (Joshi et al., 2015; Kavota
et al., 2020).

Membangun Barang

Selebriti mikro memposting Saya menganggap rekomendasi kosmetik mikro-selebriti TikTok adalah asli
keaslian Postingan mikro-selebriti di TikTok tentang berbagai produk kosmetik tampak kentara

Pendapat para selebriti kosmetik digital dapat dipercaya


Penjelajahan utilitarian Saya menelusuri Toko TikTok untuk membeli produk kosmetik yang lebih baik dari segi
kualitas atau harga
Saya mencari di Toko TikTok untuk mengumpulkan informasi tentang produk kosmetik
Saya mencari di Toko TikTok untuk mendapatkan nilai tambah sebanyak mungkin
Penjelajahan hedonis Saya cukup menikmati menjelajahi Toko TikTok untuk mendapatkan waktu istirahat
Saya mencari barang di TikTok Shop hanya untuk hiburan
Saat browsing di TikTok Shop, saya sangat bersemangat
Niat pembelian impulsif Saya didesak untuk membeli suatu produk kosmetik ketika informasi dari Toko TikTok
kenang-kenangan mengingatkan saya pada produk kosmetik yang memenuhi kebutuhan saya

Saya terdorong untuk membeli produk kosmetik ketika sebuah iklan di TikTok Shop mengingatkan
saya pada produk kosmetik yang memenuhi kebutuhan saya
Saya didesak untuk membeli produk kosmetik ketika mendapatkan informasi detail darinya
TikTok Shop mengingatkan saya pada produk kosmetik yang cocok untuk saya
Niat pembelian impulsif yang Meskipun saya masuk ke TikTok Shop dengan pembelian tertentu, saya cenderung membeli item
dirancang produk kosmetik lain yang memberikan diskon atau penawaran lebih baik
Meskipun saya memasuki Toko TikTok dengan beberapa pembelian produk kosmetik
tertentu, saya memiliki keinginan untuk membeli item produk kosmetik lainnya yang memiliki
promosi penjualan
Meskipun saya memasuki toko TikTok dengan beberapa pembelian, saya ingin membeli
produk kosmetik lain yang banyak disukai
Tabel 1.
Buatlah
Sumber: Karya penulis sendiri pengukuran
Machine Translated by Google

JIMA Beberapa langkah analisis data digunakan dalam penelitian ini. Koefisien Cronbach digunakan untuk
menilai konsistensi internal. Pertama, kita menganalisis model pengukuran, kemudian model struktural,
dengan menggunakan teknik analitik dua langkah. Selanjutnya IBM SPSS digunakan untuk statistik
deskriptif dan analisis reliabilitas. H1–H5 diuji menggunakan analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur
menggunakan IBM AMOS. AMOS-SEM adalah pendekatan berbasis kovarians dan bukan pendekatan
berbasis komponen untuk menganalisis persamaan struktural bertingkat menggunakan estimasi
kemungkinan maksimum (Qureshi dan Compeau, 2009). AMOS-SEM dapat menyelesaikan beberapa
asumsi statistik dengan lebih baik, seperti ukuran sampel, normalitas multivariat, dan multikolinearitas.

Reliabilitas dan validitas


Reliabilitas dan validitas diamati dalam model pengukuran. Reliabilitas alfa Cronbach dan komposit
digunakan untuk menilai reliabilitas. Nilai yang diterima adalah 0,80 atau lebih tinggi (Chin, 1998). Tiga
kriteria yang menilai validitas konvergen: (1) pemuatan item (2) reliabilitas
konstruk gabungan aku lebih besar dari 0,70 dan signifikansi statistik;
untuk sebuah konstruk harus lebih signifikan dari 0,80 dan dapat diinterpretasikan seperti koefisien
A
Cronbach; dan (3) rata-rata varians yang diekstraksi (AVE) lebih
besar dari 0,50 (Hair et al., 2010).

Validitas diskriminan antar konstruk dinilai dengan menggunakan kriteria bahwa akar kuadrat AVE untuk
suatu konstruk harus lebih signifikan dibandingkan korelasinya dengan semua konstruk lainnya (Hair et
al., 2010).
Secara keseluruhan, 323 responden mengisi kuesioner; Responden yang tidak memenuhi kriteria
berjumlah 67 orang sehingga hanya 256 yang dapat digunakan dalam penelitian ini. Rambut dkk. (2017)
menyatakan bahwa ukuran sampel minimum untuk analisis multivariat adalah sepuluh kali lipat dari
instrumen survei yang dipenuhi. Responden Jawa Barat dominan sebesar 53,9%, disusul Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sebesar 19,53%, dan Jawa Tengah mendominasi sebesar 18,75%. Berdasarkan
usia, responden berusia 19–22 tahun tercatat sebesar 64,84%. Mayoritas responden berpendidikan
SMA yaitu 76,17%, sarjana 17,96%, dan pegawai swasta 6,64% (Tabel 2).

Hasil
Skala validasi model
pengukuran mempertimbangkan reliabilitas dan validitas. Reliabilitas konstruk menggunakan A,

Cronbach’s yang lebih signifikan dari 0,8. Validasi mencakup validitas konvergen dan diskriminan.
Tiga kriteria untuk mengukur validitas konvergen adalah item loading () aku
lebih besar dari 0,6 (Fornell dan
Larcker, 1981), reliabilitas komposit lebih signifikan dari 0,8 dan AVE lebih luas dari 0,5 (Chin, 1998).
Validitas diskriminan dipastikan ketika akar kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih signifikan dibandingkan
korelasinya dengan konstruk lain.
A 0,8. Pemuatan item berada di
Untuk konvergensi reliabilitas dan validasi, Cronbach lebih besar dari
kisaran 0,610–0,92; keandalan komposit berada pada kisaran 0,81–0,90; dan AVE berada pada kisaran
0,66–0,899, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.
Selain itu, Tabel 4 melaporkan korelasi matriks untuk validasi diskriminan. Setiap konstruk mempunyai
akar kuadrat AVE yang lebih signifikan dibandingkan korelasinya dengan konstruk lain. Hasilnya
membuktikan bahwa reliabilitas dan validasi berada pada tahap penerimaan.

Uji model struktural


2
Kriteria model-fit envelop chi-square/derajat kebebasan (/df) yang baik kurang dari 5,Xindeks Tucker–Lewis
dan indeks kecocokan komparatif lebih besar dari 0,9 dan root mean square error
Machine Translated by Google

%
Impulsif
Demografi Frekuensi
pembelian
Provinsi tempat tinggal perilaku Z
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 1 0,39
Provinsi Banten 2 0,78 generasi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 50 19.53
Provinsi Gorontalo 6 2.34
Provinsi Jambi 1 0,39
Provinsi Jawa Barat 138 53.9
Provinsi Jawa Tengah 48 18.75
Provinsi Kalimantan Selatan 1 0,39
Provinsi Kalimantan Barat 1 0,39
provinsi lampung 1 0,39
Provinsi Sumatera Selatan 3 1.17
Provinsi Sumatera Barat 4 1.56

Usia
15–18 tahun 63 24.6
19–22 tahun 166 64.84
23–25 tahun 27 10.54

Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama 7 2.73
SMA 195 76.17
Mahasiswa sarjana 2 0,78
Gelar asosiasi 4 1.56
Sarjana 46 17.96
Magister 2 0,78

Pekerjaan
Murid 28 10.93
Tenaga kerja 1 0,39
pekerja lepas 1 0,39
Pegawai kehormatan 1 0,39
Kuliah 1 0,39
Pegawai BUMN 2 0,78
Aparatur Sipil Negara 1 0,39
Karyawan swasta 17 6.64
Karyawan kontrak 1 0,39
Mahasiswa 194 75,78
Ibu rumah tangga 3 1.17
Staf medis 1 0,39
Pengusaha 5 1,95
Meja 2.
Sumber: Karya penulis sendiri Profil responden

perkiraan kurang dari 0,10 (Hair et al., 2010). Hasil pengujian model struktur terbukti lebih baik
/df2 (2,143), indeks Tucker–Lewis (0,938), indeks kecocokan komparatif (0,950)
model fit untuk indeks X
dan perkiraan kesalahan akar rata-rata kuadrat (0,067). Hasil dari faktor konfirmatori
model analisis disajikan pada Gambar 2.

Pengujian hipotesis
Setelah melakukan pengukuran model dan analisis model struktural, tahap selanjutnya adalah jalur
pengujian (Tabel 5). Tahap selanjutnya, selebriti mikro memposting keaslian secara positif dan signifikan
Machine Translated by Google

JIMA Membangun Barang Pemuatan faktor Keandalan komposit AVE

Selebriti mikro memposting keaslian PA1 0,729 0,8 0,506


PA2 0,732
PA3 0,671
Penjelajahan utilitarian UTL1 0,770 0,8 0,574
UTL2 0,826
UTL3 0,669
Penjelajahan hedonis HDN1 0,839 0,8 0,595
HDN2 0,610
HDN3 0,842
Niat pembelian impulsif kenang-kenangan RMS1 0,849 0,9 0,721
RMS2 0,886
RMS3 0,899
Niat pembelian impulsif yang dirancang DSN1 0,695 0,8 0,551
DSN2 0,829
Tabel 3. DSN3 0,695
Validitas konvergen
dan keandalan Sumber: Karya penulis sendiri

Variabel PA UTL HDN RMS DSN

Keaslian postingan 0,71122102


Penjelajahan utilitarian 0,601 0,758
Penjelajahan hedonis 0,461 0,751 0,771
Niat pembelian impulsif kenang-kenangan 0,486 0,731 0,654 0,849
Niat pembelian impulsif yang dirancang 0,536 0,515 0,635 0,633 0
Tabel 4.
Validitas diskriminan Sumber: Karya penulis sendiri

mempengaruhi penjelajahan utilitarian. Secara spesifik, hasilnya membuktikan bahwa rasio kritisnya lebih besar
dari 2,58 (6,499), dan p-value kurang dari 0,01 (0,000) pada fase signifikan 0,01. Itu
nilai estimasinya positif (0,862), sehingga H1 didukung. Bertentangan dengan prediksi kami, H2
yang menyatakan bahwa mikro-selebriti memposting keaslian berpengaruh positif dan signifikan
pengejaran hedonis tidak didukung. Hasil membuktikan bahwa rasio kritis kurang dari 1,96
(1,015), dan p-value lebih luas dari 0,01 (0,310) pada fase signifikan 0,01.
Sementara itu, penelitian membuktikan bahwa penjelajahan utilitarian menunjukkan adanya kebutuhan
determinan untuk penjelajahan hedonik (CR ¼ 8,022 pada p-value <0,01), sehingga H3 didukung. Di
Di sisi lain, hasil penelitian memperjelas bahwa hedonic browsing positif dan signifikan
mempengaruhi niat pembelian impulsif yang dirancang (CR ¼ 8,134, nilai p <0,01 pada
fase signifikan 0,01), sehingga H5 terdukung. Model selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.

Diskusi
Hasilnya membuktikan bahwa keaslian postingan mikro-selebriti berpengaruh positif dan signifikan
berpengaruh pada penjelajahan utilitarian. Dengan demikian, H1 didukung. Dengan kata lain, selebriti mikro
rekomendasi kosmetik dipercaya dan digunakan oleh para muslimah Generasi Z untuk mencarinya
informasi kualitas, harga dan nilai produk kosmetik di TikTok Shop. Dalam arti yang lebih luas
konteksnya, studi oleh Loroz dan Braig (2015) dan Moulard et al. (2015) menemukan hal itu
seseorang cenderung melihat persepsi keaslian selebriti dengan mempublikasikannya
Machine Translated by Google

Impulsif
pembelian
perilaku Z
generasi

Gambar 2.
Faktor konfirmasi
model analisis

Terstandarisasi
Jalur Hipotesis memperkirakan Hasil nilai p CR

H1 Penjelajahan utilitarian / Selebriti 0,862 6.499 *** Didukung


mikro memposting keaslian
H2 Penjelajahan hedonis / Selebriti 0,117 1,015 0,310 Tidak Didukung
mikro memposting keaslian
H3 Penjelajahan hedonis / Utilitarian 0,730 8.022 *** Didukung
menjelajah
H4 Pembelian impulsif kenangan 0,827 10.390 *** Didukung
niat / penjelajahan hedonis
H5 Pembelian impulsif yang dirancang 0,680 8.134 *** Didukung
niat / penjelajahan hedonis
Tabel 5.
Sumber: Karya penulis sendiri Pengujian jalur

komitmen dan niat untuk membeli. Oleh karena itu, dalam konteks penelitian ini adalah mikro-selebriti
keaslian postingan secara statistik mampu mempengaruhi perempuan muslim Generasi Z
aspek kognitif konsumen untuk mencari informasi lebih lanjut tentang produk kosmetik
Toko TikTok.
Machine Translated by Google

JIMA

Gambar 3.
Model lengkap

Penelitian kami secara tidak langsung mengkonfirmasi temuan sebelumnya bahwa kredibilitas mikro-selebriti
(Schouten et al., 2020) dan keaslian (Moulard et al., 2014; Wiley, 2014; Pittman dan Reich, 2016; Sheldon
dan Bryant, 2016) memengaruhi pengikut atau penggemar (Djafarova dan Rushworth, 2017). Selain itu,
Djafarova dan Bowes (2021) menemukan bahwa perempuan generasi Z merupakan mikro-selebriti yang
paling banyak pengikutnya dalam mencari inspirasi fesyen. Oleh karena itu, diharapkan setelah mikro-
selebriti membagikan postingannya tentang suatu produk, keasliannya dapat merangsang pengikutnya
untuk lebih banyak melakukan browsing. Selain itu, literatur baru mengatakan bahwa postingan autentik
merangsang pengguna untuk membeli secara impulsif (Zafar et al., 2021).
Menariknya, keaslian postingan mikro-selebriti yang ditemukan tidak memiliki hubungan positif dengan
hedonis browsing. Jadi, H2 tidak didukung. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai keaslian dan kepercayaan
opini atau postingan selebriti mikro tidak membuat muslimah Generasi Z merasakan perasaan senang atau
positif saat browsing kosmetik di TikTok Shop. Temuan kami berbeda dengan temuan Kowalczyk dan
Pounders (2016), yang mengklarifikasi bahwa selebriti digital memengaruhi interaksi pengguna dan secara
kuat memprediksi sikap positif serta rencana pembelian (Beverland dan Farrelly, 2010).

Namun hal itu bisa saja terjadi karena dua hal. Pertama, mikro-selebriti memposting keaslian untuk muslimah
Generasi Z tidak berinteraksi dengan mereka. Hal itu hanya merangsang mereka untuk browsing informasi
(harga, kualitas dan nilai tambah) terkait postingan kosmetik mikro-selebriti di TikTok Shop. Kedua, bahkan
postingan mikro-selebriti pun asli. Namun konsumen muslimah Generasi Z menganggap postingannya seru
dan menghibur sehingga tidak memenuhi aspek kepuasan, kepuasan dan hiburan browsing di TikTok Shop.

Dalam penelitian ini, H3 mengklarifikasi bahwa penjelajahan utilitarian berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap penjelajahan hedonis, yang didukung. Setelah muslimah Generasi Z mencari informasi
produk kosmetik dari segi kualitas, harga dan nilai tambah, mereka akan melanjutkan browsing kosmetik di
TikTok Shop untuk mendapatkan perasaan positif,
Machine Translated by Google

kepuasan, hiburan dan motivasi. Temuan ini mendukung teori kegunaan dan gratifikasi (Katz et al., Perilaku
1973), dimana audiens TikTok Shop aktif dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
menerima kepuasan (McQuail, 2005). Penjelajahan utilitarian dan hedonis menjadi salah satu motif pembelian
utama pengguna TikTok Shop, yang mendukung dua dari lima motif (informasi, identitas diri, integrasi,
interaksi sosial dan hiburan) yang dikemukakan oleh McQuail (1987). impulsif gener

Browser utilitarian mencoba mendapatkan informasi produk dan mengoptimalkan penelusuran


sebelum fase berikut dalam konteks penelitian ini: penelusuran hedonis di TikTok Shop. Proses
pencarian informasi membantu dalam mencari produk kosmetik yang kualitas, harga dan nilai tambah
jauh lebih baik. Bisa sebagai hiburan, hiburan atau mengisi waktu luang bagi muslimah Generasi Z.
Mengingat penetrasi internet di masyarakat karena smartphone dan e-commerce terus berkembang,
waktu yang dihabiskan konsumen di toko online semakin meningkat seiring dengan kunjungan mereka
ke toko online (Melis et al., 2015). Temuan ini mengkonfirmasi bahwa Zheng dkk. (2019) bahwa
utilitarian browsing secara tidak langsung berpengaruh terhadap rangsangan pembelian impulsif
hedonic browsing. Kimiagari dan Malafe (2021) juga menemukan bahwa utilitarian browsing
berpengaruh positif terhadap hedonic browsing. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
penjelajahan utilitarian ditemukan saling melengkapi dan memiliki hubungan positif dan signifikansi
terhadap penjelajahan hedonis, sejalan dengan Babin et al. (2004), Kim dan Eastin (2011) serta
Verhagen dan Van Dolen (2011).
Hasil penelitian mendukung H4 bahwa hedonic browsing berpengaruh positif dan signifikan
terhadap niat pembelian reminiscence. Analisis menunjukkan bahwa konsumen muslimah Generasi Z
merasakan kepuasan, hiburan, semangat atau perasaan positif dalam browsing kosmetik di TikTok
Shop. Namun, mereka cenderung memiliki niat untuk membeli kenang-kenangan secara impulsif. Stok
produk yang terbatas, promosi yang diiklankan, dan rencana pembelian terakhir mendorong pembelian
impulsif. Penelitian terbaru mendukung temuan sebelumnya. Secara khusus, browsing berhubungan
positif dengan dorongan untuk membeli secara impulsif (Zhang et al., 2018; Zheng et al., 2019;
Kimiagari dan Malafe, 2021). Kemudian, penelusuran hedonis ditemukan berpengaruh positif terhadap
stimulasi pembelian impulsif pada konsumen dalam konteks aplikasi Taobao (Zheng et al., 2019) atau
Instagram (Kimiagari dan Malafe, 2021). Selain itu, browsing membutuhkan waktu yang dapat
menyebabkan konsumen mengalami rangsangan pembelian impulsif. Penelitian sebelumnya
mengatakan bahwa dibandingkan konsumen yang mempunyai rencana, konsumen lebih cenderung
mengambil keputusan secara sewenang-wenang karena lebih mudah menerima pengaruh lingkungan
(Janiszewski, 1998; Moe, 2003).
Penjelajahan hedonis ditemukan berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian
impulsif yang dirancang. Dengan demikian, H5 didukung. Dalam konteks ini, meskipun perempuan
Muslim Generasi Z menerima perasaan positif, kepuasan, hiburan dan semangat dalam menjelajahi
produk kosmetik di TikTok Shop, mereka cenderung merencanakan pembelian hedonis lainnya karena
memberikan kepuasan (Chung et al., 2017) . Stimulasi pemasaran seperti iklan atau imbalan promosi
mudah dipengaruhi oleh tingginya kecenderungan pembelian impulsif, yang berkaitan dengan
penjelajahan produk dalam jangka panjang dan lebih bertindak pada keinginan pembelian impulsif
(Foroughi et al., 2013). Sehingga hasil penelitian tersebut mendukung beberapa penelitian sebelumnya
(Zheng et al., 2019; Kimiagari dan Malafe, 2021). Dalam konteks online, Verhagen dan Van Dolen
(2011) menemukan bahwa penjelajahan toko online berhubungan positif dengan impulsif konsumen.
Floh dan Madlberger (2013) berpendapat bahwa perilaku browsing konsumen berkontribusi terhadap
pembelian impulsif mereka.

Implikasi teoritis Penelitian


ini menawarkan tiga kontribusi utama terhadap pengetahuan teoritis dalam bidang penelitian ini.
Pertama, penelitian ini memberikan kontribusi penting dengan menggunakan kerangka SOR sebagai model
Machine Translated by Google

JIMA respon perilaku konsumen yaitu reminiscence dan merancang niat pembelian impulsif serta
merupakan studi empiris pertama yang menggunakan paradigma SOR di TikTok Shop. Teori
komprehensif seperti SOR dapat memberikan peneliti masa depan cakupan yang lebih luas untuk
menyelidiki perilaku pembelian impulsif online.
Kedua, penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan mengatasi pengaruh keaslian
postingan selebriti mikro, penelusuran utilitarian, dan penelusuran hedonis terhadap kenangan dan
niat pembelian impulsif yang dirancang. Kesenjangan ini belum dapat dijelaskan secara luas oleh
penelitian mengenai penyebab pembelian impulsif kenang-kenangan dan pembelian impulsif yang
dirancang untuk produk kosmetik. Kami mengungkapkan bahwa kenangan dan niat pembelian
impulsif yang dirancang merupakan konsekuensi nyata dari penelusuran hedonis.
Ketiga, penelitian ini menyoroti perilaku konsumen perempuan Muslim Generasi Z di Indonesia
terhadap produk kosmetik. Temuan ini menjembatani kesenjangan pengetahuan teoretis yang
kurang mengenai karakteristik unik dan respons mereka terhadap produk kosmetik di TikTok Shop.

Implikasi Manajerial
Perusahaan atau pemasar kosmetik dapat menyebabkan atau mempengaruhi pembelian impulsif
di kalangan konsumen wanita Muslim dan memaksimalkan keaslian dan informasi menarik yang
diposting oleh mikro-selebriti atau influencer di media sosial seperti YouTube, blogger dan tokoh
masyarakat terkenal lainnya di media sosial (Kowalczyk dan Pounder, 2016). Hal ini karena mikro-
selebriti bersifat autentik dan kredibel (Schouten et al., 2020) serta populer di kalangan remaja.
Selain itu, pengelola perusahaan, retailer, dan toko kosmetik dapat fokus pemasaran di TikTok
Shop karena besarnya peluang mendapatkan kepercayaan dan perhatian konsumen melalui
penelusuran informasi karena dukungan persuasif produk dan layanan mikro-selebriti.

Mengingat utilitarian browsing ditemukan memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan
hedonic browsing, maka ketika konsumen muslimah melakukan utilitarian browsing maka mereka
cenderung melakukan hedonic browsing. Oleh karena itu, perusahaan kosmetik harus menyiapkan
informasi produk secara lengkap, sehingga konsumen dapat menelusuri untuk mencari kepuasan,
hiburan dan perasaan positif. Sebaliknya, mereka cenderung membeli produk kosmetik secara
impulsif.
Implikasi penting lainnya adalah penjelajahan hedonis dapat diterjemahkan menjadi kenangan
dan dirancang untuk pembelian impulsif. Mereka menganggap bahwa browsing lebih lama
dibandingkan menghabiskan waktu untuk berbelanja (Huang, 2016). Perusahaan kosmetik atau
mikro selebriti perlu membuat konten yang atraktif, menarik dan relevan agar konsumen
mendapatkan kepuasan, kepuasan dan hiburan. Pada saat yang sama, mereka menelusuri,
mendapatkan tanggapan positif dari konsumen dan meningkatkan pembelian produk kosmetik secara impulsif.
Informasi terkait keterbatasan stok produk kosmetik, diskon dan promosi merupakan strategi
terbaik untuk merangsang pembelian impulsif muslimah Indonesia. Namun, meskipun cukup
menarik, perusahaan kosmetik dan pengecer disarankan untuk menerapkan strategi berbasis
sosial komunitas dan budaya untuk meningkatkan nilai dan kepuasan konsumen serta meninggalkan
persaingan harga yang menawarkan petualangan dan pengalaman indah selama browsing dan
berbelanja. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan konsep gamifikasi untuk merangsang
konsumen Muslim Generasi Z dengan mengumpulkan barang untuk ditukarkan dengan potongan
harga dan ongkos kirim. Selain itu, pengecer kosmetik online perlu memperhatikan kualitas gambar
dan deskripsi produk untuk memudahkan konsumen dalam berbelanja online. Strategi lain untuk
meningkatkan waktu browsing konsumen antara lain dengan mengedukasi konsumen tentang
penggunaan kosmetik yang sehat dan aman untuk kulit, tips menjalankan bisnis kosmetik, tips
belanja kosmetik online atau konten hiburan tentang kosmetik.
Machine Translated by Google

Kehadiran TikTok Shop semakin meningkatkan intensitas persaingan produk kosmetik karena Perilaku
pasokan pasar semakin banyak. Perusahaan dan pemasar harus berhati-hati dalam menerapkan
strategi pemasarannya, terutama mengenai sikap konsumen Generasi Z. Konsumen Generasi Z lebih pembelian
sadar dan terinformasi dibandingkan generasi muda sebelumnya sehingga tidak mempercayai pesan
merek (Kelton, 2019). Daripada menggunakan pesan merek untuk mempengaruhi browsing
impulsif gener
konsumen, lebih baik mereka menggunakan keaslian postingan mikro selebriti agar sikap konsumen
terhadap merek kosmetik cenderung dinilai positif. Tampilan produk di TikTok Shop memberikan
lingkungan periferal yang menyenangkan bagi konsumen, dan isyarat positif tersebut akan
menghasilkan pengaruh positif yang signifikan terhadap pembentukan sikap produk konsumen (Wang
et al., 2016). TikTok Shop juga dapat meningkatkan kualitas hidup konsumen dengan menyediakan
pilihan produk serta informasi dan produk berkualitas yang lengkap dan luas. Dalam konteks manfaat
sosial, konsumen muslimah generasi Z mampu membeli dan menggunakan berbagai kosmetik yang
tersedia di TikTok Shop. Namun, mereka harus mewaspadai bahan-bahan produk dan kesehatannya.
Di sisi lain, kehadiran TikTok Shop dan pembelian impulsif pada konsumen Muslim Generasi Z akan
meningkatkan pendapatan retailer atau usaha kecil dan menengah.

Kesimpulan
Berdasarkan kerangka SOR (Mehrabian dan Russell, 1974), penelitian ini mengkaji pengaruh keaslian
postingan mikro-selebriti terhadap utilitarian browsing, hedonic browsing, reminiscence, dan niat
pembelian impulsif yang dirancang pada konsumen wanita Muslim Generasi Z di Indonesia pada
produk kosmetik. konteks di Toko TikTok. Berdasarkan hasil penelitian, muslimah generasi Z
cenderung beranggapan bahwa postingan atau saran dari mikro-selebriti tersebut autentik, terpercaya,
positif dan berpengaruh signifikan terhadap penelusuran utilitarian kosmetik di TikTok Shop. Lebih
lanjut, hasil penelitian tersebut memperjelas hubungan antara keaslian postingan mikro-selebriti
dengan hedonis browsing.
Secara spesifik, keaslian postingan mikro-selebriti tidak mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap hedonis browsing untuk mencari kepuasan atau hiburan di TikTok Shop.
Pengaruh utilitarian browsing terhadap konstruk hedonic browsing mempunyai hubungan yang
positif dan signifikan. Penelitian ini memperjelas bahwa konsumen Generasi Z selalu mencari
informasi produk kosmetik di TikTok Shop terkait kualitas, kebanggaan, kepuasan dan nilai tambah.
Setelah itu, mereka akan merasakan perasaan positif, kepuasan, hiburan dan meningkatkan
semangat mereka. Pengaruh utilitarian browsing terhadap konstruk hedonic browsing mempunyai
hubungan yang positif dan signifikan. Penelitian ini memperjelas bahwa konsumen Generasi Z selalu
mencari informasi produk kosmetik di TikTok Shop terkait kualitas, kebanggaan, kepuasan dan nilai
tambah. Setelah itu, mereka akan mempunyai perasaan positif, kepuasan, hiburan dan semangat
yang meningkat. Dalam penelitian ini ditemukan hubungan positif dan signifikan antara hedonic
browsing dengan niat pembelian impulsif reminiscence. Itulah istilah dimana konsumen Muslimah
Generasi Z cenderung melakukan pembelian impulsif ketika menemukan suatu produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan kebutuhannya serta sesuai dengan dirinya yang dipengaruhi oleh hedonic
browsing.
Pada akhirnya, penelitian ini menemukan hubungan positif dan signifikan antara hedonic browsing
dan niat membeli impulsif. Dengan kata lain, hedonic browsing akan merangsang pembelian impulsif
karena produk kosmetik lain memberikan diskon atau penawaran yang lebih baik, menawarkan
promosi yang menarik dan mempunyai banyak like meskipun mereka telah mempunyai daftar rencana
pembelian beberapa produk kosmetik.
Machine Translated by Google

JIMA Keterbatasan dan agenda penelitian


selanjutnya Keterbatasan pertama adalah sampel penelitian hanya terdiri dari TikTok Shop
Indonesia, yang dipilih dengan metode non-random purposive sampling. Oleh karena itu, pada
penelitian berikut ini akan dikemukakan model penelitian di beberapa negara untuk memperluas generalisasinya
Kedua, penelitian ini tidak mempertimbangkan negara asal produk kosmetik. Oleh karena itu,
penelitian selanjutnya mengenai pembelian impulsif konsumen harus menyelidiki kosmetik lokal
dan produk luar negeri untuk melihat preferensi dan perbedaan pembelian impulsif konsumen
khususnya pada konsumen muslimah Generasi Z. Ketiga, penelitian ini hanya mengukur niat dan
rangsangan untuk membeli secara impulsif (Xiang et al., 2016; Chung et al., 2017), namun
menimbulkan tantangan ketika meneliti pembelian impulsif karena rangsangan impulsif perlu
disampaikan secara konsisten pada pembelian sebenarnya. (Badgaiyan dan Verma, 2015). Oleh
karena itu, penelitian selanjutnya harus mengetahui kepemilikan produk kosmetik atau pembelian
produk sebelumnya. Terakhir, penelitian ini hanya menggunakan metode kuantitatif; pendekatan
lain, termasuk metode kualitatif atau campuran, dapat memberikan hasil lain dari konteks niat
membeli impulsif di TikTok Shop.

Referensi

Adelaar, T., dkk. (2003), “Pengaruh format media terhadap emosi dan niat membeli impulsif”, Jurnal
Teknologi Informasi, Jil. 18 No.4, hal.247-266.
Adeola, O., Hinson, RE dan Evans, O. (2020), “'Media sosial dalam komunikasi pemasaran: sintesis strategi
sukses untuk generasi digital”, dalam George, B. dan Paul, J. (Eds), Transformasi Digital dalam Bisnis
dan Masyarakat, Palgrave Macmillan, Cham, hal. 61-81, doi: 10.1007/978-3-030-08277-2_4.
Adobe (2018), “Adobe experience manager 6.4: mendefinisikan gelombang berikutnya dari pengalaman berbasis konten”,
tersedia di: https://blog.adobe.com/en/publish/2018/02/08/adobe-experience-manager- 6-4-mendefinisikan
gelombang pengalaman berikutnya yang didorong oleh konten (diakses 21 Januari 2022).
Adweek (2018), “Pemasaran influencer pada tahun 2018: menjadi pasar yang efisien”, tersedia di: www. adweek.com/
digital/giordano-contestabile-activate-by-bloglovin-guest-postinfluencer-marketing pada tahun 2018/ (diakses 18
Maret 2022).
Ahmad, MB, dkk. (2019), “Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian impulsif dengan peran mediasi suasana
hati positif: sebuah studi empiris”, European Online Journal of Natural and Social Sciences, Vol. 8 No. 1, hal. 17.
Alalwan, AA, dkk. (2017), “Media sosial dalam pemasaran: tinjauan dan analisis literatur yang ada”,
Telematika dan Informatika, Vol. 34 No.7, hal.1177-1190.
Aleke, B., Ojiako, U. dan Wainwright, DW (2011), “Adopsi ICT di negara-negara berkembang: perspektif dari agribisnis
skala kecil”, Jurnal Manajemen Informasi Perusahaan, Vol. 24 No.1, hal.68-84.
Alhabash, S., dkk. (2012), “Menjelajahi motivasi penggunaan Facebook di Taiwan”, Cyberpsychology, Behavior, and Social
Networking, Vol. 15 No.6, hal.304-311.
Al-Zyoud, MF (2018), “Apakah pemasaran media sosial meningkatkan pembelian impulsif di kalangan pelanggan wanita
studi kasus pembeli wanita Yordania”, Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen Ritel, Vol. 13 No.2.

Amos, C., Holmes, GR dan Keneson, WC (2014), “Sebuah meta-analisis pembelian impulsif konsumen”,
Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 21 No.2, hal.86-97.
Ayub, R. dan Zafar, M. (2018), “Stimulus eksternal dan perilaku pembelian impulsif”, Kekuatan Pasar,
Jil. 13 No.1.

Babin, BJ, Chebat, J.-C. dan Michon, R. (2004), “Kesesuaian yang dirasakan dan pengaruhnya terhadap kualitas, pengaruh
dan perilaku”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 11 No.5, hal.287-298.
Badgaiyan, AJ dan Verma, A. (2015), “Apakah dorongan untuk membeli secara impulsif berbeda dengan perilaku
pembelian impulsif? Menilai dampak faktor situasional”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 22, hal.145-157.
Machine Translated by Google

Bandyopadhyay, N., dkk. (2021), “Segera atau tertunda! apakah berbagai jenis promosi penjualan konsumen Perilaku
mendorong pembelian impulsif?: penyelidikan empiris”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Jil. 61,
hal. 102532.
pembelian
Barros, LBL, dkk. (2019), “Suasana dan dorongan toko: studi lintas budaya”, Jurnal Internasional Manajemen
Ritel dan Distribusi, Vol. 47 Nomor 8. impulsif gener
Beatty, SE dan Ferrell, ME (1998), “Pembelian impulsif: Pemodelan prekursornya”, Jurnal Ritel, Vol. 74 No.2,
hal.169-191.
Bellini, S., Cardinali, MG dan Grandi, B. (2017), “Model persamaan struktural perilaku pembelian impulsif di
ritel bahan makanan”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 36, hal.164-171.
Beverland, MB dan Farrelly, FJ (2010), “Pencarian keaslian dalam konsumsi: Pilihan konsumen yang disengaja
atas isyarat autentik untuk membentuk hasil yang dialami”, Jurnal Riset Konsumen, Vol. 36 No.5,
hal.838-856.
Bloch, PH, Ridgway, NM dan Sherrell, DL (1989), “Memperluas konsep belanja: penyelidikan aktivitas
browsing”, Jurnal Akademi Ilmu Pemasaran, Vol. 17 No.1, hal.13-21.
Bloch, PH, Sherrell, DL dan Ridgway, NM (1986), “Pencarian konsumen: kerangka kerja yang diperluas”,
Jurnal Riset Konsumen, Vol. 13 No.1, hal.119-126.
Brewis, D. (2020), “Apa yang diharapkan generasi Z dari pengalaman ritel online”, IMRG, tersedia di:
www.imrg.org/blog/generasi-z-online-retail-expectations/ (diakses 21 Januari 2022).
Business of Apps (2020), “Jumlah unduhan aplikasi TikTok di seluruh dunia dari kuartal pertama 2017 hingga
kuartal ketiga 2019 (dalam jutaan)”, Statista, tersedia di: www.statista.com/statistics/1078692/china
tiktokworldwide-downloads- quarterly / (diakses 21 Januari 2022).
Chan, TKH, Cheung, CMK dan Lee, ZWY (2017), “Keadaan penelitian pembelian impulsif online: analisis
literatur”, Informasi dan Manajemen, Vol. 54 No.2, hal.204-217.
Chang, H. dan Meyerhoefer, CD (2021), “COVID-19 dan permintaan layanan belanja makanan online: Bukti
empiris dari Taiwan”, American Journal of Agricultural Economics, Vol. 103 No.2, hal.448-465.

Chang, H.-J., Eckman, M. dan Yan, R.-N. (2011), “Penerapan model Stimulus-Organisme-Respon pada
lingkungan ritel: peran motivasi hedonis dalam perilaku pembelian impulsif”, The International Review
of Retail, Distribution and Consumer Research, Vol. 21 No.3, hal.233-249.
Chen, W. (2016), “Seberapa baik Anda mengetahui tentang ekonomi selebriti online Tiongkok?”, tersedia di:
www. linkedin.com/pulse/how-well-do-you-know-chinas-online-celebrity-economy-claire-chen (diakses
21 Januari 2022).
Chen, H. (2018), “Persepsi konsumen muda usia kuliah tentang pemasaran media sosial: kisah Instagram”,
Jurnal Isu Terkini dan Penelitian Periklanan, Vol. 39 No.1, hal.22-36.
Chin, WW (1998), “Pendekatan kuadrat terkecil parsial untuk Pemodelan Persamaan Struktural”, Metode
Modern untuk Penelitian Bisnis, Vol. 295 No.2, hal.295-336.
Chung, N., Song, HG dan Lee, H. (2017), “Perilaku pembelian impulsif konsumen terhadap produk restoran
dalam perdagangan sosial”, Jurnal Internasional Manajemen Perhotelan Kontemporer, Vol. 29 No.2.

Churchill, GA dan Peter, JP (1998), Pemasaran: Menciptakan Nilai bagi Pelanggan, Irwin/McGraw Hill, tersedia
di: https://books.google.co.id/books/about/Marketing.html?id=z210QgAACAAJ&redir_esc=
kamu Coray, T. (2020), “Pemasaran ke generasi Z”, Sheerid, tersedia di: www.sheerid.com/blog/marketing to-
generasi-z/ (diakses 21 Januari 2022).
Darrat, AA, Darrat, MA dan Amyx, D. (2016), “Bagaimana pembelian impulsif mempengaruhi pembelian
kompulsif: peran sentral kecemasan dan pelarian konsumen”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen,
Vol. 31, hal.103-108.
Dawson, S. dan Kim, M. (2009), “ Isyarat pemicu eksternal dan internal pembelian impulsif online”, Langsung
Pemasaran: Jurnal Internasional, Vol. 3 No.1.
Machine Translated by Google

De Vries, ELE dan Fennis, BM (2019), “Go local or go global: bagaimana merek lokal mempromosikan pembelian
JIMA impulsif”, International Marketing Review, Vol. 37 No.1.
Djafarova, E. dan Bowes, T. (2021), “'Instagram membuat saya membeli i': pembelian impulsif generasi Z di
industri fashion”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 59, hal. 102345.
Djafarova, E. dan Rushworth, C. (2017), “Menjelajahi kredibilitas profil Instagram selebriti online dalam
mempengaruhi keputusan pembelian pengguna wanita muda”, Computers in Human Behavior, Vol. 68,
hal.1-7.
Djafarova, E. dan Trofimenko, O. (2019), “'Instafamous'–kredibilitas dan presentasi diri selebriti mikro di media
sosial”, Informasi, Komunikasi dan Masyarakat, Vol. 22 No.10, hal.1432-1446.
Lakukan, H.-N., Shih, W. dan Ha, Q.-A. (2020), “Pengaruh aplikasi augmented reality seluler terhadap perilaku
pembelian impulsif: investigasi di bidang pariwisata”, Heliyon, Vol. 6 No.8, hal. e04667.
Dutot, V., Bhahatiasevi, V. dan Bellallahom, N. (2019), “Menerapkan model penerimaan teknologi dalam studi
adopsi jam tangan pintar di tiga negara”, The Journal of High Technology Management Research, Vol.
30 No.1, hal.1-14.
Dwivedi, YK, Kapoor, KK dan Chen, H. (2015), “Pemasaran dan periklanan media sosial”, The Marketing Review,
Vol. 15 No.3, hal.289-309.
Eagly, AH, Wood, W. dan Diekman, AB (2000), “Teori peran sosial tentang perbedaan dan persamaan jenis
kelamin: penilaian saat ini”, The Developmental Social Psychology of Gender, Vol. 12, hal. 174.
Emma, N. dan Matilde, P. (2017), “Selebriti Instagram - jenis konten apa yang memengaruhi niat membeli dan
tingkat keterlibatan pengikut?”, tersedia di: http://urn.fi/URN:NBN:fi: aalto 201707046311 (diakses 08
Maret 2022).
Evans, JR dan Mathur, A. (2005), “Nilai survei online”, Internet Research, Vol. 15 No.2.
Faqih, KMS dan Jaradat, M.-IRM (2015), “Menilai efek moderasi dari perbedaan gender dan individualisme-
kolektivisme di tingkat individu terhadap adopsi teknologi mobile commerce: perspektif TAM3”, Jurnal
Ritel dan Layanan Konsumen, Vol . 22, hal.37-52.
Floh, A. dan Madlberger, M. (2013), “Peran isyarat atmosfer dalam perilaku pembelian impulsif online”, Penelitian
dan Aplikasi Perdagangan Elektronik, Vol. 12 No.6, hal.425-439.
Fornell, C. dan Larcker, DF (1981), “Model persamaan struktural dengan variabel yang tidak dapat diobservasi
dan kesalahan pengukuran: Aljabar dan statistik”, Jurnal Riset Pemasaran, Vol. 18 No.3, doi :
10.1177/002224378101800313.

Foroughi, A., dkk. (2013), “Perilaku pembelian impulsif dan peran moderator gender di kalangan pembeli Iran”,
Jurnal Penelitian Ilmiah Dasar dan Terapan, Vol. 3 No.4, hal.760-769.
Fraser, BP dan Brown, WJ (2002), “Media, selebriti, dan pengaruh sosial: Identifikasi dengan Elvis Presley”,
Komunikasi Massa dan Masyarakat, Vol. 5 No.2, hal.183-206.
Geng, R., dkk. (2020), “Pemasaran konten di platform e-commerce di ekonomi selebriti internet”, Manajemen
Industri dan Sistem Data, Vol. 120 No.3.
Gilal, FG, dkk. (2020), “Perbedaan antargenerasi dalam motivasi penggemar untuk menonton piala dunia T20:
perspektif teori kelompok generasi”, Jurnal Internasional Pemasaran dan Sponsor Olahraga, Vol. 22 No.2.

Grashuis, J., Skevas, T. dan Segovia, MS (2020), “Preferensi belanja bahan makanan selama masa COVID-19
pandemi”, Keberlanjutan, Jil. 12 No. 13, hal. 5369.
Rambut, J., dkk. (2010), “'Analisis data multivariat: 'perspektif' global”, Analisis Data Multivariat: Perspektif Global,
Pearson Education.
Hair, JE, Hult, GT, Ringle, CM dan Sarstedt, M. (2017), Panduan Dasar Pemodelan Persamaan Struktural Partial
Least Squares (PLS-SEM), edisi ke-2. Sage, Seribu Pohon Ek.
Harrison, K. (2017), “10 tren teratas yang akan mengubah pemasaran digital pada tahun 2017”, tersedia di:
www. forbes.com/sites/kateharrison/2017/01/09/top-10-trends-that-will-transform-digital-marketing-in
2017/?sh=71e1c6fd3bf5 (diakses 10 Februari 2022).
Machine Translated by Google

Hennig-Thurau, T., Hofacker, CF dan Bloching, B. (2013), “Pemasaran dengan cara pinball: Memahami bagaimana media Perilaku
sosial mengubah generasi nilai bagi konsumen dan perusahaan”, Jurnal Pemasaran Interaktif, Vol. 27 No.4, hal.237-241.

pembelian
Huang, L., dkk. (2019), “Preferensi nilai yang dirasakan konsumen untuk pemasaran seluler di Tiongkok: pendekatan metode
campuran”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 48, hal.70-86. impulsif gener
Huang, L.-T. (2016), “Aliran dan teori modal sosial dalam pembelian impulsif online”, Jurnal Riset Bisnis, Vol. 69 No.6,
hal.2277-2283.

Janiszewski, C. (1998), “Pengaruh karakteristik tampilan pada perilaku pencarian eksplorasi visual”,
Jurnal Riset Konsumen, Vol. 25 No.3, hal.290-301.

Joshi, A., dkk. (2015), “Skala Likert: Dieksplorasi dan dijelaskan”, British Journal of Applied Science dan
Teknologi, Jil. 7 No. 4, hal. 396.

Kapoor, KK, dkk. (2018), “Kemajuan dalam penelitian media sosial: masa lalu, sekarang dan masa depan”, Information Systems
Frontiers, Vol. 20 No.3, hal.531-558.

Karbasivar, A. dan Yarahmadi, H. (2011), “Mengevaluasi faktor efektif pada perilaku pembelian impulsif konsumen”, Asian
Journal of Business Management Studies, Vol. 2 No.4, hal.174-181.

Katz, E., Haas, H. dan Gurevitch, M. (1973), “Tentang penggunaan media massa untuk hal-hal penting”,
Tinjauan Sosiologis Amerika, Vol. 38 No.2, hal.164-181. JSTOR.

Kavota, JK, Kamdjoug, JRK dan Wamba, SF (2020), “Media sosial dan manajemen bencana: Kasus wilayah Kivu Utara dan
Selatan di republik demokratis Kongo”, Jurnal Internasional Manajemen Informasi, Vol. 52, hal. 102068.

Kelton (2019), “Generasi Z tidak membutuhkan merek Anda”, tersedia di: www.keltonglobal.com/wp
content/uploads/2019/04/Gen-Z-Tidak-Membutuhkan-Merek-Anda-eBook_Kelton-Global.pdf

Khamis, S., Ang, L. dan Welling, R. (2017), “Pencitraan merek sendiri, 'selebriti mikro' dan kebangkitan media sosial
influencer”, Studi Selebriti, Vol. 8 No.2, hal.191-208.

Khare, A., Sadachar, A. dan Chakraborty, S. (2021), “Pengaruh selebriti dan komunitas online terhadap keterlibatan dan perilaku
pembelian pakaian ramah lingkungan konsumen India”, Jurnal Pemasaran dan Manajemen Mode: Jurnal Internasional,
Vol. 26 Nomor 4.

Kim, J. (2003), “Perilaku pembelian impulsif pakaian mahasiswa dalam kaitannya dengan visual merchandising”, disertasi
doktoral, University of Georgia.

Kim, S. dan Eastin, MS (2011), “Kecenderungan hedonis dan konsumen online: penyelidikan proses belanja online”, Jurnal
Perdagangan Internet, Vol. 10 No.1, hal.68-90.

Kimiagari, S. dan Malafe, NSA (2021), “Peran respon kognitif dan afektif dalam hubungan rangsangan internal dan eksternal
terhadap perilaku pembelian impulsif online”, Journal of Retailing and Consumer Services, Vol. 61, hal. 102567.

Kowalczyk, CM dan Pounders, KR (2016), “Transformasi selebriti melalui media sosial: peran keaslian dan keterikatan
emosional”, Jurnal Manajemen Produk dan Merek, Vol. 25 Nomor 4.

Kumar, V. dan Mirchandani, R. (2013), “Meningkatkan ROI pemasaran media sosial”, IEEE Engineering Management Review,
Vol. 41 No.3, hal.17-23.

Leong, L.-Y., Jaafar, NI dan Ainin, S. (2018), “Pengaruh penelusuran Facebook dan intensitas penggunaan terhadap pembelian
impulsif di f-commerce”, Komputer dalam Perilaku Manusia, Vol. 78, hal.160-173.

Li, C., dkk. (2021), “Membeli atau tidak membeli? Pengaruh kelangkaan waktu dan pengalaman perjalanan terhadap wisatawan
pembelian impulsif”, Annals of Tourism Research, Vol. 86, hal. 103083.

Liang, C.-C., Yu, AP-I. dan Le, TH (2021), “Fokus pelanggan dan pembelian impulsif di pasar malam”, Jurnal Ritel dan Layanan
Konsumen, Vol. 60, hal. 102434.

Lim, PL dan Yazdanifard, R. (2015), “Faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi pembelian impulsif
perilaku dalam belanja online?”, Jurnal Global Manajemen dan Riset Bisnis.
Machine Translated by Google

Loroz, PS dan Braig, BM (2015), “Keterikatan konsumen pada merek manusia: 'efek Oprah'”,
JIMA
Psikologi dan Pemasaran, Vol. 32 No.7, hal.751-763.
Lucas, M. dan Koff, E. (2017), “Citra tubuh, pembelian impulsif, dan peran mediasi pengaruh negatif”, Kepribadian
dan Perbedaan Individu, Vol. 105, hal.330-334.
McQuail, D. (1987), Teori Komunikasi Massa: Sebuah Pengantar, Edisi ke-2, Sage Publications.
McQuail, D. (2005), '"Teori komunikasi dan bias Barat", Kekuatan Bahasa dan Sosial
Proses, Mouton de Gruyter, Berlin, Vol. 14, hal. 21.
Malhotra, NK (2014), Riset Pemasaran Dasar: Pearson New International Edition, Pearson
Pendidikan.

Marwick, AE (2018), 'The Algorithmic Celebrity', dalam Microcelebrity around the Globe, Emerald
Penerbitan.
Mehrabian, A. dan Russell, JA (1974), 'Sebuah Pendekatan Psikologi Lingkungan, (MIT Press: Cambridge, MA.)'.

Melis, K., dkk. (2015), “Dampak bauran ritel multi-saluran terhadap pilihan toko online: tidak online
pengalaman itu penting?”, Jurnal Ritel, Vol. 91 No.2, hal.272-288.
Miller, LJ dan Lu, W. (2018), “Jumlah Gen Z akan melebihi generasi milenial dalam satu tahun”, Bloomberg,
tersedia di: www.bnnbloomberg.ca/gen-z-is-set-to-outnumber-millennials- dalam setahun-1.1125841
(diakses 21 Februari 2022).
Moe, WW (2003), “Membeli, mencari, atau menjelajah: Membedakan antara pembeli online menggunakan
aliran klik navigasi di toko”, Jurnal Psikologi Konsumen, Vol. 13 No.1, hal.29-39.
Mohan, G., Sivakumaran, B. dan Sharma, P. (2013), “Dampak lingkungan toko terhadap perilaku pembelian
impulsif”, European Journal of Marketing, Vol. 47 Nomor 10.
Moulard, JG, dkk. (2014), “Keaslian artis: Bagaimana semangat dan komitmen seniman membentuk persepsi
dan niat perilaku konsumen lintas gender”, Psikologi dan Pemasaran, Vol. 31 No.8, hal.576-590.

Moulard, JG, Garrity, CP and Rice, DH (2015), “Apa yang membuat merek manusia autentik?
Mengidentifikasi pendahuluan keaslian selebriti”, Psikologi dan Pemasaran, Vol. 32 No.2, hal.173-186.

Muratore, I. (2016), “Remaja sebagai pembeli impulsif: apa peran harga?”, International Journal of
Manajemen Ritel dan Distribusi, Vol. 44 Nomor 11.
Novak, TP, Hoffman, DL dan Duhachek, A. (2003), “Pengaruh aktivitas yang diarahkan pada tujuan dan
pengalaman pada pengalaman arus online”, Jurnal Psikologi Konsumen, Vol. 13 No.1, hal.3-16.
Optinmonster (2020), “Statistik belanja online yang perlu Anda ketahui pada tahun 2022”, tersedia di: https://
optinmonster.com/online-shopping-statistics/ (diakses 20 Januari 2022).
Ortiz Alvarado, NB, Rodríguez Ontiveros, M. dan Quintanilla Domínguez, C. (2020), “Menjelajahi kesejahteraan
emosional di Facebook sebagai pendorong pembelian impulsif: pendekatan lintas budaya”, Jurnal
Pemasaran Konsumen Internasional, Vol. 32 No.5, hal.400-415.
Ozer, L. dan Gultekin, B. (2015), “Tahap sebelum dan sesudah pembelian dalam pembelian impulsif: peran
suasana hati dan kepuasan”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 22, hal.71-76.
Palan, KM, Gentina, E. dan Muratore, I. (2010), “Otonomi konsumsi remaja: pemeriksaan lintas budaya”, Jurnal
Riset Bisnis, Vol. 63 No.12, hal.1342-1348.
Parboteeah, DV, Taylor, DC dan Barber, NA (2016), “Menjelajahi pembelian anggur secara impulsif di lingkungan
online”, Jurnal Penelitian Anggur, Vol. 27 No.4, hal.322-339.
Parboteeah, DV, Valacich, JS dan Wells, JD (2009), “Pengaruh karakteristik situs web terhadap dorongan
konsumen untuk membeli impulsif”, Penelitian Sistem Informasi, Vol. 20 No.1, hal.60-78.
Taman, EJ, dkk. (2012), “Atribut produk pakaian, penjelajahan web, dan pembelian impulsif elektronik di situs
belanja”, Jurnal Riset Bisnis, Vol. 65 No.11, hal.1583-1589.
Machine Translated by Google

Parsad, C., dkk. (2021), “Apakah fokus promosi dan pencegahan mempengaruhi pembelian impulsif: peran pengaturan Perilaku
suasana hati, nilai belanja, dan kecenderungan pembelian impulsif”, Journal of Retailing and Consumer Services,
Vol. 61, hal. 102554.
pembelian
Phonearena (2021), “TikTok, mencari pengiklan, mengungkap informasi tentang pelanggannya dan cara mereka menggunakan
aplikasi”, tersedia di: www.phonearena.com/news/tiktok-reveals-data-on-its users-demographics_id131527 (diakses impulsif gener
23 Januari 2022).

Pittman, M. dan Reich, B. (2016), “Media sosial dan kesepian: Mengapa gambar Instagram mungkin bernilai lebih dari seribu
kata twitter”, Computers in Human Behavior, Vol. 62, hal.155-167.

Pöyry, E., Parvinen, P. dan Malmivaara, T. (2013), “Bisakah kita beralih dari menyukai menjadi membeli? Perbedaan perilaku
dalam penggunaan Facebook hedonis dan utilitarian”, Penelitian dan Aplikasi Perdagangan Elektronik, Jil. 12 No.4,
hal.224-235.

Data Priori (2020a ) , “Aplikasi Android terdepan di Google Play Store di seluruh dunia pada bulan November 2019,
berdasarkan jumlah unduhan (dalam jutaan)”, Statista, tersedia di: www.statista.com/statistics/693944/leading-android-
apps -seluruh dunia berdasarkan unduhan/ (diakses 23 Januari 2022).

Priori Data (2020b), “Aplikasi iPhone terdepan di toko aplikasi apel di seluruh dunia pada bulan November 2019, berdasarkan
jumlah (dalam jutaan)”, Statista, tersedia di: www.statista.com/statistics/695791/top-iphone apps-worldwide-
berdasarkan jumlah unduhan/ (diakses 23 Januari 2022).

Priporas, C.-V., Stylos, N. dan Kamenidou, IE (2020), “Citra kota, kepribadian merek kota, dan kepuasan hidup penduduk
generasi Z di bawah krisis ekonomi: Prediktor keterlibatan media sosial terkait kota”, Jurnal dari Riset Bisnis, Vol.
119, hal.453-463.

Qureshi, I. dan Compeau, D. (2009), “Menilai perbedaan antar kelompok dalam penelitian sistem informasi: perbandingan
SEM berbasis kovarians dan komponen”, MIS Quarterly, Vol. 33 No.1, hal.197-214.

Raju, KV, Kumar, D. dan Srinivasa Raju, S. (2015), “Tinjauan komprehensif tentang proses pembelian impulsif dan berbagai
faktor yang mempengaruhinya”, Jurnal Bisnis dan Manajemen IOSR, Vol. 17 No.12, hal.81-107.

Ramanathan, S. dan Menon, G. (2006), “Efek tujuan hedonis kronis yang bervariasi terhadap waktu terhadap perilaku impulsif
perilaku”, Jurnal Riset Pemasaran, Vol. 43 No.4, hal.628-641.

Reinikainen, H., Kari, JT dan Luoma-Aho, V. (2020), “Generasi Z dan mendengarkan organisasi
media sosial”, Media dan Komunikasi, Vol. 8 No.2, hal.185-196.

Rook, DW dan Fisher, RJ (1995), “Pengaruh normatif terhadap perilaku pembelian impulsif”, Jurnal Riset Konsumen, Vol. 22
No.3, hal.305-313.

Russell, JA dan Pratt, G. (1980), “Deskripsi kualitas afektif yang dikaitkan dengan lingkungan”,
Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 38 No.2, hal. 311.

Satyavani, B. dan Chalam, GV (2018), “Perilaku pembelian impulsif online – pendekatan yang disarankan”, Jurnal Bisnis dan
Manajemen IOSR (IOSR-JBM) e-ISSN: 2278-487X, Vol. 20, p-ISSN: 2319-7668, hlm.77-83.

Schouten, AP, Janssen, L. dan Verspaget, M. (2020), “Dukungan Selebriti vs. Influencer dalam periklanan: peran identifikasi,
kredibilitas, dan kesesuaian Produk-Endorser”, International Journal of Advertising, Vol. 39 No.2, hal.258-281.

Senft, TM (2008), Camgirls: Selebriti dan Komunitas di Era Jejaring Sosial, Peter Lang,
New York, NY.

Shabib, F. dan Ganguli, S. (2017), “Dampak CSR terhadap perilaku konsumen wanita Bahrain di industri kosmetik”, Jurnal
Dunia Kewirausahaan, Manajemen dan Pembangunan Berkelanjutan, Vol. 13 Nomor 3.

Shahpasandi, F., Zarei, A. dan Nikabadi, MS (2020), “Perilaku pembelian impulsif konsumen di Instagram: Menelaah pengaruh
pengalaman arus dan penjelajahan hedonis terhadap pembelian impulsif”, Journal of Internet Commerce, Vol. 19
No.4, hal.437-465.
Machine Translated by Google

Sharma, P., Sivakumaran, B. dan Marshall, R. (2010), “Pembelian impulsif dan pencarian variasi: suatu sifat
JIMA berkorelasi perspektif”, Jurnal Penelitian Bisnis, Vol. 63 No.3, hal.276-283.
Sheldon, P. dan Bryant, K. (2016), “Instagram: Motif penggunaan dan hubungannya dengan narsisme dan
usia kontekstual”, Komputer dalam Perilaku Manusia, Vol. 58, hal.89-97.
Sherman, E., Mathur, A. dan Smith, RB (1997), “Lingkungan toko dan perilaku pembelian konsumen: peran
mediasi emosi konsumen”, Psikologi dan Pemasaran, Vol. 14 No.4, hal.361-378.
Shopify (2021), “Menskalakan perdagangan sosial: Shopify memperkenalkan pengalaman belanja dalam aplikasi
baru di TikTok”, tersedia di: https://news.shopify.com/scaling-social-commerce-shopify-introduces new-in-
app- pengalaman-berbelanja-di-tiktok (diakses 27 Januari 2022).
Smesco (2021), “10 Juta pengguna aktif TikTok di Indonesia menjadi target pasar yang bagus untuk memasarkan
produk UKM”, tersedia di: https://smesco.go.id/berita/program-maju-bareng tiktok (diakses 27 Januari
2022).
Smith, KT (2019), “Iklan seluler untuk penduduk asli digital: preferensi pada konten, gaya, personalisasi, dan
fungsionalitas”, Jurnal Pemasaran Strategis, Vol. 27 No.1, hal.67-80.
Stern, H. (1962), “Pentingnya dorongan pembelian saat ini”, Jurnal Pemasaran, Vol. 26 No.2,
hal.59-62.
Sun, H. dan Zhang, P. (2006), “'Survei kritis dan model penelitian”, Interaksi Manusia-Komputer dan Sistem
Informasi Manajemen: Yayasan, Vol. 295, SAYA Sharpe, Armonk, NY.
Sundström, M., Hjelm-Lidholm, S. dan Radon, A. (2019), “Menghilangkan kebosanan–menjelajahi perilaku
pembelian fashion impulsif secara online”, Jurnal Ritel dan Layanan Konsumen, Vol. 47, hal.150-156.

Tapinfluence (2017), “Apa itu pemasaran influencer?”, tersedia di: www.tapinfluence.com/blogwhat-is


pemasaran influencer/ (diakses 28 Januari 2022).
Kepada, P.-L., Liao, C. dan Lin, T.-H. (2007), “Motivasi belanja di internet: studi berdasarkan nilai utilitarian dan
hedonis”, Technovation, Vol. 27 No.12, hal.774-787.
Venkatesh, V., Thong, JYL dan Xu, X. (2012), “Penerimaan konsumen dan penggunaan teknologi informasi:
memperluas teori terpadu penerimaan dan penggunaan teknologi”, MIS Quarterly, Vol. 36 No.1,
hal.157-178.
Verhagen, T. dan Van Dolen, W. (2011), “Pengaruh kepercayaan toko online terhadap pembelian impulsif
konsumen online: model dan aplikasi empiris”, Informasi dan Manajemen, Vol. 48 No.8, hal.320-327.

Viÿelar, A. (2019), “Seperti saya: Generasi Z dan penggunaan media sosial untuk personal branding”, Dinamika
Manajemen dalam Ekonomi Pengetahuan. Facultatea de Management–Scoala Nationala de Studii
Politice si ..., Jil. 7 No.2, hal.257-268.
Vonkeman, C., Verhagen, T. dan Van Dolen, W. (2017), “Peran kehadiran lokal dalam impuls online
pembelian”, Informasi dan Manajemen, Vol. 54 No.8, hal.1038-1048.
Wang, Y. (2020), “Tampilan humor dan kamera pada aplikasi video pendek seluler memengaruhi pengalaman
pengguna dan niat adopsi teknologi, contoh TikTok (DouYin)”, Computers in Human Behavior, Vol. 110,
hal. 106373.
Wang, Q., Cui, X., Huang, L. dan Dai, Y. (2016), “Reputasi penjual atau presentasi produk? Investigasi empiris
dari perspektif pemanfaatan isyarat”, Jurnal Internasional Manajemen Informasi, Vol. 36 No.3, hal.271-283.

Watanabe, T. dan Omori, Y. (2020), “Konsumsi online selama krisis covid-19: Bukti dari
Jepang”, Ekonomi Covid, Vol. 38 No.16, hal.218-252.
Wiley, D. (2014), “Mengapa merek harus beralih ke blogger daripada juru bicara selebriti”, Marketing Land,
tersedia di: https://martech.org/brands-turn-bloggers-instead-celebrity-spokespeople/ (diakses 12 Maret
2022).
Wolf, A. (2020), “Gen Z dan influencer media sosial: generasi yang menginginkan pengalaman nyata”.
Machine Translated by Google

Wright, C. (2017), “Apakah blogger kecantikan lebih berpengaruh dibandingkan pakar industri tradisional?”, Jurnal Perilaku
Komunikasi Promosi, Vol. 5 No.3.
Wu, L., Chen, K.-W. dan Chiu, M.-L. (2016), “Mendefinisikan pendorong utama pembelian impulsif online:
pembelian
perspektif pembeli impulsif dan pengguna sistem”, International Journal of Information Management, Vol.
36 No.3, hal.284-296. impulsif gener
Wu, L., Chiu, M.-L. dan Chen, K.-W. (2020), “Mendefinisikan faktor-faktor penentu pembelian impulsif online
melalui proses belanja yang mengintegrasikan risiko yang dirasakan, model konfirmasi-harapan, dan
masalah teori aliran”, International Journal of Information Management, Vol. 52, hal. 102099.
Xiang, L., dkk. (2016), “Menjelajahi perilaku pembelian impulsif konsumen pada platform perdagangan sosial:
peran interaksi parasosial”, International Journal of Information Management, Vol. 36 No.3, hal.333-347.

Xu, Y. dan Huang, J.-S. (2014), “Pengaruh diskon harga dan paket bonus terhadap pembelian impulsif online”,
Perilaku Sosial dan Kepribadian: Jurnal Internasional, Vol. 42 No.8, hal.1293-1302.
Zafar, AU, dkk. (2021), “Dampak postingan selebriti media sosial dan interaksi kontekstual terhadap pembelian
impulsif dalam perdagangan sosial”, Computers in Human Behavior, Vol. 115, hal. 106178.
Zhang, KZK, dkk. (2018), “Ulasan online dan perilaku pembelian impulsif: peran penelusuran dan
impulsif”, Riset Internet, Vol. 28 Nomor 3.
Zhang, L., dkk. (2021), “Gamifikasi dan pembelian impulsif online: efek moderasi gender dan usia”, International
Journal of Information Management, Vol. 61, hal. 102267.
Zheng, X., dkk. (2019), “Memahami pembelian impulsif dalam perdagangan seluler: penyelidikan penelusuran
hedonis dan utilitarian”, Jurnal Internasional Manajemen Informasi, Vol. 48, hal.151-160.

Bacaan lebih lanjut


Badan Pusat Statistik (2020), “Pertumbuhan produksi IBS tahun 2019 naik 4,01 persen dibandingkan tahun 2018”,
tersedia di: www.bps.go.id/pressrelease/2020/02/03/1739/pertumbuhan-produksi ibs -tahun-2019-
naik-4-01-persen-dibandingkan-tahun-2018.html (diakses 10 Maret 2022).
Kaplan, AM dan Haenlein, M. (2012), “Dunia Britney Spears: Media sosial dan pemasaran viral
yang terbaik”, Business Horizons, Vol. 55 No.1, hal.27-31.
Wilcox, K. dan Stephen, AT (2013), “Apakah teman dekat adalah musuh? Jejaring sosial online, harga diri, dan
pengendalian diri”, Jurnal Riset Konsumen, Vol. 40 No.1, hal.90-103.
Zhu, Y.-Q. dan Chen, H.-G. (2015), “Media sosial dan kepuasan kebutuhan manusia: Implikasinya terhadap sosial
pemasaran media”, Business Horizons, Jil. 58 No.3, hal.335-345.

Koresponden penulis Yudha


Dwi Nugraha dapat dihubungi di: yudhadwinugraha@unisba.ac.id

Untuk instruksi tentang cara memesan cetak ulang artikel ini, silakan kunjungi situs web kami:
www.emeraldgrouppublishing.com/licensing/reprints.htm Atau hubungi kami
untuk rincian lebih lanjut: izin@emeraldinsight.com

Anda mungkin juga menyukai