Anda di halaman 1dari 14

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

PROPOSAL

PENGARUH TERAPI BERMAIN LEGO DENGAN KEJADIAN TEMPER


TANTRUM PADA ANAK PRA SEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI DESA GEMAMPIR
KARANGNONGKO KLATEN TAHUN 2023

HESTI SETYANINGTYAS
2002039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA TAHUN 2023
PENGARUH TERAPI BERMAIN LEGO DENGAN KEJADIAN TEMPER
TANTRUM
PADA ANAK PRA SEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DIDESA GEMAMPIR
KARANGNONGKO KLATEN 2023

PROPOSAL

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan

HESTI SETYANINGTYAS
2002039

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2023
PROPOSAL

PENGARUH TERAPI BERMAIN LEGO DENGAN KEJADIAN TEMPER


TANTRUM PADA ANAK PRA SEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DIGEMAMPIR
KARANGNONGKO KLATEN

Proposal ini telah diperiksa oleh Pembimbing dan disetujui untuk melaksanakan
Penelitian.

Yogyakarta,12 Oktober 2023


Pembimbing

Santahana Febrianti, S.Kep., Ns., MSN


Proposal ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji siding pada
12 Oktober 2023
Ketua penguji :
Penguji I :
Penguji II :
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak pra sekolah yaitu anak dengan rentang usia 3-6 tahun (Septiani et al., 2016).

Pada masa ini anak mulai menyukai belajar dan punya rasa ingin tahu tentang

pertemanan, mengendalikan tubuh, emosi, serta pikiran. Masa ini juga anak mulai

sadar bahwa keinginannya tidak selamanya dapat terpenuhi. Banyak konflik atas

keinginan dirinya sendiri terhadap tuntutan sekitarnya, sehingga tidak sedikit anak

yang memberikan respon dengan sikap keras kepala atas rasa marah dan kecewa

karena keinginannya tidak terpenuhi. Adapun masalah perkembangan yang sering

dialami oleh anak usia prasekolah ialah temper tantrum atau ledekan emosi dari

seorang anak (Syarah, 2021).

Temper tantrum sendiri yaitu suatu ledakan amarah atau anak tidak mampu

mengontrol emosinya, biasanya sering terjadi pada anak berusia 0-6 tahun. Beberapa

perilaku yang dilakukan antara lainnya yaitu menangis, menjerit, memukul, melempar

benda disekitar dan berguling-guling. Banyak orang tua yang menganggap kejadian

tantrum sebagai hal yang mengganggu dirinya dan memberikan respon dengan tidak

tepat (Fachruddin, 2017). Temper tantrum bisa muncul kapan saja dan dimana saja.

Tidak peduli situasi dan kondisi. Seringkali orang tua terkaget- kaget dengan perilaku

ini sehingga membuat orang tua bingung untuk mengatasinya (Rahmah, 2013).

Akibat dari tantrum cukup berbahaya, contohnya anak yang melampiskan kekesalan

atau emosinya dengan cara berguling- guling dilantai dapat mengakibatkan anak

mengalami cedera fisik bahkan jika anak terlalu keras membenturkan badannya. Anak

yang melampiaskan marahnya dapat menyakti dirinya sendiri, bahkan bisa juga

menyakiti orang sekitar atau merusak barang benda yang berada disekitarnya. Jika
barang benda yang ada disekitar anak adalah benda keras sangat berbahaya karena

anak dapat menyakiti dan mengalami cedera akibat dari perilakunya sendiri.

(Kirana,2013).

Banyak cara atau terapi terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi gangguan

tempertantrum pada anak salah satunya yaitu dengan terapi permainan, secara umum

permainan merupakan alat yang digunakan untuk melakukan kegiatan bermain

sehingga membuat kegiatan tersebut lebih seru dan sangat menyenangkan. Di era

teknologi ini sudah semakin banyak alat bermain edukatif yang bisa digunakan untuk

mengontrol emosi anak dan membuat anak lebih sabar. Dengan permainan edukatif

diharapkan dapat mengurangi tingkat emosional anak.

Alat permainan edukatif berupa lego merupakan jenis alat permainan yang berbentuk

kepingan kepingan plastic dengan berbagai macam warna yang dapat dirangkai

menjadi berbagai bentuk. Lego termasuk permainan konstruktif atau bangun

membangun yang meningkatkan kecerdasan dan kreativitas anak. Terapi bermain

pada anak usia 4 sampai 6 tahun menekankan pada pengembangan bahasa, mengasah

motorik halus, dan mengontrol emosi. Pemilihan lego sebagai salah satu permainan

edukatif karena dapat berperan dalam mengontrol emosi anak usia prasekolah melalui

permainan konstruktif atau bangun membangun. Intervensi permainan lego dirancang

untuk menimimalkan emosional dan amarah. LeGoff dan Sherman (Hu, Zheng, &

Lee, 2018) menyebutkan banyak anak-anak tertarik pada permainan lego yang sangat

terstruktur, dapat diprediksi, dan sistematis yang menghasilkan penguatan alami,

seperti dalam penyelesaian model lego. Dalam permainan lego, anak dapat diberikan

tugas untuk menyelesaikan proyek konstruksi kolektif bersama yang dikolaborasi

dengan komunikasi verbal dan non-verbal, serta membutuhkan pengamatan dan


perhatian yang konstan terhadap tugas-tugas, sehingga menciptakan peluang bagi

anak dan teman untuk terlibat dalam interaksi sosial yang bermakna.

Lego sebagai metode terapi dapat merangsang interaksi sosial dan komunikasi dimana

bangunan blok dapat menarik perhatian anak-anak, sehingga dapat memulai interaksi

satu sama lain. Lego terapi dapat diterapkan secara individual atau dalam kelompok.

Metode ini menetapkan aturan dan peran spesifik yang mendasar untuk

mempromosikan interaksi sosial di antara para peserta. Tugas dan peran

memungkinkan individu untuk mempertahankan interaksi sosial dalam lingkungan

yang aman. Lego Terapi bertujuan untuk merangsang perhatian bersama, pertukaran

dialog, pemecahan masalah, komunikasi verbal dan non-verbal, perencanaan,

keterampilan motorik, penalaran, perhatian, dan keterampilan sosial. LeGoff dan

Sherman (Ramalho & Sarmento, 2019) menemukan bahwa norma dan aturan sosial

dipelajari selama intervensi. Blok bangunan sederhana, mempromosikan stimulasi

sensorik taktil, visual, visuo spatial dan visuo konstruktif, serta mudah diakses oleh

terapis dan orang tua. Pemilihan lego sebagai alat permainan diharapkan dapat

membantu menurunkan temper tantrum pada anak usia prasekolah.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Menurut Wakschalg dan penelitian timnya

tentang perilaku tantrum pada anak-anak (Yiw'Wiyouf et al., 2017), di antara 1.500

orang tua dari anak-anak berusia 3-5 tahun, mayoritas balita (83,7 persen. Penyebab

temper tantrum seringkali karena emosi tidak berkembang dengan baik. Di negara

Indonesia, hal ini sering dialami pada balita dalam setahun, 23 hingga 83 persen anak

berusia 2 hingga 6 tahun pernah mengalami temper tantrum. Menurut pandangan

(Putri, 2021) ada 152 insiden tantrum per 10.000 anak di Indonesia pada tahun 2019

(0.150.2%), meningkat signifikan dari 2-4 insiden per 10.000 anak sepuluh tahun

sebelumnya. Pada penelitian Fitriana Suci tahun 2018 “pengaruh strategi penanganan
anak temper tantrum melalui terapi permainan puzzle di TK desa

Jatingarang,Weru,Sukoharjo” hasil penelitian terapi permainan puzzle sebesar 13,26

dan setelah diberikan terapi permainan puzzle sebesar 8,00. Hasil analisis lebih lanjut

diketahui bahwa ada perbedaan tempertantrum sebelum dan sesudah terapi bermain

puzzle (p-value 0,000). Dengan demikian, maka disimpulkan ada pengaruh permainan

puzzel terhadap tempertantrum.. Di desa Gemampir sendiri dari hasil wawancara dari

ibu ibu didusun Giling,Gemampir,Karangnongko,Klaten terdapat 6 anak yang

mengalami tantrum jika kemauannya tidak dituruti. Dan di desa Gemampir sendiri

dari yang didapatkan penulis terdapat anak usia 4-6 tahun sejumlah 88 anak yang dari

beberapa mengalami temper tantrum.

Adapun alasan penulis memilih di Desa Gemampir karena di Desa Gemampir

terdapat fenomena tantrum pada anak pra sekolah yang membuat orangtua di Desa

Gemampir kewalahan. Menurut hasil wawancara beberapa orangtua di Desa

Gemampir terdapat anak yang mengalami tantrum yang membuat kewalahan. Didesa

Gemampir terdapat anak yang mengalami tantrum entah karena pola asuh orang tua

atau lingkungannya. Dengan adanya penelitian pengaruh bermain lego dengan

kejadian tantrum diharapkan bisa mengurangi kejadian tantrum pada anak pra sekolah

di desa Gemampir. Dari fenomena yang terjadi didesa Gemampir peneliti ingin

meneliti pengaruh terapi lego dengan kejadian tantrum yang terjadi di desa

Gemampir. Selain itu di Taman Kanak- Kanak Gemampir juga memiliki populasi

yang dapat memenuhi kebutuhan data penelitian.

Dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai “Pengaruh terapi bermain lego terhadap Temper Tantrum pada anak pra

sekolah usia 4-6 Tahun di desa Gemampir tahun 2023”


B. RUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan fenomena yang ada terdapat beberapa orang tua yang kewalahan

dengan temper tantrum pada anaknya, terdapat emosional anak yang belum optimal

dalam mengontrol emosinya, serta didapatkan keterbatasan kegiatan dan media

permainan lego. Berdasarkan batasan masalah tersebut maka dapat dirumuskan

masalah peneliti sebagai berikut: “adakah pengaruh terapi bermain lego terhadap

kejadian temper tantrum pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Gemampir

Karangnongko KlatenTahun 2023.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh terapi bermain lego terhadap kejadian temper

tantrum pada anak usia 4-6 tahun di Desa Gemampir Karangnongko Klaten Tahun

2023.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui adakah kejadian temper tantrum anak sebelum (pre) diberi terapi

bermain lego pada anak pra sekolah 4-6 tahun di Desa Gemampir

Karangnongko Klaten Tahun 2023.

b. Mengetahui kejadian temper tantrum anak setelah (post) diberi terapi bermain

lego pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Gemampir Karangnongko

Klaten Tahun 2023.

c. Mengetahui pengaruh terapi bermain lego terhadap kejadian temper tantrum

pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun di Desa Gemampir Karangnongko

Klaten Tahun 2023.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Desa Gemampir
Digunakan sebagai bahan masukan dan informasi kepada warga serta orang tua di

Desa Gemampir Karangnongko Klaten dalam mengatasi kejadian temper tantrum

pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun.

2. Bagi Institusi STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta

Digunakan sebagai referesensi dan bahan bacaan diperpustakan yang akan

melakukan penelitian selanjutnya oleh semua mahasiswa dan mahasiswi Stikes

Bethesda Yakkum Yogyakarta.

3. Bagi Peneliti Lain

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi

peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti pengaruh terapi bermain lego

terhadap kejadian temper tantrum pada anak pra sekolah usia 4-6 tahun untuk

lebih mendalam lagi.

E. Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil Persamaan Perbedaan

1. (Fitriana Suci & Pengaruh Jenis penelitian Hasil Jenis Variabel yang
Suci Strategi kuantitatif, penelitian nilai penelitian digunakan
Lanavia,2018) Penanganan rancangan Kolmogorov- sama yaitu berbeda yaitu
Anak Temper penelitian Smirnov penelitian pada jurnal
Tantrum analitik dengan temper tantrum kuantitatif. melalui terapi
Melalui pendekatan sebelum dan Tehnik permainan
Terapi quasi sesudah pengambilan puzzle
Permainan eksperimen, diberikan sampel sama sedangkan
Puzzle Populasi dalam perlakuan yaitu dengan penelitian ini
penelitian ini dengan metode purposive dengan
adalah semua puzzle data sampling. permainan
anak yang ada kedua variabel Analisa data lego.
di Yayasan RA dalam yang
Permata Bunda penelitian ini digunakan
Rajabasa berdistribusi sama yaitu uji
Bandar Normal. Uji T-Test.
Lampung, Variabel yang
sampel dalam digunakan
penelitian ini sama yaitu
sebanyak 30 temper
sampel. Teknik tantrum.
pengambilan
sampel
purposive
sampling,
analisis data
menggunakan
uji Uji T-Test.

2. ( Wa Ode Permainan Metode Berdasarkan Variabel yang Perbedaannya


Nursanaa & Intan Lego Untuk penelitian yang hasil penelitian digunakan yaitu pada
Novantin Citra Menurunkan digunakan yang telah sama yaitu jurnal meneliti
Ady, 2019) Gejala dalam dilakukan, permaina pada
Kecemasan penelitian ini permain lego lego. kecemasan
Berpisah menggunakan juga dapat Instrument anak
(Separation metode SSR mengalihkan yang sedangkan
Anxiety (Single Subject konsentrasi digunakan penelitian ini
Disorder) Research) atau anak yang sama yaitu pada kejadian
Pada Anak rancangan sebelumnya observasi dan temper tantrum
subjek tunggal terfokus pada memberikan anak.
SSD (Single rasa cemas dan intervensi.
Subject takut akibat Pengambilan
Design). perpisahan sampel sama
Creswell (2014) dengan ibu, yaitu dengan
menyimpulkan dimana purposive
bahwa konsentrasi sampling.
rancangan anak akan
subjek tunggal dapat beralih
(Single Subject ke permainan
Design) ini lego yang
menerapkan dilakukan.
observasi terus Haltersebut
menerus pada karena anak
satu individu ingin
utama. Tehnik menyelesaikan
pengambilan susunan lego
sampling tersebut.
menggunakan Permaian lego
purposive yang dilakukan
sampling. berhasil
menurunkan
. gejala
kecemasan
anak dilihat
dari perubahan
perilaku yang
menjadi target
intervensi.

3. (Siti Astuti & Pengaruh Penelitian Hasil Sama sama Pada penelitian
Delina Kasih, Permainan kuantitatif ini penelitian penelitian ini
2021) Lego dilakukan menunjukan kuantitatif. menggunakan
Terhadap dengan metode terdapat Variabel yang metode
Kreativitas korelasional pengaruh yang digunakan pendekatan
Anak dengan berarti antara sama yaitu quasi
Kelompok B prosedur survey permainan lego permainan eksperiment
Usia 5-6 dan instrumen terhadap lego. sedangkan
Tahun di TK kuesioner untuk kreativitas pada jurnal
Gembira melihat anak kelompok yaitu
Jatibening hubungan dan B usia 5-6 menggunakan
Bekasi Jawa fenomena yang tahun di TK metode
Barat berkembang Gembira korelasional
pada setiap Jatibening
variabel dan Bekasi.
subjek variabel X
penelitian. dengan
Metode survey variabel Y
merupakan terdapat
bagian dari korelasi yang
studi deskriptif tinggi
yang bertujuan Selanjutnya
untuk mencari berdasarkan uji
kedudukan signifikansi
(status), diketahui
fenomena bahwa t hitung
(gejala) dan = 3,250 dan t
menentukan tabel = 10,45,
kesamaan status dimana t
dengan cara hitung (3,250)
melihat < t tabel
pengaruh antara ( 10,45),
variabel X dan interpretasinya
variabel Y ialah: terdapat
dengan standar pengaruh yang
yang sudah rendah antara
ditentukan. permainan lego
terhadap
kreativitas
anak, dengan
menggunakan
Coefisien
Determinasi
( CD ) ialah 49
%, sedangkan
sisanya sebesar
51%
dipengaruhi
oleh factor lain
baik intrinsik
maupun
ekstrinsik yang
dapat diteliti
lebih lanjut.

4. (Maidartati,Merry Hubungan Metode Hasil Menggunakan Pendekatan


Tania, & Anggi Pola Asuh penelitian penelitian penelitian yang
Alfiyatuz Zuhra, Orang Tua kuantitatif menunjukkan kuantitaif. digunakan
2023) Dengan korelasi dengan tidak ada Sampel yang berbeda pada
Kejadian pendekatan hubungan pola digunakan penelitian ini
Temper Cross-sectional. asuh orang tua yaitu anak menggunakan
Tantrum Pengambilan dengan usia pra pendekatan
Pada Anak sampel kejadian sekolah. quasi
Usia menggunakan temper tantrum eksperiment
Prasekolah(4- tehnik total pada anak pra sedangkan
5 Tahun) Di sampling. Uji sekolah, pada jurnal
TK Islam validitas dengan menggunakan
Taman instrument p=0303>0,05. Cross-
Firdaus dalam sectional.
penelitian ini Tehnik
menggunakan pengambilan
pendekatan sampling
Pearson berbeda, pada
Product penelitian ini
Moment menggunakan
purposive
sampling
sedangkan
pada jurnal
yaitu total
sampling

Sumber

Fachruddin, M. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Temper Tantrum Pada Anak

Prasekolah Di Tk Islam Al Azhar 34 Makassar. Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri.

Kirana, Rizkia Sekar. 2013. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Temper Tantrum

Pada Anak Pra Sekolah. Skripsi. Universitas negeri semarang,

http://lib.unnes.ac.id/18549/1/1550408060.pdf, diakses tanggal 16 Oktober

2023.

Muizzulatif, & Machmud. (2022). Literature Review: Menejemen Temper Tantrum

pada Balita. Jurnal teknologi Kesehatan Borneo.

https://doi.org/10.30602/jtkb.v3i1.46

Septiani, R., Widyaningsih, S., & Igomh, M. K. B. (2016). Tingkat Perkembangan

Anak Pra Sekolah Usia 3-5 Tahun Yang Mengikuti Dan Tidak Mengikuti

Pendidikan Anak Usia Dini (Paud).

Syarah, M. (2021). Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Dengan Penanganan

Tantrum Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Pembina Desa Arang Limbung.

Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah.


Wakschlag, Lauren S., Choi, Seung W., Carter, Alice S. (2012). Defining the

developmental parameters of temper loss in early childhood: implication for

developmental psychopathology. The Journal of Child Psychology and

Psychiatry, diakses tanggal 16 Oktober 2023.

Anda mungkin juga menyukai