Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 2

- Arifka Brilliana 170810210040


- Devia Riyani 170810210002
- Salsha Almeida 170810210031
- Parisya Salma 170810210007
- Hasby Affan Almushaf 170810210004
- Helmi Fikrilmi 170810210033
- Rangga Wardana 170810210043

Tugas Politik Kebijakan Publik


Polemik Peraturan KPU tentang Pencalonan Perseorangan DPD

Pro
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2022 tentang Pencalonan Perseorangan
Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah. Peraturan ini ditetapkan
berdasarkan hasil evaluasi Pemilihan Umum Tahun 2019, sehingga perlu untuk melakukan
penyempurnaan dan penataan ulang tata cara penyerahan dukungan minimal pemilih dan
pendaftaran bakal calon anggota Dewan Perwakilan Daerah pada Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 14 Tahun 2018 tentang Pencalonan Perseorangan Peserta Pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2018 tentang Pencalonan Perseorangan
Peserta Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Daerah.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerima syarat dukungan minimum yang diserahkan
masing-masing bakal calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dari 32 provinsi.
Sebelumnya, para bakal calon anggota DPD ini menyerahkan syarat dukungan minimum ke
masing-masing KPU provinsi dan KIP Aceh. Penyerahan syarat dukungan minimum bakal
calon anggota DPD berakhir pada 29 Desember 2022 berdasarkan Peraturan KPU Nomor 10
Tahun 2022. Sementara itu, khusus untuk Papua, Papua Barat, serta 4 provinsi baru yakni
Papua Pegunungan, Papua Tengah, Papua Selatan, dan Papua Barat Daya, batas akhirnya
sampai 8 Januari 2023. Selanjutnya, KPU provinsi bakal melakukan verifikasi/penelitian
administrasi terhadap syarat dukungan minimum masing-masing bakal calon anggota DPD itu.
Mereka bakal dikenai pengurangan 50 dukungan untuk setiap kecurangan dukungan yang
ditemukan, sebagaimana diatur dalam Peraturan KPU Nomor 10 Tahun 2022 tadi.

Mengenai peraturan syarat pendaftaran perseorangan sebagai calon anggota DPD, dipastikan
oleh anggota KPU RI, Idham Holik bahwa KPU akan melakukan pengubahan terhadap
peraturan KPU (PKPU) yang mengatur mengenai syarat pendaftaran perseorangan sebagai
calon anggota DPD. Perubahan tersebut adalah implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi
(MK) yang mana memberikan syarat jeda lima tahun untuk mantan narapidana yang hendak
mencalonkan diri menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Disebutkan oleh Ketua
KPU RI Hasyim Asy'ari, bahwa putusan MK Nomor 12/PUU-XXI/2023 dengan putusan MK
sebelumnya terkait syarat yang sama terhadap calon kepala daerah, anggota DPR RI, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Menurutnya, "Dengan demikian memudahkan KPU
dalam merumuskan norma dalam PKPU Pencalonan Anggota DPR, DPD, dan DPRD
Provinsi/Kabupaten/Kota karena berdasarkan putusan MK tersebut dan putusan terdahulu
terdapat perlakuan setara”.
Kontra

Peraturan yang dikeluarkan KPU tentang pencalonan perorangan DPD menuai respon yang
cukup beragam, banyak pihak yang menilai bahwa peraturan tersebut akan membuka celah
terjadinya berbagai tindak pelanggaran, terutama dalam hal persyaratan dan kelengkapan
administrasi. Dalam peraturan baru ini, setiap individu yang ingin mencalonkan diri sebagai
anggota DPD harus mengantongi jumlah dukungan minimal pemilih yang disesuaikan dengan
jumlah dan sebaran dukungan. Hal ini tentu akan berdampak pada proses menarik simpati
pemilih yang dikhawatirkan para bakal calon anggota DPD menggunakan cara – cara yang
bertentangan dengan peraturan perundang – undangan, seperti menggunakan uang dan atau
materi lainnya yang diberikan kepada para pemilih agar bersedia memberikan dukungannya,
dan bahkan peraturan tersebut bisa menciptakan potensi terjadinya intimidasi kepada pemilih,
baik itu yang sifatnya ancaman maupun pemaksaan.

Selain adanya potensi money politics dan intimidasi kepada para pemilih, terdapat pula potensi
daftar dukungan palsu oleh bakal calon anggota DPD. Hal ini karena dukungan pemilih kepada
bakal calon anggota DPD diberikan dalam bentuk dokumen, seperti KTP, cap jempol, maupun
tanda tangan pemilih sehingga tindakan pemalsuan data dan dokumen sangat mungkin terjadi.

Penolakan terhadap peraturan KPU tentang pencalonan anggota DPD juga didasari dengan
adanya kerawanan dalam proses verifikasi administrasi melalui sistem pencalonan. Bentuk dari
kerawanan ini adalah adanya dukungan ganda terhadap calon anggota DPD melalui dukungan
yang berasal dari pihak yang dilarang menurut peraturan perundang – undangan, dukungan dari
warga yang belum berusia 17 tahun, maupun dukungan dari warga yang domisilinya bukan
berasal dari daerah pemilihan. Berbagai kerawanan ini tentu akan sulit untuk diatasi mengingat
jumlah minimal dukungan yang harus diperoleh oleh bakal calon anggota DPD terbilang sangat
besar, yaitu sebesar 50% dari jumlah yang dicantumkan dalam Undang – Undang, sehingga
untuk mengecek data dukungan pemilih tersebut akan memakan waktu dan proses yang
panjang, termasuk harus melibatkan masyarakat secara langsung.

Kesimpulan
Adanya pengaturan mengenai pencalonan DPD secara perorangan oleh KPU kemudian
memunculkan banyak pro dan kontra. Pada satu sisi, adanya pengaturan ini dapat memberikan
kesempatan bagi setiap individu yang tidak terikat oleh partai politik untuk ikut serta dalam
dunia politik praktis melalui pencalonan diri sebagai anggota DPD, hal tersebut juga dapat
memperkuat eksistensi demokrasi yang ada di Indonesia dengan adanya beragam wacana atau
gagasan politik yang dibawakan tiap anggota DPD. Namun pada sisi lain, hipotesis ini
kemudian memunculkan dampak negatif seperti adanya money politics dan kecurangan yang
lain. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya ketimpangan biaya kampanye bagi tiap calon
anggota DPD, sehingga dirasa lebih menguntungkan calon dengan sumber daya finansial yang
lebih besar. Keberadaan gagasan mengenai pencalonan perseorangan anggota DPD ini perlu
dilakukan peninjauan ulang secara seksama, demi menghindarkan adanya masalah yang akan
muncul sebelum hipotesis ini kemudian diadopsi.

Referensi
Subarkah, Tri. (2023). KPU Pastikan Ubah PKPU Syarat Calon Anggota DPD. Diakses dari
https://m.mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/561726/kpu-pastikan-ubah-pkpu-syarat-
calon-anggota-dpd

Anda mungkin juga menyukai