Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN ANALISA BEBAN KERJA FASKES

DALAM AKREDITASI FASKES INDONESIA


March 26, 2023 Konsultan Kesehatan IKKESINDO Batch 4; Dokter Spesialis Forensik
dan Medikolegal Dokumen Akreditasi FKTP, Penyelenggaraan Rumah
Sakit Comments Offon Panduan Analisa Beban Kerja Faskes dalam Akreditasi Faskes
Indonesia

Definisi
1. Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) adalah seseorang yang
bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik yang memiliki
pendidikan formal kesehatan maupun tidak yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
2. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
3. Institusi Kesehatan adalah lembaga yang bergerak di bidang
kesehatan baik yang memberikan pelayanan kesehatan secara
langsung terhadap masyarakat maupun yang memberikan pelayanan
manajerial.
4. Fasilitas Kesehatan adalah sarana kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Ruang Lingkup
Pedoman umum penyusunan perencanaan kebutuhan SDMK ini berisi
tentang Konsep Dasar Perencanaan Kebutuhan SDMK termasuk
metode perencanaan kebutuhan SDMK, Strategi perencanaan
kebutuhan SDMK, dan Tahapan Penyusunan Dokumen Perencanaan
Kebutuhan SDMK

Tatalaksana
1. perencanaan kebutuhan SDMK merupakan penetapan langkah-
langkah sebagai jawaban atas 6 (enam) buah pertanyaan yang lazim
dikenal sebagai 5W + 1 H, yaitu:
1. tindakan apa yang harus dikerjakan
2. apakah sebabnya tindakan itu dikerjakan
3. dimanakah tindakan itu akan dilakukan
4. bilamana tindakan itu dikerjakan
5. siapa yang akan mengerjakan tindakan itu
6. bagaimana pelaksanaannya
2. Metode perencanaan SDMK dikelompokkan sebagai berikut:

 Metode berdasarkan Institusi, yang digunakan adalah:


 Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK Kes)
 Standar Ketenagaan Minimal.
 Metode berdasarkan WilayahMetode yang digunakan adalah
Metode “Ratio Penduduk” yakni Rasio Tenaga Kesehatan terhadap
Jumlah Penduduk di suatu wilayah.
ABK Kes (Analisis Beban Kerja Kesehatan)
 Tujuan : Merencanakan kebutuhan SDMK baik di tingkat manajerial
maupun tingkat pelayanan, sesuai dengan beban kerja sehingga
diperoleh informasi kebutuhan jumlah pegawai
 Lingkup Penggunaan : Tingkat institusi, dan dapat dilakukan
ditingkat jenjang administrasi pemerintahan selanjutnya. Metode
ini juga dapat digunakan oleh fasilitas Pelayanan Kesehatan swasta
 data minimal yang diperlukan :

1. SOTK
2. Institusi/Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Jenis tugas dan Uraian pekerjaan per jabatan hasil analisis
jabatan
4. Hasil kerja/cakupan per jabatan
5. Norma waktu
6. Jam kerja efektif
7. Waktu kerja tersedia
8. Jumlah SDMK per jabatan
Persiapan data

1. data institusi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan (rumahsakit


umum, puskesmas, klinik Pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan kebutuhan pada jenjang administrasi pemerintahan
masing-masing).
2. data jenis dan jumlah SDMK yang ada (tahun terakhir) pada
institusi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan.
3. informasi hari kerja yang ditentukan oleh kebijakan Pemerintah
yakni 5 (lima) hari atau 6 (enam) hari kerja per minggu, sehingga
dalam 1 (satu) tahun maka jumlah hari kerja 260 (dua ratus enam
puluh) hari (5 x 52 minggu) dan 312 (tiga ratus dua belas) hari (6
x 52 minggu).
4. Informasi WKT (Waktu Kerja Tersedia) sebesar 1200 (seribu dua
ratus) jam atau 72.000 (tujuh puluh dua ribu) menit per tahun.
5. Informasi rata-rata lama waktu mengikuti pelatihan sesuai
ketentuan yang berlaku Informasi kelompok dan jenis tenaga
kesehatan mengacu pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan.
6. Informasi standar pelayanan dan Standar Operasional Prosedur
(SOP) pada tiap institusi kesehatan.
7. Informasi tugas pokok dan uraian tugas hasil Analisis Jabatan
institusi atau standar pelayanan yang ditetapkan).
Metode ABK Kesehatan menghasilkan
1. ketersediaan, kebutuhan, dan kesenjangan Jenis dan Jumlah SDMK
di institusi/Fasilitas Pelayanan Kesehatan (rumah sakit, puskesmas,
unit kerja pelayanan lainnya) saat ini
2. rekapitulasi ketersediaan, kebutuhan, dan kesenjangan jenis dan
jumlah SDMK di wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota,
provinsi, dan nasional saat ini

LANGKAH-LANGKAH METODE ABK Kes

1. Menetapkan Fasyankes dan Jenis SDMK


2. Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)
3. Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok, Tugas Penunjang,
Uraian Tugas), dan Norma Waktu
4. Menghitung Standar Beban Kerja
5. Menghitung Standar Kegiatan Penunjang
6. Menghitung Kebutuhan SDMK PerInstitusi/Fasyankes

LANGKAH 1 Menetapkan Fasyankes dan Jenis SDMK


LANGKAH 2 Menetapkan Waktu Kerja Tersedia (WKT)

Waktu Kerja Tersedia (WKT) adalah waktu yang dipergunakan oleh


SDMK untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya dalam kurun waktu
1 (satu) tahun

Dalam Keputusan Presiden Nomor 68 Tahun 1995 telah ditentukan


jam kerja instansi pemerintah 37 jam 30 menit per minggu, baik
untuk yang 5 (lima) hari kerja ataupun yang 6 (enam) hari kerja
sesuai dengan yang ditetapkan Kepala Daerah masing-masing.

Berdasarkan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun


2011 tentang Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai
Negeri Sipil, Jam Kerja Efektif (JKE) sebesar 1250 jam per tahun.
Demikian juga menurut Permen PA-RB No. 26 tahun 2011, Jam Kerja
Efektif (JKE) antara 1192 – 1237 jam per tahun yang dibulatkan
menjadi 1200 jam per tahun atau 72000 menit per tahun baik yang
bekerja 5 hari kerja maupun 6 hari kerja per minggu.
LANGKAH 3 Menetapkan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok,
Tugas Penunjang, dan Uraian Tugas) dan Norma Waktu

Komponen beban kerja adalah jenis tugas dan uraian tugas yang
secara nyata dilaksanakan oleh jenis SDMK tertentu sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.

Norma Waktu adalah rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh seorang


SDMK yang terdidik, terampil, terlatih dan berdedikasi untuk
melaksanakan suatu kegiatan secara normal sesuai dengan standar
pelayanan yang berlaku di fasyankes bersangkutan.

Kebutuhan waktu untuk menyelesaikan kegiatan sangat bervariasi


dan dipengaruhi standar pelayanan, standar operasional prosedur
(SOP), sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia serta
kompetensi SDMK itu sendiri.

Rata-rata waktu ditetapkan berdasarkan pengamatan dan


pengalaman selama bekerja dan kesepakatan bersama sesuai dengan
kondisi daerah. Agar diperoleh data rata-rata waktu yang cukup
akurat dan dapat dijadikan acuan, sebaiknya ditetapkan berdasarkan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tiap kegiatan pokok oleh
SDMK yang memiliki kompetensi, kegiatan pelaksanaan standar
pelayanan, standar prosedur operasional (SPO) dan memiliki etos
kerja yang baik.

Data dan informasi dapat diperoleh dari:

1. Komponen Beban Kerja dapat diperoleh (LampiranII):


1. Daftar Nama Jabatan Fungsional Tertentu (Tabel 1d)
2. Daftar Nama Jabatan Fungsional Tertentu (Tabel 1e)
2. Norma Waktu atau Rata-rata Waktu tiap kegiatan pokok dapat
diperoleh dari data Analisis Jabatan (Anjab) tiap jabatan dari
Fasyankes yang bersangkutan.
3. Bilamana Norma Waktu atau Rata-rata Waku per kegiatan tidak ada
dalam Anjab institusi, dapat diperoleh melalui pengamatan atau
observasi langsung pada SDMK yang sedang melaksanakan tugas dan
kegiatan.

Penetapan Komponen Beban Kerja (Tugas Pokok) dan Norma Waktu


dapat dilihat dalam penetapan Komponen Beban Kerja pada Bidan
Puskesmas (sebagai contoh), sebagai berikut:

Tabel 3
Menetapkan Komponen Beban Kerja dan Norma Waktu
(contoh: Tugas Jabatan Bidan Puskesmas)
LANGKAH 4 Menghitung Standar Beban Kerja (SBK)

Standar Beban Kerja (SBK) adalah volume/kuantitas pekerjaan selama


1 tahun untuk tiap jenis SDMK. SBK untuk suatu kegiatan pokok
disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaiakan
setiap kegiatan (Rata-rata Waktu atau Norma Waktu) dan Waktu
Kerja Tersedia (WKT) yang sudah ditetapkan.

Rumus SBK (Standar Beban Kerja)


Langkah-langkah perhitungan Standar Beban Kerja (SBK)
sebagai berikut:

 a. Pengisian data Jenis tugas, Kegiatan, Norma Waktu, dan Waktu


Kerja Tersedia (WKT), diambil dari tabel 2 dan tabel 3.
 SBK = WKT: Norma WaktuSelanjutnya menghitung SBK

LANGKAH 5 Menghitung Standar Tugas Penunjang (STP) dan


Faktor Tugas Penunjang (FTP)

Tugas Penunjang adalah tugas untuk menyelesaikan kegiatan-


kegiatan baik yang terkait langsung atau tidak langsung dengan tugas
pokok dan fungsinya yang dilakukan oleh seluruh jenis SDMK.

Faktor Tugas Penunjang (FTP) adalah proporsi waktu yang digunakan


untuk menyelesaikan setiap kegiatan per satuan waktu (per hari atau
per minggu atau per bulan atau per semester).

Standar Tugas Penunjang adalah suatu nilai yang merupakan pengali


terhadap kebutuhan SDMK tugas pokok.
Langkah-langkah perhitungan, sebagai berikut (lihat Tabel
5):

LANGKAH 6 Menghitung Kebutuhan SDMK

Data dan informasi yang dibutuhkan per Fasyankes, sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dari langkah-langkah sebelumnya yaitu :


 Waktu Kerja Tersedia (WKT) …dari langkah-02
 Standar Beban Kerja (SBK) …langkah-04, dan
 Standar Tugas Penunjang (STP)….langkah-05
2. Data Capaian (Cakupan) tugas pokok dan kegiatan tiap Fasyankes
selama kurun waktu satu tahun.

Rumus Kebutuhan SDMK sebagai berikut:


Dari tabel di atas (contoh di Puskesmas “A”, masih kekurangan SDMK
sebanyak 2 orang

1. Puskesmas “A” masih kekurangan jenis / jabatan Perawat sebanyak 2


orang.
2. Bilamana kekurangan tersebut tidak dipenuhi, maka mutu pelayanan
keperawatan menjadi berkurang karena volume beban kerja melebihi
beban kerja yang seharusnya dilaksanakan oleh jenis / jabatan
Perawat.
3. Kondisi pekerjaan yang dihadapi oleh Perawat merupakan tekanan
dalam melaksanakan pekerjaanya yang berakibat dalam bekerja
menjadi tergesa- gesa, tidak sesuai dengan SPO, dan tidak memenuhi
standar mutu pelayanan dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Bagi SDMK yang lain melaksanakan pekerjaannya secara normal, hal
ini akan berdampak pada kinerja yang optimal dan bermutu karena
beban kerja sesuai dengan kapasitas SDMK nya.
5. Secara keseluruhan, Unit Kerja Puskesmas “A” yang masih
kekurangan sebanyak 2 (dua) orang Perawat akan berdampak pada
kinerja Puskesmas “A” dan mutu pelayanan menjadi mutu
kinerja Puskesmas yang masih rendah.
Dengan langkah-langkah yang sama dari metode ABK Kes juga dapat
digunakan untuk menghitung 1 (satu) jenis / jabatan SDMK (misalnya
menghitung kebutuhan Bidan) untuk seluruh Puskesmas di sebuah
kabupaten / kota “X”.

Tabel berikut adalah contoh hasil perhitungan kebutuhan Bidan


seluruh Puskesmas Kabupaten/kota “X”, sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai