Anda di halaman 1dari 13

Tanggal Praktikum

Topik Praktikum ANALISIS KADAR DAN SIFAT FISIKOKIMIA


LEMAK/MINYAK

1. Jelaskan mengapa dalam analisis lemak dengan metode ekstraksi soxhlet digunakan
pelarut heksana atau dietil eter? (maksimal 100 kata)

Heksana dan dietil eter merupakan pelarut organik, dimana lemak larut di dalamnya.
Selain itu, heksana dan dietil eter memiliki polaritas yang dekat dengan lemak.
Kedekatan polaritas mempermudah kelarutan lemak sehingga memberikan hasil
ekstraksi yang lebih baik.

2. Jelaskan prinsip penentuan bilangan peroksida dari lemak/minyak! (maksimal 100


kata)
Senyawa peroksida terbentuk di tahap awal oksidasi. Keberadaan peroksida dapat
ditentukan dengan metode spektrofotometri dan titrimetri. Metode spektrofotometri
dilakukan berdasarkan pengukuran senyawa berwarna dari reaksi peroksida dengan
senyawa tertentu.
Sementara itu, metode titrimetri mengukur sejumlah iodin yang dibebaskan dari KI
melalui oksidasi oleh peroksida dalam larutan asetat/kloroform. Iodin yang
dibebaskan kemudian ditentukan jumlahnya dengan larutan Na2S2O3. Jumlah
peroksida dalam sampel dinyatakan dengan bilangan peroksida yang setara dengan
jumlah Na2S2O3 yang bereaksi dengan I2 bebas (dari peroksida).

3. Jelaskan prinsip analisis derajat ketengikan minyak/lemak dengan Rancimat !


(maksimal 100 kata)

Uji rancimat mengukur stabilitas oksidasi lemak, dengan methrom rancimat. Alat
rancimat mengukur waktu induksi, yaitu waktu yang dibutuhkan lemak dan minyak
pada suhu tertentu untuk mengalami kerusakan. Parameter pengukuran adalah
senyara volatil hasil oksidasi lemak (contoh: asam dikarboksil). Senyawa tersebut
meningkatkan konduktivitas listrik, sehingga dapat diintegrasikan dalam bentuk
kurva hubungan antara waktu induksi dengan konduktivitas. Minyak/lemak yang
mempunyai waktu induksi lebih pendek berarti memiliki stabilitas oksidasi yang
rendah.

Paraf Asisten

Praktikum Analisis Pangan 1


NILAI

Praktikum 5, Uji Ketengikan (Metode Rancimat)

Tuliskan data hasil analisis uji ketengikan

Table 1 The results of the analysis of rancimat method

Sample Weight (g) Induction period (hours)

Minyak kelapa 3.1460 15.46

Minyak sawit 3.0018 8.63

Prinsip Analisis Rancimat


Minyak goreng selama proses penggorengan akan mengalami reaksi degradasi
akibat panas, udara, dan air, sehingga mengakibatkan oksidasi. Pada proses oksidasi,
akan terjadi reaksi antara oksigen dan lemak tidak jenuh dalam minyak, di mana
ikatan rangkap cis (struktur bengkok) asam lemak tidak jenuh akan terisomerisasi
menjadi konfigurasi trans yang secara termodinamik lebih stabil daripada bentuk
konfigurasi cis. Menutut Liska et al. (2016), Konsumsi minyak trans meningkatkan
HDL kolesterol yang berimplikasi pada resiko penyakit jantung (coronary heart disease).
Maka dari itu, pengukuran kestabilan oksidasi penting dilakukan untuk memastikan
kualitas minyak bagi kesehatan.
Praktikum ini menganalisis dua jenis minyak, yakni minyak kelapa dan minyak
kelapa sawit dari oksidasinya. Alat yang digunakan adalah Rancimat Model 643
(Methorm, Herisau Switzerland). Kedua jenis minyak ditimbang ± 3gram dalam
tabung reaksi alat Rancimat dan ditempatkan dalam heating block. Kecepatan aliran
udara diatur pada 20L/jam pada suhu 120°C. Pengukuran ketengikan dilakukan
sampai waktu induksi terlampaui (± 6jam). Stabilitas oksidasi ditentukan dari waktu
induksi. Semakin cepat suatu minyak teroksidasi mengindikasikan bahwa minyak
tersebut semakin tidak stabil.
Pengukuran waktu induksi didasarkan pada reaksi antara senyara ionik yang
mengubah konduktivitas listrik (Cahyadi et al. 2018). Reaksi oksidasi minyak akan
menghasilkan senyawa ionik yang volatile (Pawar et al. 2014). Senyawa ionik ini
dialirkan pada air bebas ion. Senyawa ionik tersebut akan mengubah konduktivitas
listrik dari air bebas ion. Waktu pada saat terjadinya peningkatan konduktivitas listrik
ditetapkan sebagai waktu induksi. Konduktivitas dinyatakan dalam satuan μS/cm
sebagai sumbu x dan waktu induksi dalam satuan jam sebagai sumbu y.

Praktikum Analisis Pangan 2


Gambar 1 Data hasil analisis minyak kelapa sawit

Gambar 2 Data hasil analisis minyak kelapa

Hasil dan Pembahasan

Kedua jenis minyak masak, yakni minyak kelapa dan minyak sawit dalam
praktikum ini ditimbang sebanyak 3gram dan dilakukan tes menggunakan alat
Rancimat untuk mendeteksi waktu induksi. Waktu induksi minyak kelapa hampir dua
kali lipat lebih lama daripada minyak sawit (lihat Tabel 1). Hal ini mengindikasikan
bahwa minyak kelapa memiliki stabilitas oksidasi yang lebih tinggi. Hasil yang

Praktikum Analisis Pangan 3


didapat pada praktikum berbeda dari literatur. Menurut literatur, periode induksi
minyak goreng sawit pada 130°C adalah 7.35 jam (De Leonardis dan Macciola 2012).
Sementara itu, periode induksi prediksi dari minyak goreng kelapa (coconut oil) pada
130°C adalah 7.78 jam (Wongpoowarak et al. 2008). Terdapat perbedaan signifikan
pada periode induksi minyak goreng kelapa pada praktikum dengan literatur yang
disebabkan oleh perbedaan metode. Pada literatur, periode induksi dari minyak
goreng kelapa adalah hasil prediksi menggunakan rumus sedangkan hasil praktikum
didapatkan langsung dari eksperimen. Selain itu, perbedaan periode induksi pada tiap
jenis minyak dapat pula disebabkan oleh lama penyimpanan minyak.

Kesimpulan
Minyak goreng selama proses penggorengan akan mengalami reaksi degradasi
akibat panas, udara, dan air, sehingga mengakibatkan oksidasi. Kestabilan minyak
terhadap oksidasi dapat diukur dengan metode Rancimat. Kestabilan oksidasi dari
minyak kelapa lebih tinggi daripada minyak goreng sawit. Terdapat perbedaan antara
hasil praktikum dan literatur akibat perbedaan cara pengukuran dan lama
penyimpanan minyak.

Daftar Pustaka
Cahyadi W, Gozali T, Fachrina A. 2018. Pengaruh konsentrasi gula stevia dan
penambah asam askorbat terhadap akrakteristik koktil bawang Dayak
(Eleutherine palmifolia). Pasundan Food Technology Journal. 5(2): 154-164.
De Leonardis A, Macciola V. 20120. Heat-oxidation stability of palm oil blended with
extra virgin olive oil. Food Chemistry. 135(1): 1769-1776. doi:
doi.org/10.1016/j.foodchem.2012.06.046
Liska DJ, Cook CM, Wang DD, Gaine PC, Baer DJ. 2016. Trans fatty acids and
cholesterol levels: An evidence map of the available science. Food and Chemical
Toicology. 98(B): 269-281. doi: https://doi.org/10.1016/j.fct.2016.07.002
Pawar N, Purohit A, Gandhi K, Arora S, Singh RR. 2014. Effect of operational
parameters on determination of oxidative stability measured by Rancimat
method. International journal of Food Properties. 17(9):2082-8.
Wongpoowarak W, Pichayakorn W, Oungbho K, Boontaweesakul W, Sirivongmongkol
S, Boonme P. 2008. Model of degradation kinetics for coconut oil at various
heating temperature. Silpakorn U Science and Tech Journal. 2(2): 43-49.

Praktikum Analisis Pangan 4


Praktikum 6, Analisis Komposisi Asam Lemak dengan Metode Gas Liquid Chro-
matography

1. Tempelkan kromatogram dari masing-masing contoh dalam kolom di bawah!

Gambar 1 Hasil analisis Gas Chromatography (GC) dari minyak kelapa

Gambar 2 Kromatografi dari FAME standar

Praktikum Analisis Pangan 5


Gambar 3 Hasil analisis sampel minyak kelapa pada peak 1-9

Gambar 4 Hasil analisis minyak kelapa pada peak 10-15

Gambar 5 Hasil analisis FAME standar pada peak 1-8

Praktikum Analisis Pangan 6


Gambar 6 Hasil analisis FAME standar pada peak 9-24

2. Dari data kromatogram, tuliskan Retention Time (RT) dari asam lemak standar
eksternal yang digunakan!

Tabel 2 Penentuan waktu retensi (RT) asam lemak standar eksternal


Jenis Asam Lemak Standar Konsentrasi (mg/ml) Retention time (menit)
C8:0 1,9 15,914
C10:0 3,2 18,780
C12:0 6,6 23,079
C13:0 3,2 25,723
C14:0 3,2 28,638
C14:1 1,9 30,106
C15:0 1,9 31,827
C16:0 13,0 35,174
C16:1 6,4 36,435
C17:0 3,2 38,574
C18:0 6,4 42,166
C18:1 trans 3,2 42,816
C18:1 Cis 19,0 43,409
C18:2 13,0 45,776
C18:3 6,4 48,693
C20:0 1,9 50,485
C20:1 1,9 52,021
C22:0 1,9 59,934
C22:1 1,9 61,933

Praktikum Analisis Pangan 7


3. Dari data kromatogram, identifikasi jenis asam lemak yang terdapat dalam masing-
masing contoh minyak/lemak yang dianalisis berdasarkan RT-nya

Tabel 3 Hasil identifikasi jenis asam lemak pada sampel minyak kelapa
Contoh Minyak/Lemak Retention Time (menit) Jenis Asam Lemak
15.912 C8:0
18.788 C10:0
23.289 C12:0
25.723 C13:0
28.814 C14:0
35.270 C16:0
Coconut oil
38.586 C17:0
42.201 C18:0
43.473 C18:1 cis
45.776 C18:2
50.455 C20:0
51.986 C20:1

1. Hitung respon faktor (RF) asam lemak!


Tabel 4 Hasil perhitungan faktor respon (RF) asam lemak standar eksternal
Asam lemak ASI Aalx Balx (% BSI (% RF
standar (pA*s) (pA*s) w/w) w/w)
C8:0 180.2841 93.44135 1.9 3.2 1.1456
C10:0 180.2841 164.40575 3.2 3.2 1.0966
C12:0 180.2841 345.5486 6.6 3.2 1.0761
C13:0 180.2841 174.9479 3.2 3.2 1.0305
C14:0 180.2841 180.3990 3.2 3.2 0.9994
C14:1 180.2841 98.6121 1.9 3.2 1.0855
C15:0 180.2841 107.9395 1.9 3.2 0.9917
C16:0 180.2841 758.7393 13 3.2 0.9653
C16:1 180.2841 351.4460 6.4 3.2 1.0260
C17:0 180.2841 180.2841 3.2 3.2 1.0000
C18:0 180.2841 401.6821 6.4 3.2 0.8976
C18:1 trans 180.2841 156.6729 3.2 3.2 1.1507
C18:1 Cis 180.2841 1,128.5880 19 3.2 0.9485
C18:2 180.2841 598.3398 13 3.2 1.2241
C18:3 180.2841 225.2044 6.4 3.2 1.6011
C20:0 180.2841 114.6010 1.9 3.2 0.9341
C20:1 180.2841 109.9066 1.9 3.2 0.9740
C22:0 180.2841 114.3645 1.9 3.2 0.9360

Praktikum Analisis Pangan 8


C22:1 180.2841 109.0751 1.9 3.2 0.9814
Keterangan:
RF = Respon faktor
ASI = Area standar internal pada standar eksternal
Aalx = Area asam lemak tertentu pada standar eksternal
BSI = konsentrasi standar internal pada standar eksternal
Balx = Konsentrasi asam lemak x pada standar eksternal
2. Hitung konsentrasi asam lemak tertentu pada contoh minyak/lemak!
Contoh 1: Coconut Oil

Tabel 5 Perhitungan konsentrasi asam lemak dalam sampel minyak kelapa


Asam Lemak Aalx (pA*s) ASI (pA*s)
C8:0 1,711.3341 434.9542
C10:0 1,632.2926 434.9542
C12:0 1,337.3000 434.9542
C13:0 8.7639 434.9542
C14:0 5,297.1069 434.9542
C16:0 2,852.9516 434.9542
C17:0 434.9542 434.9542
C18:0 878.7230 434.9542
C18:1 Cis 2,258.8618 434.9542
C18:2 709.0284 434.9542
C20:0 28.8376 434.9542
C20:1 12.8473 434.9542

Keterangan:
Alx = Konsentrasi asam lemak tertentu dalam contoh (mg/g)
Aalx = Area asam lemak tertentu pada contoh
ASI = Area standar internal pada contoh
BSI = Berat SI yang ditambahkan pada contoh (mg)
BS = Berat contoh yang dimetilasi (g)
RF = Respon faktor dari masing-masing asam lemak
Tabel 6 Analisis komposisi asam lemak pada sampel minyak kelapa
Asam lemak Konsentrasi (mg/g) Konsentrasi (%)
C8:0 43.3808 10.61
C10:0 39.6077 9.68
C12:0 31.8429 7.79
C13:0 0.1998 0.05
C14:0 117.1394 28.64
C16:0 60.9387 14.90
C17:0 9.6246 2.35
C18:0 17.4541 4.27
C20:0 0.5960 0.15

Praktikum Analisis Pangan 9


Total asam lemak jenuh 342.0703 83.64
C18:1 Cis 47.4085 11.59
C18:2 19.2047 4.70
C20:1 0.2769 0.07
Total asam lemak tidak jenuh 66.8901 16.36
Total asam lemak jenuh dan tidak jenuh 408.9604 100.00

3. Tuliskan contoh perhitungan untuk menentukan respon faktor (RF) dan konsen-
trasi asam lemak dalam contoh!
Contoh perhitungan didasarkan pada C12
1. Response Factor (RF)

Keterangan:
Alx = Konsentrasi asam lemak tertentu dalam contoh (mg/g)
Aalx = Area asam lemak tertentu pada contoh
ASI = Area standar internal pada contoh
BSI = Berat SI yang ditambahkan pada contoh (mg)
BS = Berat contoh yang dimetilasi (g)
RF = Respon faktor dari masing-masing asam lemak
2. Alx (Konsentrasi asam lemak tertentu dalam sampel (mg/g))

3. Konsentrasi asam lemak (%)

Pembahasan untuk analisis sifat kimia lemak

Praktikum Analisis Pangan 10


GC
Analisis komponen asam lemak dalam sampel menggunakan metode GC-MS.
Metode GC-MS memiliki keunggulan diantaranya tidak membutuhkan standar sampel
untuk dianalisis, lebih sensitif, jika ada noise dalam analisis, tidak akan menyulitkan
dalam membaca hasil analisis (Nugraha et al. 2018).

Preparasi Sampel
Asam lemak merupakan penyusun trigliserida yang merupakan minyak. Asam
lemak mempunyai titik didih yang sangat tinggi karena mempunyai ikatan hidrogen
pada gugus OH pada senyara asam karboksilat. Maka dari itu, untuk menganalisis
lemak pada Gas Chromatography, sampel harus diuapkan terlebih dahulu. Preparasi
sampel minyak dengan GC-MS yang umum dilakukan adalah dengan melakukan
metilasi terhadap sampel (Christie 2014). Diambil 1 ml larutan internal standard ke
dalam 100 mg sampel, ditambahkan 1,5 mL larutan Natrium metanolik, ditutup dan
dipanaskan pada suhu 80-100°C selama 5-10 menit sambil terus digojok. Pereaksian
asam lemak yang merupakan asam karboksilat dengan metanol dengan katalis NaOH
metanolik akan menghasilkan senyara metil ester yang tidak mempunyai ikatan
hidrogen sehingga titik didihnya cukup rendah. Setelah dingin, kemudian
ditambahkan 2 mL Boron trifluoride metanoat, dipanaskan pada suhu 80-100°C selama
30 menit. Penambahan Boron trifluoride berfungsi sebagai katalis asam esterifikasi. BF3
merupakan asam lewis yang tidak akan bereaksi dengan NaOH seperti asam pada
umumnya. Penambahan BF3 berfungsi untuk memaksimalkan esterifikasi. Setelah ini,
akan ditambahkan heksana untuk menangkap metil ester yang terbentuk. Larutan
diekstrak dengan 1 mL Heksana dan 3 mL NaCl jenuh, lapisan atas diambil dan
dimasukkan ke dalam Eppendorf, ditambahkan na2SO4 anhidrous, lalu diinjeksikan
sebanyak 1µL pada GC Shimadzu C-R64A, dengan kolom : DB - 23 , panjang: 50 m.

Prinsip Analisis
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan
distribusi dari komponen-komponen dalam fasa gerak dan fasa diam (Eiceman 2013;
Stashenko dan Martinez 2014). Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan
fasa diam dapat berupa cairan atau padatan. Fasa gerak berupa gas disebut
kromatografi gas (Gas Chromatography). Kegunaan dari gas chromatography adalah
untuk identifikasi semua jenis senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat
digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran
(McNair dan Miller 2013). Analisis kuantitatif dengan gas chromatography
menggunakan metode standar internal, dengan menambahkan standar berupa
senyawa yang berbeda dengan sampel yang diukur bersamaan dengan sampel.
Metode ini digunakan karena terdapat ketidakpastian yang disebabkan injeksi sampel
dan kecepatan aliran. Metode ini seringkali digunakan untuk sampel yang tidak sesuai
atau tidak mungkin diinjeksi langsung pada gas chromatography (Hidayat et al. 2015).

Hasil dan Pembahasan


Profil asam lemak minyak kelapa disajikan pada Tabel 6. Data tersebut
menunjukkan bahwa asam lemak mirisat (C14) merupakan asam lemak dominan
yakni sebanyak 28.64% disusul oleh asam palmitat (C16) sebanyak 14.9%. Asam lemak
terendah adalah asam eikosenar (C20:1) sejumlah 0.07%. Minyak kelapa pada
praktikum didominasi oleh asam lemak jenuh sebanyak 83.64%, sedangkan asam
lemak tidak jenuh berjumlah 16.36%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan SNI 7381-2008

Praktikum Analisis Pangan 11


tentang VGO (virgin coconut oil). Menurut SNI (BSN 2008), komposisi kandungan asam
lemak di dalam VCO (virgin coconut oil) yaitu asam kaproat C6 (0.4-0.6%), asam
kaprilat C8 (5-10%), asam kaprat C10 (4.5-8.0%), asam laurat C12 (43-53%), asam
miristat C14 (16-21%), asam palmitat C16 (7.5-10%), asam stearate C18 (2-4%), asam
linoleat C18:2 (1-2.5%), kandungan asam lemak bebas sangat rendah yaitu 0,5%, kadar
airnya mencapai 0.1-0.5%. Titik kritis dari analisis menggunakan GC-MS adalah pada
tahap preparasi sampel dan penginjeksian yang jika tidak dilakukan secara hati-hati
dapat berkontribusi pada factor kesalahan (Johnsen et al. 2017).
Profil asam lemak dapat memiliki hasil yang berbeda-beda pada tiap literatur
(Kostik et al. 2017). Berdasarkan hasil penelitian Mutiah dan Ardianto (2018) mendapat
asam lemak terendah asam kaproat 0.31% dan asam lemak tertinggi asam laurat
48.90%, Warnasih dan Hanasah (2020) mendapatkan asam lemak terendah asam
palmitat 0.03% dan kadar asam lemak tertinggi asam kaprilat 81.74%. Perbedaan dari
setiap literatur disebabkan oleh perbedaan alat Gas Chromatography, jenis dan
panjang kolom, jenis detektor, serta suhu yang berbeda. Proses pemanasan
menyebabkan timbulnya perbedaan nilai kandungan kadar asam lemak yang berbeda.
Pada penelitian Karta dan Dewa (2021), dengan pemeriksaan GC menggunakan 3
metode pemanasan berbeda pada proses ektraksi dengan suhu 150 Haic, 200 Haic dan
250 Haic. Pada hasil pemanasan 150 Haic dan 200 Haic diperoleh Asam kaprilat, asam
kaprat, asam laurat, asam palmitat dan pada hasil pemanasan 250 Haic diperoleh asam
kaprilat, asam kaprat, asam laurat, asam miristat, asam palmitat.

Kesimpulan
Analisis komponen asam lemak dari minyak kelapa dilakukan menggunakan
metode GC-MS. Hasil menunjukkan bahwa kadar asam lemak dominan adalah asam
mirisat C14, dan kadar asam lemak terendah pada asam eikosenar. Hasil tersebut tidak
sesuai dengan BPOM dan berbeda dengan literatur. Hal tersebut berkaitan dengan
faktor ejsalahan dan perbedaan metode serta alat.

Daftar Pustaka
[BSN] Standar Nasional Indonesia. 2008. Minyak Kelapa Virgin (VCO). SNI 7381:2008.
Badan Standardisasi Nasional: Jakarta.
Christie WW. 2014. Mass Spectrometry of Fatty Acid Derivatives. United Kingdom
(UK): Woodhead Publishing.
Eiceman GA. 2013. Instrumentation of gas chromatography. Encyclopedia of
Analytical Chemistry. pg 10671-10679.
Johnsen LG, Skou PB, Khakimov B, Bro R. 2017. Gas chromatography–mass spectrometry
data processing made easy. Journal of Chromatography A. 1503:57-64.
Karta WI, Dewa AIP. 2021. Analysis of Fatty Acids in Virgin Coconut Oil Frying at
Various Temperatures. Denpasar: Universitas Mahasaraswati.
Kostik V, Memeti S, Bauer B. 2013. Fatty acid composition of edible oils and fats.
Journal of Hygienic Engineering and Design. 4(6): 112.
McNair HM, Miller M. 2013. Basic Gas Chromatograhy (2nd ed). United States of
America: A John Wiley & Sons, Inc.
Mutiah H, Ardianto. 2018. Analisis perbandingan asam lemak VCO dengan fermentasi dari
berbagai varietas kelapa. Bulukumba: STKIP Muhammadiyah.
Nugraha I, Utami PI, Rahayu WS. 2018. Analisis asam lemak daging anjing pada bakso
sapi menggunakan Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry (GC-MS)

Praktikum Analisis Pangan 12


yang dikombinasi dengan PCA (Principal Component Analysis). Indonesian
Journal of Halal. 117-124
Stashenko E and Martínez JR. 2014. Gas chromatography-mass spectrometry. Advances
in Gas Chromatography, pp.1-38.
Warnasih S, Hanasah U. 2020. Synthesis and Characterization of Medium Chain
Triglyceride (MCT) from Virgin Coconut Oil (VCO). Bogor: Universitas Pakuan.

1. Jelaskan tujuan proses hidrolisis dalam analisis kadar lemak metode ekstraksi
soxhlet!
Hidrolisis merupakan salah satu tahap persiapan analisis lemak pada sampel
utuh dan banyak mengandung air seperti daging atau ikan. Proses ini
bertujuan untuk memudahkan lemak kasar keluar dari jaringan, dengan
berubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Proses hidrolisis dilakukan
dengan menambahkan larutan KOH atau H2SO4 ke dalam sampel lemak yang
telah diekstraksi. Larutan KOH atau H2SO4 akan memecah ikatan ester dalam
lemak dan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas
kemudian akan diekstraksi dengan pelarut non-polar seperti heksana dan
ditimbang untuk menentukan kadar lemak dalam sampel bahan. Proses
hidrolisis sangat penting dalam analisis kadar lemak metode ekstraksi Soxhlet
karena dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi lemak dan menghasilkan hasil
analisis yang lebih akurat (Pargiyanti 2019).

2. Jelaskan apa tujuan dari tahap trans-esterifikasi/metilasi dalam analisis


komposisi asam lemak dengan Gas Kromatografi!
Tahap transmetilasi, atau tahap derivatisasi, bertujuan untuk mengubah asam
lemak menjadi senyawa volatile FAME (fatty acid methyl ester). Senyawa ini
kemudian akan melewati fase diam dan dideteksi dengan alat detector ionisasi
nyala api (flame ionization detector) yang memberikan respon berupa peak
kromatogram. Jenis maupun jumlah asam lemak kemudian diidentifikasi
dengan membandingkan antara hasil peak yang diperoleh dengan standar.

Daftar Pustaka
Pargiyanti. 2019. Optimasi waktu ekstraksi lemak dengan metode soxhlet
menggunakan perangkat alat mikro soxhlet. Indonesian Journal of Laboratory.
1(2): 29-35.

Praktikum Analisis Pangan 13

Anda mungkin juga menyukai