Anda di halaman 1dari 10

Nama Aggota Kelompok : - Ahmad B.

Doni Boro (41033403200001)


- Alda Rahmawati (41033403200005)
- Alyani Agustina (41033403200010)
- Arin Pitri Oktapiani (41033403200053)
- Dela Triani Sanubari (41033403200007)
- Rahma Febriyanti (41033403200046)
- Vitri Laila (41033403200014)
Kelas : B.7
Mata Kuliah : Seminar Akuntansi

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY (CSR)


TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) PERIODE 2017-2022

KERANGKA BERFIKIR

Keberlanjutan perusahaan (sustainability corporate) merupakan elemen penting yang


harus dijaga oleh perusahaan, terutama menyangkut kesejahteraan pemegang saham yang
sering digambarkan sebagai Nilai Perusahaan. Harga pasar saham merupakan salah satu
aspek untuk menentukan Nilai Perusahaan karena harga pasar saham perusahaan
mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki.

Menurut Nurlela (2008) dalam Widyaningsih (2018) mendefinisikan Nilai Perusahaan


sebagai nilai pasar karena dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham secara
maksimum. Semakin tinggi harga saham maka makin tinggi keuntungan pemegang saham
sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor. Atas permintaan saham yang meningkat
menyebabkan Nilai Perusahaan juga meningkat. Pernyataan ini juga dikuatkan oleh Fahmi
(2012) bahwa saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang banyak diminati
investor karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang menarik.
Dalam proses memaksimalkan Nilai Perusahaan, pastinya perusahaan akan menjadi
berkembang dan saat perusahaan berkembang akan menimbulkan kesenjangan sosial dan
kerusakan lingkungan (Widyaningsih, 2018). Untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan sekitar maka diharapkan perusahaan menerapkan program Corporate Social
Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. CSR merupakan suatu upaya
tanggung jawab perusahaan atau organisasi atas dampak yang ditimbulkan dari keputusan
dan aktivitas yang telah diambil oleh perusahaan atau organisasi tersebut, dimana dampaknya
akan dirasakan oleh pihak-pihak terkait, termasuk masyarakat dan lingkungan. CSR sering
dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti perusahaan tidak hanya memiliki kewajiban
ekonomi dan legal, tetapi kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan yang
jangkauannya melebihi kewajiban ekonomi dan legal.

Perusahaan yang melakukan aktivitas CSR secara berkala, tentunya akan membuat
kesan positif bagi perusahaan dalam jangka panjang. Dalam hal ini perusahaan dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk perusahaan sehingga reputasi
perusahaan juga meningkat di mata masyarakat, jadi masyarakat akan berkeinginan membeli
produk perusahaan. Semakin meningkat tanggung jawab perusahaan (CSR) terhadap
lingkungan maka semakin meningkatkan Nilai Perusahaan di mata masyarakat, dan inipun
akan menarik investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan, sehingga tercipta
keberlanjutan perusahaan. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, secara skematis
kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Corporate Social
Nilai Perusahaan
Responsibility
(Y)
(X)

Gambar 1. Kerangka Berfikir


GRAND THEORY
Penelitian ini didukung oleh beberapa teori seperti Stakeholder Theory dan Signalling
Theory yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini:

1. Stakeholder Theory
Menurut Wati (2019) dalam Loekito et al. (2021), Stakeholder Theory merupakan
kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai,
pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen
dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Perusahaan
harus menjaga hubungan yang baik terhadap stakeholder serta mendudukinya dalam
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang dapat mendukung tujuan
perusahaan. CSR dapat dijadikan sebagai strategi perusahaan terkait dampak sosial dan
lingkungan yang muncul karena adanya aktivitas perusahaan. Jika pengungkapan CSR
oleh perusahaan semakin meningkat maka tata kelola perusahaan akan semakin
membaik.
2. Signalling Theory
Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi
investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut
mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersesbut diterima oleh pasar. Saat informasi diumumkan dan semua
pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, terlebih dahulu pelaku pasar
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good
news) atau signal buruk (bad news). Jika merupakan signal baik bagi investor maka
terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham (Sholehah, 2014) dalam
Widyaningsih (2018). Perusahaan akan mengungkapkan suatu informasi jika informasi
tersebut dapat meningkatkan Nilai Perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori sinyal, dimana
perusahaan akan memberikan sinyal kepada pihak luar, baik itu investor maupun
masyarakat berupa informasi yang menunujukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan lain (Rustiarini, 2010). CSR dalam hal
ini diharapkan dapat memberikan sinyal positif kepada para investornya, karena laporan
ini akan menunjukkan bahwa perusahaan juga memiliki kepedulian dan rasa tanggung
jawab kepada lingkungan dan investornya (Kusumadilaga, 2010) dalam Irmalasari et al.
(2022).
HIPOTESA

CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam rangka memperbaiki


kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan akibat aktivitas operasional perusahaan.
Perusahaan yang melakukan aktivitas CSR secara berkala, tentunya akan membuat kesan
positif bagi perusahaan dalam jangka panjang. Disamping mendapat dukungan dan
pengakuan masyarakat, para investorpun akan tertarik menginvestasikan modalnya sehingga
miningkatkan kinerja saham di bursa efek. Hal ini sesuai dengan penelitian Kusumadilaga
(2010), Servaes dan Tamayo (2013) serta Widyaningsih (2018) menunjukkan semakin
meningkat CSR yang dilakukan perusahaan maka akan mempengaruhi peningkatan nilai
perusahaan. Namun, Namun, hasil ini memiliki simpulan yang berbeda dengan penelitian
Puspaningrum (2017), yaitu CSR tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Berdasarkan
uraian tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

OPERASIONAL VARIABEL

Dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu Variabel Dependen (Y) dan
Variabel Independen (X). Variabel Dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Nilai
Perusahaan. Untuk mengukur Nilai Perusahaan digunakan pendekatan Market Value Added
(MVA) dengan rumus sebagai berikut:

MVA = Nilai Kapitalisasi Pasar – Aset Bersih

Selanjutnya dihitung sebagai berikut ini:

MVAn−MVAn−1
MVA =
MVAn

Keterangan:

MVAn = Nilai MVA tahun tertentu


MVan-1 = Nilai MVA tahun sebelumnya
Sedangkan variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah CSR. Kinerja CSR
perusahaan dapat diukur dengan menggunakan indikator Sustainability Reporting Guidelines
(SRG), yang dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI). Pedoman yang akan dipakai
dalam penelitian ini adalah Global Reporting Initiative Generation 4 (GRI G4) yang
dikeluarkan GRI pada Mei 2013 (Rezaee et al., 2019). Pedoman GRI G4 memiliki sembilan
puluh satu indikator yang terbagi dalam tiga aspek utama, yaitu:

1. Kinerja ekonomi yang terdiri atas sembilan indikator;


2. Kinerja lingkungan yang terdiri atas tiga puluh empat indikator; dan
3. Kinerja sosial yang terdiri atas empat puluh delapan indikator.

Secara singkat, indikator GRI G4 dapat dirumuskan sebagai berikut:

Company Disclosed Item (CDI )


Corporate Social Responsibility Index (CSRI) =
Number of Disclosed Item ( NDI)

Keterangan:

CDI = total indikator yang diungkapkan perusahaan


NDI = jumlah indikator pengungkapan yaitu 91 (sembilan puluh satu) indikator

METODE ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
deskriptif dan analisis asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menguji kelayakan data yang
digunakan. Sedangkan untuk menguji hipotesa digunakan analisis regresi linier sederhana.
Analisi regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional atau kausal antara satu
variabel dependen dengan satu variabel independen (Sugiyono, 2015). Persamaan regresi
linier sederhana yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + βX1 + e

Keterangan:

Y = Nilai Perusahaan
Α = Konstanta
Β = Koefisien regresi CSR
X = CSR
E = Error
Dalam pengujian hipotesis dengan regresi linear sederhana terdapat beberapa analisis
yang dilakukan yaitu analisis Koefisien Determinasi ( R2) yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen
(Sugiyono, 2017). Semakin besar nilai ( R2) maka semakin besar pula kemampuan variabel
independen dalam mempengaruhi variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Deskriptif

Tabel 1.
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Nilai_Perusahaan 18 -2.78 2.49 .0022 1.22418
CSR 18 .19 .42 .2867 .07096
Valid N (listwise) 18
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2023.

Hasil statistik deskriptif pada tabel 2 menunjukkan bahwa Nilai Perusahaan


terendah sebesar -278% dimiliki oleh PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. pada tahun 2019. Nilai
Perusahaan tertinggi sebesar 249% juga dimiliki oleh PT Inti Bangun Sejahtera Tbk . pada
tahun 2020. Rata-rata (Mean) Nilai Perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan
telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2017-2022 sebesar 0.22 %.
Sedangkan nilai sebaran datanya (Standar Deviation) lebih kecil yaitu 122%. Nilai
sebaran data yang lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa perusahaan
telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2017-2022 memiliki variasi
yang luas pada Nilai Perusahaannya.

Nilai CSR terendah pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada
periode tahun 2017-2022 adalah sebesar 19% dimiliki oleh PT Inti Bangun Sejahtera Tbk.
pada tahun 2021. Nilai CSR tertinggi sebesar 42% dimiliki oleh PT First Media Tbk. pada
tahun 2021 dan 2022. Rata-rata Nilai CSR yang dimiliki oleh perusahaan telekomunikasi
yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2017-2022 adalah sebesar 28.7 %. Sedangkan
nilai sebaran datanya lebih kecil yaitu 7.1 %. Nilai sebaran data yang lebih kecil dari nilai
rata-rata menunjukkan bahwa perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI pada
periode tahun 2017-2022 tidak memiliki variasi yang luas dalam melakukan CSR.
B. Uji Normalitas Data

Tabel 2.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 18
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std.
1.10064361
Deviation
Most Extreme Absolute .155
Differences Positive .093
Negative -.155
Test Statistic .155
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2023.

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji non-
parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui
apakah nilai residual berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas pada tabel 3
menunjukkan bahwa nilai signifikasi (Sig.) sebesar 0,200 atau lebih besar dari α (0,05)
artinya nilai residual data berdistrubusi normal dan layak untuk dilanjutkan melalui
proses pengujian selanjutnya.

C. Uji Heteroskedastisitas

Gambar 2. Uji Heteroskedastisitas


Sumber: Data sekunder yang diolah, 2023

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot dengan


tujuan untuk mengetahui adanya ketidaksamaan variasi dari nilai residual pengamatan
satu ke pengamatan lainnya. Menurut Ghozali (2013) dasar analisis uji ini adalah jika
terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur,
maka mengindikasikan telah terjadi gejala heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka
tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas pada gambar 2
menunjukkan bahwa tidak terdapat pola yang begitu jelas serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai
residual data tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

D. Uji Autokorelasi

Tabel 3.
Runs Test

Unstandardized
Residual
Test Valuea -.11018
Cases < Test Value 9
Cases >= Test Value 9
Total Cases 18
Number of Runs 9
Z -.243
Asymp. Sig. (2-tailed)
.808

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2023.

Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Runs Test. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui adanya korelasi antara residual satu observasi dengan residual lain
yang diurutkan berdasarkan waktu dan ruang. Hasil uji autokorelasi pada tabel 3
menunjukkan bahwa nilai signifikasi (Sig.) sebesar 0,808 atau lebih besar dari α (0,05)
artinya nilai residual data tidak terjadi gejala autokorelasi.
E. Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.
Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate
1 .438a .192 .141 1.13452
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2023.

Hasil uji Koefisien Determinasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa 14.1%
Nilai Perusahaan dipengaruhi oleh Corporate Social Responsibility (CSR). Sedangkan
85,9% lainnya Nilai Perusahaan dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak
dibahas dalam penelitian ini.

F. Analisa Regresi Linear Sederhana

Tabel 5.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.167 1.143 1.896 .076
CSR -7.552 3.878 -.438 -1.948 .069
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2023.

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar


pengaruh variabel independen (CSR) terhadap variabel dependen (Nilai Perusahaan).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi
sebagai berikut:

Y = 2.167 – 7.552X + e

Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana di atas dapat diketahui bahwa


konstanta senilai 2.167 diperoleh ketika perusahaan tidak melakukan CSR sehingga skor
Nilai Perusahaan tetap berjumlah 2.167. Sedangkan koefisien regresi CSR bernilai -
7.552 menunjukkan bahwa ketika skor CSR sebesar 10 maka akan menurunkan skor
Nilai Perusahaan sebesar 73.353. Tanda negatif pada koefisien regresi CSR
menunjukkan bahwa hubungan CSR dengan Nilai Perusahaan yang berlawanan arah.
Artinya, ketika kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan meningkat maka akan
menurunkan Nilai Perusahaan di mata investor sehingga dapat diketahui bahwa H1
ditolak.

Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspaningrum
(2017) yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR oleh perusahaan tidak akan
membuat stakeholder untuk memberikan dukungan yang penuh dalam meningkatkan
kinerja dan pencapaian laba yang diharapkan oleh perusahaan. Selain itu, CSR tidak
memberikan sinyal positif kepada para stakeholdernya karena stakeholder tidak melihat
CSR sebagai penentu pengambilan keputusan dalam menanamkan modalnya karena
masih ada aspek lain yang mendorong kegiatan investasi. Oleh karena itu, CSR tidak
mampu untuk meningkatkan nilai perusahaan.

REFERENSI

Irmalasari, et al. 2022. Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), dan Corporate Social
Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan dan
Leverage Sebagai Variabel Kontrol. Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing.
3(2): 443-460.

Loekito, et al. 2021. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan,
dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019. BALANCE: Jurnal Akuntansi,
Auditing dan Keuangan. 18(1):01-26.

Puspaningrum, Y. 2017. Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kepemilikan


Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan di Bursa
Efek Indonesia). Jurnal Profita. 2(2):1-14.

Widiyaningsih, D. 2018. Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komisaris


Independen, serta Komite Audit pada Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR
sebagai Variabel Moderating dan Firm Size Sebagai Variabel Kontrol. Jurnal
Akuntansi dan Pajak. 19(01):38-52.

Anda mungkin juga menyukai