Anda di halaman 1dari 57

DIREKTORAT KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT


KEMENTERIAN KESEHATAN
Pembina
drg. Kartini Rustandi, M.Kes

Penyusun
Dhito Pemi Aprianto, S.Kep
dr. Feby Anggraini, MKM

Kontributor
drg. Dyah Erti K, MPH
dr. Rusmiyati, MQIH
Tasripin, SKM, MKes
dr. Nita Mardiah, M.Kes
R. Giri Wurjandaru, SKM, M.Kes
Ika Ratnawati, SKM, MKKK
dr. Astuti, MKK
dr. Inne Lutfiana, MKK
RR Winda, K, S.Si, MKKK
Dara Puspita, SKM
dr. Tyas Natasya C.
Hana Fasjar Septanti, SKM
Ben Fauzi Ramadhan, SKM

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

351.077
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
r Kesehatan Masyarakat
Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
tahun 2020-2025.— Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2020

ISBN 978-623-301-084-9

1. Judul I. GOVERNMENT PROGRAMS


II. HEALTH PLANNING III. OCCUPATIONAL HEALTH
IV. PHYSICAL EXERCISE

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


ii Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Rencana Aksi
Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020
– 2025. Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan
Olahraga memuat kebijakan, peta strategis, sasaran strategis,
indikator dan target yang akan dicapai. Dokumen ini diharapkan
menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi serta pengembangan program, sehingga upaya
kesehatan kerja dan olahraga dapat dilaksanakan secara terarah
dan terukur.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak atas
perhatian dan dedikasinya untuk memberikan pemikiran, tenaga
dan waktu dalam penyusunan rencana aksi ini.
Semoga Rencana aksi kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan
Olahraga Tahun 2020–2025 dapat mendukung tercapainya
implementasi dan efektifitas upaya kesehatan kerja dan olahraga
di daerah dalam mewujudkan masyarakat yang sehat bugar dan
produktif.

Salam sehat, bugar, produktif


Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga

Drg. Kartini Rustandi, M.Kes

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................... 1
A. Latar Belakang ............................................ 1
B. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi.............. 3
C. Sasaran........................................................ 4
D. Dasar Hukum............................................... 4
E. Ruang Lingkup............................................. 6
BAB II ANALISA SITUASI UPAYA KESEHATAN
KERJA DAN OLAHRAGA................................ 7
A. Kondisi Kesehatan Kerja dan Olahraga....... 7
B. Kondisi terkait Kesehatan Olahraga............. 12
C. Analisis SWOT............................................. 14
D. Analisis Posisi Bersaing............................... 17
BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA......... 22
A. Arah Kebijakan Upaya Kesehatan
Kerja dan Olahraga...................................... 22
B. Strategi Upaya Kesehatan Kerja dan
Olahraga...................................................... 24
BAB IV INDIKATOR KEBERHASILAN UPAYA
KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA......... 35
BAB V MONITORING DAN EVALUASI........................ 39
BAB VI PENUTUP.......................................................... 43
LAMPIRAN ..................................................................... 44

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


iv Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Komposisi Penduduk Indonesia


Menurut Kelompok Umur, Tahun 2010 dan
Tahun 2025.................................................... 13
Gambar 2. Peran Pekerja dalam Pembangunan ............ 15
Gambar 3. Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam
Mendukung Pembangunan Kesehatan
Masyarakat..................................................... 20
Gambar 4. Kuadran Posisi Bersaing............................... 27
Gambar 5. Hubungan Prioritas Nasional, Prioritas
Program dan Kegiatan Prioritas
Bidang Kesehatan..........................................
Gambar 6. Peta Strategi Upaya Kesehatan Kerja
dan Olahraga................................................. 35

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Strategi, Indikator dan Target Upaya


Kesehatan Kerja dan Olaraga
tahun 2020-2025............................................ 30

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
v
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
vi Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya manusia Indonesia yang produktif secara sosial
dan ekonomi merupakan modal pembangunan bangsa. Untuk
mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang produktif
dan berdaya saing dipengaruhi oleh beberapa aspek,
termasuk status atau kondisi kesehatan. Upaya kesehatan
kerja dan olahraga ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
pekerja di Indonesia agar sehat, bugar, dan produktif.
Upaya kesehatan kerja dan olahraga mengutamakan
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif,
tanpa mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Penyelenggaraan upaya kesehatan kerja dan olahraga
dilaksanakan secara berjenjang oleh pemerintah pusat
sampai pemerintah daerah di tingkat provinsi, kabupaten/
kota, kecamatan, sampai pada pelaksanaan di tempat kerja,
dengan melibatkan peran lintas program, lintas sektor, swasta
(dunia usaha) serta peran aktif seluruh masyarakat melalui
pemberdayaan.
Penduduk Indonesia berjumlah 265 juta yang diantaranya
lebih dari 133 juta diantaranya merupakan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia
15-64 tahun yang siap untuk bekerja (BPS, 2018). Komposisi
penduduk Indonesia saat ini menuju pada komposisi bonus

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
1
demografi, puncak bonus demografi di Indonesia diperkirakan
akan didapat pada tahun 2035 yang dapat menjadi peluang
sekaligus tantangan, dengan mayoritas penduduk usia
produktif, kualitas kelompok ini akan menentukan masa depan
Indonesia, oleh karena itu upaya kesehatan dengan fokus
sasaran usia kerja menjadi penting untuk menciptakan SDM
yang berkualitas agar bonus demografi dapat dimanfaatkan.
Pekerja merupakan penggerak perekonomian bangsa, disisi
lain pekerja juga berada pada usia produktif, merupakan
pencetak generasi penerus bangsa. Posisi pekerja juga
sebagai tulang punggung keluarga memiliki peran penting
dalam kesehatan keluarga. Pekerja akan menentukan
pemenuhan gizi keluarga, health literacy pada keluarga
hingga pembiasaan pola hidup yang sehat pada keluarga.
Disisi lain pekerja juga berada pada masa reproduktif akan
berkontribusi terhadap pencapaian dan memiliki daya ungkit
yang tinggi terhadap penurunan angka kematian ibu dan
bayi, stunting, penyakit menular, penyakit tidak menular serta
permasalahan kesehatan masyarakat lainnya. Sehingga
dapat dikatakan, pekerja yang sehat akan berkontribusi
mendukung tercapainya SDGs No.1, 2, 3, 5, 8 (Kemiskinan,
kelaparan, kesehatan dan pekerjaan yang layak).
Upaya kesehatan kerja yang sudah diimplementasikan
diantaranya melalui Pos Upaya Kesehatan Kerja (UKK),
Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP),
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di fasilitas pelayanan
kesehatan dan perkantoran, serta pelayanan kesehatan kerja
di era JKN. Sedangkan, upaya kesehatan olahraga meliputi
pembinaan kebugaran jasmani pada masyarakat, khususnya
jemaah haji, ASN, dan anak sekolah, serta pembudayaan

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


2 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
aktivitas fisik pada individu, komunitas/kelompok, lingkungan
dan sistem sesuai dengan Global Action Plan on Physical
Activity (GAPPA).
Agar upaya kesehatan kerja dan olahraga dapat berjalan
dengan baik, berkesinambungan, dan terpadu, perlu
disusun Rencana Aksi Kegiatan Upaya Kesehatan Kerja dan
Olahraga sebagai acuan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, evaluasi serta pengembangan upaya kesehatan
kerja dan olahraga tahun 2020-2025.

B. Tujuan Penyusunan Rencana Aksi


1. Mendukung pencapaian masyarakat sehat, bugar dan
produktif.
2. Mendukung pencapaian Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN), Rencana Strategi (Renstra)
Kementerian Kesehatan dan Rencana Aksi Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat Tahun 2020-2024.
3. Menentukan arah dan sasaran upaya kesehatan kerja
dan olahraga tahun 2020-2025 yang kesinambungan dan
berkelanjutan.
4. Panduan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
evaluasi serta pengembangan upaya kesehatan kerja
dan olahraga tahun 2020-2025.
5. Panduan bagi kabupaten/ kota melaksanakan kesehatan
kerja dan olahraga

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
3
C. Sasaran
1. Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
2. Lintas program dan lintas sektor terkait.
3. Pemangku kepentingan di pusat, provinsi dan kabupaten/
kota.
4. Perencana dan pemeriksa/auditor.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
2. Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional
4. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Tahun 2005-2025.
5. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
6. Undang Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
7. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah.
8. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
9. Peraturan Pemerintah No 88 Tahun 2019 tentang
Kesehatan Kerja
10. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


4 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
11. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2019 tentang Penyakit
Akibat Kerja
12. Peraturan Presiden RI Nomor 18 Tahun 2020 tentang
RPJMN 2020 - 2024.
13. Instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan
masyarakat Hidup Sehat
14. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2012
tentang Akreditasi Rumah Sakit
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014
tentang Klinik;
16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 473 Tahun 2014
tentang Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab
Kementerian Kesehatan di Tingkat Kabupaten/Kota;
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 474 Tahun 2014
tentang Pelimpahan Wewenang dan Tanggung jawab
Kementerian Kesehatan di Tingkat Provinsi.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, Dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
19. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
21. Permenkes No 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit
22. Peraturan Menteri Kesehatan No 21 tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-
2024.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
5
E. Ruang Lingkup
1. Analisa situasi Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
2. Arah Kebijakan dan Strategi Kesehatan Kerja dan
Olahraga
3. Indikator Keberhasilan Upaya Kesehatan Kerja dan
Olahraga
4. Monitoring dan Evaluasi

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


6 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
BAB II
ANALISA SITUASI
UPAYA KESEHATAN KERJA DAN
OLAHRAGA

A. Kondisi Kesehatan Kerja dan Olahraga


Proyeksi kependudukan Indonesia pada tahun 2025
menunjukkan adanya peningkatan di kelompok usia kerja
sebagai bonus demografi sebagaimana terlihat pada gambar
berikut.

Gambar 1. Piramida Komposisi Penduduk Indonesia


Menurut Kelompok Umur, Tahun 2010 dan Tahun 2025

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
7
Saat ini penduduk Indonesia berjumlah 266 juta dan
sekitar 133 juta merupakan angkatan kerja. Angkatan kerja
adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun
yang siap untuk bekerja (BPS, 2018). Komposisi populasi
Indonesia saat ini sedang menghadapi bonus demografi
dimana hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang.
Puncak bonus demografi di Indonesia diperkirakan pada
tahun 2035 dengan mayoritas penduduk adalah usia produktif.
Kualitas kelompok usia produksi generasi di masa tersebut
akan menentukan peluang Indonesia menjadi negara maju.
Proporsi usia kerja yang terus meningkat merupakan
tantangan sekaligus kesempatan yang perlu dikawal untuk
mewujudkan angkatan kerja yang sehat dan produktif.
Pekerja memiliki peran penting dalam pembangunan.
Kesehatan merupakan komponen penting dalam menentukan
kelaikan kerja (fit to work) untuk menunjang kinerja sesuai
tugasnya, proporsi pekerja yang besar menjadi tantangan
karena mengakibatkan meningkatnya risiko kasus Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yang
tinggi. Peluang ini harus dimanfaatkan dengan mendorong
peningkatan kualitas, derajat kesehatan dan produktivitas
sehingga bangsa Indonesia menjadi negara maju dan
kompetitif.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat mengakibatkan
pekerja tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik,
sehingga terjadi penurunan produktifitas kerja, yang akan
merugikan perusahaan atau menghambat karir pekerja
tersebut. Pekerja merupakan aset perusahaan dan secara
makro merupakan penggerak perekonomian bangsa, disisi
lain pekerja juga berada pada usia produktif, merupakan

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


8 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
pencetak generasi penerus bangsa. Posisi pekerja sebagai
tulang punggung keluarga memiliki peran penting dalam
kesehatan keluarga. Pekerja akan menentukan pemenuhan
gizi keluarga, health literacy pada keluarga hingga
pembiasaan pola hidup yang sehat pada keluarga. Disisi lain
pekerja juga berada pada masa reproduktif akan berkontribusi
terhadap pencapaian dan memiliki daya ungkit yang tinggi
terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi, stunting,
penyakit menular, penyakit tidak menular serta permasalahan
kesehatan masyarakat lainnya. Sehingga segala sesuatu
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sangat penting
diintervensi pada populasi ini seperti pada pencapaian total
fertility rate, keberhasilan program keluarga berencana. Peran
penting pekerja yang sehat akan berkontribusi mendukung
tercapainya SDGs No.1, 2, 3, 5, 8 (Kemiskinan, kelaparan,
kesehatan dan pekerjaan yang layak).

Gambar 2. Peran Pekerja dalam Pembangunan

Pada studi beban penyakit yang dilakukan oleh Institute


for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukan
trend DALYs/tahun produktif yang hilang untuk hidup sehat
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
9
disebabkan karena kematian dini, penyakit atau cedera per
100.000 akibat risiko tekanan diastolik yang tinggi, gula darah
puasa yang tinggi, kebiasaan merokok dan risiko diet yang
tidak sehat. Diet tidak sehat menyumbang beban penyakit
jantung dan pembuluh darah, diabetes, urogenital, darah,
endokrin dan neoplasma. Tekanan darah sistolik yang tinggi
menyumbang pada beban penyakit jantung dan pembuluh
darah, diabetes, urogenital, darah dan endokrin. Gula darah
yang tinggi menyumbang pada beban penyakit diabetes,
jantung dan pembuluh darah, endokrin, HIV/AIDS dan
tuberkulosis. Dalam konteks ini, beban ganda terjadi karena
di satu sisi beban penyakit menular masih banyak terjadi di
Indonesia seperti tuberkulosis dan pada saat bersamaan
masyarakat dan pemerintah juga dibebani oleh penyakit tidak
menular seperti diabetes.
Temuan tersebut diperkuat dengan data Riskesdas 2018
dimana dilaporkan bahwa terjadi peningkatan pada faktor risiko
perilaku penyebab Penyakit tidak menular sebagai berikut
95,5% penduduk kurang konsumsi buah dan sayur, 33,8%
penduduk memiliki kebiasaan merokok, 33,5% penduduk
kurang melakukan aktivitas fisik.Situasi ini memperlihatkan
bahwa upaya promotif preventif menjadi kunci utama untuk
menjamin keberhasilan pencapaian dampak pembangunan
kesehatan.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


10 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Sumber : Studi Beban Penyakit, 2018

Sumber : Riskesdas 2018

Grafik 1. Faktor Risiko Penyakit Pada Usia Produktif

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
11
Riskesdas, 2018 menunjukkan bahwa pekerja sektor
formal cenderung lebih rendah pernah menyusui anaknya
dibandingkan dengan pekerja sektor informal. Hal ini terjadi
karena pada ibu bekerja di sektor formal terikat oleh jam kerja
minimal 8 jam/hari. Sedangkan untuk sektor informal waktu
kerja bisa diatur sesuai dengan kebutuhan ibu utk menyusui
anaknya. Sehubungan dengan hal tersebut, pekerja sebagai
pencetak generasi yang akan datang, perlu mendapatkan
akses intervensi upaya kesehatan anak melalui tempat kerja
seperti peningkatan ASI bagi ibu bekerja dan pencegahan
stunting. Selain itu meningkatnya proporsi anemia pada ibu
hamil meningkat dari 37.1 pada tahun 2013 menjadi 48,9
pada tahun 2018 harus menjadi perhatian.

B. Kondisi terkait Kesehatan Olahraga


Aktivitas fisik menurut WHO merupakan pergerakan tubuh
yang melibatkan otot-otot dalam pengeluaran energi.
Ketidakaktifan fisik menjadi salah satu penyebab dari
kematian secara global sebesar 6%.
Hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan ketidakaktifan
fisik di Indonesia meningkat menjadi 33,5%. Ketidakaktifan
fisik memicu peningkatan kejadian penyakit tidak menular.
Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia pada tahun
2018 juga meningkat, diantaranya kanker meningkat dari
1,4% menjadi 1,8%, diabetes meningkat dari 1,5% menjadi
2,0%, stroke meningkat dari 7,0% menjadi 10,9% dan
hipertensi 8,4%. Ketidakaktifan fisik akan memicu masalah
kesehatan masyarakat yang lebih besar.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


12 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Kegiatan aktivitas fisik mencakup kegiatan yang menggerakkan
tubuh dan sebagai bagian dari kegiatan bermain, bekerja,
transportasi aktif, pekerjaan rumah dan kegiatan rekreasi.
Peningkatan aktivitas fisik bukan hanya menjadi masalah
individu melainkan masalah masyarakat. Oleh karena itu,
dalam peningkatan aktivitas fisik diperlukan kerjasama lintas
sektor dan pendekatan berdasarkan populasi, multisektor,
multidisiplin dan relevan secara budaya. Instruksi Presiden
No.1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat menjadi dasar dalam peningkatan kegiatan aktivitas
fisik di masyarakat. Instruksi presiden ini melibatkan lintas
kementerian/lembaga. Walaupun sudah terbentuk kebijakan
penggerakan aktivitas fisik, angka ketidakaktifan fisik di
Indonesia masih memprihatinkan.
Secara global, terdapat acuan dalam implementasi
penggerakan aktivitas fisik. Global Action Plan on Physical
Activity (GAPPA) tahun ..sebagai acuan global dalam
meningkatkan individu aktif untuk mewujudkan kesehatan
dunia. Terdapat empat strategi yang tertuang dalam GAPPA
mulai dari membentuk masyarakat aktif, lingkungan aktif,
individu aktif dan sistem yang aktif. Indonesia belum memiliki
kebijakan kesehatan secara nasional yang bertujuan
menggerakan aktivitas fisik bagi setiap individu dan lapisan
masyarakat. Dibutuhkan suatu dokumen yang dapat
digunakan sebagai rujukan dalam pengembangan kebijakan,
peraturan dan upaya atau program untuk menggerakan
aktivitas fisik. Aksi secara Nasional dalam penggerakan
aktivitas fisik yang melibatkan lintas sektor baik pemerintah,
daerah, privat dan masyarakat itu sendiri.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
13
Gambar 3. Kesehatan Kerja dan Olahraga dalam Mendukung
Pembangunan Kesehatan Masyarakat

C. Analisis SWOT
Berdasarkan survey terkait SWOT upaya kesehatan kerja dan
olahraga1 dengan responden pengelola program kesehatan
kerja dan olahraga di daerah didapatkan:
Hal yang menjadi kekuatan (Strength) dalam upaya kesehatan
kerja dan olahraga diantaranya :
1. Telah ada Payung hukum/ kebijakan terkait kesehatan
kerja dan olahraga yang kuat.
2. Adanya kebijakan tentang pengelola kesehatan kerja dan
olahraga di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
3. Adanya NSPK terkait kesehatan kerja dan olahraga.
4. Tersedianya anggaran pelaksanaan kesehatan kerja dan
olahraga di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

1 Berdasarkan survey melalui google form dan diisi secara sukarela


oleh pengelola program kesejaor pada rentang waktu akhir Juni 2019 (http://
bit.ly/SWOTKesjaor2019 atau https://forms.gle/KvcnUxzCZ7Q4UtWg7 )
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
14 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
5. Tersedianya sistem informasi kesehatan kerja dan
olahraga.
6. Terlibat dalam tim Kementerian/Lembaga dan/atau
internal Kementerian Kesehatan yang telah di SK-kan
Hal yang menjadi kelemahan (weakness) dalam upaya
kesehatan kerja dan olahraga diantaranya :
1. Belum terimplementasinya sistem monitoring dan evaluasi
kesehatan kerja dan olahraga yang dengan baik.
2. Data terkait upaya kesehatan kerja dan olahraga belum
cukup lengkap sebagai dasar perencanaan, advokasi dan
evaluasi.
3. Terbatasnya jumlah SDM dalam pelaksaanaan upaya
kesehatan kerja dan olahraga di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota.
4. Adanya disparitas kemampuan pengelola program
kesehatan kerja dan olahraga di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota.
5. Dukungan pembiayaan daerah belum mencukupi dalam
pelaksanaan upaya kesehatan kerja dan olahraga.
6. Belum adanya sistem rujukan kesehatan kerja dan
olahraga.
Hal yang menjadi kesempatan (Opportunity) dalam upaya
kesehatan kerja dan olahraga diantaranya :
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi arus
utama dalam kebijakan pembangunan nasional.
2. Besarnya kelompok usia produktif.
3. Semakin kuatnya jejaring dan kerjasama Lintas program
dan lintas sektor dalam pelakasanaan kesehatan kerja
dan olahraga.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
15
4. Meningkatnya kebutuhan daerah untuk pelaksanaan dan
pengembangan kesehatan kerja dan olahraga.
5. Sebagian kabupaten/kota telah menganggarkan APBD
untuk upaya kesehatan kerja dan olahraga.
6. Adanya potensi pemanfaatan anggaran dari sumber lain
yang tidak mengikat (Dana Desa, dukungan swasta, lintas
kementerian, dan hibah).
7. Adanya berbagai kesepakatan internasional terkait
kesehatan kerja dan olahraga yang menjadi acuan
(GAPPA, Healthy Workplace, Workers Health, event
internasional).
8. Adanya kegiatan terkait Kesehatan Kerja dalam akreditasi
puskesmas
9. Adanya pandemi covid-19 membuat LS/LP dan
masyarakat melaksanakan upaya kesehatan kerja dan
olahraga
10. Kebijakan K3 sudah diaplikasikan dan menjadi kebijakan
di lintas sektor lain.
Hal yang menjadi ancaman (Threat) dalam upaya kesehatan
kerja dan olahraga diantaranya
1. Kondisi geografis, infrastuktur dan sosiokultural yang
sangat beragam di daerah.
2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang
konsep sehat, bugar dan produktif.
3. Disparitas kemampuan Pemerintah Daerah dalam upaya
kesehatan kerja dan olahraga.
4. Perubahan gaya hidup dan terjadinya transisi epidemiologi.
5. Revolusi indutri 4.0.
6. Besarnya jumlah pekerja sektor informal.
7. Besarnya jumlah pekerja perempuan.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


16 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
8. Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor
dan lintas program (masih terfragmentasi).

D. Analisis Posisi Bersaing2


Berdasarkan hasil SWOT tersebut dapat dipetakan posisi ber-
saing kesehatan kerja dan olahraga sebagai berikut ini :

Strength
Nilai
No. Kekuatan Bobot Rating Terbo-
bot
Telah ada Payung hukum/ kebijakan
1. terkait kesehatan kerja dan olahraga 25 80 20
yang kuat
Adanya kebijakan tentang pengelola
2. kesehatan kerja dan olahraga di tingkat 5 70 3.5
provinsi dan kabupaten/kota
Adanya NSPK terkait kesehatan kerja
3. dan olahraga 25 70 17.5

Tersedianya anggaran pelaksanaan


4. kesehatan kerja dan olahraga di ting- 10 60 6
kat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
Tersedianya sistem informasi keseha-
5. tan kerja dan olahraga 20 70 14

Terlibat dalam tim Kementerian/Lem-


6. baga dan/atau internal Kementerian 15 50 7.5
Kesehatan yang telah di SK-ka
TOTAL 100 68.5

2 Penentuan Bobot dan Ranting berdasarkan surve internal Direktorat


Kesehatan Kerja dan Olahraga melalui http://bit.ly/SWOTkesjoar

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
17
Weakness
Nilai
No. Kelemahan Bobot Rating Terbo-
bot
Payung hukum/ kebijakaan terkait upaya
20 80 17.5
1. kesehatan olahraga
System monitoring dan evaluasi kesehatan
10 80 14
2. kerja yang dapat diukur dengan baik
Pengelola program kesehatan kerja dan
olahraga belum memahami definisi
15 70 9
operasional terkait indikator kesehatan
3. kerja dan olahraga dengan baik
Provinsi belum memiliki perhatian yang
memadai terhadap upaya kesehatan kerja 20 60 8.25
4. dan olahraga
Data terkait upaya kesehatan kerja dan
olahraga belum cukup lengkap sebagai 15 60 8.25
5. dasar perencanaan, advokasi dan evaluasi
Belum mencukupinya jumlah SDM dalam
pelaksaanaan upaya kesehatankerja dan 10 50 2.25
6. olahraga
7. Provinsi masih tergantung pada dana
dekonsentrasi dalam pelaksanaan upaya 10 50 2.25
kesehatan kerja dan olahraga
Total 100 61.5

Opportunity
No. Peluang Bobot Rating Nilai
Terbo-
bot
1 Peningkatan kualitas sumber daya manusia 20 80 16
menjadi arus utama dalam kebijakan
pembangunan nasional.
2 Besarnya kelompok usia produktif. 15 70 10.5

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


18 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
3 Semakin kuatnya jejaring dan kerjasama Lintas 15 70 10.5
program dan lintas sektor dalam pelakasanaan
kesehatan kerja dan olahraga.
4 Meningkatnya kebutuhan daerah untuk 5 80 4
pelaksanaan dan pengembangan kesehatan
kerja dan olahraga.
5 Sebagian kabupaten/kota telah 10 70 7
menganggarkan APBD untuk upaya kesehatan
kerja dan olahraga.
6 Adanya potensi pemanfaatan anggaran dari 5 80 4
sumber lain yang tidak mengikat (Dana Desa,
dukungan swasta, lintas kementerian, dan
hibah).
7 Adanya berbagai kesepakatan internasional 5 60 3
terkait kesehatan kerja dan olahraga yang
menjadi acuan (GAPPA, Healthy Workplace,
Workers Health, event internasional).
8 Adanya kegiatan terkait Kesehatan Kerja 5 60 3
dalam akreditasi puskesmas

9 Adanya pandemi covid-19 membuat LS/LP dan 15 80 12


masyarakat melaksanakan upaya kesehatan
kerja dan olahraga
10 Kebijakan K3 sudah diaplikasikan dan menjadi 5 80 4
kebijakan di lintas sektor lain
Total 100 74

Threat
Nilai
No. Ancaman Bobot Rating Terbo-
bot
1 Kondisi geografis, infrastuktur dan sosiokultural yang 5 50 2.5
sangat beragam di daerah.
2 Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang 8 65 5.2
konsep sehat, bugar dan produktif.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
19
3 Disparitas kemampuan Pemerintah Daerah dalam 12 70 8.4
upaya kesehatan kerja dan olahraga.

4 Perubahan gaya hidup dan terjadinya transisi 15 80 12


epidemiologi.
5 Revolusi indutri 4.0. 15 80 12

6 Besarnya jumlah pekerja sektor informal. 15 80 12

7 Besarnya jumlah pekerja perempuan. 15 80 12

8 Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama lintas 15 80 12


sektor dan lintas program (masih terfragmentasi).
Total 100 76,1

Berdasarkan bobot dan rating yang telah diperoleh untuk se-


tiap faktor, maka dapat dipetakan posisi bersaing Upaya Kes-
ehatan Kerja dan Olahraga berada di kuadran II, dimana telah
memiliki dasar kekuatan yang cukup namun menghadapi se-
dikit tantangan terutama dari luar organisasi yang mengelola
upaya kesehatan kerja dan olahraga. Strategi yang tepat da-
lam hal ini menggunakan difersifikasi strategi atau strategi
inovasi.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


20 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Gambar 4. Kuadran Posisi Bersaing

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
21
BAB III
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

A. Arah Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga


Tema RPJMN IV tahun 2020-2024 adalah “Indonesia
Berpenghasilan Menengah-Tinggi yang sejahtera, adil dan
berkesinambungan” dengan pengarusutamaam pada 1)
kesetaraan gender, 2) tata kelola yang baik, 3) pembanungan
berkeleanjutan, 4) model sosial budaya yang baik dan 5)
pemanfaatan transformasi digital dengan optimal.
Prioritas RPJMN IV tahun 2020-2024 adalah :
1. Memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan
yang berkualitas.
2. Mengembangkan wilayah untuk mengurangi kesenjangan
dan menjamin pemerataan.
3. Meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing.
4. Revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.
5. Memperkukat infrastuktur mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar.
6. Membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan
bencana dan perubahan iklim.
7. Memperkuat stabilitas politik, hukum, dan keamanan dan
transformasi pelayanan publik.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


22 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Sektor kesehatan berfokus pada Prioritas Nasional (PN) ke-3
yaitu meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya saing,
dalam PN ke-3 terdapat 7 Program Prioritas (PP) yaitu :
1. Pengendalian pendudukan dan tata kelola kependudukan.
2. Penguatan perlindungan sosial.
3. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
4. Pemerataan pelayanan pendidikan berkualitas.
5. Peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda.
6. Pengentasan kemiskinan, dan.
7. Peningatan produktivitas dan daya saing.
Setelah itu, Kementerian Kesehatan lebih fokusnya
melaksanakan amanat PP ke-3 yaitu peningkatan akses
dan mutu pelayanan kesehatan. Pada PP ke-3 terdapat 5
Kegiatan Prioritas (KP) yaitu :
1. Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan Kesehatan
Reproduksi.
2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat.
3. Peningkatan pengendalian penyakit.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dan pengawasan obat
dan makanan.
5. Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat.
Upaya kesehatan kerja dan olahraga mendukung pelbagai
kegiatan prioritas dan proyek prioritas terutama pada
kegiatan prioritas peningkatan kesehatan ibu, anak, KB, dan
kesehatan reproduksi; peningkatan pengendalian penyakit;
dan penguatan gerakan masyarakat hidup sehat.
Di dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2020-2024, terdapat 8 sasaran strategi
dalam menjalankan pembangunan kesehatan pada tahun
2020-2024 :
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
23
1) Meningkatkan kesehatan, ibu, anak dan gizi masyarakat
2) Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasyankes dasar
dan rujukan
3) Meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyakit
serta pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat
4) Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian
dan alat kesehatan
5) Meningkatnya pemenuhan SDM Kesehatan dan
kompetensi sesuai standar
6) Terjaminnya pembiayaan kesehatan
7) Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta
meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dan
bersih
8) Meningkatkan efektifitas pengelolaan penelitian dan
pengembangan kesehatan dan sistem informasi kesehatan
untuk pengambilan keputusan dalam Renstra tersebut
upaya kesehatan kerja dan olahraga turut mendukung
seluruh strategi, dengan indikator pencapaian sasaran
berupa 1) jumlah kabupaten.kota yang melaksanakan
kesehatan kerja, dan 2) jumlah kabupaten/kota yang
melaksanakan kesehatan olahraga

B. Strategi Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga


Berdasarkan amanah undang-undang No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan, terutama pasal 164, upaya kesehatan
kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, baik pada pekerja
sektor formal dan informal, dan berlaku bagi setiap orang,
serta pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja agar
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
24 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
tujuan tersebut dapat tercapai. Sedangkan berdasarkan
pasal 80, diamanatkan bahwa upaya kesehatan olahraga
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani masyarakat yang merupakan upaya dasar dalam
meningkatkan prestasi belajar, kerja dan olahraga.
Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan, Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis
dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang Kesehatan Kerja dan Olahraga sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dengan fungsi sebagai
berikut :
1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang kesehatan
okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja,
dan kesehatan olahraga;
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan
okupasi dan surveilans, kapasitas kerja, lingkungan kerja,
dan kesehatan olahraga;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang kesehatan okupasi dan surveilans,
kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan
olahraga;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang kesehatan okupasi dan surveilans, kapasitas
kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olahraga;
5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan di bidang kesehatan okupasi dan surveilans,

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
25
kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan
olahraga; dan
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
Direktorat.
Berdasarkan analisa SWOT pada BAB II, didapatkan
bahwa berdasarkan posisi bersaing (kuadran II), strategi
yang paling efektif adalah melalui difersifikasi strategi atau
strategi inovasi. Strategi ini merupakan penjabaran dari
pemanfaatkan kekuatatan (strength) yang telah ada untuk
mengatasi ancaman (treath) yang ada sehingga ditekankan
pada pengelolaan kekuatan yang telah ada, meneruskan
strategi sebelumnya dan penekanan pada inovasi serta
pelibatan berbagai stakholder terkait.
Oleh karena itu, strategi upaya kesehatan kerja dan olahraga
2020-2025 diantaranya :
1. Melanjutkan kegiatan yang telah ada dan mengembangkan
serta memperkuat upaya inovasi, seperti
a) pelibatan perguruan tinggi dalam mengevaluasi upaya
yang telah ada,
b) meningkatkan peran organisasi profesi dan komunitas,
c) penggunaan teknologi dan informasi dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi termasuk
pencatatan dan pelaporan,
d) penguatan data dasar melalui pendataan mandiri,
survey dan pelibatan peneliti di Kementerian
Kesehatan dan atau K/L lain
e) penguatan SDM kesehatan kerja dan olahraga dengan
pelibatan psikolog atau pakar manajemen.
2. Memperkuat upaya advokasi terhadap lintas program dan
lintas sektor, seperti
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
26 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
a) advokasi pimpinan di internal Kementerian Kesehatan
tentang pentingnya upaya kesehatan kerja dan
olahraga dalam pencapaian derajat kesehatan,
b) advokasi kepada K/L yang memiliki fungsi koordinasi
antar K/L (terutama Kemenko PMK, BAPPENAS,
Kantor Staf Presiden), dan
c) advokasi door to door kepada K/L yang erat kaitannya
dengan upaya kesehatan kerja dan olahraga
(Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Pemuda
dan Olahraga, Kementerian PAN-RB, BAPPENAS,
Kemenko PMK, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Pertanian, Kementerian Kop dan UMKM, Kementerian
Peternakan, KPPA, BNP2TKI, BPJS dan BPJSTK).
3. Memperkuat koordinasi antar lintas program dan lintas
sektor, seperti
a) penggunaan IT based sebagai media koordinasi dan
sosialisasi,
b) pemanfaatan platform digital (misal media sosial)
dalam koordinasi dan sosialisasi program,
c) pelibatan aktif K/L dalam berbagai kegiatan internal
kesehatan kerja dan olahraga,
d) penyebaran berbagai hasil penelitian, panduan dan
media KIE terkait kesehatan kerja dan olahraga
kepada stakeholder terkait, dan
e) pelibatan organisasi internasional dalam upaya
kesehatan kerja dan olahraga.
4. Memperkuat kemampuan internal, seperti
a) penyusunan kebijakan / aturan terkait upaya kesehatan
olahraga,

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
27
b) peningkatan kapasitas SDM dengan pelatihan,
workshop dan shortcourse di tataran nasional dan
internasional,
c) perbaikan manajemen SDM termasuk penempatan
pegawai, pembagian beban kerja, pemberian reward
dan punishment yang berdasarkan analisa dan saran
pakar, dan
d) memperkuat sistem manajemen organisasi/satuan
kerja seperti melaksanakan WBK WBBM dan
sertifikasi ISO.
Strategi upaya kesehatan kerja dan olahraga tersebut
diimplementasikan dalam mewujudkan :
1. Terwujudnya implementasi dan efektivitas program
kesehatan kerja dan olahraga.
2. Terjalinnya kemitraan dan jejaring dengan akademisi,
organisasi profesi, BPJS, LSM, NGO dan komunitas.
3. Terwujudnya pemerintah bersih dan melayani
4. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dalam
implementasi kesehatan kerja dan olahraga.
5. Terwujudnya optimalisasi peran dinas kesehatan
melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga.
6. Terwujudnya optimalisasi peran fasilitas pelayanan
kesehatan melaksanakan kesehatan kerja dan olahraga.
7. Terbentuknya sistem informasi terintegrasi dan
terlaksananya evaluasi kesehatan kerja dan olahraga.
8. Terlaksananya advokasi, sosialisasi, koordinasi kesehatan
kerja dan olahraga (pemerintah daerah, dunia usaha,
lintas program, lintas sektor, dll).
9. Terwujudnya organisasi yang berinovasi dalam upaya
Kesehatan kerja dan olahraga.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


28 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
10. Tersedianya SDM pelaksana kesehatan kerja dan
olahraga yang kompeten dan berbudaya kinerja.
11. Tersedianya regulasi dan perencanaan program
kesehatan kerja dan olahraga berkesinambungan.

Gambar 6. Peta Strategi Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
29
30

Tabel 1. Strategi, Indikator dan Target Upaya Kesehatan Kerja dan Olaraga tahun 2020-2025
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

Target
No Sasaran Strategis No Indikator
2020 2021 2022 2023 2024 2025
Jumlah provinsi
1 yang melaksanakan 34 34 34 34 34 34
Kesehatan Kerja
Jumlah provinsi
Terwujudnya 2 yang melaksanakan 34 34 34 34 34 34
implementasi dan Kesehatan Olahraga
1 efektifitas program
Kesehatan Kerja Jumlah Kab/Kota
dan Olahraga 3 yang melaksanakan 308 334 360 385 411 411
kesehatan kerja
Jumlah Kab/Kota
4 yang melaksanakan 308 334 360 385 411 411
kesehatan olahraga
Jumlah MoU /
perjanjian kerjasama/
kesepakatan per tahun
Terwujudnya 5 5 5 5 5 5 5
dengan K/L, PT, OP,
kemitraan dan BPJS, LSM dan lain-
2
jejaring Kesehatan lain di tingkat pusat
Kerja dan Olahraga
Jumlah tempat kerja
6 yang melaksanakan 75.000 125.000 150.000 175.000 200.000 200.000
kesehatan kerja
Target
No Sasaran Strategis No Indikator
2020 2021 2022 2023 2024 2025
Jumlah Pos UKK yang
Terwujudnya 7 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 16.000
aktif atau dibina
pemberdayaan
masyarakat dan Kelompok masyarakat
3 yang melaksanakan
implementasi
Kesehatan Kerja 8 aktivitas fisik (kelompok 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 50.000
dan Olahraga masyarakat, Ibu Hamil,
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025

Lansia)
Jumlah petugas yang
9 dilatih /diorentasi oleh 400 400 400 400 400 400
provinsi
Jumlah provinsi yang
memiliki petugas
10 11 22 34 34 34 34
Terwujudnya terlatih Tatalaksana
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

optimalisasi peran PAK


dinas kesehatan Jumlah provinsi dan
4
melaksanakan kab/kota yang memiliki
Kesehatan Kerja 11 40 50 70 80 90 100
Jabfung Pembimbing
dan Olahraga Kesehatan Kerja
Persentase (%)
Kab/Kota yang
12 menggunakan SITKO 60 80 90 95 98 98
sebagai alat pencatatan
dan pelaporan
31
32

Target
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

No Sasaran Strategis No Indikator


2020 2021 2022 2023 2024 2025
Jumlah RS yang
13 melaksanakan 2465 2500 2600 2700 2800 2.877
kesehatan kerja
Terwujudnya jumlah Puskesmas
optimalisasi peran 14 yang melaksanakan 6000 6500 7000 7500 8000 8500
fasilitas pelayanan Kesja
5 kesehatan
jumlah Puskesmas
melaksanakan
15 yang melaksanakan 6000 6500 7000 7500 8000 8500
Kesehatan Kerja
kesehatan Olahraga
dan Olahraga
Jumlah jamaah
16 haji yang diperiksa 40% 50% 60% 70% 80% 85%
kebugaran
Pengembagan sistim
Terbentunya sistem 17 informasi kesehatan 2 1 2 0 0 2
informasi dan kerja dan olahraga
6 evaluasi program
Kesehatan Kerja Jumlah hasil analisis
dan Olahraga 18 upaya kesehatan kerja 8 8 8 8 8 8
dan olahraga
Target
No Sasaran Strategis No Indikator
2020 2021 2022 2023 2024 2025
Jumlah provinsi dan
Terlaksananya 19 Kab/kota yang di 34 34 34 34 34 34
advokasi, advokasi/ sosialisasi
sosialisasi, jumlah kabupaten/
7
koordinasi kota yang memiliki
Kesehatan Kerja 20 APBD untuk kegiatan 120 125 130 135 140 145
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025

dan Olahraga kesehatan kerja dan


olahraga
Terwujudnya
organisasi yang
Jumlah kegiatan
8 berinovasi untuk 21 2 2 2 2 2 2
inovasi di Dit Kesjaor
mempercepat upaya
kesjaor
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

Subdit/ Subbag di
Tersedianya SDM Dit.Kesjaor yang
yang kompeten 222 5 5 5 5 5 5
memenuhi penilaian
dan berbudaya berkinerja
9 kinerja (cek
perencanaan terkait Pembinaan SDM Dit
pengembangan Kesjaor berdasarkan
23 56 56 56 56 56 56
SDM internal) penempatan,
kualifikasi, dan kinerja
33
34

Target
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

No Sasaran Strategis No Indikator


2020 2021 2022 2023 2024 2025
Tersedianya
Jumlah kebijakan/
kebijakan/NSPK
pedoman /panduan
dan perencanaan
10 24 yang disusun atau 5 5 5 5 5 5
program Kesehatan
direviu (disesuaikan
Kerja dan Olahraga
dengan PMK ORTALA)
berkesinambungan
Jumlah kebijakan
Terwujudnya internal dalam
25 3 3 3 3 3 3
11 pemerintah yang mendukung Reformasi
bersih dan melayani Birokrasi
26 Satker WBK WBBM 1 1 1 1 1 1
BAB IV
INDIKATOR KEBERHASILAN
UPAYA KESEHATAN KERJA DAN
OLAHRAGA

Strategi upaya kesehatan kerja dan olahraga diukur


keberhasilannya melalui berbagai indikator, dimana pada periode
2020 – 2024 ditetapkan indicator sebagai berikut :
TARGET
PROGRAM/ INDIKATOR
NO KEGIATAN/ KINERJA 2020-2024
OUTPUT KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
Kegiatan: 1.
Jumlah ka-
PEMBI- bupaten/kota
NAAN yang melak- 308 334 360 385 411
UPAYA sanakan
KESEHA- kesehatan
TAN KERJA kerja
DAN OLAH 2.
RAGA Jumlah ka-
bupaten/kota
yang melak- 308 334 360 385 411
sanakan
kesehatan
olahraga
1 Pelaksa- Jumlah tempat
naan Kese- kerja yang
hatan Kerja melaksanakan
di Tempat kesehatan 75.000 125.000 150.000 175.000 200.000
Kerja kerja
2 Instansi Jumlah
pemerintah instansi pe-
yang Melak- merintah yang
sanakan melakukan
Pengukuran pengukuran 2.200 3600 4.400 5.100 5.800
Kebugaran Kebugaran
Jasmani Jasmani

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
35
TARGET
PROGRAM/ INDIKATOR
NO KEGIATAN/ KINERJA 2020-2024
OUTPUT KEGIATAN
2020 2021 2022 2023 2024
3 Jemaah Persentase
haji yang jemaah haji
diperiksa yang diukur 70 75 80 80 80
kebugaran kebugaran
jasmani jasmaninya
4 Kelompok Jumlah kelom-
masyarakat pok mas-
yang melak- yarakat yang
10.000 20.000 30.000 40.000 50.000
sanakan melaksanakan
aktivitas aktivitas fisik
fisik

1. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja


Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan kerja dengan
baik adalah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Minimal 60% Puskesmas di wilayah kerja kabupaten/kota
melaksanakan kesehatan kerja, sebagai berikut :
1). Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas (identifikasi
faktor risiko di tempat kerja, atau penggunaan APD,
atau APAR, atau pengukuran kebugaran jasmani bagi
petugas).
2). Deteksi dini PTM dan atau pencegahan PM/PAK pada
pekerja puskesmas .
3). Pemberdayaan masyarakat kelompok pekerja
informal (POS UKK).
b. Tersedianya SK/SE yang mendukung pelaksanaan upaya
kesehatan kerja.
c. Pembinaan kesehatan kerja di sektor formal

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


36 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
2. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan
olahraga
Kabupaten/kota yang melaksanakan kesehatan olahraga
adalah:
a. 60% Puskesmas melaksanakan kesehatan olahraga,
sebagai berikuit:
1) Pengukuran kebugaran ASN dan anak sekolah /
jamaah haji
2) Pembinaan kelompok masyarakat yang melakukan
aktivitas fisik (Ibu hamil, Lansia, kelompok olahraga
masyarakat).
b. Pembinaan kebugaran jasmani pekerja tingkat kabupaten/
kota

Yang dimaksud tempat kerja yang melaksanakan kesehatan


kerja adalah perkantoran/perusahaan/fasilitas pelayanan
kesehatan (FKTP dan rumah sakit)/ kelompok kerja (poktan,
kelompok nelayan, kelompok perajin dll) yang melaksanakan
upaya kesehatan kerja, meliputi :
1. Tempat kerja informal (pertanian, UMKM, dan perikanan) :
dinayatakan telah melaksanakan upaya kesehatan kerja
apabila tersedia kader terlatih, melakukan penylyhan
kesehatan, identifikasi risiko, tersedia P3K, pelayanan
kesehatan pada pekerja (deteksi dini PTM)
2. Perusahaan dinyatakan telah melaksanakan upaya kesehatan
kerja apabila : menerapkan SMK3, adanya medical checkup
pegawai, penyuluhan kesehatan, melaporkan jumlah pekerja
perusahaan dan program kesehatan kepada puskesmas
atau dinas kesehatan atau telah melaksanakan kesehatan
kerja apabila : menerapkan GP2SP minimal yaitu ruang ASI

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
37
dan program kesehatan reproduksi (cuti melahirkan, cuti
haid, pemerksaaan sebelum kehamilan, pemerosaaan saat
kehamilan)
3. Fasyankes (puskesmas dan klinik pratama) telah
melaksanakan upaya kesehatan kerja apabila telah memiliki
perencaaan K3, pengelolaa porgram kesehatan kerja,
SOP Kerja, peta identifikasi risiko, jalur dan rambu-rambu
evakuasi, APAR dan pelayanan kesehatan pada pekerja
4. Rumah Sakit (RS certikal dan daerah) dinyatakan telah
melaksanakan upaya kesehatan kerja apabila : memiliki
perencaaan K3, instalasi atau komite K3, SOP Kerja, peta
identifikasi risiko, jalur dan rambu-rambu evakuasi, APAR,
pengelolaan limbah, pelayanan penyakit pada pekerja
5. Perkantoran (pemerintah dan swasta) dinyatakan
melaksanakan upaya kesehatan kerja bila memiliki tim K3,
SOP)
Yang dimaksud instansi pemerintah yang melaksanakan
pengukuran kebugaran jasmani adalah instansi pemerintah yang
melakukan pengukuran kebugaran jasmani bagi pegawainya
minimal satu kali dalam setahun.
Yang dimaksud Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmani
adalah calon Jemaah haji yang diperiksa kebugaran jasmaninya
dalam kurun waktu tertentu sebelum keberangkatan haji.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


38 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi (Monev) dilakukan untuk mengetahui


tingkat pencapaian dan kesesuaian antara rencana yang telah
ditetapkan dalam perencanan program dengan hasil yang
dicapai melalui kegiatan dan/atau program secara berkala dan
terus menerus. Sehingga didapatkan,
1. Tren dari luaran dalam kurun waktu tertentu
2. Informasi terkait penyebab dari sebuah hasil atau keadaan,
dan
3. Umpan balik terhadap kebijakan dan usaha yang ada
Dalam pelaksanaanya monev dilakukan secara kuantitatif dan
kualitatif. Monev kuantitatif dilakukan untuk mengukur hubungan
yang terjadi antar indikator dan variable pembentuk indikator,
dan monev kualitatif dilakukan untuk menemukan gambaran
persepsi terhadap gap atau kesenjangan dalam mencapai
output atau indikator atau variable pembentuk indikator. Monev
dilakukan pada semua tahapan kegiatan mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, dan hasil yang dicapai.
Dalam upaya kesehatan kerja dan olahraga, monev dilakukan
melalui :
A. Laporan Rutin
Laporan rutin dilakukan secara berjenjang mulai dari
tingkat puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
39
Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan
menggunakan format yang telah ditetapkan dan disepakati.
Laporan rutin disampaikan melalui melalui Sistem Informasi
Puskesmas (Simpus) dan Sistem Informasi Terpadu
Kesehatan Kerja dan Olahraga (SITKO).

Laporan rutin dilaporkan secara berjenjang dengan batas


ketentuan waktu sebagai berikut

No Jenjang Pelaporan Keterangan


1 Puskesmas Paling lambat tanggal 5 bulan
berikutnya
2 Dinas Kesehatan Kabupaten Paling lambat tanggal 10 bulan
/ Kota berikutnya
3 Dinas Kesehatan Provinsi Paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya
4 Kementerian Kesehatan c.q Menerima pelaporan dinas
Direktorat Kesehatan Kerja kesehatan provinsi paling lambat
dan Olahraga tanggal 15 bulan berikutnya dan
menyampaikan kepada Setditjen
Kesmas paling lambat tanggal 17
dibulan yang sama

B. Laporan Khusus
Laporan khusus adalah laporan monitoring dan evaluasi
pada kegiatan atau masalah tertentu terkait upaya kesehatan
kerja dan olahraga yang memerlukan perhatian khusus dari
Kementerian Kesehatan, laporan khusus dapat bersifat top
down yaitu berdasarkan permintaan Kementerian Kesehatan
atau bottom up yaitu berdasarkan urgensi daerah agar
mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


40 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Laporan khusus setidaknya berisi mengenai
1. Masalah yang ada.
2. Langkah Pengendalian/ strategi mencapai tujuan yang
telah dilaksanakan.
3. Hasil yang dicapai.
4. Dukungan yang diperlukan.
5. Rencana tindaklanjut.
6. Kesimpulan dan Saran.
Contoh laporan khusus adalah laporan saat arus mudik
lebaran, natal dan tahun baru; laporan jika adanya bencana;
laporan saat terjadi kejadian khusus misal kebakaran di RS
vertikal.

C. Survei atau penelitian


Survei dan penelitian dilakukan untuk melihat keluaran dan
dampak dari pelaksanaan kegiatan atau program kesehatan
kerja dan olahraga. Survei atau penelitian dilakukan secara
nasional sepert melalui Riset Kesehatan Dasar, Survei
Demografi Kesehatan Indonesia, Riset Fasilitas Kesehatan,
dan Survei Sosial Ekonomi Nasional, ataupun bersifat lokal
diwilayah kerja provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas
Pelaksanaan survei dapat dilakukan secara mandiri,
bekerjasama dengan perguruan tinggi, lembaga penelitian
independen atau instansi pemerintah yang memiliki tusi
penilitian

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
41
D. Kunjungan lapangan
Kunjungan lapangan dapat dilakukan mulai dari tingkat
puskesmas ke wilayah kerjanya, kabupaten/kota kewilayah
kerjanya, provinsi ke wilayah kerjanya dan pusat ke berbagai
wilayah dan lokus sesuai dengan kebutuhan.
Kunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan,
1. Gambaran yang mendalam terhadap upaya kesehatan
kerja dan olahraga baik secara terintegrasi ataupun
parsial.
2. Gambaran pelaksanaan praktik terbaik (best practices)
agar dapat direplikasi pada daerah/lokus lain.
3. Percepatan pencapaian upaya kesehatan kerja dan
olahraga.
4. Evaluasi menyeluruh atau perbagian sesuai urgensi dari
kebijakan pimpinan.

E. Laporan terkait Reformasi Birokrasi dan WBK/WBBM


Reformasi Birokrasi dilakukan dalam upaya mewujudkan
satker yang berkinerja dan menjadi WBK/WBBM, laporan ini
dilakukan setiap 3 bulan dengan isi yang terdiri dari :
1. Pengendalian gratifikasi
2. Pelaksanaan whistle blowing system
3. Jumlah dan tindak lanjut dari Pengaduan masyarakat
4. Penanganan benturan kepentingan
5. Sistem pengendalian Intern Pemerintah dan kepatuhan
intern
6. Pengendalian intern pelaporan keuangan

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


42 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
BAB VI
PENUTUP

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan


Kerja dan Olahraga diharapkan dapat menjadi panduan umum
dalam implementasi upaya kesehatan kerja dan olahraga pada
tahun 2020-2025, sehingga proses perencanaan, pelaksanaan
kegiatan, monitoring dan evaluasi upaya kesehatan kerja dan
olahraga dapat terukur, terarah dan tepat sasaran.
Rencana Aksi ini bersifat umum dan perlu merujuk pelbagai
panduan, literatur dan kebijakan yang ada dalam implementasinya.
Semoga Rencana Aksi Kegiatan Direktorat Kesehatan Kerja dan
Olahraga tahun 2020 – 2025, baik secara langusng maupun
tidak langsung dapat mendukung tercapainya masyarakat sehat,
bugar dan produktif agar terwujudnya Sumber Daya Manusia
yang berkualitas dan berdaya saing.

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
43
44

LAMPIRAN
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

Target
No Sasaran Strategis No Indikator
2020 2021 2022 2023 2024 2025
Jumlah provinsi
1 yang melaksanakan 18 22 26 30 34 34
Kesehatan Kerja
Jumlah provinsi
Terwujudnya 2 yang melaksanakan 18 22 26 30 34 34
implementasi dan Kesehatan Olahraga
1 efektifitas program
Kesehatan Kerja dan Jumlah Kab/Kota
Olahraga 3 yang melaksanakan 308 334 360 385 411 411
kesehatan kerja
Jumlah Kab/Kota
4 yang melaksanakan 308 334 360 385 411 411
kesehatan olahraga
Jumlah MoU /
Terwujudnya perjanjian kerjasama/
kemitraan dan jejaring kesepakatan dengan
2 5 10 10 5 10 10 5
Kesehatan Kerja dan K/L, PT, OP, BPJS,
Olahraga LSM dan lain-lain di
tingkat pusat
Target
No Sasaran Strategis No Indikator
2020 2021 2022 2023 2024 2025
Jumlah Pos UKK yang
6 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 16.000
aktif atau dibina
Terwujudnya Kelompok masyarakat
pemberdayaan yang melaksanakan
masyarakat dan 7 aktivitas fisik (kelompok 10.000 20.000 30.000 40.000 50.000 50.000
3
implementasi masyarakat, Ibu Hamil,
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025

Kesehatan Kerja dan Lansia)


Olahraga Jumlah tempat kerja
8 yang melaksanakan 75.000 125.000 150.000 175.000 200.000 200.000
kesehatan kerja
Jumlah petugas yang
9 dilatih /diorentasi oleh 400 400 400 400 400 400
Terwujudnya provinsi
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

optimalisasi peran
dinas kesehatan Persentase (%)
4 Dinkes Kab/Kota
melaksanakan
Kesehatan Kerja dan yang menggunakan
10 30 60 90 95 98 98
Olahraga SITKO sebagai alat
pencatatan dan
pelaporan
45
46

Target
No Sasaran Strategis No Indikator
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

2020 2021 2022 2023 2024 2025


Jumlah RS yang
11 melaksanakan 2465 2500 2600 2700 2800 2.877
kesehatan kerja
Terwujudnya jumlah Puskesmas
optimalisasi peran 12 yang melaksanakan 3000 4000 5000 6000 7000 8100
fasilitas pelayanan Kesja
5 kesehatan
melaksanakan jumlah Puskesmas
Kesehatan Kerja dan 13 yang melaksanakan 2000 3000 4000 5000 5500 6000
Olahraga kesehatan Olahraga
Jumlah jamaah
14 haji yang diperiksa 40% 50% 60% 70% 80% 85%
kebugaran
Pengembagan sistim
Terbentunya sistem 15 informasi kesehatan 1 0 1 0 0 1
informasi dan evaluasi kerja dan olahraga
6
program Kesehatan Jumlah hasil analisis
Kerja dan Olahraga 16 upaya kesehatan kerja 8 8 8 8 8 8
dan olahraga
Jumlah provinsi dan
17 Kab/kota yang di 34 34 34 34 34 34
Terlaksananya advokasi/ sosialisasi
advokasi, sosialisasi, jumlah kabupaten/
7
koordinasi Kesehatan kota yang memiliki
Kerja dan Olahraga 18 APBD untuk kegiatan 308 334 360 385 411 415
kesehatan kerja dan
olahraga
Target
No Sasaran Strategis No Indikator
2020 2021 2022 2023 2024 2025
Terwujudnya
organisasi yang
Jumlah kegiatan
8 berinovasi untuk 19 2 2 2 2 2 2
inovasi di Dit Kesjaor
mempercepat upaya
kesjaor
Subdit/ Subbag di
Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025

Dit.Kesjaor yang
20 5 5 5 5 5 5
Tersedianya SDM memenuhi penilaian
9 yang kompeten dan berkinerja
berbudaya kinerja Jumlah SDM yang
21 sudah dilatih oleh 180 270 180 180 180 250
Pusat
Tersedianya regulasi
Rencana Aksi Kegiatan Upaya

dan perencanaan Jumlah kebijakan/


10 program Kesehatan 21 pedoman /panduan 5 5 5 5 5 5
Kerja dan Olahraga yang disusun
berkesinambungan
47
LAMPIRAN KAMUS INDIKATOR

SASARAN Terwujudnya implementasi dan efektifitas


STRATEGIS 1 program Kesehatan Kerja dan Olahraga
INDIKATOR 1.1 Jumlah provinsi yang mengimplementa-
sikan kesehatan kerja dan olahraga
DEFINISI Provinsi yang mengimplementasikan
kesehatan kerja adalah provinsi yang
telah memiliki minimal 60% puskesmas
melaksanakan kesehatan kerja di
wilayahnya

Puskesmas yang melaksanakan


kesehatan kerja adalah puskesmas yang
melaksanakan :
1. Pelaksanaan K3 internal di Puskesmas
(identifikasi faktor risiko, penggunaan
APD, APAR, pengukuran kebugaran
jasmani bagi petugas)
2. Deteksi dini PM/ PTM/PAK pada
pekerja puskesmas
3. Pemberdayaan dan pembinaan
pekerja terutama pekerja informal
(POS UKK)
FORMULA Jumlah provinsi yang memenuhi kriteria
sesuai definisi indikator
TARGET Tahun 2020: 18
Tahun 2021: 22
Tahun 2022: 26
Tahun 2023: 30
Tahun 2024: 34
Tahun 2025 : 34
KOORDINATOR Subdit Kapasitas Kerja
SUMBER DATA Dinas Kesehatan Provinsi

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


48 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
FREKUENSI Per 3 bulan
PENGUKURAN
POKOK 1. Sosialisasi, Koordinasi dan advokasi
KEGIATAN 2. Peningkatan kapasitas SDM
3. Pembinaan teknis, administrasi dan
manajerial
4. Pemantauan dan evaluasi

Rencana Aksi Kegiatan Upaya


Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025
49
Rencana Aksi Kegiatan Upaya
50 Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2020 – 2025

Anda mungkin juga menyukai