Anda di halaman 1dari 6

BAHAN TUGAS 3

Metodologi Penelitian – Kerangka Teoritik dan Kerangka Konseptual

VIDEO 1 - EKONOMI KREATIF DAN MASALAH UMKM (USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH)

Materi ini diambil dari artikel yang di tulis oleh Ni Nyoman Sunarian, AAN Oka Suryadinatha, dan
Ida IDM Rai Mahaputra tahun 2017 yang berjudul Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah UMKM Melalui Program Binaan di Provinsi Bali dan artikel ini dimuat di Jurnal
Ilmiah Manajemen dan Bisnis Volume 2 No 1 Tahun 2017.

Peneliti tersebut menyatakan bahwa kendala yang dihadapi UMKM di tingkat hulu yaitu modal
usaha seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), proses produksi, SDM, kekurangan pasokan bahan baku,
dan pemasaran. Sedangkan kendala di hilir diketemukan adanya kurangnya dukungan dari
Pemerintah dalam proses pemasaran dan alokasi sarana pamer produk UMKM di Pulau Bali, tingkat
nasional, dan Internasional yang diperoleh dari analisis identifikasi masalah UMKM.

Kemudian untuk memberdayakan UMKM, terlebih dahulu perlu diperhatikan 5 misi utama
pemberdayaan yaitu (1) Penyadaran: (2) Pengorganisasian; (3) Kaderisasi Pendamping; (4) Dukungan
Teknis, dan (5) Pengelolaan Sistem. Pemberdayaan dilakukan melalui 3 cara seperti: (a) Menciptakan
iklim yang kondusif masyarakat untuk berkembang; (b) Memperkuat potensi masyarakat dengan
menyiapkan sarana prasarana baik fisik maupun sosial yang mampu diakses oleh lapisan masyarakat
paling bawah; dan (c) Memberdayakan dalam arti melindungi dan membela masyarakat lemah.

Esensi dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan adalah memberdayakan UMKM, koperasi, dan
kelompok masyarakat agar mandiri di bidang ekonomi sehingga mampu membangun kegiatan
ekonomi produktif dan ekonomi kreatif secara berkelanjutan. Secara potensial ekonomi kreatif
berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang memiliki ciri sebagai berikut:

1. Ekonomi kreatif dapat mendorong penciptaan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan
penerimaan ekspor. Selain itu, ekonomi kreatif juga dapat mempromosikan aspekaspek sosial
(social inclusion), ragam budaya, dan pengembangan sumber daya manusia;
2. Ekonomi kreatif memupuk ekonomi, budaya, dan aspek-aspek sosial yang saling berhubungan
dengan teknologi, kekayaan intelektual, dan tujuan-tujuan wisata;
3. Ekonomi kreatif merupakan seperangkat ilmu pengetahuan yang berbasis aktivitas ekonomi
dengan suatu dimensi perkembangan dan keterkaitan antara tingkat makro dan mikro untuk
ekonomi secara keseluruhan;
4. Ini adalah salah satu pilihan pengembangan yang layak untuk menggugah inovasi yang
multidisiplin, mampu respons kebijakan, dan merupakan tindakan antarkementerian;
5. Kemudian di dalam jantung ekonomi kreatif terdapat industri-industri kreatif (at the heart of the
creative aconomy are the creative industries).
Ekonomi kreatif dapat menciptakan kesejahteraan karena : (1) Dapat menciptakan kesempatan kerja,
(2) Dapat meningkatkan pendapatan, (3) Dapat menciptakan pemerataan, (4) Mendorong
pembaharuan serta (5) Dapat memanfaatkan bahan baku lokal.

Jenis kreativitas yang membentuk ekonomi kreatif, yaitu (1) Kreativitas ilmu pengetahuan (Scientific
creativity); (2) Kreativitas ekonomi (Economic creativity); (3) Kreativitas budaya (Cultural
creativity); dan (4) Kreativitas teknologi (Technological creativity).

Shujiro Urata melakukan penelitian pada UKM di tujuh kota besar di Indonesia termasuk Surabaya
berhasil mengidentifikasikan permasalahan UKM yang meliputi: (1) Lemahnya akses pasar (29%),
(2) Lemahnya keuangan (19,2%), (3) Lemahnya informasi teknik dan pelatihan (19,2%), dan (4)
Lemahnya kontrol kualitas, manajemen, peralatan produksi masing-masing 9,6% dan masalah lain
4%. Sementara itu menurut Ariawati kelemahan UKM dapat diklasifikasikan seperti pendidikan,
permodalan, pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi informasi. Hasil penelitian kerjasama
Kementerian Negara Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) dengan BPS pada tahun 2003 di
dalam tulisan Winarni tahun 2006 menginformasikan bahwa UKM yang mengalami kesulitan usaha
72,47%, sisanya 27,53% tidak ada masalah. Dari 72,47% yang mengalami kesulitan usaha tersebut,
diidentifikasi kesulitan yang muncul adalah (1) Permodalan 51,09%, (2) Pemasaran 34,72%, (3)
Bahan baku 8,59%, (4) Ketenagakerjaan 1,09%, (5) Distribusi transportasi 0,22% dan (6) Lainnya
3,93%.

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN UKM PROVINSI BALI

1. Permasalahan Internal (basic problems), terdiri dari :


1) Kurangnya Permodalan dan Terbatasnya Akses Pembiayaan;
2) Pendidikan Sumber Daya Manusia (SDM) Terbatas;
3) Lemahnya jaringan usaha (Networking) dan kemampuan penetrasi pasar (E-Marketing).
2. Permasalahan Lanjutan (advance problem), teridiri dari :
1) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif;
2) Terbatasnya sarana dan prasarana usaha;
3) Implikasi otonomi daerah yang belum menguntungkan;
4) Implikasi perdagangan bebas yang belum menguntungkan;
5) Sifat produk dengan lifetime pendek sehingga kualitas kurang terjamin; dan
6) Terbatasnya akses pasar.
VIDEO 2 - BELAJAR DARI DESA KARANGANYAR KECAMATAN PITURUH
KABUPATEN PURWOREJO

Hari ini kita akan membahas materi yang berjudul Belajar Dari Karanganyar Kecamatan Pituruh
Kabupaten Purworejo, mari kita mulai:

A. LANDREFORM LOKAL
Di desa Karanganyar terdapat kebijakan lokal yaitu LANDREFORM LOKAL, isi ketentuannya
adalah setiap pemilik tanah sawah yang luasnya mencapai 250 ubin yang 1 ubinnya senilai 14 m2
wajib untuk menyerahkan hak garap atas tanahnya seluas 90 ubin kepada Pemerintah Desa
Karanganyar. Hak garap tersebut oleh Pemerintah Desa Karanganyar kemudian diserahkan
kepada petani yang tidak memiliki tanah sawah dengan ketentuan:
1. Petani penerima hak garap akan menerima hak garap atas tanah sawah seluas 90 ubin;
2. Petani penerima hak garap wajib mengembalikan hak garapnya kepada Pemerintah Desa
Karanganyar bila telah tidak mampu menggarap tanah sawah tersebut dan setelah menerima
pengembalian hak garap maka Pemerintah Desa Karanganyar akan menyerahkan hak garap
atas tanah sawah tersebut kepada petani yang tidak memiliki tanah sawah yang sudah masuk
dalam daftar tunggu penerima (waiting list);
3. Kemudian, petani penerima hak garap atas tanah sawah wajib mengikuti kegiatan kerja bakti,
gotong royong, guyub rukun, dan ronda malam.
Kegiatan LANDREFORM LOKAL mampu membantu setelah ditetapkannya keseluran
ketentuan tersebut dan telah membantu sekitar 76 petani (tenaga kerja) yang tidak memiliki tanah
sawah sehingga dapat menggarap tanah sawah dan memanfaatkan hasil panennya bagi
pemenuhan kebutuhan diri dan keluarganya. Jumlah 76 petani pada akhirnya menjadi tenaga kerja
Pemerintah Desa yang dapat ditugaskan untuk mengikuti kerja bakti seperti memperbaiki jalan,
membantu warga membersihkan satu wilayah, membuat irigasi. Selain itu juga mengikuti ronda
malah sesuai shift atau jadwal yang sudah ada setiap harinya.
Dengan demikian program LANDREFORM LOKAL yang diadakan di Desa Karanganyar
berhasil mencetak hak garap tanah sawah seluas 76 x 90 ubin atau 6840 ubin atau 95.760 m2 atau
9,576 ha.
B. KONDISI DAN KEMAMPUAN EKONOMI PENERIMA HAK GARAP
Sekarang akan kita liat bagaimana kondisi ekonomi dalam pengertian bagaimana kemampuan
ekonomiyang berhasil dibangun oleh penerima hak garap berdasarkan luas tanah garap 90 ubin
yang mereka garap/ kelola. Setiap petani penerima hak garap akan menerima luas tanah garap
seluas 90 ubin atau 1260 m2 atau 0,126 ha.
Konstruksi Pendapatan Ekonomi (90 ubin);
0,126 ha itu apabila diproses tanam padi kemudian dipanen menjadi gabah kering giling dalam
hitungan normal maka akan menghasilkan 0.725 ton atau 725 kg (90 ubin menghasilkan 725 kg)
yang dapat mencapai pendapatan sebesar Rp.3.806.250 (1kg=Rp.5250 gabah kering giling)
dengan biaya produksi yang dilaksanakan sampai masa panen sebesar Rp.1.638.000 sehingga
petani penerima hak garap seluas 90 ubin akan mendapatkan hasil bersih sebesar Rp.2.168.250
dan itu didapatkan selama 4 bulan (masa panen 3x 1 tahun). Apabila 3 bulan menerima maka
dalam 1 bulan petani penerima hak garap tanah sawah akan menerima Rp.542.062 / bulan.

Tanah Garap
Hak garap atas tanah sawah program LANDREFORM LOKAL di Desa Karanganyar
Kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo (76 x 90 ubin) itu disebut sebagai tanah buruhan yang
identik dengan komunal property. Komunal property yaitu bentuk dari suatu penguasaan tanah
secara bersama oleh suatu kelompok masyarakat desa. Pemilik tanah sawah seluas 250 ubin yang
menyumbang tanah hak garap dengan banyak 90 ubin yang kemudian dikumpul sehingga
mencapai luas 76 x 90 ubin atau 6840 ubin atau 95.760 m2 atau 9,576 ha itu disebut penguasanan
tanah secara bersama oleh suatu masyarakat dan dibagi secara bergiliran.
Selanjutnya tanah buruhan berkaitan juga dengan tenurial (hal hal yang terkait dengan tenur).
Tenur adalah segenap relasi sosialyang kompleks dan terkait dengan penguasaan tanah. Jadi
tanah buruhan yang dibilang berkaitan dengan tenurial berarti berkaitan dengan tenur dan
juga pasti berkaitan dengan penguasaan tanah.
Kemudian program LANDREFORM LOKAL yang dilaksanakan di Desa Karanganyar
merupakan sebuah bukti adanya norma ideal yang dipraktikkan menjadi norma dengan nilai real
(kenyataan). Norma idealnya adalah mereka ingin mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan
harmoni dengan memperbaiki struktur adanya petani yang tidak memiliki tanah sawah dan petani
yang memiliki tanah sawah. Hal ini kemudian yang diperbaiki sehingga yang tidak memiliki
tanah sawah dapat memilikinya meskipun hanya berupa hak garap dengan luas 90 ubin kemudian
dari situ mendapatkan penghasilan sehingga terwujud harmoni (sudah diperbaiki struktur
agrarianya sehingga telah memenuhi asas keadilan).
VIDEO 3 – LIMA POINT LIVELIHOOD

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN LIVELIHOOD
Livelihood merupakan sebuah istilah yang menggambarkan 3 hal yaitu kemampuan
(capabilities), kepemilikan sumber daya baik bersifat sosial dan material, dan kegiatan yang
dibutuhkan seseorang/ masyarakat untuk menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, maka
livelihood sering diberi pengertian singkat yaitu penghidupan.
2. 3 HAL YANG TERKAIT DENGAN LIVELIHOOD
Ada 3 hal yang terkait dengan livelihood yaitu job (pekerjaan), career (karir), dan profession
(profesi).
- Job (Pekerjaan) adalah kerja (work) teratur yang dilakukan dalam tatanan tertentu untuk
mendapatkan sejumlah uang.
- Career (Karir) adalah suatu pekerjaan (job) yang dilakukan dalam jangka waktu relatif
panjang pada hidup seseorang yang memberinya kesempatan untuk bergerak ke posisi yang
lebih tinggi (meningkat seiring waktu) dan mendapatkan sejumlah uang (gaji).
- Profession (Profesi) adalah suatu tipe kerja tertentu yang membutuhkan pelatihan atau
pendidikan khusus.
3. 3 FAKTOR SOSIAL YANG MENENTUKAN LIVELIHOOD
Terdapat 3 faktor sosial yang menentukan livelihood, yaitu
- Infrastruktur sosial, seperti setting kelembagaan dan tatanan norma sosial yang berlaku.
- Struktur sosial, seperti setting lapisan sosial, struktur agraria, struktur demografi dan
pengetahuan local
- Supra struktur sosial, seperti setting ideologi dan sistem nilai yang berlaku.
SITUASI PRAKTIK DI LAPANGAN
- Pertanian sebagai livelihood, maka apabila berbicara tentang setting kelembagaan dapat kita
lihat apakah kondisi kelembagaan itu mampu mendukung petani atau tidak.
- Dalam tatanan norma sosial dapat dilihat apakah tatanan norma sosial tersebut memudahkan
petani dalam melaksanakan pekerjaannya atau justru menghambat serta memperlambat petani
dalam melaksanakan pekerjaannya.
- Berbicara tentang setting lapisan sosial, yang menjadi pertanyaannya ialah petani berada di
lapisan ke berapa dan di lapisan yang mana (setau pak aris petani berapa di lapisan sosial
paling bawah).
- Kemudian struktur agraria, dalam struktur agraria petani berada di dalam kelompok mana
dan di struktur yang mana (setau pak aris petani merupakan kelompok masyarakat yang
berada dalam takaran/ level kelompok yang marginal).
- Kemudian struktur demografi, dalam struktur demografi khususnya berbicara tentang usia.
Pertanyaannya mana usia mayoritas yang berprofesi menjadi petani (isu terakhir mengatakan
bahwa kaum muda/ usia muda tidak lagi berminat terhadap profesi sebagai petani)
- Kemudian pengetahuan lokal, dimanakah kearifan budi daya pertanian yang selama ini
dipraktikkan oleh masyarakat? Apakah kemudian kearifan tersebut tergerus oleh
perkembangn modernisasi atau justru mampu survive meskipun tertutup karena menghadapi
kemajuan modernisasi
- Selanjutnya setting ideologi, dimanakah keberpihakan sistem yang berlaku kepada petani?
Misalnya ideologi apa yang berlaku dan apakah ideologi tersebut berpihak kepada petani atau
justru sebaliknya malah mematikan hak-hak petani.
- Selanjutnya sistem nilai, mana konsep benar baik dan indah itu yang tertuju pada profesi
petani? Apakah profesi petani itu dapat dipahami sebagai profesi yang benar baik dan indah
atau justru yang sebaliknya
4. FORMAT LIVELIHOOD
Terdapat 3 jenis konteks format livelihood, yaitu:
- On farm
Misalnya berbagai aktivitas yang terkait dengan pertanian seperti bertani, pemilik tanah,
maupun buruh tani termasuk penggarap tanah
- Off farm
Yaitu berbagai aktivitas di luar pertanian akan tetapi masih terkait dengan pertanian seperti
pedagang pupuk serta persewaan alat-alat pertanian
- Non-farm
Yaitu berbagai aktivitas diluar pertanian yang tidak lagi terkait dengan pertanian seperti
peganag, karyawan, buruh
5. SOLUSI DALAM LIVELIHOOD
Bicara tentang solusi dalam livelihood ini kita harus tau lebih dahulu bahwa dalam konteks
livelihood pada akhirnya masyarakat itu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya melalui
pendapatan yang memadai. Bila pekerjaan di on farm belum memberikan penghasilan yang
memadai maka biasanya akan dipadukan dengan off farm dan/atau dipadukan dengan non-farm
(menambah pekerjaan).
Misalnya : seorang petani (on farm) yang bekerja sebagai pedagang sayur dan kentang (off farm)
dan apabila ada waktu orang tersebut bekerja menjadi kuli bangunan (non-farm).
Berbicara tentang solusi dalam livelihood ini yang perlu kita perhatikan adalah saudara kita yang
berada di level marginal dan para petani yang memiliki lahan terlalu sempit sehingga format on
farm livelihood tidak mampu memenuhi kebutuhannya sehingga perlu memadukan dengan format
livelihood lainnya (off farm dan non-farm).

Anda mungkin juga menyukai