Anda di halaman 1dari 2

DOUBLE JABATAN DARI DIREKSI BUMN DENGAN PERUSAHAAN SWASTA

Masalah rangkap jabatan direksi dan komisaris BUMN semakin banyak terjadi. Setelah Ombudsman RI,
kini Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan adanya sejumlah pejabat perusahaan
negara yang menduduki lebih dari satu kursi. Di sektor keuangan (asuransi dan investasi) Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan 31 direksi dan komisaris yang merangkap jabatan ke
perusahaan swasta di sektor yang sama. Bahkan, ada orang yang merangkap jabatan sampai di 11
perusahaan pada sektor tersebut. Kemudian pada sektor pertambangan, Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) menemukan 12 direksi dan komisaris BUMN yang merangkap jabatan pada perusahaan
swasta dengan sektor yang sama juga. Perangkapannya lainnya yang luar biasa terjadi di sektor
pertambangan dengan terdapat 1 pejabat yang merangkap sampai 22 jabatan lain di non-BUMN pada
sektor yang sama. Selain itu pada sektor konstruksi BUMN (PT.Waskita Karya, PT.Wijaya Karya,
PT.Virama Karua, dll) terdapat 19 direksi atau komisaris yang di saat bersamaan merangkap jabatan di
perusahaan swasta pada sektor konstuksi dengan tingkat perangkapan jabatannya yaitu 1 sampai 5
rangkap jabatan.

Untuk menjawab permasalahan tersebut dikeluarkanlah Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara
Republik Indonesia Nomor Per-11/MBU/07/ 2021 Tentang Persyaratan, Tata Cara Pengangkatan, Dan
Pemberhentian Anggota Direksi Badan Usaha Milik Negara. Kemudian dijelaskan pada Pasal 17 ayat (4)
dijelaskan bahwa jabatan direksi BUMN akan berakhir apabila persyaratan sebagai Direksi berdasarkan
ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan termasuk rangkap jabatan yang dilarang dan
pengunduran diri. Lebih lenjut mengenai hal ini akan dijelaskan pada ayat (5) dengan rincian Rangkap
jabatan yang dilarang antara lain sebagai berikut:

a. Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta;
b. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas pada BUMN dan perusahaan lain;
c. Jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat dan/atau daerah;
d. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan;
e. Pengurus partai politik, anggota legislatif dan/atau kepala daerah/wakil kepala daerah;
f. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; dan/atau g. menjadi calon legislatif atau
calon kepala daerah/wakil kepala daerah.
Dilarangnya rangkap jabatan direksi BUMN semakin diperkuat oleh Undang-Undang No.5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam Pasal 26yang dikatakan
bahwa Seseorang yang menduduki jabatan sebagai direksi atau komisaris dari suatu perusahaan, pada
waktu yang bersamaan dilarang merangkap menjadi direksi atau komisaris pada perusahaan lain, apabila
perusahaan-perusahaan tersebut :
a. Berada dalam pasar bersangkutan yang sama; atau
b. Memiliki keterkaitan yang erat dalam bidang dan atau jenis usaha; atau
c. Secara bersama dapat menguasai pangsa pasar barang dan atau jasa tertentu, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

Perizinan rangkap jabatan tidak diperbolehkan bagi anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas.
Baik rangkap jabatan sebagai anggota Direksi pada BUMN, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan
Usaha Milik Swasta, atau jabatan yang dapat menimbulkan benturan kepentingan dengan BUMN.

Sebab dilarang adanya rangkap jabatan atau pemilik perusahaan tersebut antara lain dapat menyebabkan
persaingan usaha tidak sehat. Apalagi bila kedua perusahaan bergerak di bidang yang sama atau memiliki
keterkaitan bisnis dan rantai pasok sehingga berakibat pada penguasaan pasar dan praktik diskriminasi.
Selain itu dapat menyebabkan adanya benturan kepentingan sehingga dapat timbul permasalahan seperti
korupsi, adanya proyek fiktif, manipulasi pajak dan laporan keuangan, dan hal lain yang merugikan
negara.

Anda mungkin juga menyukai