Askep Gerontik Ok (Acc)
Askep Gerontik Ok (Acc)
Oleh:
RENDRA TRIMAWAN
NIM : 2019.04.094
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
(...............................)
(............................................) (..............................................)
(..........................................)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
BANYUWANGI
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 2019.04.094
A.Latar Belakang
Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga radang sendi. Tiga
jenis artritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis, arthritis gout, dan rheumatoid
arthritis yang menyebabkan berbenjol pada sendi atau radang pada sendi secara serentak
(Utomo, 2012).
Di Indonesia penyakit rematik yang paling banyak ditemukan dan dijumpai adalah
oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa terjadinya kerusakan pada
kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang
melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai
penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian
melakukan aktivitas atau gerakan. Gejala osteoarthritis bersifat progresif, dimana keluhan
Tenaga kesehatan yang menangani kasus osteoarthritis salah satunya adalah fisioterapi.
Menurut Fukuda (2011), dilihat dari aspek fisioterapi, Osteoarthritis dapat menimbulkan
bermacam-macam gangguan seperti impairment yaitu terjadi penurunan kekuatan otot, adanya
nyeri yang mengakibatkan lingkup gerak sendi terbatas, terjadi spasme pada otot,
berdiri lama, bangkit dari duduk, danjongkok. Akibatdari menurunnya kemampuan gerak.
Bahkan pada tingkatfunctionallimitation seperti mengalami gangguan saat berjalan, naik turun
dan pada perempuan 12,7% dari seluruh penderita osteoarthritis, pada usia < 40 tahun penderita
osteoarthritis mencapai 5% sedangkan pada usia 40-60 tahun mencapai 30% dan pada usia >60
sebagai penyakit pasca pensiun. Sebagian besar penderita osteoarthritis kelihatannya menderita
obesitas. Perempuan lebih banyak menderita osteoarthritis daripada lelaki dan terutama pada
usia lanjut. Sendi yang sering dikenai osteoarthritis adalah sendi lutut, panggul dan beberapa
Nyeri lutut merupakan salah satu keluhan yang sering timbul dan sering dijumpai pada
kasus osteoarthritis. Sedangkan nyeri merupakan gejala klinik yang sering dijumpai pada
pasien osteoarthritis lutut terutama saat melakukan aktifitas atau pembebanan yang berlebih.
Akibat lanjut dari osteoarthritis adalah terjadi penurunan aktifitas fungsional (Parjoto, 2000).
Keluhan pada osteoarthritis lutut dapat ditanggulangi dengan modalitas fisioterapi infra
antara lain dengan latihan tipe kontraksi isotonik dan isometrik. Latihan isotonik adalah tipe
kontraksi yang disebabkan memanjang atau memendeknya otot-otot. Dalam kontraksi ini
tampak terjadi suatu gerakan dalam anggota-anggota tubuh. Kontraksi tipe ini juga disebut
dengan dynamic contraction (Kuntono, 2002). Sedangkan Latihan isometrik adalah suatu
bentuk latihan dimana hanya terjadi kontraksi otot dan menghasilkan kekuatan tanpa perubahan
berate dalam penjang otot dan tanpa ada gerakan ssendi yang terlihat (Kisner dan Colby, 2007).
Salah satu bentuk latihan isotonik adalah resisted exercise suatu latihan statis maupun
dinamis dimana menahan tahan dari luar berupa tahan manual maupun tahanan mekanik (Kisner
dan Colby 2007). Salah satu bentuk latihan isometrik adalah hold relax yaitu suatu kontraksi
isometrik optimal pada klompok otot antagonis yang diikuti rileksasi, bertujuan mengurangi
dalam surat Al-Infithar ayat ke 6sampai8. “Wahai manusia, apakah yang telah
memperdayakan kamu (berbuat dosa) terhadap Tuhan kamu yang Maha pemurah. Tuhan yang
telah mengatur kejadianmu lalu menjadikan anggotamu sesuai (dengan tujuan yang
kekuatannya. Dalam bentuk dan rupa apa saja yang dikehendaki, Dia susunkan kejadianmu”.
stimulation, dan memberikan tambahan latihan latihan berupa Latihan isotonik dan isometrik.
BAB 2
TINJAUN TEORI
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter,
2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,
yang berarti seseorang teu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku
yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif
3. Klasifikasi Lansia
4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
4. Tipe Lansia
1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses
kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah
4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
k. Iatrogenic(Iatrogenesis)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, seringkali
menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat
yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang
dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional
karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal
hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati juga
terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat
dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan
dengan baik dan dapat berefek toksik.
l. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) banyak hal yang
mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus
(kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna (tampak
bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya.
Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis,
refleks batuk dan bersinyang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas
yang melemah. Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah
antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap agen-
agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia.
m. Impotence (Impotensi)
Ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan
oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi
karena terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan vaskuler seperti
sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat aliran darah
sehingga penis tidak dapat ereksi. Penyebab lainnya adalah depresi.
n. Impaction (Konstipasi)
Usus besar yang sensitif mudah terangsangsehingga menyebabkan diare atau konstipasi/
impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan
pada otot polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus,
gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas yang dapat
merangsang syaraf, kolitis.
Pasien geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul sering
tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejala menjadi tidak
jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah hipertensi, diabetes
melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian multisenter di
Indonesia terhadap 544 pasien geriatri yang dirawat inap mendapatkan prevalensi hipertensi dan
diabetes melitus sebesar 50,2% dan 27,2%.
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan berbagai jenis obat
dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi pilihan untuk mengatasi masalah
pada pasien usia lanjut, namun obat tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit
dihindari. Prinsip penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian
multi/ interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik.
8.Perawatan lansia
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami
klien lanjut semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progrevitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
memepertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
menceggah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan
kurang mendapat perhatian.
Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.Untuk klien lanjut usia
yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal
makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal
ini penting karena meskipun tidak selalu, keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala-
gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang para klien lanjut usia dihadapkan
pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan
membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan termasuk memilih dan
menentukan makanan, minum, melakuan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan,
duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal,
jangan makan terlalu banyak dan jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.
2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai
bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip
“Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus selalu
menciptakan suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan
kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri,
rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan
berlanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya
ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan keinginan, peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang,
dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan,
jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa atau kesalahan. Harus diingat,
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.Bila perawat ingin
mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental
mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas
dan bahagia.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan sosial. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama
klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social
antara lanjut usia dan lanjut usia dan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi,
misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.Para lanjut usia perlu dirangsang
untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca
surat kabar dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para klien lanjut usia.
Sebagian besar klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit, biaya
hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau
kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan
perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati
keadaan di luar, agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.Tidak jarang terjadi
pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia (terutama yang tinggal dipanti werda), hal
ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak dengan mereka,
senasib dan sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara
langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dipanti werda.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menekati kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini di dasari oleh berbagai macam faktor seperti,
ketidakpastian pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering
menyertainya, dan kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan
sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi
yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup ini. Sebab itu,
perawat harus meneliti dengan cermat di manakah letak kelemahan dan di mana letak kekuatan
klien, agar perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada segi
spiritual, sudah seelayaknya perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut
usia ini dapat diringankan penderitaannya. Perawat bisa memberikan kesempatan pada klien
lanjut usia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan
rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu
lanjut usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan keluarga, maka perawat
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa keluarga tadi ditinggalkan, masih ada orang lain
yang mengurus mereka. Sedangkan bila ada rasa bersalah yang menghantui pikiran lanjut usia,
segera perawat segera menghubungi seorang rohaniawan untuk dapat mendampingi lanjut usia
dan mendengarkan keluhan-keluhannya maupun pengakuan-pengakuannya.Umumnya pada
waktu kematian akan datang, agama atau kepercayaan seseorang merupakan faktor yang
penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat perlu untuk melapangkan
dada klien lanjut usia.Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia bukan hanya terhadap
fisik, yakni membantu mereka dalam keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut
menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.
akan menganggu fungsi yang lainnya. Paru memiliki struktur gelembung sangat halus yang
dinamakan alveolus, apabila terjadi kerusakan pada alveolus tersebut maka akan menyebabkan
darah antara paru dan jantung terbendung. Gejala yang timbul apabila terjadi penyakit paru
yaitu; batuk, sesak nafas, kulit membiru karena kekurangan oksigen, dan sakit dada.
1. Definisi
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 2016).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 2017).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena
osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh
(setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin
berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.
4. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama
kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini
mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan
beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah
robek.
3. Jenis Reumatik
Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler).
Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
2. Artritis Reumatoid
Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh
tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis
dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya
mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput
sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua
sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena
mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor
termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus
Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-
tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya
perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi
sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara
perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).
3. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui,
namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses
penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh
persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan
ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan
yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.
Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui
berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih
sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan
4. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik
gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan,
gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat
di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu
timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang
urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit
gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi,
yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa
basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok
asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit
darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin
B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida
yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar
benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang
Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft
tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor
kejiwaan
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat
mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
e. Back Pain
intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur
tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri
Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa
menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan
diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi
terbatas.
4. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
4. Krepitasi
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang
menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
5. Patofisiologi
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,
terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk
pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan
granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama
dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
8. Penatalaksanaan
a. Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
a. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
b. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Dukungan psikososial
e. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
g. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
Karbohidrat Semua –
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, bandeng Sardin, kerang, jantung,
burung.
tempe, oncom
mengandung soda
Semua macam bumbu
Buah-buahan -
Minuman Alkohol
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan
berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan
yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
9. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
b. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
a. Terjadi splenomegali.
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
ATRITIS
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
b. Riwayat Kesehatan
2. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
c. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
d. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
e. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian
f. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor
hubungan.
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang
lain).
g. Makanan/ cairan
anoreksia
h. Hygiene
i. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
j. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada
sendi).
k. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan
dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada
l. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa keperawatan
ketidakseimbangan mobilitas
3. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi
Kriteria Hasil:
sesuai kemampuan.
e)
Intervensi Rasional
pada sendi
sokong sendi yang sakit di atas dan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit
hangat atau mandi pancuran pada waktue. Panas meningkatkan relaksasi otot,
bangun dan/atau pada waktu tidur. dan mobilitas, menurunkan rasa sakit
beberapa kali sehari. Pantau suhu air dihilangkan dan luka dermal dapat
Kriteria Hasil :
kontraktur.
aktivitas
Intervensi Rasional
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi dari perkembangan/ resolusi dari peoses
yang terus menerus dan tidur malam penyakit yang penting untuk mencegah
resistif dan isometris jika fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina
kontraktor
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
keterbatasan.
Intervensi Rasional
bermusuhan, ketergantungan e.
f.
koping. diri
Kriteria Hasil :
kemampuan individual.
Intervensi Rasional
4. Implementasi
yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan
evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada
tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi
selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil
DAFTAR PUSTAKA
Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011
Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.
NIM : 2019.04.094
2020
BANYUWANGI
Kampus 1 : Jl. Letkol Istiqlah 40 Telp. (0333) 421610 Banyuwangi
BAB III
1. IDENTITAS :
KLIEN
Nama : Tn.k
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Dsn. Delik Ds. djambesari , Kec.giri, Kab. Banyuwangi, Prov. Jawa
Timur, Indonesia
2 DATA :
. KELUARGA
a Nama : Tn.m
Hubungan : anak
Pekerjaan : 38 tahun
Alamat : Dsn delik Ds djambesari , Kec. giri Kab. Banyuwangi, Prov. Jawa
Timur, Indonesia
Tn. k mengatakan sakit pada kedua lutut dan pinggang sejak 2 minggu yang lalu.
Tn k mengatakan telah menderita arthritis rheumatoid sejak 5 bulan yang lalu. Pasien tampak
meringis, memegang area lutut dan adanya pembengkakan pada daerah lutut pasien, pasien
mengatakan jika rasa nyeri muncul biasanya sering mengganggu aktivitasnya. Bila merasakan
nyeri pasien biasanya membawa ke tukang pijat, terkadang pasien juga mengkonsumsi obat
penghilang rasa nyeri (Flu Tulang) yang dijual ditoko terdekat. Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dari 0-10 skala yang diberikan. Nyeri dirasakan pasien
muncul pada saat pasien melakukan aktivitas yang berat.
Obat - obatan:
Tn k mengatakan Sering mengkonsumsi obat obatan ditoko terdekat seperti( flu tulang) setelah
minum 4 hari sakit lagi.
BB : 62 kg TB : 160
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan :
Perubahan BB :
Perubahan nafsu :
makan
Masalah tidur :
Kemampuan ADL :
KETERANGAN : Tn. K merasa nyeri pada lututnya seperti ditusuk tusuk
dan Nyeri dirasakan pasien muncul pada saat pasien
melakukan aktivitas yang berat.
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka :
Pruritus :
Perubahan pigmen :
Memar :
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan abnormal :
Pembengkakan kel. :
Limfe
Anemia :
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala :
Pusing :
Ya Tidak
Perubahan penglihatan :
Pakai kacamata :
Kekeringan mata :
Nyeri :
Gatal :
Photobobia :
Diplopia :
Riwayat infeksi :
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan pendengaran :
Discharge :
Tinitus :
Vertigo :
Riwayat infeksi :
Ya Tidak
Rhinorrhea :
Discharge :
Epistaksis :
Obstruksi :
Snoring :
Alergi :
Riwayat infeksi :
8. Mulut, tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan :
Kesulitan menelan :
Lesi :
Perdarahan gusi :
Caries :
Perubahan rasa :
Gigi palsu :
Riwayat Infeksi :
Ya Tidak
Kekakuan :
Nyeri tekan :
Massa :
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk :
Nafas pendek :
Hemoptisis :
Wheezing :
Asma :
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain :
Palpitasi :
Dipsnoe :
Paroximal nocturnal :
Orthopnea :
Murmur :
Edema :
Ya Tidak
Disphagia :
Nausea / vomiting :
Hemateemesis :
Perubahan nafsu :
makan
Massa :
Jaundice :
Melena :
Hemorrhoid :
Pola BAB : Tn k BAB ±2x sehari, konsistensi padat, bau khas feses
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria :
Hesitancy :
Urgency :
Hematuria :
Poliuria :
Oliguria :
Nocturia :
Inkontinensia :
Nyeri berkemih :
Pola BAK : Tn k BAK kurang lebih 1000 cc dalam sehari warna kuning
jernih bau khas urine
ya tidak
Lesi : v
Retensi urine : v
Pembesaran prostat : v
Disfungsi seksual : v
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi :
Bengkak :
Kaku sendi :
Deformitas :
Spasme :
Kram :
Kelemahan otot :
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache :
Seizures :
Syncope :
Tic/tremor :
Paralysis :
Paresis :
Masalah memori :
Psikososial YA Tidak
Cemas :
Depresi :
Ketakutan :
Insomnia :
Kesulitan konsentrasi :
Ada dampak yang mengganggu dalam ADLnyasehari hari ,yaitu klien tidak biasa
bebas untuk bekerja karena lututnya sakit.
Spiritual
KETERANGAN
Tn k ada sedikit hambatan dalam beribadah karena lututnya sakit bila ditekuk.
6. LINGKUNGAN :
Kamar : luas ± 3 x 3m, dan terdapat 3 kamar tidur serta terdapat ventilasi yang baik
Kamar mandi
1 kamar mandi yang bersih dan terdapat kloset jongkok
Luas rumah
12 x 10 m2, terdapat ventilasi yang cukup serta rumah keadaan bersih dan rapi.
Jumah : Habis
Jumlah : ± 1500 cc
9 Mengenakan pakaian 5 10 10
Jenis : Padat
Warna : Kekuningan
Jenis :menyapu
halaman bekerja
diladang
13 Rekreasi / Pemanfaatan Waktu Luang 5 10 10 Frekuensi :
130
Interpretasi Hasil :
130 : Mandiri
60 : ketergantungan total
Kesimpulan : Tn K mandiri
2. Aspek Kognitif
Tanggal : 15
Kabupaten/kota : Banyuwangi
Jawaban :
Jawaban :
1). Botol
2). Sapu
Klien menjawab :
Interpretasihasil :
18 – 23 : Gangguankognitifsedang
0 - 17 : Gangguankognitifberat
3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
2 03 JUNI2020 26 detik
Interpretasi hasil:
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
Jumlah 3
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
0-4 = Normal
5-7 = Ringan
8-11 = Sedang
12-15 = Berat
5. Status Nutrisi
Total score 2
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 – 2 : Good
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
Intepretasi:
4 - 6 = Disfungsi sedang
Nama : Tn k
-AU = 8,8
CHOL = 170
DO : Deformitas sendi
Gangguan mobilitas
fisik
as fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn k
02/ 06/2020 Nyeri akut berhubungkan dengan proses inflamasi yang 04/06/2020
ditandai dengan
-AU = 8,8
02-06 – 20
CHOL = 170
Nama : Tn K
Nama : Tn k
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T
1940 Terapeutik
2015 Edukasi
Nama : Tn k
NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T
Terapeutik
15 30
2.3 Menganjurkan tn k untuk mempertahankan
tempat duduk di beberapa bagian rumah
R : tn kmeletakkan kursi di depan pintu
untuk beristirahat
Edukasi
1630 2.4 Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat
merasa kelelahan
R : tn k beristirahat saat merasa lelah
Edukasi
Nama : tn k
TANGGAL
NO TANGGAL TANGGAL
02– 06 – 20 20 Jam 14.00
DX 02 – 06 – 2020 Jam 19.00 03 – 06 – 2020 Jam 15.00
1 S S S
-AU = 8,8
CHOL = 170
O O O
-AU = 8,8
CHOL = 170
A;Masalah belum teratasi A;Masalah teratasi sebagian A;Masalah teratasi
- Anjurkan untuk
mengurangi aktivitas yang
berat
- Anjurkan istirahat
sebelum merasa kelelahan
- Anjurkan memperbanyak
istirahat
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang
berumur tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut merupakan
suatu tahap akhir dalam rentang kehidupan manusia. Proses penuaan adalah
siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai
fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ
dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses degeneratif (penuaan). Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit
menular akibat masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh seperti
Tuberkulosis, Diare, Pneumonia dan Hepatitis. Selain itu penyakit tidak menular
banyak muncul pada usia lanjut diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes Melitus
dan radang sendi atau Asam Urat. Pada saat pengkajian didapatkan data yaitu Tn
K mengatakan mengeluh nyeri pada sendi lutut kaki kanan dan kiri, nyeri
dirasakan seperti tertusuk benda tajam, nyeri dirasakan hilang timbul dengan
ambang skala nyeri 5, nyeri berkurang saat dibuat istirahat dan bertambah saat
dibuat jalan , Ekspresi wajah tampak menyeringai, Tanda – tanda vital Tensi :
130/90 mmHg, Nadi : 90 x/mnt, RR : 18 x/mnt, Suhu : 36,8 0C, GDA = 115, AU
= 8,8, CHOL = 170, Setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnosa berupa
Nyeri akut berhubungkan dengan proses inflamasi, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Dan setelah mendapatkan
diagnosa dan dilakukan intervensi, implementasi dan evaluasi didapatkan data
mengatakan nyeri pada sendi kaki kanan dan kiri hialng, skala nyeri 0, Ekspresi
wajah tampak rileks, Tanda – tanda vital Tensi : 120/80 mmHg, Nadi : 90 x/mnt,
RR : 18x/mnt, Suhu lutut tidak bengkak ekpresi wajah rilek.
2. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada keluarga Tn. m dan didapatkan
hasil perubahan pada kondisi kesehatan tn K dan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada tn k dan mampu merawat anggota keluarga diharapkan keluarga
Tn. m tetap rutin, rajin dan tetap patuh terhadap informasi dan edukasi masalah
kesehatan yang telah diberikan oleh mahasiswa
LAMPIRAN 1
Tujuan
Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran
mampu mengerti dan memahami penyakit asam urat
yang sering terjadi pada lansia
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran
mampu:
o menjelaskan tentang definisi asam urat
o menjelaskan tentang penyebab asam urat
o menyebutkan tanda dan gejala terjadinya asam urat
o menyebutkan tentang penatalaksanaan diet
o menyebutkan tentang bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan
Kegiatan belajar mengajar
Leafleat
Evaluasi
Setelah di lakukan tindakan penyuluhan selama 1 x 60 menit sasaran mampu:
o menjelaskan tentang definisi asam urat
o menjelaskan tentang penyebab asam urat
o menyebutkan tanda dan gejala terjadinya asam urat
o menyebutkan tentang penatalaksanaan diet
o menyebutkan tentang bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
Peradangan pada sendi akibat endapan kristal asam urat pada sendi atau jari.
Asam urat adalah zat yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dalam
tubuh yang kemudian dibuang melalui urin.
Penyakit pada sendi adalah: akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi-sendi tulang yang banyak di jumpai pada lansia,terutama yang gemuk.
2. Penyebab asam urat
a. Gangguan sejak lahir
b. Pola makan tidak sehat
c. Pemakaian alkohol
d. Obat diuretk atau analgesik
e. Komplikasi ke hipertensi dan arterosklerosis
2. Tanda-tanda dan gejala umum
Ciri-ciri serangan pertama asam urat pada umumnya berupa serangan akut
yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan seringkali hanya satu sendi yang
diserang. Namun gejala–gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti
pergelangan kaki, punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, tangan atau jari,
juga termasuk juga ginjal.
gejala yang dirasakan oleh penderita biasanya keluhan di persendian,
sakit di tumit, ujung jari kaki, bahkan kalau sudah parah penderita tidak dapat
berjalan karena daerah sekitar persendian kaki (mata kaki) membengkak.
Gejala lain yaitu:
a. Bengkak pada sendi
b. Nyeri pada sendi
c. Sendi kaku atau tegang
d. Kemerahan
e. Pusing
f. Demam
g. Rasa malas
h. Nafsu makan menurun
i. Nyeri terutama pada pagi hari saat bangun tidur atau pada malam hari
3. Penatalaksanan Diet
Sasaran terapi gout arthritis yaitu mempertahankan kadar asam urat dalam serum
di bawah 6mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat.
Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi
yang ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal
tersebut ditemukan pada jaringan kartilago, subcutan, dan jaringan partikular,
tendon, tulang, ginjal, dan beberapa tempat lainnya. Selain itu, terapi gout juga
bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena
penumpukan kristal dalam medula ginjal akan menyebabkan Chronic Urate
Nephropathy serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat
dilakukan dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan pengontrolan dan penurunan kadar asam urat dalam serum
darah.
Penderita asam urat tinggi, memang harus hati-hati terhadap makanan. Diet yang
dilakukan, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat
harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan
makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir
tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasi
asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal biasanya
mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
2. Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang
kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkannn dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang
akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3. Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini
sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis
fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya
dihindari karena fruktosa akan meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.
4. Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan
protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-
70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang
disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur.
5. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6. Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal
sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih
masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui
buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan
jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-
buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya
mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7. Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam
laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari
tubuh.
4. Bahan makanan
a. yang boleh diberikan
semua karbohidrat
protein hewani = daging ayam
protein nabati = kacang-kacangan
semua buah-buahan
minuman = teh, kopi, minuman bersoda
b. yang tidak boleh diberikan
makanan yang tidak boleh di berikan biasanya biasa disingkat dengan
TEKUK atau BENJOL
TEKUK : Telor.Emping,Kerang,Udang,Kembang kol
BENJOL :Bayam,Emping,Nangka,Jeroan,Otak,Lemak
Selain diatas dibawah ini juga dilarang:
Usus paru hati limfa buncis jamur
DAFTAR PUSTAKA
1. http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/64-asam-
urat.html
2. http://situsgado-gado.blogspot.com/2008/11/asam-urat-penyebab-pantangan-
obat.html
3. http://yosefw.wordpress.com/2007/12/22/penatalaksanaan-terapi-pada-serangan-
akut-gout-arthritis/
4. http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=1250
5. Nugroho.wahyudi,SKM keperawatan gerontik kedokteran edisi 3 hal 53
LAMPIRAN 2
1 Tn. m
2
3 An. D
LAMPIRAN 3