Anda di halaman 1dari 85

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PADA TN K DENGAN RHEMATOID ATRITIS
DI DESA DJAMBESARI DSN DELIK KEC GIRI BANYUWANGI
TAHUN 2020

NAMA : RENDRA TRIMAWAN


NIM : 2019.04.094

PROGRAM STUDY PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2020
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners

Oleh:

RENDRA TRIMAWAN

NIM : 2019.04.094

Telah di periksa dan di setujui pada :

Hari :

Tanggal :

Mahasiswa

(...............................)

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

(............................................) (..............................................)

Ka. Prodi Ners Stikes Banyuwangi

(..........................................)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

(Institute of Health Science)

BANYUWANGI

LEMBAR KONSULTASI

NAMA : RENDRA TRIMAWN

NIM : 2019.04.094

PRODI : Profesi NERS

NO TANGGAL REVISI TTD

1. 11/06/2020 LP & ASKEP GERONTIK ACC M AL AMIN


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga radang sendi. Tiga

jenis artritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis, arthritis gout, dan rheumatoid

arthritis yang menyebabkan berbenjol pada sendi atau radang pada sendi secara serentak

(Utomo, 2012).

Di Indonesia penyakit rematik yang paling banyak ditemukan dan dijumpai adalah

osteoarthritis. Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif persendian yang disebabkan

oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa terjadinya kerusakan pada

kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang

melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai

penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian

melakukan aktivitas atau gerakan. Gejala osteoarthritis bersifat progresif, dimana keluhan

terjadi perlahan- lahan dan lama-kelamaan akan memburuk (Helmi,2012).

Tenaga kesehatan yang menangani kasus osteoarthritis salah satunya adalah fisioterapi.

Menurut Fukuda (2011), dilihat dari aspek fisioterapi, Osteoarthritis dapat menimbulkan

bermacam-macam gangguan seperti impairment yaitu terjadi penurunan kekuatan otot, adanya

nyeri yang mengakibatkan lingkup gerak sendi terbatas, terjadi spasme pada otot,

dandisabilityyaituterjadiketidakmampuandalammelakukanaktivitastertentu contoh berlutut,

berdiri lama, bangkit dari duduk, danjongkok. Akibatdari menurunnya kemampuan gerak.

Bahkan pada tingkatfunctionallimitation seperti mengalami gangguan saat berjalan, naik turun

tangga, dansaatberlari. PenderitaosteoarthritisdiIndonesiacukuptinggiyaitupadalaki-laki15,5%

dan pada perempuan 12,7% dari seluruh penderita osteoarthritis, pada usia < 40 tahun penderita

osteoarthritis mencapai 5% sedangkan pada usia 40-60 tahun mencapai 30% dan pada usia >60

tahun mencapai 65%.(Mutiwara, 2016).

Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia di atas 50 tahun. Di Amerika, di laporkan


bahwa terdapat lebih dari 60.000.000 penderita osteoarthritis, sampai penyakit ini disebut

sebagai penyakit pasca pensiun. Sebagian besar penderita osteoarthritis kelihatannya menderita

obesitas. Perempuan lebih banyak menderita osteoarthritis daripada lelaki dan terutama pada

usia lanjut. Sendi yang sering dikenai osteoarthritis adalah sendi lutut, panggul dan beberapa

sendi kecil di tangan dan kaki (Yatim, 2006).

Nyeri lutut merupakan salah satu keluhan yang sering timbul dan sering dijumpai pada

kasus osteoarthritis. Sedangkan nyeri merupakan gejala klinik yang sering dijumpai pada

pasien osteoarthritis lutut terutama saat melakukan aktifitas atau pembebanan yang berlebih.

Akibat lanjut dari osteoarthritis adalah terjadi penurunan aktifitas fungsional (Parjoto, 2000).

Keluhan pada osteoarthritis lutut dapat ditanggulangi dengan modalitas fisioterapi infra

red dan transcutaneus electrical stimulation,kemudian dikombinasi beberapa terapi latihan

antara lain dengan latihan tipe kontraksi isotonik dan isometrik. Latihan isotonik adalah tipe

kontraksi yang disebabkan memanjang atau memendeknya otot-otot. Dalam kontraksi ini

tampak terjadi suatu gerakan dalam anggota-anggota tubuh. Kontraksi tipe ini juga disebut

dengan dynamic contraction (Kuntono, 2002). Sedangkan Latihan isometrik adalah suatu

bentuk latihan dimana hanya terjadi kontraksi otot dan menghasilkan kekuatan tanpa perubahan

berate dalam penjang otot dan tanpa ada gerakan ssendi yang terlihat (Kisner dan Colby, 2007).

Salah satu bentuk latihan isotonik adalah resisted exercise suatu latihan statis maupun

dinamis dimana menahan tahan dari luar berupa tahan manual maupun tahanan mekanik (Kisner

dan Colby 2007). Salah satu bentuk latihan isometrik adalah hold relax yaitu suatu kontraksi

isometrik optimal pada klompok otot antagonis yang diikuti rileksasi, bertujuan mengurangi

nyeri dan meningkatkan jangkauan gerak pasif (Alder et al., 2008).

dalam surat Al-Infithar ayat ke 6sampai8. “Wahai manusia, apakah yang telah

memperdayakan kamu (berbuat dosa) terhadap Tuhan kamu yang Maha pemurah. Tuhan yang

telah mengatur kejadianmu lalu menjadikan anggotamu sesuai (dengan tujuan yang

karenanyadiadakananggotaitu)sertamenjadikan(binaantubuhbadanmu)sama padan dengan

kekuatannya. Dalam bentuk dan rupa apa saja yang dikehendaki, Dia susunkan kejadianmu”.

Pada penanganan pasien osteoarthritis lutut, terapis hanya memberikan penanganan


dengan memberikan modalitas terapi yaitu infra red dan transcutaneus electrical nerve

stimulation, dan memberikan tambahan latihan latihan berupa Latihan isotonik dan isometrik.
BAB 2
TINJAUN TEORI

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter,

2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah,

yang berarti seseorang teu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara

terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam

Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang

Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku

yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap

perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

2. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).

2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008).

3. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

1) Pralansia (prasenilis), Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

2) Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.


3) Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2013).

5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2013).

4. Tipe Lansia

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia

lanjut. Yang menonjol antara lain:

1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai

kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan

menjadi panutan.

2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru,

selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.

3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses

penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,

kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah

tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai

konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,

pekerjaan apa saja dilakukan.

5) Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa

minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh (Nugroho, 2008).


5. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap

tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap

sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :

1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

2) Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

4) Mempersiapkan kehidupan baru.

5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.

6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

Depkes (2001) menyatakan batasan lansia dibagi menjadi 3 yaitu:


a. Kelompok pra senelis atau pra lansia
Kelompok pralansia adalah kelompok usia dalam fase persiapan masa lanjut usia yang
menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-59 tahun).
b. Kelompok usia lanjut
Kelompok usia lanjut adalah kelompok dalam masa senium (60 tahun keatas).
c. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi
Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi adalah kelompok berusia lebih dari 70 tahun atau
lebih atau seseorang dengan usia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan.

6.Fisiologi Lansia dan Proses Menua


Proses penuaan adalah normal, berlangsung secara terus menerus secara alamiah. Dimulai
sejak manusia lahir bahkan sebelumnya dan umunya dialami seluruh makhluk hidup. Menua
merupakan proses penurunan fungsi struktural tubuh yang diikuti penurunan daya tahan tubuh.
Setiap orang akan mengalami masa tua, akan tetapi penuaan pada tiap seseorang berbeda-beda
tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut dapat berupa
faktor herediter, nutrisi, stress, status kesehatan dan lain-lain (Stanley, 2006).
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992).
Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti
mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang
mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat,
kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus
menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:
a. Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,
b. Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,
c. Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996)
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut
dirinya untuk menyesuakan diri secara terus-menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan
lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip
oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia
yaitu:
Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
a. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
b. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah
c. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
d. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan
akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran
sosial (Goldstein, 1992). Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri
penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979 dalam Munandar, 1994) adalah: minat
sempit terhadap kejadian di lingkungannya, penarikan diri ke dalam dunia fantasi, selalu
mengingat kembali masa lalu, selalu khawatir karena pengangguran, kurang ada motivasi, rasa
kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan tempat tinggal yang tidak
diinginkan.
Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang
kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja,
menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan
orang lain.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk memahami usia tua, antara lain (Papalia
dkk, 2001 dalam Wijayanti, 2008) :
1. Primary aging
Bahwa aging merupakan suatu proses penurunan atau kerusakan fisik yang terjadi secara
bertahap dan bersifat inevitable (tidak dapat dihindarkan).
2. Secondary Aging
Proses aging merupakan hasil dari penyakit, abuse, dan disuse pada tubuh yang seringkali
lebih dapat dihindari dan dikontrol oleh individu dibandingkan dengan primary aging,
misalnya dengan pola makan yang baik, menjaga kebugaran fisik dll.

7.Konsep Sindrom Geriatrik


Sindrom geriatri adalah serangkaian kondisi klinis pada orang tua yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dan dikaitkan dengan kecacatan. Tampilan klinis yang
tidak khas sering membuat sindrom geriatri tidak terdiagnosis. Pasien geriatri adalah pasien usia
lanjut yang memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari pasien usia lanjut pada
umumnya. Karakteristik pasien geriatri yang pertama adalah multipatologi, yaitu adanya lebih dari
satu penyakit kronis degeneratif. Karakteristik kedua adalah daya cadangan faali menurun karena
menurunnya fungsi organ akibat proses menua. Karakteristik yang ketiga adalah gejala dan tanda
penyakit yang tidak khas. Tampilan gejala yang tidak khas seringkali mengaburkan penyakit yang
diderita pasien. Karakteristik berikutnya adalah penurunan status fungsional yang merupakan
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Penurunan status fungsional
menyebabkan pasien geriatri berada pada kondisi imobilisasi yang berakibat ketergantungan pada
orang lain. Karakteristik khusus pasien geriatri yang sering dijumpai di Indonesia ialah malnutrisi.
melaporkan malnutrisi merupakan sindrom geriatri terbanyak pada pasien usia lanjut yang dirawat
(42,6%) di 14 rumah sakit.
Masalah sindrom geriatri yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom geriatri
yang meliputi: Immobility (imobilisasi), Instability (instabilitas dan jatuh), Intelectual impairement
(gangguan intelektual seperti demensia dan delirium), Incontinence (inkontinensia urin dan alvi),
Isolation (depresi), Impotence (impotensi), Immuno-deficiency (penurunan imunitas), Infection
(infeksi), Inanition (malnutrisi), Impaction (konstipasi), Insomnia (gangguan tidur), Iatrogenic
disorder (gangguan iatrogenic) dan Impairement of hearing, vision and smell (gangguan
pendengaran, penglihatan dan penciuman).Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang
signifikan dan keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya melibatkan
beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki kesamaan patofisiologi meskipun
presentasi yang berbeda, dan memerlukan intervensi dan strategi yang fokus terhadap faktor
etiologi (Panitaetal., 2011).
a. Imobilisasi
Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih, diiringi gerak anatomis
tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi fisiologis. Imobilisasi menyebabkan
komplikasi lain yang lebih besar pada pasien usia lanjut bila tidak ditangani dengan
baik.Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi pada usia
lanjut. Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan, dan masalah psikologis.
b. Gangguan keseimbangan (instabilitas)
Memudahkan pasien geriatri terjatuh dan dapat mengalami patah tulang. Terdapat banyak
faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai
faktor tersebut dapat diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan). Prinsip dasar
tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh adalah: mengobati
berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan
berupa latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta
mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang
tidak licin (Kane et al., 2008; Cigolle et al., 2007).
c. Inkontinensia urin
Sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
Inkontinensia urin seringkali tidak dilaporkan oleh pasien atau keluarganya karena malu atau
tabu untuk diceritakan, ketidaktahuan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar pada
orang usia lanjut serta tidak perlu diobati. Prevalensi inkontinensia urin di Indonesia pada
pasien geriatri yang dirawat mencapai 28,3%.Masalah inkontinensia urin umumnya dapat
diatasi dengan baik jika dipahami pendekatan klinis dan pengelolaannya.
d. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia)
Keadaan yang menyebabkan gangguan intelektual pada pasien lanjut usia. Demensia
adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak,
yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Demensia tidak hanya masalah
pada memori, tetapi juga mencakup berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir,
menyimpan atau mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas (Geddes et al.,2005; Blazer et al., 2009).
e. Insomnia
Gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien geriatri. Umumnya mereka mengeluh
bahwa tidurnya tidak memuaskan dan sulit memertahankan kondisi tidur. Sekitar 57% orang
usia lanjut di komunitas mengalami insomnia kronis, 30% pasien usia lanjut mengeluh tetap
terjaga sepanjang malam, 19% mengeluh bangun terlalu pagi, dan 19% mengalami kesulitan
untuk tertidur.Insomniadapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia
seperti diabetes melitus dan hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan neurotransmitter di otak
juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi
penyebabnya.
f. Isolation (Gangguan depresi)
Pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus tidak dikenali. Gejala depresi
pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai bagian dari proses menua. Prevalensi depresi pada
pasien geriatri yang dirawat mencapai 17,5%. Penyebab utama depresi pada usia lanjut adalah
kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak, bahkan binatang
peliharaan.Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh
diri akibat depresi yang berkepajangan. Deteksi dini depresi dan penanganan segera sangat
penting untuk mencegah disabilitas yang dapat menyebabkan komplikasi lain yang lebih berat.
g. Infeksi
Sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia lanjut. Infeksi
yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi
lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena
infeksi.Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya
temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia lanjut yang
terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah suhu badan dibawah 36 OC lebih
sering dijumpai. Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas,
dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut (Kane et al., 2008).
h. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran, penglihatan dan
penciuman)
Sering dianggap sebagai hal yang biasa akibat proses menua. Prevalensi gangguan
penglihatan pada pasien geriatri yang dirawat di Indonesia mencapai 24,8%.Gangguan
penglihatan berhubungan dengan penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi
sosial, dan mobilitas.Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada geriatri. Prevalensi
gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari 21% pada kelompok usia 70 tahun
sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun. Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada
geriatri adalah dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah berupa
implantasi koklea (Salonen, 2013).Gangguan penglihatan, pendengaran dan penciuman
berhubungan dengan kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh,
fraktur panggul, dan mortalitas.
i. Inanition (malnutrisi)
Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis nafsu makan dan asupan
makan yang menyebabkan kehilangan berat badan yang tidak diinginkan (Kane et al., 2008).
Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan,
sehingga menurunkan nafsu makan pasien.
j. Impecunity (kemiskinan)
Usia lansia dimana seseorang menjadi kurang produktif (bukan tidak produktif) akibat
penurunan kemampuan fisik untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia
hanya mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang lansia masih
dapat bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang harus dikurangi sesuai dengan
kemampuannya, terbukti bahwa seseorang yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut
dengan bekerja, membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun”.

k. Iatrogenic(Iatrogenesis)
Karakteristik yang khas dari pasien geriatri yaitu multipatologik, seringkali
menyebabkan pasien tersebut perlu mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat
yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang
dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia haruslah sangat hati-hati dan rasional
karena obat akan dimetabolisme di hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal
hati sehingga terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati juga
terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana sebagaian besar obat
dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan
dengan baik dan dapat berefek toksik.
l. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) banyak hal yang
mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut seperti atrofi thymus
(kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T) meskipun tidak begitu bermakna (tampak
bermakna pada limfosit T CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya.
Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan mukosa yang menipis,
refleks batuk dan bersinyang berfungsi mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas
yang melemah. Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan jumlah
antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap rentannya seseorang terhadap agen-
agen penyebab infeksi, sehingga penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia.
m. Impotence (Impotensi)
Ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut terutama disebabkan
oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi
karena terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan vaskuler seperti
sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok) dapat menyumbat aliran darah
sehingga penis tidak dapat ereksi. Penyebab lainnya adalah depresi.
n. Impaction (Konstipasi)
Usus besar yang sensitif mudah terangsangsehingga menyebabkan diare atau konstipasi/
impaksi (sembelit). Penyebabnya tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan
pada otot polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf sensorik usus,
gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres, fermentasi gas yang dapat
merangsang syaraf, kolitis.
Pasien geriatri sering disertai penyakit kronis degeneratif. Masalah yang muncul sering
tumpang tindih dengan gejala yang sudah lama diderita sehingga tampilan gejala menjadi tidak
jelas. Penyakit degeneratif yang banyak dijumpai pada pasien geriatri adalah hipertensi, diabetes
melitus, dislipidemia, osteoartritis, dan penyakit kardiovaskular. Penelitian multisenter di
Indonesia terhadap 544 pasien geriatri yang dirawat inap mendapatkan prevalensi hipertensi dan
diabetes melitus sebesar 50,2% dan 27,2%.
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan berbagai jenis obat
dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat menjadi pilihan untuk mengatasi masalah
pada pasien usia lanjut, namun obat tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit
dihindari. Prinsip penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi kajian
multi/ interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik.

8.Perawatan lansia
1. Pendekatan fisik
Perawatan yang memperhatikan obyektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami
klien lanjut semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang dapat dicegah atau ditekan progrevitasnya.
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni:
1) Klien lanjut usia yang masih aktif, yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa
bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhannya sehari-hari masih mampu melakukan
sendiri.
2) Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, yang keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit, perawat harus mengetahui dasar perawatan klien lanjut usia ini
terutama tentang hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan perorangan untuk
memepertahankan kesehatannya. Kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
menceggah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat timbul bila kebersihan
kurang mendapat perhatian.
Di samping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan, dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar.Untuk klien lanjut usia
yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal
makanan, cara memakan obat, dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Hal
ini penting karena meskipun tidak selalu, keluhan-keluhan yang dikemukakan atau gejala-
gejala yang ditemukan memerlukan perawatan, tidak jarang para klien lanjut usia dihadapkan
pada dokter dalam keadaan gawat yang memerlukan tindakan darurat dan intensif.
Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan
membantu para klien lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan termasuk memilih dan
menentukan makanan, minum, melakuan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan,
duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.
Toleransi terhadap kekurangan O2 sangat menurun pada klien lanjut usia, untuk itu
kekurangan O2 yang mendadak harus dicegah dengan posisi bersandar pada beberapa bantal,
jangan makan terlalu banyak dan jangan melakukan gerak badan yang berlebihan.
2. Pendekatan psikis
Di sini perawat mempunyai peranan penting mengadakan pendekatan edukatif pada
klien lanjut usia, perawat dapat berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu
yang asing, sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab. Perawat
hendaknya memiliki kesabaran dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai
bentuk keluhan agar para lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip
“Tripple S”, yaitu Sabar, Simpatik, dan Service.
Pada dasarnya klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari
lingkungan, termasuk perawat yang memberikan perawatan. Untuk itu perawat harus selalu
menciptakan suasana aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas
kemampuan dan hobi yang dimilikinya.Perawat harus dapat membangkitkan semangat dan
kreasi klien lanjut usia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri,
rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya.
Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama dengan
berlanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya
ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan keinginan, peningkatan
kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang,
dan pergeseran libido.
Perawat harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan,
jangan mentertawakan atau memarahi klien lanjut usia bila lupa atau kesalahan. Harus diingat,
kemunduran ingatan jangan dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan tertentu.Bila perawat ingin
mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat bisa
melakukannya secara perlahan-lahan dan bertahap, perawat harus dapat mendukung mental
mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilaluinya tidak
menambah beban, bila perlu diusahakan agar di masa lanjut usia ini mereka dapat merasa puas
dan bahagia.
3. Pendekatan sosial
Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya perawat
dalam pendekatan sosial. Memberikan kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama
klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan
suatu pegangan bagi perawat bahwa orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang
membutuhkan orang lain. Dalam pelaksanaannya perawat dapat menciptakan hubungan social
antara lanjut usia dan lanjut usia dan perawat sendiri. Perawat memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada para lanjut usia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi,
misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain.Para lanjut usia perlu dirangsang
untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca
surat kabar dan majalah. Dapat disadari bahwa pendekatan komunikasi dalam perawatan tidak
kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam proses penyembuhan atau
ketenangan para klien lanjut usia.
Sebagian besar klien tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakit, biaya
hidup, keluarga yang di rumah sehingga menimbulkan kekecewaan, ketakutan atau
kekhawatiran, dan rasa kecemasan. Untuk menghilangkan rasa jemu dan menimbulkan
perhatian terhadap sekelilingnya perlu diberi kesempatan kepada lanjut usia untuk menikmati
keadaan di luar, agar merasa masih ada hubungan dengan dunia luar.Tidak jarang terjadi
pertengkaran dan perkelahian di antara lanjut usia (terutama yang tinggal dipanti werda), hal
ini dapat diatasi dengan berbagai usaha, antara lain selalu mengadakan kontak dengan mereka,
senasib dan sepenanggungan, dan punya hak dan kewajiban bersama. Dengan demikian
perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap
mempunyai hubungan komunikasi baik sesama mereka maupun terhadap petugas yang secara
langsung berkaitan dengan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dipanti werda.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bias memberikan ketentuan dan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan tujuan atau agama yang dianutnya, terutama bila klien lanjut usia dalam keadaan sakit
atau mendekati kematian.sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang
menekati kematian, DR Toni Setyobudhi mengemukakan bahwa maut sering kali menggugah
rasa takut. Rasa takut semacam ini di dasari oleh berbagai macam faktor seperti,
ketidakpastian pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit/penderitaan yang sering
menyertainya, dan kegelisahan untuk tidak kumpul lagi dengan keluarga/lingkungan
sekitarnya.
Dalam menghadapi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi-reaksi
yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara mereka menghadapi hidup ini. Sebab itu,
perawat harus meneliti dengan cermat di manakah letak kelemahan dan di mana letak kekuatan
klien, agar perawat selanjutnya akan lebih terarah lagi. Bila kelemahan terletak pada segi
spiritual, sudah seelayaknya perawat dan tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut
usia ini dapat diringankan penderitaannya. Perawat bisa memberikan kesempatan pada klien
lanjut usia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan
rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu
lanjut usia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.
Apabila kegelisahan yang timbul disebabkan oleh persoalan keluarga, maka perawat
harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa keluarga tadi ditinggalkan, masih ada orang lain
yang mengurus mereka. Sedangkan bila ada rasa bersalah yang menghantui pikiran lanjut usia,
segera perawat segera menghubungi seorang rohaniawan untuk dapat mendampingi lanjut usia
dan mendengarkan keluhan-keluhannya maupun pengakuan-pengakuannya.Umumnya pada
waktu kematian akan datang, agama atau kepercayaan seseorang merupakan faktor yang
penting sekali. Pada waktu inilah kehadiran seorang imam sangat perlu untuk melapangkan
dada klien lanjut usia.Dengan demikian pendekatan perawat lanjut usia bukan hanya terhadap
fisik, yakni membantu mereka dalam keterbatasan fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut
menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka.

9.Gangguan Kesehatan Pada Lansia


Banyak terjadi kemunduran pada fungsi fisiologis lansia sehingga berakibat pada
munculnya berbagai macam gangguan kesehatan. Nugroho (2000) menyatakan gangguan
kesehatan yang biasa dialami oleh lansia yaitu:
1. Masalah fisik umum
Masalah fisik umum yang biasa dialami oleh lansia adalah mudah jatuh dan mudah lelah.
Banyak faktor yang menyebabkan lansia mudah jatuh. Faktor instrinsik yang menyebabkan
lansia mudah jatuh adalah gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstrimitas bawah,
kekakuan sendi, dan sinkope atau pusing. Faktor ekstrinsik misalnya lantai yang terlalu licin
dan tidak rata, tersandung benda, dan cahaya kurang terang.
Mudah lelah pada lansia disebabkan oleh faktor psikologi (perasaan bosan, keletihan, dan
depresi), pengaruh obat, gangguan organis yang meliputi anemia, kekurangan vitamin,
perubahan pada tulang (Osteomalasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolisme (diabetes
militus, hipertiroid), gangguan ginjal dengan uremia, gangguan faal hati, gangguan sistem
peredaran darah dan jantung.
2. Gangguan kardiovaskuler
Jantung dan pembuluh darah memberikan oksigen dan nutrien pada setiap sel hidup yang
diperlukan untuk bertahan hidup. Penurunan fungsi kardiovaskuler akan berdampak pada
fungsi yang lainnya. Peningkatan usia menyebabkan jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik secara struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang
disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dan tidak disadari (Steanly & Beare, 2007).
Perubahan pada sistem kardiovaskuler meliputi:
a. Ventrikel kiri menebal.
b. Katup jantung menebal dan membentuk penonjolan.
c. Jumlah sel peacemaker yang berfungsi menghasilkan impuls listrik menurun.
d. Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi (pelebaran atau peregangan
struktur tabular).
e. Vena mengalami dilatasi, katup menjadi tidak kompeten.
Manifestasi klinis penuaan pada sistem kardiovaskuler menurut (Steanly & Beare, 2007)
adalah:
a. Tekanan darah tinggi
Takanan darah tinggi atau hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit
kardiovaskuler. Kombinasi hipertensi dengan diabetes atau hiperlipidemia semakin
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler. Hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi esensial
2. Hipertensi non esensial
Hampir 90% tekanan darah tinggi tergolong tekanan darah tinggi esensial atau tekanan
darah tinggi yang tidak diketahui penyebabnya. Tekanan darah tinggi esensial biasanya
menyerang anak muda. Tekanan darah tinggi untuk lansia cenderung hipertensi non
esensial.
b. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan proses patofisiologis yang paling sering mempengaruhi fungsi
kardiovaskuler. Aterosklerosis adalah proses penyakit yang secara umum memiliki dampak
pada hampir semua arteri. Aterosklerosis pada lansia dan orang masih muda hampir sama,
akan tetapi dampak pada lansia lebih berat karena proses akumulasi yang lebih lama
(Steanly & Beare, 2007).
c. Disritmia
Disritmia meningkat pada lansia karena perubahan struktural dan fungsional pada proses
penuaan. Disritmia dipicu oleh tidak terkoordinasinya jantung dan sering dimanifestasikan
sebagai perubahan perilaku, palpitasi, sesak napas, keletihan, dan jatuh (Steanly & Beare,
2007). Gangguan kardiovaskuler dapat berupa nyeri dada, sesak napas pada kerja fisik,
palpitasi, dan edema kaki (Nugroho, 2010).
3. Berat badan menurun
Berat badan menurun pada lansia disebaban oleh:
a. Nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuan.
b. Penyakit kronis.
c. Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu.
d. Faktor sosio ekonimis (pensiunan).
4. Gangguan eliminasi
Gangguan eliminasi lansia terkait dengan gangguan pada sistem ekskresi pada tubuh manusia,
meliputi:
a. Gangguan pada sistem alat kemih
Penyimpanan dan pengeluaran urin dalam interval yang sesuai adalah suatu proses
koordinasi volunter dan involunter yang rumit. Sistem tersebut harus utuh secara fisik,
neurologis, harus terdapat kesadaran kognitif, keinginan untuk berkemih, dan tempat serta
situasi yang tepat untuk melakukannya (Staenly & Beare, 2007).
Perubahan yang biasa menyertai penuaan adalah kapasitas kandung kemih yang lebih
kecil, peningkatan volume residu, dan kontraksi kandung kemih yang tidak disadari.
Perubahan yang terjadi pada wanita lansia adalah penurunan produksi estrogen
menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek setelah melahirkan dapat dilihat pada
melemahnya otot dasar panggul. Perubahan pada lansia pria adalah hipertrofi prostat
menyebabkan tekanan pada leher kandung kemih dan uretra (Staenly & Beare, 2007).
Pemeriksaan mikroskopik ginjal lansia menunjukkan hanya 30% ginjal yang utuh. Kondisi
seperti itu menyebabkan daya kerja ginjal berkurang. Gangguan pada sistem alat kemih
biasa ditandai dengan:
1) Inkontinensia urin
Inkontinensia urin(gangguan terlalu sering kencing) dihubungkan dengan keinginan
yang kuat dan mendesak untuk berkemih dengan kemampuan yang kecil untuk
menunda berkemih. Proses inkontinensia uri terjadi apabila kandung kemih hampir
penuh sebelum kebutuhan untuk berkemih dirasakan sehingga berakibat sebagian kecil
sampai sedang urin keluar sebelum seseorang mencapai toilet (Staenly & Beare, 2007).
Nugroho (2000) menyatakan penyebab inkontinensia uri adalah:
a. Melemahnya otot dasar panggul yang menyangga kendung kemih dan memperkuat
sfingter uretra.
b. Konstraksi abnormal pada kandung kemih.
c. Obat diuretik dan obat penenang yang terlalu banyak.
d. Radang kandung kemih dan saluran kemih.
e. Kelainan kontrol dan persarafan pada kandung kemih.
f. Hipertrofi prostat.
g. Faktor psikologi.
2) Retensio urine
Retensio urine adalah suatu keadaan penumpukan urin dikandung kemih dan tidak
mempunyai kemampuan untuk mengosongkan secara sempurna (Staenly & Beare,
2007). Tanda dan gejala dalam retensio urine adalah:
a) Urin mengalir lambat.
b) Poliuria yang makin lama menjadi parah karena pengosongan kendung kemih tidak
efisien.
c) Distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih.
d) Terasa ada tekanan.
b. Inkontinensia alvi
Incontinensia alvi adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar yang
menyebabkan tinja (feses) bocor tidak terduga dari dubur. Kondisi tersebut dapat terjadi
karena penurunan fungsi usus yang sebelumya bertugas sebagai penyerap dan pengeluaran
feses (Staenly & Beare, 2007).
5. Gangguan pada sistem muskuloskeletal
Perubahan normal muskuloskeletal pada lansia meliputi penurunan tinggi badan, redistribusi
massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang
lambat, pengurangan kekuatan, dan kekauan sendi (Staenly & Beare, 2007). Masalah
muskuloskeletal yang sering terjadi adalah:
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan massa tulang secara keseluruhan sehingga
seseorang tidak mampu berjalan atau bergerak. Osteoposisis sering ditemukan pada wanita,
walaupun pria juga masih mengalami osteoporosis. Hilangnya substansi tulang
menyebabkan tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami
fraktur baik spontan maupun akibat trauma. Ketika kemampuan menahan berat badan
normal menurun atau tidak ada sebagai konsekuensi dari penurunan atau gangguan
mobilitas maka akan terjadi osteoporosis karena tulang jarang digunakan (Staenly & Beare,
2007).
b. Osteoartritis
Osteoartritis adalah gangguan yang berkembang secara lambat, tidak simetris, dan non
inflamasi. Osteoarthritis terjadi pada sendi yang dapat digerakkan khususnya pada sendi
yang menahan berat tubuh. Kerusakan sendi akibat penuaan memainkan peranan dalam
perkembangan osteoartritis (Staenly & Beare, 2007).
c. Artritis reumatoid (penyakit radang sendi)
Staenly & Beare (2007) menyatakan artritis reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi
artikuler yang paling sering pada lansia. AR adalah suatu penyakit kronis sistemik yang
berkembang secara perlahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada
sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul
reumatoid, arthritis (radang sendi), neuropati (gangguan saraf), skleritis (radang pada
bagian putih mata), perikarditis (radang pada perikardium), limfadenopati (pembesaran
kelenjar getah bening), dan splenomegali (pembesaran limfa).
6. Gangguan fungsi paru dan jantung
Hubungan antara jantung dan paru sangat dekat sehingga apabila salah satu terganggu maka

akan menganggu fungsi yang lainnya. Paru memiliki struktur gelembung sangat halus yang

dinamakan alveolus, apabila terjadi kerusakan pada alveolus tersebut maka akan menyebabkan

darah antara paru dan jantung terbendung. Gejala yang timbul apabila terjadi penyakit paru

yaitu; batuk, sesak nafas, kulit membiru karena kekurangan oksigen, dan sakit dada.

B. KONSEP DASAR REUMATIK

1. Definisi

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,

progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad

Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi

pada sendi (Lemone & Burke, 2011 : 1248).

Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.

Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 2016).

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui

penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah

pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 2017).

Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran

sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,

penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2010).

Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama

poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)

2. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang

diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;

1. Usia lebih dari 40 tahun


Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat. Akan

tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi

pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

2. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering terkena

osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi

psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh

(setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini

menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini mungkin

berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan

pertumbuhan tulang.

4. Genetik

Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas utama

kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki resiko

relative 4 : 1 untuk menderita penyakit ini.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya

osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan

oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi

lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan

(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan

pada timbulnya kaitan tersebut.

6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan

peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang

berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.


7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis paha

pada usia mudah

8. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini

mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan

beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah

robek.

3. Jenis Reumatik

Menurut Adelia, (2011) ada beberapa jenis reumatik yaitu:

1. Reumatik Sendi (Artikuler)

Reumatik yang menyerang sendi dikenal dengan nama reumatik sendi (reumatik artikuler).

Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:

2. Artritis Reumatoid

Merupakan penyakit autoimun dengan proses peradangan menahun yang tersebar diseluruh

tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai organ di luar persendian.Peradangan kronis

dipersendian menyebabkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya

mengenai beberapa persendian sekaligus.Peradangan terjadi akibat proses sinovitis (radang selaput

sendi) serta pembentukan pannus yang mengakibatkan kerusakan pada rawan sendi dan tulang di

sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada kedua

sisi).Penyebab Artritis Rematoid belum diketahui dengan pasti. Ada yang mengatakan karena

mikoplasma, virus, dan sebagainya. Namun semuanya belum terbukti. Berbagai faktor

termasuk kecenderungan genetik, bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan beberapa kasus

Artritis Rematoid telah ditemukan berhubungan dengan keadaan stres yang berat, seperti tiba-

tiba kehilangan suami atau istri, kehilangan satu¬-satunya anak yang disayangi, hancurnya

perusahaan yang dimiliknya dan sebagainya. Peradangan kronis membran sinovial mengalami

pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan

kematian (nekrosis) sel dan respon peradanganpun berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi

sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Proses ini secara

perlahan akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (kelainan bentuk).

3. Osteoatritis

Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum diketahui,

namun mengakibatkan kelainan biologis, morfologis, dan keluaran klinis yang sama.Proses

penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan akhirnya mengenai seluruh

persendian termasuk tulang subkondrial, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan

ikat sekitar persendian (periartikular). Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan

yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.

Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui

berhubungan dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih

sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan, dan

olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.

4. Atritis Gout

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) . Reumatik

gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan,

gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal monosodium urat

di persendian meningkat. Timbunan kristal ini menimbulkan peradangan jaringan yang memicu

timbulnya reumatik gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum

diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang

menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam

urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh. Penyakit

gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi,

yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa

basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok

asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit
darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obatobat kanker, vitamin

B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan), penyakit kulit (psoriasis), kadar trigliserida

yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar

benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-benda keton yang

meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.

5. Reumatik Jaringan Lunak (Non-Artikuler)

Merupakan golongan penyakit reumatik yang mengenai jaringan lunak di luar sendi (soft

tissue rheumatism) sehingga disebut juga reumatik luar sendi (ekstra artikuler rheumatism). Jenis

– jenis reumatik yang sering ditemukan yaitu:

a. Fibrosis

Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.

Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah faktor

kejiwaan

b. Tendonitis dan tenosivitis

Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat

perlekatannya. Tenosivitis adalah peradangan pada sarung pembungkus tendon.

c. Entesopati

Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat

mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat

menggunakan lengannya secara berlebihan, degenerasi, atau radang sendi.

d. Bursitis

Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.

Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.

e. Back Pain

Penyebabnya belum diketahui, tetapi berhubungan dengan proses degenerarif diskus

intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur

tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa akibat

proses peradangan sendi, tumor, kelainan metabolik dan fraktur.


f. Nyeri pinggang

Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya. Nyeri

terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat

menjalar ke tungkai dan kaki.

g.Frozen shoulder syndrome

Ditandai dengan nyeri dan ngilu pada daerah persendian di pangkal lengan atas yang bisa

menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila lengan

diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu menjadi

terbatas.

4. Manifestasi klinis

Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama

waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian

timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,

kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi.

Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan,

mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat

yang merata dan warna kemerahan, antara lain;

1. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan

sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan

rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.

2. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan

bertambahnya rasa nyeri.

3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari

kursi, atau setelah bangun dari tidur.

4. Krepitasi

Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

5. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling

sering) secara perlahan-lahan membesar

6. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang

menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan

ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).

5. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,

eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal,

terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk

pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan

granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago

menjadi nekrosis.

Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan

kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau

tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi

lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub

chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.

Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya

serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama

dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid

(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.


6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang

a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi

sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang

menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan

osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

b. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium

c. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/

degenerasi tulang pada sendi

d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:

buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk

pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan

komplemen (C3 dan C4).

e. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan

panas.

f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;

cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental

dibanding cairan sendi yang normal.

g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang

mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-

kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi

peri-artikuler pada foto rontgen

8. Penatalaksanaan

a. Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat

antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi

peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis

a. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang

sakit.
b. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri

c. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera

d. Dukungan psikososial

e. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat

f. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan

g. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri

h. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin

i. Diet rendah purin:

Golongan bahan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak

makanan boleh diberikan

Karbohidrat Semua –

Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, bandeng Sardin, kerang, jantung,

50 gr/hari, telur, susu, keju hati, usus, limpa, paru-

paru, otak, ekstrak daging/

kaldu, bebek, angsa,

burung.

Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr atau tahu, –

tempe, oncom

Minyak dalam jumlah terbatas.

Lemak Semua sayuran sekehendak kecuali: –

asparagus, kacang polong, kacang buncis,

Sayuran kembang kol, bayam, jamur maksimum Asparagus, kacang polong,

50 gr sehari kacang buncis, kembang

Semua macam buah kol, bayam, jamur

Teh, kopi, minuman yang maksimum 50 gr sehari

mengandung soda
Semua macam bumbu

Buah-buahan -

Minuman Alkohol

Bumbu, dll Ragi

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan menurunkan

berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan makanan

yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:

9. Komplikasi

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah

kulit yang disebut subcutan nodule.

b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

b. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh

adanya darah yang membeku.

a. Terjadi splenomegali.

1. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk

menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi

menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

C.KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN REMATOID

ATRITIS

1. Pengkajian

a. Biodata

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar

pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya


(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi

dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

b. Riwayat Kesehatan

1. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada lutut dan pingang,

2. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan

merasakan adanya perubahan pada sendi.

c. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,

ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

2. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

b) Catat bila ada krepitasi

c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

d) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

e) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

f) Ukur kekuatan otot

g) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

h) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

d. Aktivitas/istirahat

Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan

pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.

Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.

Tanda : Malaise

Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.

e. Kardiovaskuler

Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian

kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

f. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor

hubungan.

Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang

lain).

g. Makanan/ cairan

Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual,

anoreksia

Kesulitan untuk mengunyah

Tanda : Penurunan berat badan

Kekeringan pada membran mukosa.

h. Hygiene

Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan

i. Neurosensori

Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Gejala : Pembengkakan sendi simetris

j. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada

sendi).

k. Keamanan

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan

dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada

mata dan membran mukosa.

l. Interaksi social

Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.

m. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada pasien

yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan


pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan

pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri,

ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

c. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas

d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan

kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

3. Intervensi keperawatan

1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi

cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

Kriteria Hasil:

a) Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,

b) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas

sesuai kemampuan.

c) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

d) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam

program kontrol nyeri.

e)

Intervensi Rasional

a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitasa. Membantu dalam menentukan

(skala 0-10). Catat faktor-faktor kebutuhan manajemen nyeri dan

yangmempercepat dan tanda-tanda rasa keefektifan program

sakit non verbal


b. Berikan matras/ kasur keras, bantal

kecil,. Tinggikan linen tempat tidur

sesuai kebutuhan b. Matras yang lembut/ empuk, bantal

yang besar akan mencegah

pemeliharaan kesejajaran tubuh yang

tepat, menempatkan stress pada sendi

yang sakit. Peninggian linen tempat

tidur menurunkan tekanan pada sendi

c. Tempatkan/ pantau penggunaan yang terinflamasi/nyeri

bantal, karung pasir, gulunganc. Mengistirahatkan sendi-sendi yang

trokhanter, bebat, brace. sakit dan mempertahankan posisi netral.

Penggunaan brace dapat menurunkan

nyeri dan dapat mengurangi kerusakan

pada sendi

d. Dorong untuk sering mengubah posisi,.d. Mencegah terjadinya kelelahan umum

Bantu untuk bergerak di tempat tidur, dan kekakuan sendi. Menstabilkan

sokong sendi yang sakit di atas dan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit

bawah, hindari gerakan yang menyentak pada sendi

e. Anjurkan pasien untuk mandi air

hangat atau mandi pancuran pada waktue. Panas meningkatkan relaksasi otot,

bangun dan/atau pada waktu tidur. dan mobilitas, menurunkan rasa sakit

Sediakan waslap hangat untuk dan melepaskan kekakuan di pagi hari.

mengompres sendi-sendi yang sakit Sensitivitas pada panas dapat

beberapa kali sehari. Pantau suhu air dihilangkan dan luka dermal dapat

kompres, air mandi, dan sebagainya. disembuhkan

2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal


Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.

Kriteria Hasil :

a) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan

kontraktur.

b) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau

konpensasi bagian tubuh.

c) Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan

aktivitas

Intervensi Rasional

a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauana. Tingkat aktivitas/ latihan tergantung

tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi dari perkembangan/ resolusi dari peoses

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ inflamasi

duduk jika diperlukan jadwal aktivitasb. Istirahat sistemik dianjurkan selama

untuk memberikan periode istirahat eksaserbasi akut dan seluruh fase

yang terus menerus dan tidur malam penyakit yang penting untuk mencegah

hari yang tidak terganggu kelelahan mempertahankan kekuatan

c. Bantu dengan rentang gerak

aktif/pasif, demikiqan juga latihanc. Mempertahankan/ meningkatkan

resistif dan isometris jika fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina

memungkinkan umum. Catatan : latihan tidak adekuat

d. Ubah posisi dengan sering dengan menimbulkan kekakuan sendi,

jumlah personel cukup. karenanya aktivitas yang berlebihan

Demonstrasikan/ bantu tehnik dapat merusak sendi

pemindahan dan penggunaan bantuand. Menghilangkan tekanan pada jaringan

mobilitas, dan meningkatkan sirkulasi.

e. Posisikan dengan bantal, kantung Memepermudah perawatan diri dan

pasir, gulungan trokanter, bebat, brace kemandirian pasien. Tehnik

pemindahan yang tepat dapat mencegah


robekan abrasi kulit

e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi

resiko cidera) dan memerptahankan

posisi sendi yang diperlukan dan

kesejajaran tubuh, mengurangi

kontraktor

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan

kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,

ketidakseimbangan mobilitas.

Kriteria Hasil :

a.Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk

menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan

keterbatasan.

b. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi Rasional

a. Dorong pengungkapan mengenai masalaha. Berikan kesempatan untuk

tentang proses penyakit, harapan masa mengidentifikasi rasa takut/

depan kesalahan konsep dan

menghadapinya secara langsung

b. Diskusikan arti dari kehilangan/b. Mengidentifikasi bagaimana

perubahan pada pasien/orang terdekat. penyakit mempengaruhi persepsi diri

Memastikan bagaimana pandangaqn dan interaksi dengan orang lain akan

pribadi pasien dalam memfungsikan gaya menentukan kebutuhan terhadap

hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek intervensi/ konseling lebih lanjut

seksual. c. Isyarat verbal/non verbal orang

c. Diskusikan persepsi pasienmengenai terdekat dapat mempunyai pengaruh

bagaimana orang terdekat menerima mayor pada bagaimana pasien


keterbatasan. memandang dirinya sendiri

d. Nyeri konstan akan melelahkan, dan

perasaan marah dan bermusuhan

d. Akui dan terima perasaan berduka, umum terjadi

bermusuhan, ketergantungan e.

e. Perhatikan perilaku menarik diri, Dapat menunjukkan emosional

penggunaan menyangkal atau terlalu ataupun metode koping maladaptive,

memperhatikan perubahan membutuhkan intervensi lebih lanjut

f.

f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Membantu pasien untuk

Bantu pasien untuk mengidentifikasi mempertahankan kontrol diri, yang

perilaku positif yang dapat membantu dapat meningkatkan perasaan harga

koping. diri

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan,

daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Kriteria Hasil :

a.Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan

kemampuan individual.

b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi

kebutuhan perawatan diri.

c.Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi

kebutuhan perawatan diri.

Intervensi Rasional

a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)a. Mungkin dapat melanjutkan

sebelum timbul awitan/ eksaserbasi aktivitas umum dengan melakukan

penyakit dan potensial perubahan yang adaptasi yang diperlukan pada


sekarang diantisipasi keterbatasan saat ini

b. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadapb. Mendukung kemandirian

nyeri dan program latihan fisik/emosional

c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalamc. Menyiapkan untuk meningkatkan

perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk kemandirian, yang akan

modifikasi lingkungan meningkatkan harga diri

d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapid. Berguna untuk menentukan alat

okupasi. bantu untuk memenuhi kebutuhan

individual. Mis; memasang kancing,

menggunakan alat bantu memakai

sepatu, menggantungkan pegangan

untuk mandi pancuran

e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan die. Mengidentifikasi masalah-masalah

rumah sebelum pemulangan dengan yang mungkin dihadapi karena

evaluasi setelahnya. tingkat kemampuan aktual

4. Implementasi

Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana tindakan

yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan

evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang

dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada

tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi

selama proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses, dan

kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil

(Hidayat, A.A.A, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Azizah,Lilik Ma’rifatul. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Garaha Ilmu. Yogyakarta. 2011

Kushariyadi. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. 2010
Mubaraq, Chayatin, Santoso. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi.

SalembaMedika. Jakarta. 2011

Tamher, S. Noorkasiani. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.


Salemba Medika. Jakarta. 2011

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA TN.K

DENGAN RHEMATOID ATRITIS

DI DESA DJAMBERARI DSN DELIK KEC GIRI KABUPATEN BANYUWANGI


TAHUN 2020
NAMA : RENDRA TRIMAWAN

NIM : 2019.04.094

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

2020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


(INSTITUTE OF HEALTH SCIENCES)

BANYUWANGI
Kampus 1 : Jl. Letkol Istiqlah 40 Telp. (0333) 421610 Banyuwangi
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN RHEMATOID ARTHRITIS

1. IDENTITAS :
KLIEN

Nama : Tn.k

Umur : 63 tahun

Agama : Islam

Alamat asal : Dsn. Delik Ds. djambesari , Kec.giri, Kab. Banyuwangi, Prov. Jawa
Timur, Indonesia

2 DATA :
. KELUARGA

a Nama : Tn.m

Hubungan : anak

Pekerjaan : 38 tahun

Alamat : Dsn delik Ds djambesari , Kec. giri Kab. Banyuwangi, Prov. Jawa
Timur, Indonesia

3 STATUS KESEHATAN SEKARANG :


.
Keluhan utama:

Tn. k mengatakan sakit pada kedua lutut dan pinggang sejak 2 minggu yang lalu.

Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan:

Tn k mengatakan telah menderita arthritis rheumatoid sejak 5 bulan yang lalu. Pasien tampak
meringis, memegang area lutut dan adanya pembengkakan pada daerah lutut pasien, pasien
mengatakan jika rasa nyeri muncul biasanya sering mengganggu aktivitasnya. Bila merasakan
nyeri pasien biasanya membawa ke tukang pijat, terkadang pasien juga mengkonsumsi obat
penghilang rasa nyeri (Flu Tulang) yang dijual ditoko terdekat. Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dari 0-10 skala yang diberikan. Nyeri dirasakan pasien
muncul pada saat pasien melakukan aktivitas yang berat.

Obat - obatan:

Tn k mengatakan Sering mengkonsumsi obat obatan ditoko terdekat seperti( flu tulang) setelah
minum 4 hari sakit lagi.

Tanda – tanda Vital

Tensi : 130/90 mmHg Nadi : 90 x/mnt

RR : 20 x/mnt Suhu : 36,80C

BB : 62 kg TB : 160

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum

Ya Tidak

Kelelahan : 

Perubahan BB : 

Perubahan nafsu : 
makan

Masalah tidur : 

Kemampuan ADL : 
KETERANGAN : Tn. K merasa nyeri pada lututnya seperti ditusuk tusuk
dan Nyeri dirasakan pasien muncul pada saat pasien
melakukan aktivitas yang berat.

2. Integumen

Ya Tidak

Lesi / luka : 

Pruritus : 

Perubahan pigmen : 

Memar : 

Pola penyembuhan lesi : 

KETERANGAN : Tn K.mengalami tanda tanda peradangan pada lututnya

3. Hematopoetic

Ya Tidak

Perdarahan abnormal : 

Pembengkakan kel. : 
Limfe

Anemia : 

KETERANGAN : Tidak ada kelainan pada hematopetic pada tn k

4. Kepala

Ya Tidak

Sakit kepala : 

Pusing : 

Gatal pada kulit kepala : 

KETERANGAN : Tn K mengatakan nyeri pada lututnya setelah beraktifitas

terlalu berat dengan skala nyeri 5, tn k tampak meringis


5. Mata

Ya Tidak

Perubahan penglihatan : 

Pakai kacamata : 

Kekeringan mata : 

Nyeri : 

Gatal : 

Photobobia : 

Diplopia : 

Riwayat infeksi : 

KETERANGAN : Tn K mengatakan tidak terdapat perubahan pada


penglihatan

6. Telinga

Ya Tidak

Penurunan pendengaran : 

Discharge : 

Tinitus : 

Vertigo : 

Alat bantu dengar : 

Riwayat infeksi : 

Kebiasaan membersihkan telinga : 

Dampak pada ADL : ada

KETERANGAN : Tn.K tidak mempunyai kelainan pada telinga


7. Hidung sinus

Ya Tidak

Rhinorrhea : 

Discharge : 

Epistaksis : 

Obstruksi : 

Snoring : 

Alergi : 

Riwayat infeksi : 

KETERANGAN : Tn k tidak mempunyai masalah pada hidung

8. Mulut, tenggorokan

Ya Tidak

Nyeri telan : 

Kesulitan menelan : 

Lesi : 

Perdarahan gusi : 

Caries : 

Perubahan rasa : 

Gigi palsu : 

Riwayat Infeksi : 

Pola sikat gigi : Tn k mengatakan menggosok gigi ±2x sehari

KETERANGAN : Tn K tidak memiliki masalah pada mulut dan


tenggorokan
9. Leher

Ya Tidak

Kekakuan : 

Nyeri tekan : 

Massa : 

KETERANGAN : Tn k tidak memiliki masalah pada leher

10. Pernafasan

Ya Tidak

Batuk : 

Nafas pendek : 

Hemoptisis : 

Wheezing : 

Asma : 

KETERANGAN : Tn k tidak memiliki masalah pada pernapasan

11. Kardiovaskuler

Ya Tidak

Chest pain : 

Palpitasi : 

Dipsnoe : 

Paroximal nocturnal : 

Orthopnea : 

Murmur : 

Edema : 

KETERANGAN : Tn K tidak memiliki masalah pada


kardiovaskuler
12. Gastrointestinal

Ya Tidak

Disphagia : 

Nausea / vomiting : 

Hemateemesis : 

Perubahan nafsu : 
makan

Massa : 

Jaundice : 

Perubahan pola BAB : 

Melena : 

Hemorrhoid : 

Pola BAB : Tn k BAB ±2x sehari, konsistensi padat, bau khas feses

KETERANGAN : Tn K tidak memiliki masalah pada gastrointestinal

13. Perkemihan

Ya Tidak

Dysuria : 

Frekuensi : TN K BAK ±3x sehari

Hesitancy : 

Urgency : 

Hematuria : 

Poliuria : 

Oliguria : 

Nocturia : 
Inkontinensia : 

Nyeri berkemih : 

Pola BAK : Tn k BAK kurang lebih 1000 cc dalam sehari warna kuning
jernih bau khas urine

KETERANGAN : Tn K tidak memiliki masalah pola eliminasi

14. Reproduksi (laki – laki)

ya tidak

Lesi : v

Retensi urine : v

Pembesaran prostat : v

Nyeri / panas saat bak : v

Disfungsi seksual : v

KETERANGAN : Tuan k tidak memiliki masalah


reproduksi

15. Muskuloskeletal

Ya Tidak

Nyeri Sendi : 

Bengkak : 

Kaku sendi : 

Deformitas : 

Spasme : 

Kram : 

Kelemahan otot : 

Masalah gaya berjalan : 


Nyeri punggung : 

Pola latihan : Tn k melakukan aktivitas sehari – hari seperti memasak,


menyapu, berkebun, dan bersih – bersih rumah

Dampak ADL : Tn k mengatakan . nyeri adanya pembengkakan pada daerah


lutut pasien, pasien mengatakan jika rasa nyeri muncul
biasanya sering mengganggu aktivitasnya. Nyeri yang
dirasakan seperti ditusuk-tusuk Nyeri dirasakan pasien
muncul pada saat pasien melakukan aktivitas yang berat.

KETERANGAN : Tn k memiliki masalah pada sistem musculoskeletal

16. Persyarafan

Ya Tidak

Headache : 

Seizures : 

Syncope : 

Tic/tremor : 

Paralysis : 

Paresis : 

Masalah memori : 

KETERANGAN : Tn k tidak memiliki masalah pada sistem persyarafan

5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :

Psikososial YA Tidak

Cemas : 

Depresi : 

Ketakutan : 
Insomnia : 

Kesulitan dalam mengambil : 


keputusan

Kesulitan konsentrasi : 

Mekanisme koping : Tn k dapat mengatasi masalah dengan baik

Persepsi tentang kematian : Tn k mengatakan kematian bisa datang sewaktu waktu,


jadi beliau mengisi sisa hidupnya untuk melakukan kebaikan dan beribadah kepada
ALLAH SWT

Dampak pada ADL

Ada dampak yang mengganggu dalam ADLnyasehari hari ,yaitu klien tidak biasa
bebas untuk bekerja karena lututnya sakit.

Spiritual

 Aktivitas ibadah : Tn K mengatakan terdapat masalah dalam melaksanakan


ibadahnya karena lututnya sering sakit.
 Hambatan : kadang untuk menekuk lututnya bila mau ruku” dan sujud sakit

KETERANGAN

Tn k ada sedikit hambatan dalam beribadah karena lututnya sakit bila ditekuk.

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : luas ± 3 x 3m, dan terdapat 3 kamar tidur serta terdapat ventilasi yang baik

 Kamar mandi
1 kamar mandi yang bersih dan terdapat kloset jongkok
 Luas rumah
12 x 10 m2, terdapat ventilasi yang cukup serta rumah keadaan bersih dan rapi.

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES


1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Dengan Mandiri Skor


Bantuan Yang
Didapat

1 Makan 5 10 10 Frekuensi : 3x sehari

Jumah : Habis

Jenis : Nasi, kadang


daging, telur,sayur,
buah

2 Minum 5 10 10 Frekuensi : ± 6x sehari

Jumlah : ± 1500 cc

Jenis : Air masak

3 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, 5-10 15 15


atau sebaliknya

4 Personal toilet (cuci muka, menyisir 0 5 5


rambut, gosok gigi)

5 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, 5 10 10 Frekuensi : ± 4x sehari


menyeka tubuh, menyiram)

6 Mandi 0 5 5 Frekuensi : ±2x sehari

7 Berjalan di permukaan datar (jika tidak 0 5 5


bisa, dengan kursi roda )

8 Naik turun tangga 5 10 10

9 Mengenakan pakaian 5 10 10

10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10 Frekuensi : ±2x sehari

Jenis : Padat

11 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10 Frekuensi : ±4x sehari

Warna : Kekuningan

12 Olahraga / Latihan 5 10 10 Frekuensi : 2 kali

Jenis :menyapu
halaman bekerja
diladang
13 Rekreasi / Pemanfaatan Waktu Luang 5 10 10 Frekuensi :

Jenis : hanya disawah

130

Interpretasi Hasil :

130 : Mandiri

65 – 125 : Ketergantungan Sebagian

60 : ketergantungan total

Kesimpulan : Tn K mandiri

2. Aspek Kognitif

MMSE (Mini Mental Status Exam) Pemeriksaan

No Aspek Nilai Nilai Kriteria

Kognitif maksimal Klien

1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :

Tahun : 2020 Hari : jumat

Musim : Kemarau Bulan : mei

Tanggal : 15

2 Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada ?

Negara : Indonesia Desa :Bengkak

Propinsi: Jawa Timur Dusun : possumur

Kabupaten/kota : Banyuwangi

3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja, kertas),


kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab :

1) Kursi 2). Meja 3). Kertas


4 Perhatiandankalkulasi 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5 tingkat.

Jawaban :

1). 93 2). 86 3). 79 4). 72 5). 65


5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada poin
ke- 3 (tiap poin nilai 1)

Jawaban :

1).Kursi 2). Meja 3). Kertas

6 Bahasa 9 9 Menanyakan pada klien tentang benda (sambil


menunjukan benda tersebut).

1). Botol

2). Sapu

3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut :

“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )

Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang


terdiri 3 langkah.

4). Ambil kertas ditangan anda

5). Lipat dua

6). Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas


sesuai perintah nilai satu poin.

7). “Tutup mata anda”

8). Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat

9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling


bertumpuk
Total nilai 30 30

Interpretasihasil :

24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : Gangguankognitifsedang

0 - 17 : Gangguankognitifberat

Kesimpulan : Tidak ada gangguan kognitif

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test

No Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)

1 02 JUNI 2020 24 detik

2 03 JUNI2020 26 detik

3 04 JUNI 2020 25 detik

Rata-rata Waktu TUG 25 detik

Interpretasi hasil Diperkirakan jatuh dalam


kurun waktu 6 bulan

Interpretasi hasil:

Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:


>13,5 detik Resiko tinggi jatuh

>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6


bulan

>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan


dalam mobilisasi dan melakukan ADL

(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi

Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil

1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 1 0 0

2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0

3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0

4. Anda sering merasa bosan 1 0 0

5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 1 0 0

8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 0

7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 1 0 0

8. Anda sering merasakan butuh bantuan 0 1 1

9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0


sesuatu hal

10 Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 0 1 1


.

11 Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 1 0 0


.

12 Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0


.

13 Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 1 0 0


.

14 Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0


.
15 Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 0 1 1
.

Jumlah 3

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)

Interpretasi :

Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

0-4 = Normal
5-7 = Ringan
8-11 = Sedang
12-15 = Berat

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 2


jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 0

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 0


dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 0

7. Lebih sering makan sendirian 1 0

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 0


atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 0


terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 0


belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 2

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)

Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik

No Jenis pemeriksaan Tanggal Hasil


Diagnostik Pemeriksaan

GDA 02 JUNI 2020 115 mg/dl

AU 02 JUNI 2020 8,8

CHOLESTEROL 02 JUNI 2020 170

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia

NO URAIAN FUNGSI SKORE

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP 1


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 2


menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 1


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai Kasih sayang

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2


meneyediakan waktu bersama-sama
Penyelesaian

Kategori Skor: TOTAL 8

Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:

1). Selalu : skore 2 2). Kadang-kadang : 1

3). Hampir tidak pernah : skore 0

Intepretasi:

< 3 = Disfungsi berat

4 - 6 = Disfungsi sedang

> 6 = Fungsi baik

Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005


ANALISA DATA

Nama : Tn k

NO KELOMPOK DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Nyeri akut usia

Tn k mengatakan nyeri pada lututny seperti I


ditusuk dan Nyeri dirasakan pasien muncul Peradangan
pada saat pasien melakukan aktivitas yang
I
berat.
DEFORMITAS
DO : SENDI

- Kondisi umum : Cukup I


- Fungsi fisiologis (muskuluskeletal) Ankilosis tulang
 Nyeri lutut +
I
 Lutut tampak bengkak +
 Ekspresi wajah tampak meringis Kekakuan sendi
- Tanda – tanda vital
I
 Tensi : 130/90 mmHg
 Nadi : 90 x/mnt NYERI AKUT
 RR : 18 x/mnt
 Suhu : 36,80C
-GDA = 115

-AU = 8,8

CHOL = 170

2. DS : gangguan mobilitas fisik Gangguan mobilit


USIA
Tn k mengatakan jika rasa nyeri muncul
biasanya sering mengganggu aktivitasnya. I
Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Nyeri dirasakan pasien muncul pada saat Peradangan
pasien melakukan aktivitas yang berat I

DO : Deformitas sendi

- Kondisi umum : cukup I


- ADL : Tn k mengatakan nyeri bila
ANKILOSIS tulaang
digunakan beraktifitas berlebihan
- Lutut tersa kaku saat digunakan untuk I
sholat Kekakuan sendi/
- Tanda – tanda vital penurunan kekutan
 Tensi : 130/110 mmHg otot
 Nadi : 90 x/mnt
I
 RR : 18 x/mnt
 Suhu : 36,80C
NYERI

Gangguan mobilitas
fisik

as fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : Tn k

TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANDA


TERATAS
MUNCUL TANGAN
I

02/ 06/2020 Nyeri akut berhubungkan dengan proses inflamasi yang 04/06/2020
ditandai dengan

-Kondisi umum : Cukup

- Fungsi fisiologis (muskuluskeletal)


 Nyeri lutut +
 Lutut kanan tampak bengkak +
 Ekspresi wajah tampak meringis
 Adanya pembengkakan pada lutut kanan.
- Tanda – tanda vital
 Tensi : 130/90 mmHg
 Nadi : 90 x/mnt
 RR : 18 x/mnt
 Suhu : 36,80C
-GDA = 115

-AU = 8,8
02-06 – 20
CHOL = 170

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan


kekuatan otot.

- Kondisi umum : cukup


- ADL : Ny. M mengatakan nyeri lutut bila digunakan
beraktifitas berlebihan
- Lutut kaku saat melakukan ibadah sholat
- Tanda – tanda vital
 Tensi : 130/110 mmHg
 Nadi : 90 x/mnt
 RR : 18 x/mnt
04/06/2020
 Suhu : 36,80C
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama : Tn K

TGL NO TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI TT


02-06 – 20 1 Setelah dilakukan asuhan - Keluhan nyeri menurun Observasi
keperawatan selama 3x24 jam - Meringis menurun
diharapkan nyeri tn k - Tekanan darah membaik 1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- Frekuensi nadi membaik nyeri
berkurang 1.2 Identifikasi skala nyeri
1.3 Identifikasi respons nyeri non verbal
1.4 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik

1.5 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


1.6 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

1.7 Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri


1.8 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

102-06 – 20 2 Setelah dilakukan asuhan - Keluhan lelah menurun Observasi


keperawatan selama 3x24 jam - Tekanan darah membaik
diharapkan aktivitas - Frekuensi nadi membaik 2.1 Monitor kelelahan fisik
- Kemudahan dalam 2.2 Monitor pola dan jam tidur
meningkat Terapeutik
melakukan aktivitas
sehari – hari meningkat
2.3 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi

2.4 Anjurkan tirah baring


2.5 Anjurkan melakukkan aktivitas secara bertahap
CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn k

Diagnosa Kep : Nyeri Akut

NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T

02-06– 20 19.00 1 Observasi

1.1 Mengkaji nyeri tn k


R : tn kmengatakan nyeri pada lututnya,
dirasakan setelah beraktifitas berat, nyeri
seperti ditusuk tusukt, nyeri terasa
berkurang saat beristirahat

1.2 Mengkaji skala nyeri tn k


19.15 R : Skala nyeri 5

1.3 Mengkaji respons nyeri non verbal


R : Ekspresi wajah tampak meringis

1.4 Mengkaji faktor lain yang memperberat


R : tn k mengatakan nyeri semakin terasa
saat beraktivitas terlalu berat

1940 Terapeutik

1.5 Mengajarkan teknik napas dalam


R : tn k dapat mengikuti instruksi dengan
cukup baik

1.6 Menganjurkan tn k untuk beristirahat dan


tidur
tn k beristirahat saat merasa nyeri dan
kelelahan

2015 Edukasi

1 1.7 Menjelaskan penyebab nyeri sesuai


kemampuan tn k
1 R : tn k cukup memahami penjelasan
120.30 1.8 Menjelaskan cara mengurangi nyeri dengan
kompres air hangat , DIIT MAKANAN
R : tn kcukup memahami penjelasan

03– 06 – 20 15.00 1 Observasi


1.1 Mengkaji nyeri tn k
R ; tn k mengeluh nyeri berkurang
1.2 Mengkaji skala nyeri tn k
08. R : Skala nyeri 2
15.151 1.3 Mengkaji respons nyeri non verbal
0 R : Ekspresi wajah tidak tampak meringis
15.15 Terapeutik
1.5 Mempertahankan teknik napas dalam
1530 R : tn k memahami penjelasan
1.6 Mempertahankan tn k untuk beristirahat dan
1615 tidur
R : tn kberistirahat saat merasa nyeri dan
kelelahan
16.45 Edukasi
8.30 1.8 Menjelaskan cara mengurangi nyeri dengan
diit makanan/ kompres air hangat
16 R : tn k cukup memahami penjelasan

04-06-2020 14.00 1 Observasi


1.1 Mengkaji nyeri tn k
R : tn k tidak mengeluh nyeri
1.2 Mengkaji skala nyeri tn k
14.15 R : Skala nyeri 0
1.3 Mengkaji respons nyeri non verbal
R : Ekspresi wajah tampak rileks
14.45 Terapeutik
1.5 Mempertahankan tn k untuk beristirahat dan
tidur
1510 R : tn k. beristirahat saat merasa nyeri dan
kelelahan
15.40 Edukasi
1.8 Menjelaskan cara mengurangi nyeri dengan
diit makanan /kompre air hangat
15 R : tn k.cukup memahami penjelasan
CATATAN KEPERAWATAN

Nama : Tn k

Diagnosa Kep : Gangguan Mobilitas fisik

NO T
TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX T

02-06 –2020 19.00 2 Observasi


2.1 Mengkaji kelelahan
R : tn k merasa kelelahan jika beraktifitas
terlalu berat
19.15 2.2 Mengkaji pola dan jam tidur
R : tn k tidak memiliki gangguan pada pola
tidur
19 30 Terapeutik
2.3 Menganjurkan untuk menyediakan tempat
duduk di beberapa bagian rumah
R : tn k meletakkan kursi di depan pintu
untuk beristirahat
Edukasi
19 50 2.4 Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat
merasa kelelahan
R : tn k beristirahat saat merasa lelah
2.5 Menyarankan pasien untuk melanjutkan
20 10 kegiatan setelah beristirahat
R : tn k menyetujui
03-06 – 20 15.00 Observasi

2 2.1 Mengkaji kelelahan


R : tn k mengatakan lelah berkurang

Terapeutik
15 30
2.3 Menganjurkan tn k untuk mempertahankan
tempat duduk di beberapa bagian rumah
R : tn kmeletakkan kursi di depan pintu
untuk beristirahat

Edukasi
1630 2.4 Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat
merasa kelelahan
R : tn k beristirahat saat merasa lelah

04 – 06– 20 14.00 2 Observasi

2.1 Mengkaji kelelahan


R : tn k tidak merasa lelah
Terapeutik

14 30 2.3 Menganjurkan tn k untuk mempertahankan


tempat duduk di beberapa bagian rumah
R : tn k meletakkan kursi di depan pintu
untuk beristirahat

Edukasi

2.4 Menganjurkan pasien untuk beristirahat saat


14 4 merasa kelelahan
R : tn k beristirahat saat merasa lelah
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama : tn k

TANGGAL
NO TANGGAL TANGGAL
02– 06 – 20 20 Jam 14.00
DX 02 – 06 – 2020 Jam 19.00 03 – 06 – 2020 Jam 15.00

1 S S S

tn k mengatakan nyeri pada tn k mengatakan nyeri tn k mengatakan lututnya tidak


kepala, nyeri dirasakan berkurang, skala nyeri 2 merasa nyeri

setelah beraktifitas berat,


nyeri seperti tertimpa beban
berat dengan skala nyeri 4,
nyeri terasa berkurang saat
beristirahat
O
O O
- Kondisi umum : Baik
-Kondisi umum : Cukup - Kondisi umum : Baik
- Fungsi fisiologis
-Fungsi fisiologis - Fungsi fisiologis
(muskuluskleletal)
(muskuluskleletal) (muskuluskeletal)
- Kondisi umum : Cukup
- Kondisi umum : Cukup  Nyeri lutut berkurang
- Fungsi fisiologis
- Fungsi fisiologis  Lutut t tidak bengkak
(muskuluskeletal)
(muskuluskeletal)  Ekspresi wajah rilex
 Nyeri lutut berkurang
 Nyeri lutut + - Tanda – tanda vital
 Lutut t bengkak
 Lutut tampak bengkak  Tensi : 120/80 mmHg
berkurang
+  Nadi : 90 x/mnt
 Ekspresi wajah sudah
 Ekspresi wajah tampak  RR : 18 x/mnt
rilex
meringis  Suhu : 36,50C
- Tanda – tanda vital
- Tanda – tanda vital
 Tensi : 120/80 mmHg
 Tensi : 130/90
 Nadi : 90 x/mnt
mmHg
 RR : 18 x/mnt
 Nadi : 90 x/mnt
 Suhu : 36,50C
 RR : 18 x/mnt
-AU = 6,6
 Suhu : 36,80C
-GDA = 115

-AU = 8,8
CHOL = 170

A:Masalah belum teratasi A;Masalah teratasi sebagian A ;Masalah teratasi

P; Lanjutkan Intervensi P ; Lanjutkan Intervensi P’; Hentikan intervensi.


Berikan HE :
(1, 2, 3, 5, 6, 7, 8) (1, 2, 3, 5, 6, 8)
- Diit makanan yang
mengandung ;
- Purin
- hati,
- kacang kacangan
- Serta jangan
mengangkat benda
berat.
2. S S S

tn k mengatakan lututnya tn k mengatakan lututnya yang tn k mengatakan lututnya yang


sakit dan kaku saat jika sakit dan kaku saat ini bila sakit dan kaku saat ini bila
beraktifitas terlalu berat,saat melakukan sembahyang agak melakukan ibadah sholat sudah
melakukan ibadah sholat enakan. enak dan mudah ditekuk.

O O O

- Kondisi umum : cukup - Kondisi umum : cukup baik - Fungsi fisiologis


- Fungsi fisiologis - Fungsi fisiologis (muskuluskeletal)
(muskuluskeletal) (muskuluskeletal)  Nyeri lutut berkurang
 Nyeri lutut +  Nyeri lutut berkurang  Lutut t tidak bengkak
 Lutut tampak bengkak  Lutut t bengkak  Terlihat bebas saat di
+ berkurang tekuk
 Lutut tampak kaku  Kaku pda lutut sudah  Ekspresi wajah rilex
 Ekspresi wajah tampak berkurang - Tanda – tanda vital
meringis  Ekspresi wajah sudah  Tensi : 120/80 mmHg
- Tanda – tanda vital rilex  Nadi : 90 x/mnt
 Tensi : 130/90 - Tanda – tanda vital  RR : 18 x/mnt
mmHg  Tensi : 120/80 mmHg  Suhu : 36,50C
 Nadi : 90 x/mnt  Nadi : 90 x/mnt
 RR : 18 x/mnt  RR : 18 x/mnt
 Suhu : 36,80C Suhu : 36,50C
-GDA = 115

-AU = 8,8

CHOL = 170
A;Masalah belum teratasi A;Masalah teratasi sebagian A;Masalah teratasi

P ;Lanjutkan Intervensi P ;Lanjutkan Intervensi P; Hentikan Intervensi

(1, 2, 3, 4) (1, 2, 3, 4) Berikan HE:

- Anjurkan untuk
mengurangi aktivitas yang
berat
- Anjurkan istirahat
sebelum merasa kelelahan
- Anjurkan memperbanyak
istirahat
BAB 4

PENUTUP

1. Kesimpulan
Manusia lanjut usia (manula) merupakan populasi penduduk yang
berumur tua dengan kelompok usia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut merupakan
suatu tahap akhir dalam rentang kehidupan manusia. Proses penuaan adalah
siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai
fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia
terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ
dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
proses degeneratif (penuaan). Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit
menular akibat masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh seperti
Tuberkulosis, Diare, Pneumonia dan Hepatitis. Selain itu penyakit tidak menular
banyak muncul pada usia lanjut diantaranya Hipertensi, Stroke, Diabetes Melitus
dan radang sendi atau Asam Urat. Pada saat pengkajian didapatkan data yaitu Tn
K mengatakan mengeluh nyeri pada sendi lutut kaki kanan dan kiri, nyeri
dirasakan seperti tertusuk benda tajam, nyeri dirasakan hilang timbul dengan
ambang skala nyeri 5, nyeri berkurang saat dibuat istirahat dan bertambah saat
dibuat jalan , Ekspresi wajah tampak menyeringai, Tanda – tanda vital Tensi :
130/90 mmHg, Nadi : 90 x/mnt, RR : 18 x/mnt, Suhu : 36,8 0C, GDA = 115, AU
= 8,8, CHOL = 170, Setelah dilakukan pengkajian didapatkan diagnosa berupa
Nyeri akut berhubungkan dengan proses inflamasi, Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan penurunan kekuatan otot. Dan setelah mendapatkan
diagnosa dan dilakukan intervensi, implementasi dan evaluasi didapatkan data
mengatakan nyeri pada sendi kaki kanan dan kiri hialng, skala nyeri 0, Ekspresi
wajah tampak rileks, Tanda – tanda vital Tensi : 120/80 mmHg, Nadi : 90 x/mnt,
RR : 18x/mnt, Suhu lutut tidak bengkak ekpresi wajah rilek.

2. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada keluarga Tn. m dan didapatkan
hasil perubahan pada kondisi kesehatan tn K dan keluarga mengenal masalah
kesehatan pada tn k dan mampu merawat anggota keluarga diharapkan keluarga
Tn. m tetap rutin, rajin dan tetap patuh terhadap informasi dan edukasi masalah
kesehatan yang telah diberikan oleh mahasiswa
LAMPIRAN 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Kesehatan lansia


2. Sub Pokok Bahasan : Asam Urat pada lansia
3. Sasaran : Tn.k dan keluarga
4. Tempat : Kediaman rumah Tn. m
5. Metode : Ceramah dan tanya jawab
6. Waktu : 1 x 60 menit
7. Media : Leaflet
8. Penyuluh : Rendra trimawan

Tujuan
Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran
mampu mengerti dan memahami penyakit asam urat
yang sering terjadi pada lansia
Tujuan Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran
mampu:
o menjelaskan tentang definisi asam urat
o menjelaskan tentang penyebab asam urat
o menyebutkan tanda dan gejala terjadinya asam urat
o menyebutkan tentang penatalaksanaan diet
o menyebutkan tentang bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan
Kegiatan belajar mengajar

Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Metode &


Media

Pembuka  Memperkenalkan diri  Menjawab salam Ceramah


an  menyampaikan tujuan  Memperhatikan dan dan tranya
dan topik menjawab pertanyaan jawab
(2 menit) dilaksanakannya
penyuluhan
 menggali pengetahuan
sasaran
o definisi asam urat
o menjelaskan tentang
penyebab asam urat
o menyebutkan tanda dan Ceramah
gejala terjadinya asam  Mendengarkan dan tanya
urat  Mengajukan jawab
pertanyaan seputar
o menyebutkan tentang materi Flipchart,
Penyajia leafleat
n penatalaksanaan diet
 menyebutkan tentang
(10 bahan makanan yang
menit) boleh dan tidak boleh
diberikan

 membuka waktu untuk


diskusi
 mengevaluasi hasil
penyuluhan
 menjelaskan hasil
evaluasi
 membeirkan umpan balik
 membagikan leafleat,
salam penutup

Penutup  Menjawab pertanyaan Ceramah


 Menjawab salam dan tanya
(3 menit) jawab

Leafleat

Evaluasi
Setelah di lakukan tindakan penyuluhan selama 1 x 60 menit sasaran mampu:
o menjelaskan tentang definisi asam urat
o menjelaskan tentang penyebab asam urat
o menyebutkan tanda dan gejala terjadinya asam urat
o menyebutkan tentang penatalaksanaan diet
o menyebutkan tentang bahan makanan yang boleh dan tidak boleh
diberikan
MATERI PENYULUHAN

NYERI SENDI (ASAM URAT)

1. Pengertian
Peradangan pada sendi akibat endapan kristal asam urat pada sendi atau jari.
Asam urat adalah zat yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin dalam
tubuh yang kemudian dibuang melalui urin.
Penyakit pada sendi adalah: akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan
sendi-sendi tulang yang banyak di jumpai pada lansia,terutama yang gemuk.
2. Penyebab asam urat
a. Gangguan sejak lahir
b. Pola makan tidak sehat
c. Pemakaian alkohol
d. Obat diuretk atau analgesik
e. Komplikasi ke hipertensi dan arterosklerosis
2. Tanda-tanda dan gejala umum
Ciri-ciri serangan pertama asam urat pada umumnya berupa serangan akut
yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, dan seringkali hanya satu sendi yang
diserang. Namun gejala–gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti
pergelangan kaki, punggung kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, tangan atau jari,
juga termasuk juga ginjal.
gejala yang dirasakan oleh penderita biasanya keluhan di persendian,
sakit di tumit, ujung jari kaki, bahkan kalau sudah parah penderita tidak dapat
berjalan karena daerah sekitar persendian kaki (mata kaki) membengkak.
Gejala lain yaitu:
a. Bengkak pada sendi
b. Nyeri pada sendi
c. Sendi kaku atau tegang
d. Kemerahan
e. Pusing
f. Demam
g. Rasa malas
h. Nafsu makan menurun
i. Nyeri terutama pada pagi hari saat bangun tidur atau pada malam hari
3. Penatalaksanan Diet
Sasaran terapi gout arthritis yaitu mempertahankan kadar asam urat dalam serum
di bawah 6mg/dL dan nyeri yang diakibatkan oleh penumpukan asam urat.
Tujuan terapi yang ingin dicapai yaitu mengurangi peradangan dan nyeri sendi
yang ditimbulkan oleh penumpukan kristal monosodium urat monohidrat. Kristal
tersebut ditemukan pada jaringan kartilago, subcutan, dan jaringan partikular,
tendon, tulang, ginjal, dan beberapa tempat lainnya. Selain itu, terapi gout juga
bertujuan untuk mencegah tingkat keparahan penyakit lebih lanjut karena
penumpukan kristal dalam medula ginjal akan menyebabkan Chronic Urate
Nephropathy serta meningkatkan resiko terjadinya gagal ginjal. Terapi obat
dilakukan dengan mengobati nyeri yang timbul terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan pengontrolan dan penurunan kadar asam urat dalam serum
darah.
Penderita asam urat tinggi, memang harus hati-hati terhadap makanan. Diet yang
dilakukan, harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Pembatasan purin
Apabila telah terjadi pembengkakan sendi maka penderita gangguan asam urat
harus melakukan diet bebas purin. Namun karena hampir semua bahan
makanan sumber protein mengandung nukleoprotein maka hal ini hampir
tidak mungkin dilakukan. Maka yang harus dilakukan adalah membatasi
asupan purin menjadi 100-150 mg purin per hari (diet normal biasanya
mengandung 600-1.000 mg purin per hari).
2. Kalori sesuai kebutuhan
Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan kebutuhan tubuh
berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam urat yang
kelebihan berat badan, berat badannya harus diturunkannn dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit
juga bisa meningkatkan kadar asam urat karena adanya keton bodies yang
akan mengurangi pengeluaran asam urat melalui urin.
3. Tinggi karbohidrat
Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi sangat baik
dikonsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urin. Konsumsi karbohidrat kompleks ini
sebaiknya tidak kurang dari 100 gram per hari. Karbohidrat sederhana jenis
fruktosa seperti gula, permen, arum manis, gulali, dan sirop sebaiknya
dihindari karena fruktosa akan meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.
4. Rendah protein
Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan kadar asam
urat dalam darah. Sumber makanan yang mengandung protein hewani dalam
jumlah yang tinggi, misalnya hati, ginjal, otak, paru dan limpa. Asupan
protein yang dianjurkan bagi penderita gangguan asam urat adalah sebesar 50-
70 gram/hari atau 0,8-1 gram/kg berat badan/hari. Sumber protein yang
disarankan adalah protein nabati yang berasal dari susu, keju dan telur.
5. Rendah lemak
Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Makanan yang
digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persen dari total kalori.
6. Tinggi cairan
Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu membuang asam urat melalui
urin. Karena itu, Anda disarankan untuk menghabiskan minum minimal
sebanyak 2,5 liter atau 10 gelas sehari. Air minum ini bisa berupa air putih
masak, teh, atau kopi. Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melalui
buah-buahan segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang
disarankan adalah semangka, melon, blewah, nanas, belimbing manis, dan
jambu air. Selain buah-buahan tersebut, buah-buahan yang lain juga boleh
dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit mengandung purin. Buah-
buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian, karena keduanya
mempunyai kandungan lemak yang tinggi.
7. Tanpa alkohol
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka yang
mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alkohol akan meningkatkan asam
laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari
tubuh.
4. Bahan makanan
a. yang boleh diberikan
 semua karbohidrat
 protein hewani = daging ayam
 protein nabati = kacang-kacangan
 semua buah-buahan
 minuman = teh, kopi, minuman bersoda
b. yang tidak boleh diberikan
makanan yang tidak boleh di berikan biasanya biasa disingkat dengan
TEKUK atau BENJOL
 TEKUK : Telor.Emping,Kerang,Udang,Kembang kol
 BENJOL :Bayam,Emping,Nangka,Jeroan,Otak,Lemak
Selain diatas dibawah ini juga dilarang:
Usus paru hati limfa buncis jamur
DAFTAR PUSTAKA

1. http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/64-asam-
urat.html
2. http://situsgado-gado.blogspot.com/2008/11/asam-urat-penyebab-pantangan-
obat.html
3. http://yosefw.wordpress.com/2007/12/22/penatalaksanaan-terapi-pada-serangan-
akut-gout-arthritis/
4. http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=1250
5. Nugroho.wahyudi,SKM keperawatan gerontik kedokteran edisi 3 hal 53
LAMPIRAN 2

DAFTAR HADIR PENYULUHAN

Hari dan Tanggal Penyuluhan dan kunjungan


Nama
Selasa Selasa Rabu rabu kamis
NO Anggota
Keluarga 02 Juni 02 Juni 03 Juni 03 Juni 05 Juni
2020 2020 2020 2020 2020

1 Tn. m     

2     

3 An. D     
LAMPIRAN 3

Anda mungkin juga menyukai