Nim : 20700121089
Kelas : PMAT C
(a) (b)
7. Menganyam
Dalam proses ini tujuannya adalah untuk
mengencangkan atau memadatkan benang
untuk membuat kain. Ada benang tambahan
dalam proses menenun yang disebut afat atau
sahuk (Gambar 5a). Afat atau sahuk harus
berwarna merah bata agar sesuai dengan warna
dasar. Afat ini tidak akan mempengaruhi
warna putih benang karena ada dua batang
yang berfungsi sebagai pemisah. Pada
dasarnya, cara membuat selendang atau sarung
adalah sama (Gambar 5b). Hanya saja ada
beberapa proses yang ditambahkan, seperti
menjahit untuk menyambung kain atau ada
lotis yang merupakan bagian tambahan yang
berfungsi untuk menambah motif. Lotis
menggunakan warna hitam dan putih
(terutama untuk Uim Ne'e).
(a) (b)
Gambar 5. (a) Kegiatan menenun; (b) Kegiatan
menenun dan banyak bagian dari alat tenun
Aspek Etnomatematika dalam Kegiatan Tenun
Masyarakat Amarasi Barat
1. Menghitung
Berhitung adalah karakteristik
etnomatematika yang terkait dengan praktik
berhitung di masyarakat tertentu. Praktik
berhitung juga berkaitan dengan alat, simbol,
bahasa, dan sistem angka yang digunakan
selama ribuan tahun dalam berbagai bentuk.
Dalam kegiatan menenun masyarakat Amarasi
Barat, karakteristik etnomatematika yang
berkaitan dengan kegiatan berhitung dapat
ditemukan pada kegiatan menggulung benang.
2. Merancang Karakteristik desain dapat
ditemukan dalam proses merancang bentuk
masing-masing motif. Dalam hal ini para
penenun membentuk motif tertentu mulai dari
proses pengikatan benang hingga proses
menenun sehingga terbentuk motif yang utuh
sesuai dengan gambar motif yang telah
disiapkan. Motif yang terbentuk sebagian
besar berupa bentuk geometris berbasis
budaya yang menggambarkan kehidupan dan
alam di Amarasi Barat. Beberapa motif yang
dimaksud antara lain: (1) motif panbua ana
yang berarti peti kecil atau peti mati kecil
berarti kerangka sikap, perasaan dan peristiwa
manusia dalam masyarakat; (2) motif korkase
menggambarkan lambang Negara Republik
Indonesia, yaitu Garuda. Tetapi pada masa
pemerintahan kerajaan, motif dengan kepala
tertunduk ini berarti bahwa setiap pemimpin
harus bersatu dengan masyarakat kecil; (3)
motif kai ne'e mengandung makna Enam
simbol environmentalisme yang berarti bahwa
meskipun mereka terpisah dalam pekerjaan,
mereka harus tetap mengingat kebersamaan
dalam persaudaraan; (4) motif kaimanfafa
memiliki makna bergandengan tangan yang
berarti bahwa dalam menjalankan hidup kita
tidak bisa berjalan sendiri, kita akan selalu
membutuhkan orang lain; Dan ada beberapa
motif lainnya.
(a) (b)
Gambar 7. (a) bentuk geometris dalam motif kai ne'e;
(b) konsep refleksi dalam motif Korkase
3. Menjelaskan
Menjelaskan berkaitan dengan berbagai aspek
kognitif masyarakat dalam mempertanyakan,
mengkonseptualisasikan, dan menjelaskan
fenomena lingkungan dalam argumen yang
jelas, sistematis, dan logis. Dalam kaitannya
dengan penelitian, perhatian diberikan pada
konektivitas logis dalam bahasa yang
memungkinkan proposisi untuk digabungkan,
bertentangan, diperluas, dibatasi, diuraikan,
dan sebagainya. Dalam kegiatan menenun
masyarakat Amarasi Barat, karakteristik
etnomatematika yang dikaitkan dengan
penjelasan dapat dilihat dari bagaimana para
penenun mampu menjelaskan dengan sangat
baik, jelas, dan sistematis proses menenun
yang dilakukan dari awal hingga akhir. Selain
itu, dalil-dalil yang dicantumkan para penenun
dalam setiap jawaban, termasuk penjelasan
makna dan filosofi masing-masing motif,
menunjukkan bahwa masyarakat Amarasi
Barat mengetahui dan memahami dengan baik
kegiatan menenun yang mereka lakukan. Hal
ini menunjukkan bahwa masyarakat Amarasi
Barat memiliki cara berpikir yang sesuai
dengan karakteristik berpikir matematis yang
teratur, terstruktur, dan logis.
4. Gunakan logika implikasi
Dalam kegiatan menenun masyarakat Amarasi
Barat juga ditemukan karakteristik
etnomatematika yang tidak disebutkan Uskup
(1988). Dalam kegiatan menenun masyarakat
Amarasi Barat, ditemukan penggunaan logika
implikasi. Penenun menggunakan kalimat
implikasi ketika memperkirakan waktu
pemrosesan motif kain tertentu. Simak petikan
wawancaranya berikut ini.
5. Memperkirakan Dalam kegiatan menenun
masyarakat Amarasi Barat juga ditemukan
karakteristik etnomatematika lainnya, yaitu
aktivitas penenun dalam memperkirakan
ukuran kain, dosis loba, dan lamanya waktu
untuk beberapa tahap menenun. Dalam proses
penggulungan benang, penenun menyatakan
bahwa benang pertama kali dibentuk menjadi
bola-bola kecil dengan ukuran maksimal
seperti bola baseball. Ini menunjukkan bahwa
penenun memperkirakan ukuran gulungan
benang bulat dengan diameter bola bisbol.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dikatakan
bahwa dalam kegiatan menenun masyarakat Amarasi
Barat diidentifikasi berbagai karakteristik
etnomatematika. Karakteristik etnomatematika juga
menunjukkan keberadaan dan pengamalan
matematika dalam konteks kehidupan sosial budaya
masyarakat Amarasi Barat. Selanjutnya, konsep
matematika, bentuk geometris, dan karakteristik
berpikir matematis juga ditemukan dalam kegiatan
menenun masyarakat Amarasi Barat.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
menenun masyarakat Amarasi Barat diidentifikasi
berbagai karakteristik etnomatematika. Karakteristik
etnomatematika adalah menghitung, menemukan,
mengukur, merancang, menjelaskan, penggunaan
logika implikasi, dan memperkirakan. Selanjutnya,
penemuan berbagai karakteristik etnomatematika
dalam kegiatan tenun masyarakat Amarasi Barat
menunjukkan keberadaan, praktik, dan perkembangan
ISI PADA SIMPULAN konsep matematika serta cara berpikir dalam konteks
sosial budaya masyarakat Amarasi Barat. Beberapa
konsep dan cara berpikir yang dimaksud berkaitan
dengan konsep perkalian seperti penjumlahan
berulang, paralel garis lurus, bentuk geometris,
refleksi, rotasi, ukuran dan satuan, serta logika
matematika (implikasi). Hal ini memungkinkan siswa
untuk belajar dan memahami berbagai konsep
matematika secara lebih konkret. Oleh karena itu,
disarankan bagi guru matematika untuk merancang
dan menerapkan pembelajaran berbasis etnomatem
atika. Disarankan juga bagi peneliti untuk melakukan
penelitian mengenai pembelajaran berbasis
etnomatematika untuk hasil belajar siswa.